Anda di halaman 1dari 10

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN SEBAGAI UPAYA

PENGENTASAN KEMISKINAN DAN KETERBELAKANGAN MASYARAKAT


NELAYAN DI INDONESIA

Nur Aulia

Departemen Arsitektur, Universitas Hasanuddin, Kabupaten Gowa, Kota Makassar,


Provinsi Sulawesi Selatan, 92171

E-mail : nurauliaxf@gmail.com

ABSTRAK

Artikel ini menjelaskan dua hal penting, yakni realita dan faktor masyarakat
nelayan di Indonesia serta upaya pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan bagi
masyarakat nelayan di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi
literatur. Yang dimana tulisan ini disusun berdasarkan pengumpulan data dari berbagai
sumber seperti jurnal, buku, dan lain sebagainya dengan menggunakan cara membaca dan
menulis. Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan
bahwa masyarakat nelayan di Indonesia masih tergolong miskin. Yang dimana kondisi
kemiskinan terebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain itu, keterbelakangan sosial
juga menjadi suatu realita yang menyebabkan masyarakat nelayan tidak hidup sejahtera.
Oleh karena itu, diperlukannya pemberdayaan terhadap masyarakat nelayan dengan
melakukan berbagai upaya dengan pendekatan yang tepat agar tercapainya tujuan
pemberdayaan yaitu mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat nelayan.

Kata kunci : kemiskinan, keterbelakangan, masyarakat nelayan, dan pemberdayaan.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau
atau tepatnya terdiri dari 17.504 pulau dengan Panjang garis pantai kurang lebih 81.000
km dengan jumlah penduduk Indonesia yang hidup di kawasan pesisir berjumlah sekitar

1
16,42 juta jiwa. Selain itu, jumlah desa pesisir yang ada di Indonesia berjumlah sekitar
8.900 yang tersebar di seluruh penjuru wilayah Indonesia. Sepanjang garis pantai tersebut
Indonesia memiliki berbagai potensi sumber daya alam hayati dan non-hayati serta jasa
lingkungan yang peranannya sangat penting bagi kehidupan masyarakat yang membuat
bangsa Indonesia semakin kaya akan sumber daya alamnya.

Nelayan merupakan sebuah kelompok masyarakat yang sebagian besar dari


mereka berkediaman atau bertempat tinggal di daerah pesisir dan menggantungkan
sumber kehidupannya pada sumber daya kelautan dan perikanan. Tidak dapat dipungkiri
bahwa nelayan ini adalah profesi atau kelompok masyarakat yang mendominasi di daerah
pesisir dan menjadi salah satu kelompok masyarakat terbanyak di Indonesia. Nelayan
yang dikenali oleh banyak masyarakat merupakan suatu profesi sebagai penangkap ikan.
Akan tetapi tidak hanya itu saja, nelayan juga berprofesi sebagai pembudidaya ikan-ikan
serta mengelola sumber daya kelautan yang bisa menjadi sumber kehidupan bagi
masyarakat sekitar serta sebagai sumber kehidupan tambahan bagi mereka yang termasuk
dalam kelompok nelayan tersebut. Pola hidup mereka dijalani sepanjang tahun. Jika
sumber daya ikan melimpah otomatis mereka akan memperoleh keuntungan lewat
penangkapan, budidaya, dan olahan tradisional. Sebaliknya, apabila mereka mengalami
gagal panen, mereka tak punya sumber penghidupan. Sehingga, satu-satunya pilihan
terakhir yang bisa mereka lakukan adalah mengutang pada juragan atau rentenir.
Imbasnya, mereka tak pernah naik kelas dari kemiskinannya. Pasalnya, mereka tak punya
alternatif sumber kehidupan lain kala paceklik dan gagal panen ikan.

Kemiskinan perupakan suatu kondisi ketidakmampuan manusia untuk memenuhi


standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan atau non-makanan.
Kemiskinan ini juga sudah sangat melekat terhadap masyarakat nelayan di Indonesia.
Masyarakat nelayan di pesisir Indonesia sampai saat ini terbilang masih banyak yang
hidupnya tidak sejahtera. Rendahnya kesejahteraan ini dipengaruhi oleh faktor ekonomi,
pendidikan, dan Kesehatan. Hingga sampai saat ini, nelayan diidentikkan dengan
kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan. Keterbelakangan dan kebodohan tersebut
disebabkan karena nelayan tidak memiliki kesempatan untuk mengakses Pendidikan
seperti masyarakat pada umumnya. Mereka cenderung mencontohkan kehidupan anak-
anak nelayang yang sedari kecil telah diajak untuk melaut sehingga tak mempunyai waktu
belajar.

2
Adanya realita bahwa kemiskinan yang dialami oleh nelayan menyebabkan
pengalihan kegiatan ekonomi ke laut dikhawatirkan akan sulit terjadi, sebab para
anak nelayan dikhawatirkan tidak tertarik lagi untuk menekuni pekerjaan
kenelayanan. Jika hal itu terjadi, maka kegiatan di darat akan semakin padat,
sedangkan laut yang memiliki nilai ekonomi tinggi akan terabaikan. Akibatnya potensi
ekonomi yang terkandung di dalamnya akan sia-sia.

Kondisi kemiskinan dalam masyarakat nelayan ini menuntut adanya


pemberdayaan terhadap masyarakat nelayan dan sentra ekonomi pesisir. Yang dimana
pemberdayaan masyarakat nelayan ini diartikan sebagai suatu upaya secara sadar
terencana, terstruktur, dan sistematik serta berkesinambungan yang bertujuan untuk
membangun suatu kemandirian sosial dan ekonomi pesisir dan masyarakat nelayan untuk
mencapai suatu kesejahteraan sosial yang berkelanjutan. Dengan demikian, masyarakat
nelayan ini diharapkan menjadi subjek pembangunan pemberdayaan di daerahnya dan
mampu menunjang perekonomian daerah pesisir yang dinamis. Sehingga, tujuan
pemberdayaan untuk mengentaskan kemiskinan serta keterbelakangan masyarakat
nelayan di Indonesia bisa tercapai.

Tujuan penulisan ini bertujuan untuk mengungkap realitas kondisi masyarakat


nelayan di Indonesia serta mengidentifikasi upaya-upaya dalam pemberdayaan masyakat
nelayan sebagai suatu strategi pengentasan kemiskinan dan kelatarbelakangan. Adapun
manfaat penulisan artikel ini adalah agar pembaca mengetahui mengenai realitas
masyarakat nelayan di Indonesia serta upaya yang dilakukan untuk mengentaskan
kemiskinan dan keterbelakangan dalam masyarakat nelayan di Indonesia.

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi literatur. Metode studi
literatur adalah suatu rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan metode pengumpulan
data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengolah bahan penelitian. Sehingga, seluruh
penjabaran kasus serta pemaparan materi lainnya yang mendukung makalah ini
berdasarkan hasil pengumpulan data dari berbagai sumber seperti buku, berita, hasil
penelitian, serta jurnal dengan beberapa cara seperti mencatat dan menulis serta

3
mengelola berbagai bahan penelitian terkait topik yang dibahas. Adapun topik yang
dipaparkan lebih jelas yaitu meliputi realita kondisi masyarakat nelayan, faktor penyebab
kemiskinan masyarakat nelayan di Indonesia, serta upaya-upaya dalam pengentasan
kemiskinan dan keterbelakangan.

PEMBAHASAN

1. Realita dan Faktor Kondisi Masyarakat Nelayan


Secara sosial ekonomi, kondisi masyarakat nelayan di Indonesia masih tergolong
miskin. Kondisi masyarakat nelayan ini menjadi suatu realitas yang tidak bisa
dibantah. Meskipun parameter nilai tukar dan indeks kesejahteraan masyarakat pesisir
(IKMP) menerangkan hal yang berbeda. Pertama, sejak tahun 2015-2017, IKMP
berturut-turut 40,5, 42, dan 45. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membuat
target peningkatan IKMP tahun 2018 senilai 47,5 dan 2019 sebesar 51 (Katadata,
2018). Dengan kata lain, pada tahun 2019 masyarakat pesisir kian makmur.
Kedua, nilai tukar nelayan (NTN) naik dari 108,24 (2016) menjadi 109,86 (2017).
Nilai tukar usaha nelayan (NTUN) naik dari 117,57 (2016) menjadi 123, 01 (2017).
Nilai tukar pembudidaya ikan (NTPi) naik dari 98,96 menjadi 99,09. Terakhir, nilai
tukar usaha pembudidaya ikan (NTUPi) naik dari 108,62 menjadi 110,23. Pasalnya,
hingga kini kemiskinan struktural dan perampasan laut (ocean grabbing) masih
mencengkram kehidupan nelayan. Mengingat angka ketimpangan Indonesia (rasio
gini) masih tinggi, 0,39 (amat timpang).
Pembahasan mengenai nelayan khususnya nelayan kecil atau tradisional tentu
masih sangat berkaitan dengan cara atau system kerja mereka. Yang dimana pada
umumnya jam kerja nelayan ini bisa dikatakan relative singkat yang biasanya
memerlukan cukup satu hari saja (one day fishing). Kondisi atau kebiasaan semacam
ini bisa menimbulkan dampak terhadap hasil tangkapan yang tidak optimal sehingga
dapat mengakibatkan tingkat produksi rendah dan pendapatan yang mereka peroleh
juga tidak optimal akibatnya tingkat kesejahteraan nelayan pun rendah. Sistem kerja
one day fishing antara lain juga disebabkan kapal dan alat tangkap ikan yang mereka
gunakan, selain itu budaya kerja yang hanya satu hari ternyata sudah menjadi
kebiasaan. Sehingga program pemerintah dengan peningkatan ukuran kapal dan

4
perubahan pola penangkapan dari satu hari menjadi lebih sulit untuk dilakukan.
Kondisi seperti ini menjadi kendala dalam kaitannya dengan pendataan maupun
pembinaan yang dilakukan Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
Adapun dalam dimensi sosial budaya, kemiskinan sudah pasti tidak dapat dihitung
dengan angka, namun hal ini terwujud dalam bentuk budaya kemiskinan.
Kecenderungan masyarakat nelayan untuk membeli barang-barang yang bersifat
konsumtif pada saat banyak ikan hasil tangkapan yang diperoleh dapat dipandang
sebagai sikap boros, karena tidak menyisihkan uangnya untuk tabungan yang bisa
dipergunakan pada saat musim paceklik atau musim gagal panen.
Selain itu, sikap apatis terhadap program-program yang telah dicanangkan oleh
pemerintah juga melanda kehidupan mereka. Hal ini mengakibatkan sulit bagi mereka
untuk percaya terhadap program-program yang diperkenalkan, baik itu oleh
pemerintah ataupun oleh pihak lain, kecuali program tersebut sudah terbukti
membawa manfaat bagi mereka. Ketidakpercayaan nelayan ini disebabkan karena
banyaknya program yang selama ini tidak membawa pengaruh yang menguntungkan
bagi perbaikan ekonomi mereka.
Pada umumnya para nelayan masih mengalami keterbatasan terhadap teknologi
penangkapan. Berbekal alat tangkap yang sederhana, wilayah untuk
mengoprasikannya pun menjadi terbatas yaitu hanya di sekitaran perairan pantai.
Selain itu, mereka juga sangat bergantung terhadap musim yang sangat tinggi,
sehingga tidak setiap saat nelayan-nelayan tersebut bisa turun melaut, terlebih lagi
pada saat musim ombak yang bisa berlangsung sampai lebih dari satu bulan. Kondisi
ini tentu merugikan masyarakat nelayan, karena dalam realitanya rata-rata pendapatan
per bulan menjadi lebih kecil dan pendapatan yang mereka peroleh pada saat musim
ikan akan habis dikonsumsi pada saat paceklik.
Kondisi kemiskinan masyarakat nelayan menyebabkan mereka lemah dalam
kehidupan sosial politik. Yang dimana hak politik nelayan yang meliputi hak pilih
dan dipilih tidak semuanya dapat dilaksanakan dengan cita-cita negara Demokrasi.
Selain itu, kemiskinan yang dialami masyarakat nelayan ini menjadi sasaran atau
objek eksploitasi pada saat-saat pemilihan umum. Meskipun yang kita ketahui
bersama bahwa setiap orang memiliki hal memilih maupun dipilih, namun
dikarenakan secara ekonomi masyarakat nelayan ini tergolong miskin, maka hak pilih

5
tersebut seolah-olah tidak ada lagi peluang bagi masyarakat nelayan. Mereka hanya
dijadikan objek eksploitasi oleh pihak-pihak tertentu yang ingin berhasil ataupun
ingin mendapat suara terbanyak pada saat pemilihan, setelah mereka berhasil mereka
akan lupa dan tidak ada satupun upaya untuk memperhatikan kehidupan nelayan.
2. Upaya Pengentasan Kemiskinan Masyarakat Nelayan
Kegiatan pemberdayaan terhadap masyarakat nelayan ini perlu memperhatikan
beberapa hal, yaitu bahwa pemberdayaan merupakan upaya secara sadar, terencana
sistematis, dan berkelanjutan. Selain itu, pemberdayaan ini juga bertumpu pada
kemampuan manajemen potensi sumber daya atau modal sosial masyarakat secara
optimal. Adapun pemberdayaan masyarakat nelayan bertujuan untuk menuju
kesejahteraan sosial yang berkelanjutan.
Biasanya banyak ditemukan kasus-kasus pemberdayaan di berbagai daerah yang
mengalami kegagalan yang dikarenakan pemberdayaan tersebut tidak didasari dengan
analisis dan strategi yang tepat, yang dimana kebanyakan pemberdayaan tersebut
dilakukan secara instan dan hanya berorientasi proyek tanpa pendampingan intensif
dan tanpa kelanjutan. Jika pemberdayaan tidak dilakukan secara optimal dan
berkelanjutan, maka hasil yang diterima pun tidak akan optimal. Sehingga, perlunya
upaya-upaya untuk mencapai tujuan pemberdayaan masyarakat nelayan tersebut
harus di sertai dengan strategi ataupun pendekatan yang tepat.
Dalam upaya pemberdayaan sosial terhadapat masyarakat nelayan pesisir ini,
paling tidak memiliki dua dimensi pokok, yaitu dimensi kultural dan dimensi
struktural. Dimensi kultural ini diartikan sebagai pemberdayaan yang mencakup
upaya-upaya perubahan perilaku ekonomi, orientasi pendidikan sikap terhadap
perkembangan teknologi, dan kebiasaan-kebiasaan. Yang dimana pemberdayaan
kultural ini sangat diperlukan untuk mengatasi kasus kemiskinan kulturan, contohnya
seperti pola hidup yang cenderung konsumtif, rendahnya kemampuan serta kesadaran
untuk menabung, atau resistensi terhadap Pendidikan formal.
Adapun dimensi struktural diartikan sebagai pemberdayaan yang mencakup
upaya perbaikan struktur sosial sehingga memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal
nelayan. Perbaikan struktur sosial tersebut umumnya berupa penguatan solidaritas
nelayan yang untuk selanjutnya dapat berhimpun dalam suatu kelompok dan
organisasi yang mampu memperjuangkan kepentingan mereka.

6
Salah satu permasalahan yang dialami masyarakat nelayan adah terbatasnya alat
tangkap untuk penangkapan pantai. Yang dimana hal ini tidak banyak membantu para
nelayan yang dikarenakan kondisi perairan pantai pada umumnya sudah over
exploited. Oleh karena itu, diharapkan di masa depan kegiatan perikanan perlu
didorong dengan pengembangan teknologi penangkapan lepas pantai. Permasalahan
memang akan terus bermunculan berkaitan dengan hal tersebut, terutama bagi
masyarakat nelayan yang terbiasa dengan pola penangkapan one day fishing. Oleh
karenanya pemberdayaan atau pembinaan sangat diperlukan terutama dalam bentuk
pendampingan, sehingga secara bertahap nelayan bisa berubah dari pola yang selama
ini dilakukan.
Kemudian terkait dengan permasalahan produksi memang merupakan masalah
utama yang banyak dihadapi oleh masyarakat nelayan, selain dari masalah terkait
pemasaran. Nelayan juga sudah melakukan beberapa upaya untuk mengatasi
permasalahan terebut, dengan cara mengandalkan tengkulak untuk memasarkan hasil
tangkapannya dan meminjam uang kepada pemilik modal untuk pengadaan alat
tangkap. Akan tetapi, yang terjadi adalah nelayan terjebak dalam kebergantungan
dengan pihak lain, sekaligus menempatkan diri mereka pada posisi yang lemah.
Langkah utama yang diperlukan adalah menempatkan nelayan dalam posisi
seimbang dengan pihak pedagang ikan. Untuk mengatasi kebergantungan nelayan
terhadap tengkulak adalah perlunya keberadaan suatu lembaga yang mampu
menggantikan peran yang selama ini dilakukan oleh tengkulak. Adapun beberapa
fungsi yang perlu dilakukan oleh lembaga itu adalah menutup hutang-hutang nelayan
kepada tengkulak dan mengalihkan pinjaman tersebut sebagai pinjaman kepada
lembaga, dan memberikan kredit kepada nelayan. Kredit tersebut selain diberikan
dalam bentuk uang, dapat juga diberi dalam bentuk barang, seperti peralatan alat
tangkap, maupun kebutuhan sehari-hari.
Untuk menjamin agar pinjaman yang diberikan kepada nelayan dapat terbayar,
lembaga tersebut juga perlu mengadakan pembelian hasil tangkapan yang dimana
nelayan peminjam tidak boleh menjual hasil tangkapannya ke orang lain. Dengan cara
demikian, maka pembayaran hutang dari nelayan dapat dilakukan melalui
pemotongan secara bertahap pada saat pembelian.

7
Berkaitan dengan berbagai upaya yang telah dilakukan dalam menanggulangi
kemiskinan masyarakat nelayan, faktanya sudah banyak yang telah dilakukan oleh
pemerintah. Namun demikian, upaya-upaya tersebut sampai saat ini masih belum
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Yang dimana dalam kenyataannya, jumlah
golongan miskin semakin besar, bahkan terus membengkak. Hal tersebut dikarenakan
oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia yang terdapat pada masyarakat nelayan
pesisir.
Berkaitan dengan hal tersebut, sebenarnya pemerintah sudah melakukan berbagai
upaya untuk membenahi dan menyusun berbagai kebijakan pendidikan yang
diharapkan mampu memacu perkembangan sumber daya manusia. Kebijakan tersebut
mencakup usaha peningkatan keterampilan teknis melalui pendidikan kejuruan dan
peningkatan keahlian (profesionalisme). Namun sayangnya, sekolah-sekolah dan
perguruan tinggi masih belum terjangkau oleh masyarakat umum yang dimana dunia
pendidikan di Indonesia masih tampak seperti suatu hal yang terlalu mewah.
Pendidikan bagi masyarakat nelayan ke depannya hendaknya dikembangkan
dalam rangka memberikan berbagai harapan baru serta mampu memberikan
pengetahuan dan skill. Akan tetapi, dalam realitanya pengembangan Pendidikan
bukanlah suatu pekerjaan yang sederhana karena memerlukan adanya perencanaan
yang berfungsi untuk memfokuskan pada sasarannya, pengalokasiannya dan
kontinuitasnya.
Keadaan ini tentu menuntut adanya pembenahan dan pengembangan yang lebih
jauh dan menjanjikan masa depan, yang dimana pembenahan dan pengembangan
tersebut dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu macroscopic (tinjauan makro)
dan microscopic (tinjauan mikro). Pendekatan makroskopik menganalisis pendidikan
dalam hubungannya dengan kerangka sosial yang lebih luas. Sedangkan pendekatan
mikroskopik pendidikan dianalisis sebagai salah satu kesatuan unit yang hidup
dimana terdapat saling interaksi di dalamnya.
Dua pendekatan tersebut bersifat saling berkaitan atau saling melengkapi. Oleh
karena itu, diperlukan adanya keterbukaan wawasan dan keberanian dalam
memecahkan masalah secara mendasar dan menyeluruh, seperti yang berkaitan
dengan kejelasan antara yang dicita-citakan dengan langkah operasionalnya,
pemberdayaan kelembagaan yang ada dengan menata kembali sistemnya, adanya

8
perbaikan, pembaharuan, dan pengembangan dalam sistem pengelolaan, serta
peningkatan sumber daya manusia yang diperlukan.
Dengan berbagai langkah tersebut pendidikan di Indonesia diharapkan dapat
berperan lebih artikulatif di masa yang akan datang. Dengan pendidikan perikanan
yang bermutu, maka masyarakat nelayan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keahliannya dalam mengelola potensi kelautan. Sehingga, dengan adanya
peningkatan pengetahuan dan keahlian tersebut, para nelayan akan segera lepas dari
kondisi kemiskinan menuju masyarakat nelayan yang lebih berdaya dan sejahtera
secara ekonomi.

KESIMPULAN

Profesi nelayan di Indonesia nampaknya bukan merupakan profesi yang


menjanjikan, yang dapat memberikan masa depan baik atau kesejahteraan hidup. Hal ini
sangat berbeda dengan kondisi di negara-negara lain, seperti Jepang atau Malaysia, untuk
menjadi nelayan di negara-negara tersebut dibutuhkan keahlian dan konsistenitas profesi.
Sehingga tingkat kehidupan nelayan di negara-negara tersebut mapan.

Kondisi kemiskinan masyarakat nelayan di Indonesia dilatarbelakangi oleh


adanya pola hidup yang cenderung konsumtif sehingga tingkat kesadaran untuk
menabung relatif rendah. Selain itu, pengaruh iklim laut juga mempengaruhi hasil
tangkapan nelayan yang berdampak terhadap pendapatan nelayan. Keterbelakangan
teknologi dan pendidikan juga menjadi permasalahan yang menyebabkan masyarakat
nelayan di Indonesia masih tergolong miskin.

Oleh karena itu diperlukan upaya dari seluruh pihak untuk mengentaskan
kemiskinan dan keterbelakangan tersebut. Seperti melakukan pemberdayaan sosial
terhadap masyarakat nelayan mengenai pola hidup, pemberdayaan pendidikan dengan
melakukan pendekatan yang tepat mengingat pendidikan bukanlah suatu hal yang mudah
untuk dikendalikan, serta beberapa upaya lainnya yang mampu menciptakan
kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat nelayan di Indonesia.

9
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, A., Anriani, H. B., & Salam, M. A. S. ( 2020). In Pursuit of Prosperity: A Case
Study of Fisherman Communities In South Sulawesi, Indonesia. JOURNAL
OF CRITICAL REVIEWS, 7(16).

Imron, M. (2003). Kemiskinan dalam masyarakat nelayan. Jurnal Masyarakat dan


Budaya, 5(1), 63-82.

Retnowati, E. (2011). Nelayan indonesia dalam pusaran kemiskinan struktural (perspektif


sosial, ekonomi dan hukum). Perspektif, 16(3), 149-159.

Hamdani, H., & Wulandari, K. (2013). Faktor penyebab kemiskinan nelayan tradisional.

Amanah, S. (2008). Sistem penyuluhan perikanan dalam mengantisipasi era perubahan.


Jurnal Penyuluhan, 4(2).

Baharudin, B. (2014). PENDIDIKAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN


MASYARAKAT NELAYAN PESISIR. SOCIETY, 5(1), 57-67.

Karim, M. (2018). Nelayan Butuh Kehadiran Negara

https://news.detik.com/kolom/d-3977683/nelayan-butuh-kehadiran-negara
(diakses 21 April 2021)

Fadhilah. (2020). Dinamika Ekonomi Pesisir

https://www.kompasiana.com/fadhilah87546/5fe5e767d541df7399628d82/d
inamika-ekonomi-pesisir?page=all#sectionall (diakses 21 April 2021)

10

Anda mungkin juga menyukai