TENTANG
DAN
MEMUTUSKAN :
BAB II
NAMA,OBJEK, DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
a. Pembangunan baru
b. Bangunan Gedung yang sudah terbangun dan belum memilki PBG
dan/atau SLF
c. PBG perubahan untuk :
1. Perubahan fungsi Bangunan Gedung;
2. Perubahan lapis Bangunan Gedung;
3. Perubahan luas Bangunan Gedung;
4. Perubahan tampak Bangunan Gedung;
5. Perubahan spesifikasi dan dimensi komponen pada Bangunan
Gedung yang mempengaruhi aspek keselamatan dan/atau
kesehatan;
Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2022 6
6. Perkuatan Bangunan Gedung terhadap tingkat kerusakan sedang
atau berat;
7. Perlindungan dan/atau pengembangan Bangunan Gedung cagar
Budaya; atau
8. Perbaikan Bangunan Gedung yang terletak di kawasan cagar
budaya.
5. PBG perubahan tidak diperlukan untuk pekerjaan pemeliharaan
dan pekerjaan perawata;
6. Tidak termasuk objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah penerbitan PBG dan SLF untuk bangunan milik
pemerintah pusat, Pemerintah Daerah, atau bangunan yang
memilki fungsi keagamaan;
7. Subjek retribusi PBG adalah setiap orang pribadi atau badan yang
memperoleh PBG dan SLF;
8. Wajib Retribusi PBG Yang selanjutnya disebut Wajib Retribusi,
adalah orang pribadi atau badan yang diwajibkan untuk melakukan
pembayaran Retribusi PBG.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 3
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 4
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN BESARAN TARIF
Pasal 5
(1) Prinsip dan sasaran penetapan besaran tarif retribusi PBG didasarkan
pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya
penyelenggaraan penerbitan PBG dan SLF.
(2) Biaya penyelenggaraan penerbitan PBG dan SLF sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi penerbitan dokumen PBG dan SLF, Inspeksi Penilik
bangunan, penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif
dari penerbitan PBG dan SLF tersebut.
BAB VI
STUKTUR DAN BESARAN TARIF
Pasal 6
(1) Struktur dan besaran tarif retribusi PBG ditetapkan berdasarkan kegiatan
pemeriksaan pemenuhan standar teknis dan layanan konsultasi untuk:
a. Bangunan Gedung:
Tarif retribusi PBG untuk Bangunan Gedung dihitung berdasarkan
luas total lantai (LLt) dikalikan Indeks Lokalitas (Ilo) dikalikan standar
harga satuan tertinggi (SHST) dikalikan Indeks Terintegrasi (It)
dikalikan Indeks Bangunan Gedung Terbangun (Ibg), atau dengan
rumus.
Bobot Indeks
No Fungsi Klasifikasi Parameter (bp) Parameter Parameter
Bangunan (Ip)
1. Usaha Kompleksit 0,3 a.Sederhana 1
as
b. Tidak 2
Sederhana
2. Usaha Permanens 0,5 a.Non Permanen 1
(UMKM- i
Prototipe)
3. Hunian b. Permanen 2
a.<100 m2 dan Ketinggian 0,5 - 1 lantai 1
<2 lantai
- 2 lantai 1,090
- 3 lantai 1,120
b.>100 m2 dan -
> 2 lantai
(1). Tarif retribusi PBG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ditinjau paling
lama 3 (tiga) tahun sekali.
(2). Peninjauan tarif retribusi PBG sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan
perekonomian.
(3). Penghitungan Satuan Harga Satuan Tertinggi (SHST) mengacu pada Harga
Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) yang diatur dengan peraturan
dan/atau keputusan Kepala Daerah.
BAB VII
PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Pembayaran Retribusi PBG
Pasal 8
Pasal 9
(1) Pembayaran retribusi PBG dilakukan sekaligus atau lunas paling lambat 7
(tujuh) hari sejak SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan diterbitkan.
(2) Pembayaran retribusi PBG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor
langsung ke Rekening Kas Daerah yang telah ditentukan.
(3) Bukti pembayaran retribusi PBG yang telah disetor ke Rekening Kas
Daerah diserahkan kepada Bendahara Khusus Penerimaan Dinas untuk
dicatat dalam buku penerimaan.
(4) Bentuk, isi, kualitas, ukuran, buku dan tanda bukti pembayaran, serta
tata cara pembayaran ditetapakan dengan peraturan Bupati.
Bagian Kedua
Penagihan Retribusi PBG
Pasal 10
BAB VIII
KEBERATAN DAN BANDING
Pasal 11
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah
atau kepada Pejabat yang ditunjuk.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
(3) Keberatan harus diajukan dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan tanggal
seto, tanggal pemotongan/ atau pemungutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kecuali jika wajib Retribusi tidak dapat menunjukan bahwa
jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar
kekuasaannya.
(4) Keberatan dapat diajukan apabila wajib Retribusi telah membayar paling
sedikit sejumlah yang telah disetujui wajib pajak.
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan
pelaksanaan penagihan retribusi.
BAB IX
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUS
Pasal 12
Pasal 13
(1). Dalam hal terjadi kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi Dapat
mengajukan permohanan pengembalian kepada Bupati.
(2). Bupati harus memberikan keputusan dalam jangka waktu paling lama 6
(Enam) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran retribusi.
(3). Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah
dilampaui dan Bupati tidak membarikan suatu keputusan, maka
permohonan pengembalian pambayaran retribusi dianggap dikabulkan,
dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (Satu)
bulan.
(4). Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan
pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang retribusi
tersebut.
(5). Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan
sejak diterbitkannya SKRDLB.
(6). Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah
lewat 2 (dua) bulan Bupati yang memberikan imbalan bunga sebesar 2%
sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran retribusi.
(7). Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XI
KADALUARSA PENAGIHAN
Pasal 14
BAB XII
PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI
Pasal 15
BAB XIII
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 16
BAB XIV
SANKSI ADMINITRASI
Pasal 17
BAB XV
PENYIDIKAN
Pasal 18
(1) Selain oleh Pejabat penyidik umum, Penyidikan atas tindak pidana
pelanggaran Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri
Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya
sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku;
(2) Dalam melakukan Tugas Penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berwenang:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya
tindak pidana pelanggaran;
b. Melakukan Tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan
melakukan pemeriksaan;
c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa seseorang
tersangka dan memeriksa Tanda Pengenal diri tersangka;
d. Melakukan Penyitaan Benda dan/atau Surat;
e. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau sanksi;
f. Mendatangkan ahli yang dipergunakan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara; dan
g. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendpat petunjuk dari
penyidik bahwa tidak terdapat Bukti atau peristiwa tersebut bukan
merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik
memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka, dan
keluarganya.
BAB XVI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 19
BAB XVII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 20
BAB XVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 21
Pada saat peraturan daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Nomor 2
Tahun 2014 tentang Perizinan tertentu dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang tidak Bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dan Peraturan
Perundang-Undangan Lainnya.
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Ditetapkan di Tobelo
Pada Tanggal : 8 Februari 2022
TTD
FRANS MANERY
Diundangkan di Tobelo
Pada Tanggal : 8 Februari 2022
SEKRETARIS DAERAH
TTD
KEPALA BAGIAN
HUKUM DAN HAM SETDA