RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PUNCAK JAYA
TENTANG
Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 286 ayat (1) Undang- Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah ditetapkan dengan
undang-undang yang pelaksanaan di Daerah diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Daerah;
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 94 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
c. bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah
satu sumber penerimaan Kabupaten Puncak Jaya untuk
melaksanakan Pemerintahan dan Pembangunan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, dan
-2-
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Puncak Jaya.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Puncak Jaya.
4. Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah yang
selanjutnya disingkat dengan BPPRD adalah perangkat
daerah yang menyelenggarakan urusan dibidang pendapatan
daerah.
5. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang
perpajakan dan/atau retribusi daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Peraturan Bupati yang selanjutnya disebut Perbup adalah
Peraturan Bupati Puncak Jaya.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya
disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan daerah
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
8. Pendapatan Daerah adalah semua hak Daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode
-6-
13.
14.
15. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
16. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender
atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan
Bupati paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi
dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor dan
melaporkan Pajak terutang.
17. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
bertanggung jawab atas pembayaran Pajak, termasuk
wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
18. Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan barang, jasa,
-7-
dan/atau perizinan.
19. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menurut peraturan perundang-undangan diwajibkan
untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk
pemungut retribusi tertentu.
20. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang
merupakan batas waktu wajib retribusi untuk
memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah
Daerah yang bersangkutan.
21. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan
Lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD), atau Badan Usaha Milik Kampung
(BUMKAM), dengan nama dan dalam bentuk apapun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, Lembaga dan bentuk
Badan lainnya termasuk Kontrak Investasi Kolektif dan
bentuk usaha tetap.
22. Pajak Bumi dan Bangunan Perkampungan dan Perkotaan
yang selanjutnya disingkat PBB-P2 adalah Pajak atas bumi
dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan.
23. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan
perairan pedalaman.
24. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap di atas permukaan Bumi dan di
bawah permukaan Bumi.
25. Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP
adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual
beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat
transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan
harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan
baru, atau NJOP pengganti.
-8-
Bangunan Gedung.
25. Harga Satuan Bangunan Gedung Negara yang selanjutnya
disingkat HSBGN adalah standar harga satuan tertinggi
untuk biaya pelaksanaan konstruksi fisik pembangunan
bangunan gedung negara yang diberlakukan sesuai
dengan klasifikasi, lokasi dan tahun pembangunannya.
26. Perizinan Berusaha adalah legalitas yang diberikan kepada
pelaku usaha untuk memulai dan menjalankan usaha
dan/atau kegiatannya.
27. Retribusi Penggunaan Tenaga Kerja Asing adalah dana
kompensasi penggunaan tenaga kerja asing atas
pengesahan rencana penggunaan tenaga kerja asing
perpanjangan sesuai wilayah kerja tenaga kerja asing.
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi:
a. Pajak Daerah;
b. Retribusi Daerah; dan
c. Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
BAB III
PAJAK DAERAH
- 17 -
Bagian Kesatu
Jenis Pajak
Pasal 4
(1) Jenis Pajak terdiri atas:
a. PBB-P2;
b. BPHTB;
c. PBJT atas:
1. Makanan dan/atau Minuman;
2. Tenaga Listrik;
3. Jasa Perhotelan;
4. Jasa Parkir; dan
5. Jasa Kesenian dan Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. PAT;
f. Pajak MBLB;
g. Pajak Sarang Burung Walet;
h. Opsen PKB; dan
i. Opsen BBNKB.
(2) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g
tidak dipungut.
Pasal 5
(1) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 yang
dipungut berdasarkan penetapan Bupati terdiri atas:
a. PBB-P2;
b. Pajak Reklame;
c. PAT;
d. Opsen PKB; dan
e. Opsen BBNKB.
(2) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 yang
dipungut berdasarkan penghitungan sendiri oleh Wajib
Pajak terdiri atas:
a. BPHTB;
b. PBJT atas;
1. Makanan dan/atau Minuman;
- 18 -
2. Tenaga Listrik;
3. Jasa Perhotelan;
4. Jasa Parkir; dan
5. Jasa Kesenian dan Hiburan; dan
c. Pajak MBLB.
(3) Dokumen yang digunakan sebagai dasar pemungutan jenis
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
adalah SKPD dan SPPT.
(4) Dokumen yang digunakan sebagai dasar pemungutan jenis
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah SPTPD.
(5) Dokumen SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
wajib diisi dengan benar dan lengkap serta disampaikan
oleh Wajib Pajak kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Rincian Pajak Daerah
Paragraf 1
Pajak Bumi dan Bangunan Perkampungan dan Perkotaan
PBB-P2
Pasal 6
(1) PBB-P2 dipungut atas kepemilikan, pengusahaan dan/atau
pemanfaatan Bumi dan/atau Bangunan.
(2) Objek PBB-P2 adalah Bumi dan/atau Bangunan yang
dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang
pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan.
(3) Bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
termasuk permukaan Bumi hasil kegiatan reklamasi atau
pengurukan.
(4) Yang dikecualikan dari objek PBB-P2 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah kepemilikan, penguasaan,
dan/atau pemanfaatan atas:
a. bumi dan/atau Bangunan kantor pemerintah pusat,
- 19 -
Pasal 7
(1) Subjek PBB-P2 adalah orang pribadi atau Badan yang
secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau
memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,
menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.
- 20 -
(2) Wajib PBB-P2 adalah orang pribadi atau Badan yang secara
nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau
memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,
menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.
Pasal 8
(1) Dasar pengenaan PBB-P2 merupakan NJOP.
(2) NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
berdasarkan proses penilaian PBB-P2.
(3) NJOP tidak kena pajak ditetapkan sebesar
Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib
Pajak.
(4) Dalam hal Wajib Pajak memiliki atau menguasai lebih dari
satu objek PBB-P2, NJOP tidak kena pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) hanya diberikan atas salah satu
objek PBB-P2 untuk setiap Tahun Pajak.
(5) NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu
dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan
wilayah Daerah.
(6) Besaran NJOP ditetapkan oleh Bupati.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Penilaian PBB-P2
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Bupati yang berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 9
(1) NJOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Pasal 8 ayat (1)
ditetapkan paling rendah 20% (dua puluh persen) dan
paling tinggi 100% (seratus persen) dari NJOP setelah
dikurangi NJOP tidak kena pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (3).
(2) Besaran persentase NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) atas kelompok objek PBB-P2 ditentukan dengan
mempertimbangkan:
a. kenaikan NJOP hasil penilaian;
- 21 -
Pasal 10
(1) Tarif PBB-P2 ditetapkan sebesar 0,5% (nol koma lima
persen).
(2) Tarif PBB-P2 atas objek berupa lahan produksi pangan dan
ternak ditetapkan sebesar 0,1% (nol koma satu persen).
Pasal 11
Besaran pokok PBB-P2 yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan dasar pengenaan PBB-P2 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (5) Pasal 9 ayat (1) dengan tarif PBB-P2
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Pasal 10 ayat (1) atau
ayat (2) .
Pasal 12
(1) Tahun Pajak PBB-P2 adalah jangka waktu 1 (satu) tahun
kalender.
(2) Saat terutang PBB-P2 ditetapkan pada saat terjadinya
kepemilikan, penguasaan, dan/atau pemanfaatan Bumi
dan/atau Bangunan.
(3) Saat yang menentukan untuk menghitung PBB-P2 terutang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan keadaan
objek PBB-P2 pada tanggal 1 Januari.
(4) Wilayah Pemungutan PBB-P2 yang terutang merupakan
wilayah Daerah yang meliputi letak objek PBB-P2.
(5) Termasuk dalam wilayah Pemungutan PBB-P2 sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) merupakan wilayah daerah
Kabupaten Puncak Jaya tempat Bumi dan/atau Bangunan
berikut berada:
a. laut pedalaman dan perairan darat serta Bangunan di
atasnya; dan
- 22 -
Paragraf 2
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
BPHTB
Pasal 13
(1) Objek BPHTB adalah perolehan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan.
(2) Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pemindahan hak karena:
1. jual beli;
2. tukar-menukar;
3. hibah;
4. hibah wasiat;
5. waris;
6. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum
lain;
7. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;
8. penunjukan pembeli dalam lelang;
9. pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai
kekuatan hukum tetap;
10. penggabungan usaha;
11. peleburan usaha;
12. pemekaran usaha; atau
13. hadiah; dan
b. pemberian hak baru karena:
1. kelanjutan pelepasan hak; atau
2. di luar pelepasan hak.
(3) Hak atas Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. hak milik;
b. hak guna usaha;
- 23 -
Pasal 14
(1) Subjek Pajak BPHTB adalah orang pribadi atau Badan yang
memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.
(2) Wajib Pajak BPHTB adalah orang pribadi atau Badan yang
memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.
Pasal 15
(1) Dasar pengenaan BPHTB merupakan NPOP nilai perolehan
objek pajak.
(2) NPOP nilai perolehan objek pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut:
a. harga transaksi untuk jual beli;
b. nilai pasar untuk tukar menukar, hibah, hibah wasiat,
waris, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum
lainnya, pemisahan hak yang mengakibatkan
peralihan, peralihan hak karena pelaksanaan putusan
hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap,
pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari
pelepasan hak, pemberian hak baru atas tanah di luar
pelepasan hak, penggabungan usaha, peleburan usaha,
pemekaran usaha, dan hadiah; dan
c. harga transaksi yang tercantum dalam risalah lelang
untuk penunjukan pembeli dalam lelang.
(3) Dalam hal NPOP nilai perolehan objek pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak diketahui atau lebih rendah
daripada NJOP yang digunakan dalam pengenaan pajak
bumi dan bangunan pada tahun terjadinya perolehan, dasar
pengenaan BPHTB yang digunakan adalah NJOP yang
digunakan dalam pengenaan pajak bumi dan bangunan
pada tahun terjadinya perolehan.
(4) Besarnya NPOP nilai perolehan objek pajak tidak kena pajak
- 25 -
Pasal 16
Tarif BPHTB ditetapkan sebesar 5% (lima persen).
Pasal 17
(1) Besaran pokok BPHTB yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan dasar pengenaan BPHTB sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (1) setelah dikurangi NPOP tidak kena
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4), ayat
(5), atau ayat (6) dengan tarif BPHTB sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16.
(2) BPHTB yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat
tanah dan/atau Bangunan berada.
(3) Besaran pokok BPHTB yang dibawah NPOP dan Mekanisme
tata cara pemungutan BPHTB tidak kena pajak ditetapkan
dengan Peraturan Bupati.
Pasal 18
(1) Saat terutangnya BPHTB ditetapkan pada saat terjadinya
perolehan tanah dan/atau Bangunan dengan ketentuan:
a. pada tanggal dibuat dan ditandatanganinya perjanjian
pengikatan jual beli untuk jual beli;
- 26 -
Pasal 19
- 27 -
Pasal 20
(1) Pejabat pembuat akta tanah atau notaris sesuai
kewenangannya wajib:
a. meminta bukti pembayaran BPHTB kepada Wajib
Pajak, sebelum menandatangani akta pemindahan Hak
atas Tanah dan/atau Bangunan; dan
b. melaporkan pembuatan perjanjian pengikatan jual beli
dan/atau akta atas tanah dan/atau Bangunan kepada
Bupati paling lambat pada tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya.
(2) Dalam hal pejabat pembuat akta tanah/notaris melanggar
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan
sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Berupa:
a. denda sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah) untuk setiap pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a; dan/atau
b. denda sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk
setiap laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b.
(3) Kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara
wajib:
a. meminta bukti pembayaran BPHTB kepada Wajib
Pajak, sebelum menandatangani risalah lelang; dan
b. melaporkan risalah lelang kepada Bupati paling lambat
pada tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.
(4) Kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara
yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan bagi
- 28 -
Pasal 21
(1) Kepala kantor bidang pertanahan hanya dapat melakukan
pendaftaran hak atas tanah atau pendaftaran peralihan hak
atas tanah setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti
pembayaran BPHTB.
(2) Kepala kantor bidang pertanahan yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 3
Pajak Barang dan Jasa Tertentu
PBJT
Pasal 22
Objek PBJT merupakan penjualan, penyerahan, dan/atau
konsumsi barang dan jasa tertentu yang meliputi:
a. Makanan dan/atau Minuman;
b. Tenaga Listrik;
c. Jasa Perhotelan;
d. Jasa Parkir; dan
e. Jasa Kesenian dan Hiburan.
Pasal 23
(1) Penjualan dan/atau penyerahan Makanan dan/atau
Minuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a
meliputi Makanan dan/atau Minuman yang disediakan
oleh:
a. Restoran yang paling sedikit menyediakan pelayanan
penyajian Makanan dan/atau Minuman berupa meja,
kursi, dan/atau peralatan makan dan minum;
b. penyedia jasa boga atau katering yang melakukan:
1. proses penyediaan bahan baku dan bahan setengah
jadi, pembuatan, penyimpanan, serta penyajian
berdasarkan pesanan;
- 29 -
Pasal 24
(1) Konsumsi Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 huruf b adalah penggunaan Tenaga Listrik oleh
pengguna akhir.
(2) Yang dikecualikan dari konsumsi Tenaga Listrik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. konsumsi Tenaga Listrik oleh instansi Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan penyelenggara negara
lainnya;
b. konsumsi Tenaga Listrik pada tempat yang
digunakan oleh kedutaan, konsulat, dan
perwakilan negara asing berdasarkan asas timbal balik;
c. konsumsi Tenaga Listrik pada rumah ibadah, panti
jompo, panti asuhan, dan panti sosial lainnya yang
- 30 -
sejenis; dan
d. konsumsi Tenaga Listrik yang dihasilkan sendiri
dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin
dari instansi teknis terkait.
Pasal 25
(1) Jasa Perhotelan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
huruf c meliputi jasa penyediaan akomodasi dan fasilitas
penunjangnya, serta penyewaan ruang rapat/pertemuan
pada penyedia jasa perhotelan seperti:
a. Hotel;
b. hostel;
c. vila;
d. pondok wisata;
e. motel;
f. losmen;
g. wisma pariwisata;
h. pesanggrahan;
i. rumah penginapan/guesthouse/ bungalo/resort/
cottage/ home stay;
j. tempat tinggal pribadi yang difungsikan sebagai hotel;
dan
k. glamping.
(2) Yang dikecualikan dari Jasa Perhotelan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah;
b. jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat,
panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial lainnya
yang sejenis;
c. jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan
keagamaan;
d. jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata; dan
e. jasa persewaan ruangan untuk diusahakan di Hotel.
Pasal 26
- 31 -
Pasal 27
(1) Jasa Kesenian dan Hiburan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 huruf e meliputi:
a. tontonan film atau bentuk tontonan audio visual
lainnya yang dipertontonkan secara langsung di suatu
lokasi tertentu;
b. pergelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;
c. kontes kecantikan;
d. kontes binaraga;
e. pameran;
f. pertunjukan sirkus, akrobat, dan sulap;
g. perlombaan kendaraan bermotor;
h. permainan ketangkasan;
i. olahraga permainan dengan menggunakan tempat/
ruang dan/atau peralatan dan perlengkapan untuk
olahraga dan kebugaran;
j. rekreasi wahana air, wahana ekologi, wahana
pendidikan, wahana budaya, wahana permainan,
pemancingan, agrowisata, dan kebun binatang;
k. panti pijat dan pijat refleksi; dan
- 32 -
Pasal 28
(1) Subjek PBJT adalah konsumen barang dan jasa tertentu.
(2) Wajib PBJT adalah orang pribadi atau Badan yang
melakukan penjualan, penyerahan, penyelenggara,
dan/atau konsumsi barang dan jasa tertentu.
Pasal 29
(1) Dasar pengenaan PBJT merupakan jumlah yang dibayarkan
oleh konsumen barang atau jasa tertentu, meliputi:
a. jumlah pembayaran yang diterima oleh penyedia
Makanan dan/atau Minuman untuk PBJT atas
Makanan dan/atau Minuman;
b. nilai jual Tenaga Listrik untuk PBJT atas Tenaga
Listrik;
c. jumlah pembayaran kepada penyedia Jasa Perhotelan
untuk PBJT atas Jasa Perhotelan;
d. jumlah pembayaran kepada penyedia atau
penyelenggara tempat parkir dan/atau penyedia
pelayanan memarkirkan kendaraan untuk PBJT atas
jasa parkir; dan
e. jumlah pembayaran yang diterima oleh penyelenggara
jasa kesenian dan hiburan untuk PBJT atas jasa
kesenian dan hiburan.
(2) Dalam hal pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat
- 33 -
Pasal 30
(1) Nilai jual Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29 ayat (1) huruf b ditetapkan untuk:
a. tenaga listrik yang berasal dari sumber lain dengan
pembayaran; dan
b. tenaga Listrik yang dihasilkan sendiri.
(2) Nilai jual Tenaga Listrik yang ditetapkan untuk Tenaga
Listrik yang berasal dari sumber lain dengan pembayaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dihitung
berdasarkan:
a. jumlah tagihan biaya/beban tetap ditambah dengan
biaya pemakaian kWh/variabel yang ditagihkan dalam
rekening listrik, untuk pascabayar; dan
b. jumlah pembelian Tenaga Listrik untuk prabayar.
(3) Nilai jual Tenaga Listrik yang ditetapkan untuk Tenaga
Listrik yang dihasilkan sendiri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dihitung berdasarkan:
a. kapasitas tersedia;
b. tingkat penggunaan listrik;
c. jangka waktu pemakaian listrik; dan
d. harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Daerah.
- 34 -
Pasal 31
(1) Tarif PBJT ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen)
(2) Khusus tarif PBJT atas tenaga listrik untuk:
a. Konsumsi tenaga listrik dari sumber lain oleh industri,
pertambangan minyak bumi dan gas alam, ditetapkan
paling tinggi sebesar 3% (tiga persen); dan
b. Konsumsi tenaga listrik yang dihasilkan sendiri,
ditetapkan paling tinggi 1,5% (satu koma lima persen).
(3) Khusus Tarif PBJT atas jasa hiburan pada:
a. pagelaran kesenian tradisional 5% (lima persen); dan
b. diskotek, karaoke, kelab malam, bar, dan mandi
uap/spa ditetapkan 40% (empat puluh persen).
Pasal 32
(1) Besaran pokok PBJT yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan dasar pengenaan PBJT sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 ayat (1) dengan tarif PBJT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31.
(2) Saat terutang PBJT ditetapkan pada saat:
a. pembayaran/penyerahan atas Makanan dan/atau
Minuman untuk PBJT atas Makanan dan/atau
Minuman;
b. konsumsi/pembayaran atas Tenaga Listrik untuk PBJT
atas Tenaga Listrik;
c. pembayaran/penyerahan atas jasa perhotelan untuk
PBJT atas Jasa Perhotelan;
d. pembayaran/penyerahan atas jasa penyediaan tempat
- 35 -
Paragraf 4
Pajak Reklame
Pasal 33
(1) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan
Reklame.
(2) Objek Pajak Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron;
b. Reklame kain;
c. Reklame melekat/stiker;
d. Reklame selebaran;
e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;
f. Reklame udara;
g. Reklame film/slide; dan
h. Reklame peragaan.
(3) Yang dikecualikan dari objek Pajak Reklame sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. penyelenggaraan Reklame melalui internet, televisi,
radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan,
dan sejenisnya;
b. label/merek produk yang melekat pada barang yang
diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan
dari produk sejenis lainnya;
c. nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang
melekat pada bangunan dan/atau di dalam area
tempat usaha atau profesi yang jenis, ukuran, bentuk,
dan bahan Reklamenya diatur dalam Peraturan Bupati
dengan berpedoman pada ketentuan yang mengatur
tentang nama pengenal usaha atau profesi tersebut;
- 36 -
Pasal 34
(1) Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan
yang menggunakan Reklame.
(2) Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang
menyelenggarakan Reklame.
Pasal 35
(1) Dasar Pengenaan Pajak Reklame merupakan nilai sewa
Reklame.
(2) Dalam hal Reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, nilai
sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan berdasarkan nilai kontrak Reklame.
(3) Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri, nilai sewa
Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
dengan memperhatikan faktor jenis, bahan yang digunakan,
lokasi penempatan, waktu penayangan, jangka waktu
penyelenggaraan, jumlah, dan ukuran media Reklame.
(4) Dalam hal nilai sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak diketahui dan/atau dianggap tidak wajar, nilai
sewa Reklame ditetapkan dengan menggunakan faktor-
faktor sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Perhitungan nilai sewa Reklame sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 36
Tarif Pajak Reklame ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima
persen).
Pasal 37
(1) Besaran pokok Pajak Reklame yang terutang dihitung
- 37 -
Paragraf 5
Pajak Air Tanah
PAT
Pasal 38
(1) Objek PAT adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air
Tanah.
(2) Yang dikecualikan dari objek PAT adalah pengambilan
untuk:
a. keperluan dasar rumah tangga;
b. pengairan pertanian rakyat;
c. perikanan rakyat;
d. peternakan rakyat;
e. keperluan keagamaan; dan
f. pemanfaatan air tanah ynang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Daerah yang bukan untuk tujuan komersil.
Pasal 39
(1) Subjek PAT adalah orang pribadi atau Badan yang
melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.
(2) Wajib PAT adalah orang pribadi atau Badan yang
melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.
Pasal 40
- 38 -
Pasal 41
Besarnya nilai perolehan Air dalam wilayah Daerah ditetapkan
dengan Peraturan Bupati dengan berpedoman pada nilai
perolehan Air Tanah yang ditetapkan oleh Gubernur sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 42
Tarif PAT ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).
Pasal 43
(1) Besaran pokok PAT yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan dasar pengenaan PAT sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 ayat (1) dengan tarif PAT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42.
(2) Saat terutang PAT ditetapkan pada saat terjadinya
pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
(3) PAT yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat
pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.
- 39 -
Paragraf 6
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak MBLB
Pasal 44
(1) Objek Pajak MBLB adalah kegiatan pengambilan MBLB
yang meliputi:
a. batu tulis;
b. batu setengah permata;
c. batu kapur;
d. batu permata;
e. bentonit;
f. dolomit;
g. feldspar;
h. garam batu (halite);
i. grafit;
j. granit/andesit;
k. gips;
l. kalsit;
m. kaolin;
n. leusit;
o. magnesit;
p. mika;
q. marmer;
r. nitrat;
s. obsidian;
t. oker;
u. pasir dan kerikil;
v. pasir kuarsa;
w. perlit;
x. fosfat;
y. talk;
z. tanah serap (fullers earth);
aa. tanah diatom;
bb. tanah liat;
cc. tawas (alum);
- 40 -
dd. tras;
ee. yarosit;
ff. zeolit;
gg. basal;
hh. trakhit;
ii. belerang;
jj. MBLB ikutan dalam suatu pertambangan mineral; dan
kk. MBLB lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Yang dikecualikan dari objek Pajak MBLB, meliputi
pengambilan MBLB:
a. untuk keperluan rumah tangga dan tidak
diperjualbelikan/dipindahtangankan; dan
b. untuk keperluan pemancangan tiang listrik/ telepon,
penanaman kabel, penanaman pipa, dan sejenisnya
yang tidak mengubah fungsi permukaan tanah.
Pasal 45
(1) Subjek Pajak MBLB adalah orang pribadi atau Badan yang
mengambil MBLB.
(2) Wajib Pajak MBLB adalah orang pribadi atau Badan yang
mengambil MBLB.
Pasal 46
(1) Dasar pengenaan Pajak MBLB merupakan nilai jual hasil
pengambilan MBLB.
(2) Nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan perkalian volume/tonase pengambilan MBLB
dengan harga patokan tiap-tiap jenis MBLB.
(3) Harga patokan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dihitung berdasarkan harga jual rata-rata tiap-tiap jenis
MBLB pada mulut tambang yang berlaku di wilayah Daerah.
(4) Harga patokan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pertambangan mineral dan batu bara.
- 41 -
Pasal 47
Tarif Pajak MBLB ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (dua
puluh persen).
Pasal 48
(1) Besaran pokok Pajak MBLB yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan dasar pengenaan Pajak MBLB
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dengan tarif
Pajak MBLB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47.
(2) Saat terutang Pajak MBLB ditetapkan pada saat terjadinya
pengambilan MBLB di mulut tambang.
(3) Pajak MBLB yang terutang dipungut di wilayah Daerah
tempat pengambilan MBLB.
Paragraf 8
Opsen Pajak Kendaraan Bermotor
Opsen PKB
Pasal 49
Opsen PKB dikenakan atas Pajak terutang dari PKB.
Pasal 50
(1) Subjek Pajak Opsen PKB merupakan Subjek PKB.
(2) Wajib Pajak Opsen PKB merupakan Wajib PKB.
(3) Pemungutan Opsen PKB dilakukan bersamaan dengan
pemungutan Pajak terutang dari PKB.
Pasal 51
Dasar pengenaan untuk Opsen PKB merupakan PKB terutang.
Pasal 52
Tarif Opsen PKB ditetapkan sebesar 66% (enam puluh enam
persen) dihitung dari besaran pajak terutang.
Pasal 53
(1) Besaran pokok Opsen PKB yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan dasar pengenaan
- 42 -
Paragraf 8
Opsen Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Opsen BBNKB
Pasal 54
Opsen BBNKB dikenakan atas Pajak terutang dari BBNKB.
Pasal 55
(1) Subjek Pajak Opsen BBNKB merupakan Subjek BBNKB.
(2) Wajib Pajak Opsen BBNKB merupakan Wajib Pajak BBNKB.
(3) Pemungutan Opsen BBNKB dilakukan bersamaan dengan
pemungutan Pajak terutang dari BBNKB.
Pasal 56
Dasar pengenaan untuk Opsen BBNKB merupakan BBNKB
terutang.
Pasal 57
Tarif Opsen BBNKB ditetapkan sebesar 66% (enam puluh enam
persen) dihitung dari besaran pajak terutang.
Pasal 58
(1) Besaran pokok Opsen BBNKB yang terutang dihitung
dengan cara mengalikan dasar pengenaan pajak
sebagaimana dimaksud pada Pasal 56 dengan tarif
sebagaimana dimaksud pada Pasal 57.
(2) Saat terutang Opsen BBNKB ditetapkan pada saat
terutangnya BBNKB.
(3) Opsen BBNKB yang terutang dipungut di wilayah Daerah
tempat kendaraan bermotor terdaftar.
- 43 -
Bagian Ketiga
Masa Pajak dan Tahun Pajak
Pasal 59
(1) Saat terutang Pajak ditetapkan pada saat orang pribadi atau
Badan telah memenuhi syarat subjektif dan objektif atas
suatu jenis Pajak dalam satu kurun waktu tertentu dalam
masa Pajak, dalam tahun Pajak, atau bagian tahun Pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai perpajakan Daerah.
(2) Masa Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib
Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan Pajak
yang terutang untuk jenis Pajak yang dipungut berdasarkan
perhitungan sendiri Wajib Pajak atau menjadi dasar bagi
Bupati untuk menetapkan Pajak terutang untuk jenis Pajak
yang dipungut berdasarkan penetapan Bupati.
(3) Masa Pajak yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan Pajak yang terutang
untuk jenis Pajak yang dipungut berdasarkan perhitungan
sendiri Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau
jangka waktu lain paling lama 3 (tiga) bulan kalender.
(4) Tahun Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun
kalender, kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun
buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai masa Pajak, tahun Pajak,
dan bagian tahun Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Penggunaan Hasil Penerimaan Pajak Untuk Kegiatan
Yang Telah Ditentukan
Pasal 60
(1) Hasil penerimaan Opsen PKB dialokasikan paling sedikit
- 44 -
BAB IV
RETRIBUSI DAERAH
Bagian Kesatu
Jenis Retribusi
Pasal 61
Jenis Retribusi terdiri atas:
a. Retribusi Jasa Umum;
b. Retribusi Jasa Usaha; dan
c. Retribusi Perizinan Tertentu.
Bagian Kedua
Retribusi Jasa Umum
Pasal 62
(1) Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang
- 45 -
Pasal 63
(1) Jenis pelayanan yang merupakan objek Retribusi Jasa
Umum meliputi:
a. pelayanan kesehatan;
b. pelayanan kebersihan;
c. pelayanan parkir di tepi jalan umum; dan
d. pelayanan pasar.
(2) Pelayanan yang merupakan objek Retribusi Jasa Umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pelayanan
yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
berdasarkan kewenangan Daerah sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
(3) Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ayat (1)
termasuk pelayanan yang diberikan oleh BLUD.
Paragraf 1
Retribusi Pelayanan Kesehatan
Pasal 64
(1) Pelayanan Kesehatan merupakan pelayanan Kesehatan
yang dikelola oleh Pemerintah Daerah meliputi:
a. puskesmas;
b. puskesmas keliling;
c. puskesmas pembantu;
d. balai pengobatan;
e. rumah sakit umum daerah; dan
f. tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis.
(2) Dikecualikan dari objek pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan administrasi.
Pasal 65
Tingkat penggunaan jasa pelayanan kesehatan diukur
berdasarkan jenis pelayanan, frekuensi pelayanan, dan/atau
jangka waktu pelayanan.
Pasal 66
Struktur dan besarnya tarif retribusi Pelayanan Kesehatan
- 47 -
Paragraf 2
Retribusi Pelayanan Kebersihan
Pasal 67
(1) Pelayanan kebersihan merupakan pelayanan kebersihan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, meliputi:
a. Pengambilan atau pengumpulan sampah dari
sumbernya ke lokasi pembuangan sementara;
b. pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi
pembuangan sementara ke lokasi pembuangan akhir
sampah/ pengolahan atau pemusnahan akhir sampah;
c. penyediaan lokasi pembuangan atau pengolahan atau
pemusnahan akhir sampah;
d. penyediaan dan/atau penyedotan kakus; dan
e. pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran,
dan industri.
(2) Dikecualikan dari Pelayanan Kebersihan adalah pelayanan
kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah, sosial, dan
tempat umum lainnya.
Pasal 68
Tingkat penggunaan jasa pelayanan kebersihan diukur
berdasarkan jenis pelayanan, frekuensi pelayanan, volume
dan/atau jenis sampah atau limbah kakus atau limbah cair.
Pasal 69
Struktur dan besarnya tarif retribusi Pelayanan Kebersihan
tercantum pada Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 3
Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
Pasal 70
Pelayanan parkir di tepi jalan umum merupakan penyediaan
- 48 -
Pasal 72
(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan parkir tepi
jalan umum tercantum pada Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 4
Retribusi Pelayanan Pasar
Pasal 73
(1) Pelayanan pasar merupakan penyediaan fasilitas pasar
tradisional atau sederhana berupa pelataran, los, dan kios
yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola
oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
dan pihak swasta.
Pasal 74
Tingkat penggunaan jasa pelayanan pasar di ukur berdasarkan
frekuensi pelayanan, jangka waktu pemakaian fasilitas pasar
dan/atau jenis pemakaian fasilitas pasar.
Pasal 75
Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan pasar
tercantum pada Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal …
(1) Tingkat penggunaan jasa atas pelayanan Jasa Umum
merupakan jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar
- 49 -
Paragraf 5
Pengaturan Retribusi Jasa Umum
Pasal 76
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa
Umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan
jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek
keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan
tersebut.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya
operasional dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya
modal.
(3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan
biaya penyediaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi Jasa
Umum yang diberikan oleh BLUD ditetapkan sesuai dengan
- 50 -
Pasal 77
Besaran Retribusi Jasa Umum yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan tingkat penggunaan jasa dengan tarif
Retribusi.
Pasal 78
(1) Struktur dan besaran tarif Retribusi Jasa Umum
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Perda ini.
(2) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun
sekali.
(3) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan
perkembangan perekonomian, tanpa melakukan
penambahan objek Retribusi Jasa Umum.
(4) Tarif Retribusi hasil peninjauan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga
Retribusi Jasa Usaha
Pasal 79
(1) Subjek Retribusi Jasa Usaha merupakan orang pribadi atau
Badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan Jasa
Usaha.
(2) Wajib Retribusi Jasa Usaha merupakan orang pribadi atau
Badan yang menurut peraturan perundang-undangan
diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi atas
pelayanan Jasa Usaha.
Pasal …
(3) (1) Jenis penyediaan atau pelayanan barang dan/atau jasa
yang merupakan objek Retribusi Jasa Usaha meliputi:
a. penyediaan tempat kegiatan usaha berupa pasar grosir,
pertokoan, dan tempat kegiatan usaha lainnya;
b. penyediaan tempat pelelangan ikan, ternak, hasil bumi,
- 51 -
Pasal 80
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif
Retribusi Jasa Usaha ditujukan untuk memperoleh
keuntungan yang layak.
(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan
jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan
berorientasi pada harga pasar.
(3) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi Jasa
Usaha yang diberikan oleh BLUD ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan yang mengatur
mengenai BLUD.
Pasal 81
Besaran Retribusi Jasa Usaha yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan tingkat penggunaan jasa dengan tarif
Retribusi.
Paragraf 1
Retribusi Penyediaan Tempat Kegiatan Usaha
Berupa Pasar Grosir, Pertokoan, dan
Tempat Kegiatan Usaha Lainnya
Pasal 82
(1) Retribusi Penyediaan Tempat Kegiatan Usaha Berupa Pasar
Grosir, Pertokoan, dan Tempat Kegiatan Usaha Lainnya
- 53 -
Pasal 83
Tingkat Penggunaan Jasa di ukur berdasarkan luas tempat
usaha, frekuensi pelayanan, dan/atau jangka waktu pemakaian
fasilitas pasar grosir, pertokoan, dan/atau tempat usaha
lainnya.
Pasal 84
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Penyediaan Tempat
Kegiatan Usaha Berupa Pasar Grosir, Pertokoan, dan Tempat
Kegiatan Usaha Lainnya tercantum dalam Lampiran V yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 2
Retribusi Penyediaan Tempat Pelelangan Ikan,
Ternak, Hasil Bumi, dan Hasil Hutan
termasuk Fasilitas Lainnya
Pasal 85
(1) Penyediaan tempat pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan
hasil hutan termasuk fasilitas lainnya dalam lingkungan
tempat pelelangan merupakan penyediaan tempat
pelelangan yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah
Daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil
bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta
fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan.
(2) Termasuk penyediaan Tempat Pelelangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah tempat yang disewa oleh
Pemerintah Daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai
- 54 -
tempat pelelangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tempat Pelelangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dalam Peraturan Bupati berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Paragraf 3
Retribusi Penyediaan Tempat Khusus Parkir
di Luar Badan Jalan
Pasal 86
(1) Penyediaan Tempat Khusus Parkir di luar Badan Jalan
merupakan penyediaan tempat khusus parkir yang secara
khusus disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Objek Retribusi Penyediaan Tempat Khusus Parkir di luar
Badan Jalan adalah pelayanan tempat khusus parkir yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah, yang terdiri dari:
a. pelataran/lingkungan parkir;
b. taman parkir; dan
c. gedung parkir.
(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah pelayanan tempat parkir yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan
pihak swasta.
Pasal 87
Tingkat Penggunaan Jasa diukur berdasarkan jenis kendaraan,
frekuensi pelayanan, dan/atau jangka waktu pemakaian
fasilitas tempat khusus parkir di luar badan jalan.
Pasal 88
(1) Tarif Retribusi digolongkan berdasarkan jenis tempat parkir
khusus yang disediakan dan jenis kendaraan bermotor.
- 55 -
Paragraf 4
Retribusi Penyediaan Tempat Penginapan atau Pesanggrahan
Pasal 89
(1) Penyediaan tempat penginapan atau pesanggrahan atau
villa merupakan penyediaan tempat penginapan atau
pesanggrahan atau villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Objek Retribusi Penyediaan Tempat Penginapan/
Pasanggrahan/villa adalah pelayanan tempat
penginapan/pasanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah tempat penginapan/pesanggrahan/vila
yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, dan pihak swasta.
Pasal 90
Tingkat Penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis fasilitas,
frekuensi pelayanan, dan/atau jangka waktu pemakaian
fasilitas tempat penginapan atau pesanggrahan atau vila.
Pasal 91
Struktur dan besarnya tarif Retribusi penyediaan tempat
- 56 -
Paragraf 5
Retribusi Pelayanan Rumah Potong Hewan
Pasal 92
(1) Pelayanan rumah pemotongan hewan ternak merupakan
pelayanan penyediaan fasilitas pemotongan hewan ternak,
termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan
sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Objek Retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas
rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan
pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah
dipotong, yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah
pemotongan hewan ternak yang disediakan, dimilki,
dan/atau dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha Milik Daerah, dan pihak swasta.
Pasal 93
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis hewan
ternak, jenis pelayanan, frekuensi pelayanan, dan/atau jangka
waktu pemakaian fasilitas rumah potong hewan.
Pasal 94
Struktur dan besarnya tarif Retribusi pelayanan rumah potong
hewan untuk setiap ekor hewan ternak, tercantum dalam
Lampiran VIII, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Paragraf 6
Retribusi Pelayanan Tempat Rekreasi,
Pariwisata, dan Olahraga
- 57 -
Pasal 95
(1) Pelayanan Tempat Rekreasi, Pariwisata, dan Olahraga
merupakan pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan
olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Objek Retribusi Pelayanan Tempat Rekreasi, Pariwisata dan
Olahraga adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan
olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata,
dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola
oleh Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, dan pihak swasta.
Pasal 96
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis fasilitas,
frekuensi pelayanan, dan/atau jangka waktu pemakaian
fasilitas tempat rekreasi, pariwisata, dan olah raga.
Pasal 97
Besarnya tarif tempat rekreasi, pariwisata dan sarana olahraga,
tercantum dalam Lampiran IX, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 7
Retribusi Pelayanan Penyebrangan Orang atau Barang
dengan Menggunakan Kendaraan di Air
Pasal 98
(1) Pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan
menggunakan kendaraan di air merupakan pelayanan
penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan
kendaraan di air yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola
oleh Pemerintah Daerah.
- 58 -
Pasal 99
Tingkat Penggunaan jasa diukur berdasarkan frekuensi
pelayanan dan/atau jangka waktu pemakaian fasilitas
penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan
kendaraan di air.
Pasal 100
Sruktur dan besarnya tarif Retribusi pelayanan penyeberangan
orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di air,
tercantum dalam Lampiran X yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 8
Retribusi Penjualan Hasil Produksi Usaha
Pemerintah Daerah
Pasal 101
(1) Penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah
merupakan penjualan hasil produksi usaha Daerah oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Objek Retribusi Penjualan Hasil Produksi Usaha Pemerintah
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
penjualan hasil produksi usaha Daerah.
(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud
- 59 -
Pasal 102
Tingkat Penggunaan Jasa Penjualan Produksi Usaha Daerah
diukur berdasarkan jenis dan/atau volume produksi usaha
Daerah.
Pasal 103
Struktur dan besarnya Tarif Retribusi Penjualan Produksi
Usaha Daerah tercantum dalam lampiran XI yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 9
Retribusi Pemanfaatan Aset Daerah
Pasal 104
(1) Retribusi Pemanfaatan Aset Daerah yang tidak menganggu
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi perangkat
Daerah dan/atau optimalisasi Aset Daerah dengan tidak
mengubah status kepemilikan dipungut Retribusi atas
Pemanfaatan Aset Daerah yang disediakan, dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Objek Retribusi Pemanfaatan Aset Daerah adalah
Pemanfaatan Aset Daerah yang disediakan, dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(3) Pengaturan lebih lanjut mengenai bentuk pemanfaatan
barang milik daerah dan penghitungan besaran tarif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.
pemanfaatan barang milik daerah dan tata cara
penghitungan besaran tarif ditetapkan dengan Peraturan
Bupati untuk pemanfaatan barang milik Daerah berupa:
a. sewa yang masa sewanya lebih dari 1 (satu) tahun;
b. kerja sama pemanfaatan;
c. bangun guna serah atau bangun serah guna; atau
- 60 -
Pasal 105
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis
pemanfaatan aset, jenis pelayanan, frekuensi pelayanan,
dan/atau jangka waktu pemanfaatan aset Daerah.
Pasal 106
Struktur dan besarnya tarif pemanfaatan aset Daerah
ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 10
Pengaturan Retribusi Jasa Usaha
Pasal …
(1) Tingkat penggunaan jasa atas pelayanan Jasa Usaha
merupakan jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar
alokasi beban biaya yang dipikul Pemerintah Daerah
untuk penyelenggaraan jasa yang bersangkutan.
(2) Tingkat penggunaan jasa atas pelayanan Jasa Usaha
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan ketentuan:
a. penyediaan tempat kegiatan usaha diukur
berdasarkan luas tempat usaha, frekuensi
pelayanan, dan/atau jangka waktu pemakaian
- 61 -
Pasal 107
(1) Struktur dan besaran tarif Retribusi Jasa Usaha
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(2) Tarif Retribusi jasa usaha ditinjau kembali paling lama 3
(tiga) tahun sekali.
(3) Peninjauan tarif Retribusi jasa usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan
indeks harga dan perkembangan perekonomian, tanpa
melakukan penambahan objek Retribusi Jasa Usaha.
(4) Tarif Retribusi jasa usaha hasil peninjauan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.
Bagian Keempat
Retribusi Perizinan Tertentu
Pasal 108
(1) Jenis pelayanan pemberian izin yang merupakan objek
Retribusi Perizinan Tertentu meliputi:
a. PBG; dan
- 63 -
Pasal 109
(1) Subjek Retribusi Perizinan Tertentu merupakan Orang
Pribadi atau Badan yang menggunakan atau menikmati
pemberian Perizinan Tertentu.
(2) Wajib Retribusi Perizinan Tertentu merupakan Orang
pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-
undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran
Retribusi atas pemberian Perizinan Tertentu.
Paragraf 1
Retribusi Persetujuan Bangunan Gedung
Pasal 110
(1) Objek retribusi PBG adalah penerbitan PBG dan SLF
(2) Penerbitan PBG dan SLF sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi penerbitan PBG dan SLF oleh
Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Penerbitan PBG dan SLF sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi kegiatan pelayanan konsultasi pemenuhan
standar teknis, penerbitan PBG, inspeksi bangunan gedung,
penerbitan SLF dan SBKBG, serta pencetakan plakat SLF.
(4) Penerbitan PBG dan SLF tersebut diberikan untuk
permohonan persetujuan:
a. pembangunan baru;
b. bangunan gedung yang sudah terbangun dan belum
- 64 -
Pasal 111
(1) Besarnya retribusi PBG Perizinan Tertentu yang terutang
dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat penggunaan
jasa atas penyediaan layanan dengan harga satuan retribusi
PBG Perizinan Tertentu.
(2) Tingkat penggunaan jasa atau penyediaan layanan PBG
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diukur berdasarkan
formula yang mencerminkan biaya penyelenggaraan
- 65 -
penyediaan layanan.
(3) Harga satuan retribusi PBG sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. indeks lokalitas dan Standar Harga Satuan Teringgi
untuk Bangunan Gedung; atau
b. harga Satuan retribusi Prasarana Bangunan Gedung
untuk Prasarana Bangunan Gedung.
(4) Formula sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas
formula untuk :
a. bangunan gedung; dan
b. prasarana bangunan gedung.
(5) Formula sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a
terdiri atas:
a. luas total lantai;
b. indeks lokalitas
c. indeks terintegrasi; dan
d. indeks bangunan gedung terbangun.
(6) Formula sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b
terdiri dari:
a. volume;
b. indeks bangunan gedung; dan
c. indeks bangunan gedung terbangun.
(7) Tingkat penggunaan jasa atas pelayanan penggunaan
tenaga kerja asing diukur berdasarkan frekuensi
penyediaan pelayanan dan/atau jangka waktu pelayanan.
Pasal 112
(1) Prinsip dan sasaran penetapan besaran tarif retribusi PBG
Perizinan Tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup
seluruh biaya penyelenggaraan penerbitan PBG dan SLF.
pemberian izin yang bersangkutan.
(2) Biaya penyelenggaraan penerbitan PBG dan SLF
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penerbitan
dokumen PBG dan SLF, inspeksi Pemilik bangunan,
penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak
negatif dari penerbitan PBG dan SLF tersebut.
- 66 -
Pasal 114
(1) Tarif Retribusi merupakan nilai rupiah yang
ditetapkan untuk menghitung besaran Retribusi yang
terutang.
(2) Dalam hal tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dinyatakan dalam satuan mata uang selain rupiah,
pembayaran Retribusi dimaksud tetap harus dilakukan
dalam satuan mata uang rupiah dengan menggunakan
kurs pada saat terutang yang ditetapkan oleh
menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan
di bidang keuangan untuk kepentingan perpajakan.
(3) Struktur dan besaran tarif Retribusi Perizinan
Tertentu tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
(4) Tarif Retribusi PBG ditinjau kembali paling lama 3 (tiga)
tahun sekali.
(5) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada
- 67 -
Pasal 115
(1) Khusus untuk pelayanan PBG, besaran Retribusi yang
terutang dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat
penggunaan jasa atas penyediaan pelayanan PBG dengan
harga satuan Retribusi PBG.
(2) Harga satuan Retribusi PBG sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri atas:
a. SHST untuk Bangunan Gedung; atau
b. HSPBG untuk Prasarana Bangunan Gedung.
(3) Retribusi PBG yang terutang dipungut di wilayah Daerah.
Pasal 116
Saat terutangnya Retribusi Perizinan Tertentu berupa PBG
adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
Paragraf 2
Retribusi Penggunaan Tenaga Kerja Asing
- 68 -
Pasal 117
(1) Pelayanan penggunaan tenaga kerja asing merupakan
pelayanan pengesahan rencana penggunaan tenaga kerja
asing perpanjangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai penggunaan tenaga kerja
asing.
(2) Dikecualikan dari pengenaan Retribusi atas pelayanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu penggunaan
tenaga kerja asing oleh instansi pemerintah pusat,
perwakilan negara asing, badan internasional, lembaga
sosial, lembaga keagamaan, dan jabatan tertentu di lembaga
pendidikan.
Pasal 118
(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jangka waktu
perpanjangan rencana penggunaan tenaga kerja asing dan
jumlah tenaga kerja asing yang dipekerjakan
(2) Peninjauan besaran tarif Retribusi khusus pelayanan
penggunaan tenaga kerja asing berdasarkan tarif yang
ditetapkan dalam peraturan pemerintah mengenai jenis dan
tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
berlaku pada kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.
Pasal 119
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi
Penggunaan tenaga kerja asing ditetapkan berdasarkan pada
tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya
penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.
Pasal 120
(1) Struktur tarif Retribusi penggunaan tenaga kerja asing
ditetapkan berdasarkan tingkat penggunaan jasa.
(2) Besarnya tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan sebesar USD 100 (seratus dolar Amerika
Serikat) per jabatan per orang per bulan sebagai
- 69 -
Bagian Kelima
Pemanfaatan Penerimaan Retribusi
Pasal 121
(1) Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis
Retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan yang
berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan
yang bersangkutan.
(2) Pemanfaatan dari penerimaan Retribusi yang dipungut dan
dikelola oleh BLUD dapat langsung digunakan untuk
mendanai penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai BLUD.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan penerimaan
Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB V
PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Pasal 122
(1) Pemungutan Pajak dan Retribusi dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan umum dan tata cara pemungutan Pajak
dan Retribusi.
(2) Ketentuan umum dan tata cara pemungutan Pajak dan
Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pengaturan mengenai:
- 70 -
BAB VI
PENGURANGAN, KERINGANAN, PEMBEBASAN,
PENGHAPUSAN ATAU PENUNDAAN ATAS POKOK
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Bagian Kesatu
Insentif Fiskal Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Bagi Pelaku Usaha
Pasal 123
(1) Dalam mendukung kebijakan kemudahan berinvestasi,
Bupati dapat memberikan insentif fiskal kepada pelaku
usaha di Daerah.
(2) Insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
pengurangan, keringanan, dan pembebasan atau
penghapusan atas pokok Pajak, pokok Retribusi, dan/atau
sanksinya.
(3) Insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diberikan atas permohonan Wajib Pajak dan/atau Wajib
Retribusi atau diberikan secara jabatan oleh Bupati
- 71 -
berdasarkan pertimbangan:
a. kemampuan membayar Wajib Pajak dan/atau Wajib
Retribusi;
b. kondisi tertentu objek Pajak, seperti objek Pajak
terkena bencana alam, kebakaran, dan/atau penyebab
lainnya yang terjadi bukan karena adanya unsur
kesengajaan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dan/atau
pihak lain yang bertujuan untuk menghindari
pembayaran Pajak;
c. untuk mendukung dan melindungi pelaku usaha mikro
dan ultra mikro;
d. untuk mendukung kebijakan Pemerintah Daerah dalam
mencapai program prioritas Daerah; dan/atau
e. untuk mendukung kebijakan Pemerintah Pusat dalam
mencapai program prioritas Nasional.
(4) Pemberian insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) merupakan kewenangan Bupati sesuai dengan kebijakan
Daerah dalam pengelolaan keuangan Daerah.
(5) Pemberian insentif fiskal kepada Wajib Pajak dan/atau
Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
a dan huruf b, dilakukan dengan memperhatikan faktor:
a. kepatuhan pembayaran dan pelaporan Pajak oleh Wajib
Pajak selama 2 (dua) tahun terakhir;
b. kesinambungan usaha Wajib Pajak dan/atau Wajib
Retribusi;
c. kontribusi usaha dan penanaman modal Wajib Pajak
dan/atau Wajib Retribusi terhadap perekonomian
Daerah dan lapangan kerja di Daerah yang
bersangkutan; dan/atau
d. faktor lain yang ditentukan oleh Bupati.
(6) Pemberian insentif fiskal kepada Wajib Pajak dan/atau
Wajib Retribusi pelaku usaha mikro dan ultra mikro
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c, dilakukan
sesuai dengan kriteria usaha mikro dan ultra mikro dalam
peraturan perundang-undangan di bidang usaha mikro,
kecil, menengah, dan koperasi.
- 72 -
Pasal 124
(1) Pemberian insentif fiskal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 158 Pasal 123 ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan
Bupati dan diberitahukan kepada DPRD.
(2) Pemberitahuan kepada DPRD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disertai dengan pertimbangan Bupati dalam
memberikan insentif fiskal.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai administrasi dan tata cara
pemberian insentif fiskal diatur dalam Peraturan Bupati.
Pasal 125
(1) Dalam hal pemberian insentif fiskal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 158 ayat (1) merupakan permohonan Wajib
Pajak dan/atau Wajib Retribusi, apabila diperlukan Bupati
atau Pejabat yang ditunjuk dapat melakukan Pemeriksaan
Pajak dan/atau Retribusi untuk tujuan lain.
(2) Pemeriksaan Pajak dan/atau Retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memastikan
bahwa Wajib Pajak dan/atau Wajib Retribusi yang
mengajukan permohonan insentif fiskal berhak untuk
menerima insentif fiskal sesuai dengan pertimbangan dan
faktor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 ayat (5).
Bagian Kedua
Pemberian Keringanan, Pengurangan, dan Pembebasan
Pasal 126
(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan
- 73 -
Bagian Ketiga
Kemudahan Perpajakan Daerah
Pasal 127
(1) Bupati dapat memberikan kemudahan perpajakan Daerah
kepada Wajib Pajak, berupa:
a. perpanjangan batas waktu pembayaran atau pelaporan
Pajak; dan/atau
b. pemberian fasilitas angsuran atau penundaan
pembayaran Pajak terutang atau Utang Pajak.
(2) Perpanjangan batas waktu pembayaran atau pelaporan
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
diberikan kepada Wajib Pajak yang mengalami keadaan
kahar sehingga Wajib Pajak tidak mampu memenuhi
kewajiban Pajak pada waktunya.
(3) Perpanjangan batas waktu pembayaran atau pelaporan
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
- 74 -
BAB VII
KERAHASIAAN DATA WAJIB PAJAK
Pasal 128
(1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain
segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan
kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau
pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan Daerah.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga
terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk
membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan Daerah.
(3) Yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) adalah:
a. Pejabat dan/atau tenaga ahli yang bertindak sebagai
saksi atau ahli dalam sidang pengadilan; dan
b. Pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh
Bupati untuk memberikan keterangan kepada pejabat
lembaga negara atau instansi Pemerintah yang
berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang
Keuangan Daerah.
(4) Untuk kepentingan Daerah, Bupati berwenang memberikan
izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat
- 76 -
BAB VIII
INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAN RETRIBUSI
Pasal 129
(1) Perangkat Daerah yang melaksanakan pemungutan Pajak
dan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian
kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan melalui APBD.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian dan
pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
BAB IX
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 130
(1) Pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai
penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan Daerah dan Retribusi, sebagaimana
- 77 -
BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 131
(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya mengisi SSPD BPHTB
dan/atau SPTPD dengan tidak benar atau tidak lengkap
atau melampirkan keterangan yang tidak benar atau tidak
menyampaikan, sehingga merugikan Keuangan Daerah,
diancam dengan pidana sesuai dengan peraturan
perundang-undangan tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
Wajib Pajak yang karena kealpaannya mengisi SSPD BPHTB
dan/atau SPTPD dengan tidak benar atau tidak lengkap
atau melampirkan keterangan yang tidak benar atau tidak
menyampaikan, sehingga merugikan Keuangan Daerah,
diancam dengan pidana kurungan atau pidana denda
sesuai ketentuan Pasal 181 ayat (1) Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja mengisi SSPD BPHTB
dan/atau SPTPD dengan tidak benar atau tidak lengkap
- 79 -
Pasal 132
Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban membayar
atas pelayanan yang digunakan atau dinikmati, sehingga
merugikan keuangan Daerah, diancam dengan pidana sesuai
dengan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah.
Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya
sehingga merugikan Keuangan Daerah, diancam dengan pidana
kurungan atau pidana denda sesuai ketentuan Pasal 183
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Pasal 133
Pejabat atau tenaga ahli yang melanggar larangan kerahasiaan
data Wajib Pajak, diancam dengan pidana berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Pasal …
- 80 -
Pasal 134
Ketentuan mengenai Opsen Pajak MBLB, Opsen PKB, dan
Opsen BBNKB berlaku paling cepat mulai tanggal 5 Januari
2025.
Pasal 135
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku:
a. ketentuan mengenai pelaksanaan pemanfaatan barang milik
daerah yang telah dilaksanakan berdasarkan perjanjian
masih tetap berlaku sampai berakhirnya masa perjanjian.
b. terhadap hak dan kewajiban Wajib Pajak dan Wajib Retribusi
- 81 -
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 136
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku:
a. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Pajak
Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Puncak Jaya Tahun
2012 Nomor 5);
b. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Retribusi
Jasa Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Puncak Jaya
Tahun 2012 Nomor 6);
c. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Retribusi
Jasa Usaha (Lembaran Daerah Kabupaten Puncak Jaya
Tahun 2012 Nomor 7);
d. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Retribusi
Perizinan Tertentu (Lembaran Daerah Kabupaten Puncak
Jaya Tahun 2012 Nomor 8);
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal …
- 82 -
Pasal 137
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Mulia
pada tanggal 2023
TUMIRAN
Diundangkan di Mulia
pada tanggal 2023
Pj. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PUNCAK JAYA,
YUBELINA ENUMBI
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN PUNCAK JAYA
NOMOR .... TAHUN 2023
TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
- 83 -
I. UMUM
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, Daerah mempunyai hak dan kewajiban
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada
masyarakat. Untuk dapat menyelenggarakan pemerintahan dengan baik
diperlukan sumber-sumber pembiayaan yang sah sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Retribusi sebagai salah satu sumber pendapatan bagi
Daerah perlu menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, semua Peraturan
Daerah yang mengatur Pajak dan Retribusi Daearah harus menyesuaikan dengan
undang-undang tersebut. Peraturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi Daerah
akan menjadi pedoman dalam upaya penanganan dan pengelolaan Pajak dan
Retribusi Daerah guna meningkatkan penerimaan daerah. Pajak dan Retribusi
Daerah mempunyai peranan penting untuk mendorong pembangunan daerah,
meningkatkan pendapatan daerah dalam rangka untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Selain itu dengan Peraturan Daerah ini diharapkan ada
peningkatan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajibannya.
Restrukturisasi Pajak dilakukan melalui reklasifikasi 5 (lima) jenis Pajak yang
berbasis konsumsi menjadi satu jenis Pajak, yaitu PBJT. Hal ini memiliki tujuan
untuk: (i) menyelaraskan objek pajak antara pajak pusat dan Pajak Daerah
sehingga menghindari adanya duplikasi pemungutan pajak; (ii)
menyederhanakan administrasi perpajakan sehingga manfaat yang diperoleh
lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pemungutan; (iii) memudahkan
pemantauan pemungutan Pajak terintegrasi oleh Daerah; dan (iv) mempermudah
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, sekaligus mendukung
kemudahan berusaha dengan adanya simplifikasi administrasi perpajakan.
Selain integrasi pajak-pajak Daerah berbasis konsumsi, PBJT mengatur
perluasan objek Pajak seperti atas parkir valet, objek rekreasi, dan persewaan
sarana dan prasarana olahraga (objek olahraga permainan).
Pemerintah Daerah juga diberikan kewenangan pemungutan Opsen. Opsen atas
pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor
- 84 -
(BBNKB) sejatinya merupakan pengalihan dari bagi hasil pajak provinsi. Hal
tersebut dapat meningkatkan kemandirian Daerah tanpa menambah beban Wajib
Pajak, karena penerimaan perpajakan akan dicatat sebagai PAD, serta
memberikan kepastian atas penerimaan Pajak dan memberikan keleluasan
belanja atas penerimaan tersebut dibandingkan dengan skema bagi hasil. Opsen
pajak juga mendorong peran daerah untuk melakukan ekstensifikasi perpajakan
Daerah. Hal ini akan mendukung pengelolaan keuangan Daerah yang lebih
berkualitas karena perencanaan, penganggaran, dan realisasi APBD akan lebih
balk.
Penyederhanaan Retribusi dilakukan melalui rasionalisasi jumlah Retribusi.
Retribusi diklasifikasikan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu Retribusi Jasa Umum,
Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan Tertentu. Rasionalisasi tersebut
memiliki tujuan agar Retribusi yang akan dipungut Pemerintah Daerah adalah
Retribusi yang dapat dipungut dengan efektif, serta dengan biaya pemungutan
dan biaya kepatuhan yang rendah. Selain itu, rasionalisasi dimaksudkan untuk
mengurangi beban masyarakat dalam mengakses layanan dasar publik yang
menjadi kewajiban Pemerintah Daerah.
Peraturan Daerah ini mengatur antara lain: jenis Pajak dan Retribusi, Subjek
Pajak dan Wajib Pajak, Subjek Retribusi dan Wajib Retribusi, objek Pajak dan
Retribusi, dasar pengenaan Pajak, tingkat penggunaan jasa Retribusi, saat
terutang Pajak, wilayah pemungutan Pajak, tarif Pajak dan Retribusi, pemberian
fasilitas Pajak dan Retribusi, penetapan target penerimaan Pajak dan Retribusi,
serta insentif pemungutan Pajak dan Retribusi.
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
- 85 -
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "kawasan" adalah semua tanah dan
Bangunan yang digunakan oleh perusahaan perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan di tanah yang diberi hak guna usaha
perkebunan, tanah yang diberi hak pengusahaan hutan dan tanah
yang menjadi wilayah usaha pertambangan.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Yang dimaksud dengan "tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan" adalah bahwa objek Pajak itu diusahakan untuk
melayani kepentingan umum, dan nyata-nyata tidak ditujukan
untuk mencari keuntungan.
Hal ini dapat diketahui antara lain dari anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga dari yayasan/ Badan yang bergerak
dalam bidang keagamaan, panti sosial, kesehatan, pendidikan,
dan kebudayaan nasional tersebut. Termasuk pengertian ini
adalah hutan wisata milik negara sesuai dengan ketentuan
peratuan perundang-undangan.
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Cukup Jelas
Huruf f
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup Jelas
- 86 -
Pasal 8
Ayat (1)
Penetapan NJOP dapat dilakukan dengan:
a. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, adalah
suatu pendekatan/metode penentuan nialai jual suatu objek
Pajak dengan cara membandingkannya dengan objek Pajak lain
yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan
telah diketahui harga jualnya.
b. Nilai perolehan baru, adalah suatu pendekatan/metode
penentuan nilai jual suatu objek Pajak dengan cara menghitung
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek
tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan
penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek tersebut.
c. Nilai jual pengganti, adalah suatu pendekatan/metode
penentuan nilai jual suatu objek Pajak yang berdasarkan pada
hasil produksi objek Pajak tersebut.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Pada dasarnya penetpan NJOP adalah 3 (tiga) tahun sekali. Dalam
hal Daerah mengalami perkembangan pembangunan yang
mengakibatkan kenaikan NJOP yang cukup besar, maka penetapan
NJOP dapat ditetapkan setahun sekali.
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
- 87 -
2) NJOP Bangunan
150 x Rp.2.000.000,00 = Rp.300.000.000,00 +
Total NJOP = Rp.600.000.000,00
b. NJOP tidak kena Pajak = Rp. 10.000.000,00 -
c. NJOP kena Pajak = Rp.590.000.000,00
d. NJOP PBB-P2:
100% x Rp.590.000.000,00 = Rp.590.000.000,00
2. Tarif PBB-P2: 0,5%
3. Pokok PBB-P2 terutang:
0,5% x Rp.590.000.000,00 = Rp. 2.950.000,00
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Perolehan hak karena hibah wasiat atau waris tertentu antara lain
waris atau hibah wasiat yang berlaku pada kebudayaan dan adat
istiadat di Daerah dimana tanah/bangunan yang diperoleh tidak dapat
dijual atau diwariskan kembali.
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
- 89 -
Pasal 19
Ketentuan mengenai penerbitan surat keterangan bukan objek BPHTB
bertujuan untuk memberikan kepastian bagi pejabat pembuat akta
tanah/notaris, kepala kantor lelang negara, dan kepala kantor bidang
pertanahan, bahwa suatu perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
bukan merupakan objek BPHTB. Sebagai contoh, Bupati atau Wali Kota
atau pejabat dapat menerbitkan surat keterangan bukan objek BPHTB atas
perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan oleh orang pribadi atau
Badan karena wakaf.
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Huruf a
Contoh Penjualan dan/atau penyerahan Makanan dan/ atau
Minuman:
1. Toko Roti A melakukan penjualan roti dan minuman kepada
konsumen. Roti diproduksi dari tempat lain (pabrik roti),
kemudian didistribusikan melalui Toko Roti A untuk dijual
kepada konsumen. Toko Roti A tidak menyediakan meja, kursi,
dan/atau peralatan makan di lokasi penjualan. Oleh karena itu,
Toko Roti A tidak memenuhi kriteria Restoran, sehingga atas
penjualan roti dan minuman yang dilakukan tidak terutang PBJT,
melainkan merupakan objek pajak pertambahan nilai.
2. Toko Roti dengan merek dagang B pada Mal X melakukan
penjualan roti dan minuman kepada konsumen. Roti diproduksi
dari tempat lain (pabrik roti), kemudian didistribusikan melalui
Toko Roti B untuk dijual kepada konsumen. Untuk meningkatkan
pelayanannya kepada konsumen, Toko Roti B menyediakan meja
dan kursi kepada konsumen untuk menyantap di tempat. Oleh
karena itu, toko roti dimaksud merupakan Restoran sehingga
- 90 -
Cukup Jelas
Huruf h
Cukup Jelas
Huruf i
Cukup Jelas
Huruf j
Yang dimaksud dengan "tempat tinggal pribadi yang
difungsikan sebagai hotel" adalah rumah, apartemen, dan
kondominium yang disediakan sebagai jasa akomodasi
selayaknya akomodasi hotel, tetapi tidak termasuk bentuk
persewaan (kontrak) jangka panjang (lebih dari satu bulan).
Huruf k
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Yang dimaksud dengan "persewaan ruangan untuk diusahakan
di hotel" adalah ruangan yang disewa oleh pelaku usaha untuk
penyelenggaraan kegiatan usaha seperti kantor, toko, atau
mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di dalam hotel.
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat (1)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
- 92 -
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Cukup Jelas
Huruf f
Cukup Jelas
Huruf g
Cukup Jelas
Huruf h
Yang dimaksud dengan "permainan ketangkasan" adalah
bentuk permainan yang berada di dalam kawasan arena
dan/atau taman bermain yang dipungut bayaran, baik yang
berada di dalam ruangan maupun di luar ruangan seperti
permainan ding-dong, lempar bola ke dalam keranjang,
paintball, dan sebagainya.
Huruf i
Yang dimaksud dengan "olahraga permainan" adalah bentuk
persewaan ruang dan alat olahraga seperti tempat kebugaran
(fitness center), lapangan futsalm lapangan tenis, kolam renang,
dan sebagainya yang dikenakan bayaran atas penggunaannya.
Huruf j
Cukup Jelas
Huruf k
Cukup Jelas
Huruf l
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Penjualan atau penyerahan barang dan jasa tertentu oleh Wajib Pajak
termasuk penyediaan akomodasi yang dipasarkan oleh pihak ketiga
berupa tempat tinggal yang difungsikan sebagai hotel.
- 93 -
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Dalam rangka mendukung kebijakan Nasional dalam
pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan
(EBT), tarif dapat dibedakan berdasarkan jenis pembangkit
listrik, misalnya tarif PBJT atas konsumsi Tenaga Listrik yang
dihasilkan dari pembangkit listrik yang menggunakan sumber
energi EBT dapat ditetapkan lebih rendah dibandingkan
dengan tarif PBJT atas konsumsi Tenaga Listrik yang
dihasilkan dari pembangkit listrik yang menggunakan sumber
energi fosil atau non-EBT.
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Tarif dimungkinkan juga untuk ditetapkan secara variatif
masing-masing jenis hiburan dalam rentang persentase
tersebut.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
Pasal 35
Cukup Jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Cukup Jelas
Pasal 38
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pemanfaatan" adalah kegiatan penggunaan
Air Tanah di sumbernya tanpa dilakukan pengambilan.
- 95 -
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 39
Cukup Jelas
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Nilai perolehan Air Tanah yang ditetapkan oleh Gubernur berpedoman
pada ketentuan yang diatur oleh menteri yang menyelenggarakan Urusan
Pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral.
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43
Cukup Jelas
Pasal 44
Cukup Jelas
Pasal 45
Cukup Jelas
Pasal 46
Cukup Jelas
Pasal 47
Cukup Jelas
Pasal 48
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
Pasal 50
Cukup Jelas
Pasal 51
Cukup Jelas
Pasal 52
Cukup Jelas
Pasal 53
Cukup Jelas
Pasal 54
Cukup Jelas
- 96 -
Pasal 55
Cukup Jelas
Pasal 56
Cukup Jelas
Pasal 57
Cukup Jelas
Pasal 58
Cukup Jelas
Pasal 59
Ayat (1)
Pada prinsipnya saat terutangnya Pajak terjadi pada saat timbulnya
objek pajak yang dapat dikenai Pajak. Namun, untuk kepentingan
administrasi perpajakan saat terutangnya pajak dapat terjadi pada:
a. suatu saat tertentu, misalnya untuk BPHTB;
b. akhir masa Pajak, misalnya untuk PBJT; atau
c. suatu Tahun Pajak, misalnya untuk PBB-P2.
Yang dimaksud dengan “syarat subjektif” adalah persyaratan yang
sesuai dengan ketentuan mengenai subjek Pajak dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Yang dimaksud dengan “syarat objektif” adalah persyaratan yang
sesuai dengan ketentuan mengenai objek Pajak dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 60
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
- 97 -
Cukup Jelas
Ayat (3)
Penyediaan dan pemeliharaan infrastruktur penerangan jalan umum
dalam ayat ini termasuk pembayaran ketersediaan pelayanan atas
penyediaan dan pemeliharaan infrastruktur penerangan jalan umum
yang disediakan melalui skema pembiayaan kerjasama antara
pemerintah dan badan usaha.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 61
Cukup Jelas
Pasal 62
Cukup Jelas
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Penyesuaian detail rincian objek dalam Peraturan Bupati dapat
dilakukan sepanjang detail rincian objek yang baru merupakan
bagian dari rincian objek yang telah diatur dalam Perda.
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Cukup Jelas
Pasal 64
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
- 98 -
Pasal 76
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Dalam hal besarnya tarif Retribusi yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Daerah perlu disesuaikan karena biaya penyediaan
layanan cukup besar dan/atau besarnya tarif tidak efektif lagi untuk
mengendalikan permintaan layanan tersebut, Bupati dapat
menyesuaikan tarif Retribusi.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 77
Cukup Jelas
Pasal 78
Cukup Jelas
Pasal 79
Cukup Jelas
Pasal 80
Cukup Jelas
Pasal 81
Cukup Jelas
Pasal 82
Cukup Jelas
Pasal 83
Cukup Jelas
Pasal 84
Cukup Jelas
Pasal 85
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
- 100 -
Pasal 104
Cukup Jelas
Pasal 105
Cukup Jelas
Pasal 106
Cukup Jelas
Pasal 107
Cukup Jelas
Pasal 108
Cukup Jelas
Pasal 109
Cukup Jelas
Pasal 110
Cukup Jelas
Pasal 111
Cukup Jelas
Pasal 112
Cukup Jelas
Pasal 113
Cukup Jelas
Pasal 114
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Dalam hal besarnya tarif Retribusi yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Daerah perlu disesuaikan karena biaya penyediaan
layanan cukup besar dan/atau besarnya tarif tidak efektif lagi untuk
mengendalikan permintaan layanan tersebut, Bupati dapat
menyesuaikan tarif Retribusi.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 115
Cukup Jelas
- 103 -
Pasal 116
Cukup Jelas
Pasal 117
Cukup Jelas
Pasal 118
Cukup Jelas
Pasal 119
Cukup Jelas
Pasal 120
Cukup Jelas
Pasal 121
Cukup Jelas
Pasal 122
Cukup Jelas
Pasal 123
Cukup Jelas
Pasal 124
Cukup Jelas
Pasal 125
Cukup Jelas
Pasal 126
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Kondisi Wajib Pajak atau Wajib Retribusi antara lain adalah
kemampuan membayar Wajib Pajak atau Wajib Retribusi atau
tingkat likuiditas Wajib Pajak atau Wajib Retribusi.
Kondisi objek Pajak antara lain adalah lahan pertanian yang sangat
terbatas, tanah dan bangunan yang ditempati Wajib Pajak atau Wajib
Retribusi dari golongan tertentu, dan nilai objek Pajak sampai dengan
batas tertentu.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
- 104 -
Pasal 127
Cukup Jelas
Pasal 128
Cukup Jelas
Pasal 129
Cukup Jelas
Pasal 130
Cukup Jelas
Pasal 131
Cukup Jelas
Pasal 132
Cukup Jelas
Pasal 133
Cukup Jelas
Pasal 134
Cukup Jelas
Pasal 135
Cukup Jelas
Pasal 136
Cukup Jelas
Pasal 137
Cukup Jelas
3 KELAS 2 KELAS 1
10 PROSEDUR PANKREAS DAN HEPATOBILLIARI LAIN-LAIN
a. RINGAN 3.931.400 4.580.100 5.228.800
b. SEDANG 6.468.600 7.535.900 8.603.200
c. BERAT 8.369.800 9.750.800 11.131.900
11 SIROSIS HATI DAN HEPATITIS ALKOHOLIK
a. RINGAN 2.339.200 2.725.200 3.111.100
b. SEDANG 3.050.100 3.553.300 4.056.600
c. BERAT 4.627.100 5.390.600 6.154.100
12 TUMOR SISTEM HEPATOBILLIARI DAN PANCREAS
a. RINGAN 3.523.800 4.105.300 4.686.700
b. SEDANG 4.933.400 5.747.400 6.561.400
c. BERAT 5.976.800 6.962.900 7.949.100
13 GANGGUAN PANKREAS SELAIN TUMOR (RINGAN)
a. RINGAN 3.186.000 3.711.700 4.237.300
b. SEDANG 4.966.200 5.785.600 6.605.000
c. BERAT 6.803.600 7.926.200 9.048.800
14 GANGGUAN HATI LAIN-LAIN
a. RINGAN 3.039.200 3.540.600 4.042.100
b. SEDANG 3.660.900 4.264.900 4.868.900
c. BERAT 4.877.300 5.682.000 6.486.800
15 GANGGUAN SALURAN EMPEDU LAIN-LAIN
a. RINGAN 3.035.900 3.536.800 4.037.700
b. SEDANG 3.675.600 4.282.100 4.888.600
c. BERAT 4.744.300 5.527.100 6.309.900
16 LEUKEMIA AKUT
a. RINGAN 4.352.600 5.070.800 5.788.900
b. SEDANG 7.000.100 8.155.100 9.310.200
c. BERAT 13.116.000 15.280.100 17.444.200
17 LIMFOMA & LEUKEMIA NON AKUT
a. RINGAN 3.426.100 3.991.400 4.556.700
b. SEDANG 4.420.200 5.149.500 5.878.800
c. BERAT 6.974.200 8.125.000 9.275.700
18 KEMOTERAPI
a. RINGAN 1.796.500 2.092.900 2.389.300
b. SEDANG 3.332.800 3.882.800 4.432.700
c. BERAT 4.137.900 4.820.600 5.503.300
19 TUMOR MYELOPROLIFERATIF LAIN-LAIN
a. RINGAN 3.175.300 3.699.200 4.223.100
b. SEDANG 4.221.700 4.918.200 5.614.800
c. BERAT 6.172.400 7.190.900 8.209.300
20 PENCANGKOKAN SUMSUM TULANG
a. RINGAN 14.023.100 16.336.900 18.650.700
b. SEDANG 26.051.300 30.349.800 34.648.200
c. BERAT 31.594.800 36.807.900 42.021.100
21 PROSEDUR PADA DARAH DAN ORGAN PEMBENTUK DARAH LAIN-LAIN
a. RINGAN 3.733.300 4.349.300 4.965.300
b. SEDANG 10.287.400 11.984.800 13.682.200
c. BERAT 16.318.900 19.011.500 21.704.100
22 AGRANULOSITOSIS
a. RINGAN 2.303.000 2.683.000 3.063.000
b. SEDANG 3.355.600 3.909.200 4.462.900
c. BERAT 5.279.100 6.150.200 7.021.200
3 KELAS 2 KELAS 1
62 GEGAR OTAK
a. RINGAN 1.823.300 2.124.100 2.424.900
b. SEDANG 2.362.500 2.752.300 3.142.100
c. BERAT 3.055.500 3.559.700 4.063.800
63 GANGGUAN - PENYAKIT SISTEM PERSARAFAN LAIN-LAIN
a. RINGAN 2.881.300 3.356.700 3.832.100
b. SEDANG 3.352.100 3.905.200 4.458.300
c. BERAT 5.011.900 5.838.900 6.665.800
64 PROSEDUR EKSTRAOKULER DAN ORBITA
a. RINGAN 2.057.500 2.397.000 2.736.500
b. SEDANG 4.622.700 5.385.500 6.148.200
c. BERAT 6.286.600 7.323.900 8.361.200
65 PROSEDUR LENSA DAN INTRA OKULER
a. RINGAN 6.280.900 7.317.200 8.353.600
b. SEDANG 7.803.300 9.090.900 10.378.400
c. BERAT 10.929.600 12.733.000 14.536.400
66 INFEKSI MATA AKUT MAYOR
a. RINGAN 2.468.400 2.875.600 3.282.900
b. SEDANG 3.349.000 3.901.600 4.454.200
c. BERAT 6.582.700 7.668.900 8.755.000
67 GANGGUAN PERSARAFAN MATA
a. RINGAN 2.130.300 2.481.800 2.833.200
b. SEDANG 2.429.900 2.830.900 3.231.800
c. BERAT 3.479.500 4.053.600 4.627.700
68 GANGGUAN MATA LAIN-LAIN
a. RINGAN 2.511.600 2.926.000 3.340.400
b. SEDANG 3.000.800 3.496.000 3.991.100
c. BERAT 5.028.900 5.858.600 6.688.400
69 LIGASI DAN STRIPPING PEMBULUH DARAH VENA
a. RINGAN 9.557.300 11.134.200 12.711.200
b. SEDANG 11.966.600 13.941.100 15.915.600
c. BERAT 14.802.500 17.244.900 19.687.300
70 PROSEDUR SISTIM PEREDARAN DARAH LAIN-LAIN
a. RINGAN 10.772.700 12.550.200 14.327.700
b. SEDANG 13.458.000 15.678.600 17.899.200
c. BERAT 14.147.200 16.481.500 18.815.800
71 INFARK MYOKARD AKUT
a. RINGAN 3.118.300 3.632.800 4.147.300
b. SEDANG 5.062.000 5.897.200 6.732.400
c. BERAT 7.293.600 8.497.000 9.700.400
72 ENDOKARDITIS AKUT DAN SUBAKUT
a. RINGAN 4.460.800 5.196.800 5.932.800
b. SEDANG 6.048.500 7.046.400 8.044.400
c. BERAT 9.984.300 11.631.700 13.279.100
73 KEGAGALAN JANTUNG
a. RINGAN 2.507.300 2.920.900 3.334.600
b. SEDANG 2.906.200 3.385.700 3.865.200
c. BERAT 3.968.400 4.623.200 5.277.900
74 THROMBOPHLEBITIS PADA PEMBULUH DARAH VENA
a. RINGAN 2.551.400 2.972.400 3.393.400
b. SEDANG 4.616.900 5.378.700 6.140.500
c. BERAT 6.738.100 7.849.800 8.961.600
181 PERSALINAN VAGINAL DENGAN STERILISASI DAN ATAU PELEBARAN DAN 1.984.700
KURETASE
182 PROSEDUR PERSALINAN VAGINAL DENGAN PROSEDUR SELAIN 1.753.800
STERILISASI DAN ATAU PELEBARAN DAN KURETASE
183 PROSEDUR PERSALINAN MELALUI VAGINAL/JALAN LAHIR 1.330.700
184 NEONATAL, BBL GROUP-2 428,7
185 NEONATAL, BBL GROUP-3 415,5
186 NEONATAL, BBL GROUP-4 333,7
187 NEONATAL, BBL GROUP-5 DENGAN ANOMALI MAYOR ATAU KONDISI 289,7
HEREDITER
188 NEONATAL, BBL GROUP-5 DENGAN SINDROM ASPIRASI 243,7
189 NEONATAL, BBL GROUP-5 DENGAN KONGENITAL/INFEKSI PERINATAL 274,8
190 NEONATAL, BBL GROUP-5 296
191 PENYALAHGUNAAN ZAT KIMIA AKUT 320,2
192 PENYALAHGUNAAN ZAT KIMIA BUKAN AKUT 235,9
193 GIGI 240,5
194 MEDICAL CHECK-UP 134,3
195 RONGENT (PLAIN FILM) 172,7
196 ELEKTROKARDIOGRAM (ECG) 83,6
197 VAKSINASI 95,4
198 PASANG INFUS 93,6
199 KONSULTASI ATAU PEMERIKSAAN LAIN-LAIN 145
200 KONTAK PELAYANAN KESEHATAN LAIN-LAIN 150,4
201 ABORSI MENGANCAM 209,6
202 ABORSI 222,3
203 PERSALINAN YANG SUKAR (FALSE LABOR) 139
204 PEMERIKSAAN ANTEPARTUM 138,8
205 PEMERIKSAAN POSTPARTUM 85,5
206 GASTROINTESTINAL AKUT 157,5
207 BRONKIAL AKUT 204
208 SISTEM PERSARAFAN PUSAT AKUT 153,2
209 KECEDERAAN SISTEM PERSARAFAN PUSAT 219,9
210 GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN KONDISI JANTUNG LAIN-LAIN 524,5
NO. JENIS PELAYANAN TARIF
211 INFARK MIOKARD AKUT DAN ARITMIA 608,1
212 FRAKTUR 169,8
213 SALURAN KEMIH AKUT 252,4
214 HEMATOLOGI AKUT 181,4
215 INFEKSI VIRUS HIV 220,7
216 INFEKSI AKUT 424,6
217 KEKACAUAN METABOLIK AKUT 363,5
218 CARDIAC ARREST, RESPIRATORY ARREST & SHOCK 261,3
219 PARU AKUT 247,5
220 KECEDERAAN BESAR PADA JARINGAN LUNAK 172,5
221 INFEKSI SALURAN KEMIH AKUT 151,6
222 PENYAKIT AKUT BESAR LAIN-LAIN 291,3
223 PENYAKIT AKUT KECIL LAIN-LAIN 191
224 PENYAKIT KRONIS BESAR LAIN-LAIN 266,6
225 PENYAKIT KRONIS KECIL LAIN-LAIN 194,2
226 PEMULIHAN ALKOHOL, OBAT DAN ATAU TERAPI DETOKSIKASI 142,9
227 PROSEDUR BESAR PADA LARING 1.832.400
228 PROSEDUR BESAR LAIN-LAIN PADA KEPALA & LEHER 1.884.900
229 PROSEDUR PADA SINUS & MASTOID 508,9
230 PROSEDUR KELENJAR LUDAH 682,4
231 PROSEDUR OPERASI BIBIR SUMBING & LANGIT-LANGIT MULUT 1.412.600
232 PROSEDUR OPERASI TONSIL & AMANDEL 1.366.100
233 PROSEDUR BESAR PADA TELINGA, HIDUNG, MULUT DAN 759,3
TENGGOROKAN
234 PROSEDUR SEDANG PADA TELINGA, HIDUNG, MULUT DAN 392,3
TENGGOROKAN
235 PROSEDUR PERBAIKAN HIDUNG (RHINOPLASTY) 1.222.300
236 PROSEDUR KECIL PADA HIDUNG 274,7
237 PROSEDUR PADA TELINGA TENGAH 402,2
1) Fisiologis 50.000
2) Patologis 100.000
i. Tarif retribusi tindakan medik KB mandiri -
1) Jasa pemasangan IUD 200.000
2) Jasa pencabutan IUD 200.000
3) Jasa pemasangan implant 250.000
4) Jasa pencabutan implant
a) Atas indikasi medis 250.000
b) Non indikasi medis 150.000
5) Vasektomi/MOP 500.000
6) Jasa pelayanan suntuk KB Mandiri 50.000
7) Penanganan komplikasi KB 200.000
8) Pemeriksaan Pap smear 250.000
5. TINDAKAN MEDIS RINGAN
a. Tindik daun telinga oleh dokter 70.000
b. Tindik daun telinga oleh paramedis 50.000
c. Sunat/sirkumsisi pria oleh dokter 450.000
d. Sunat/sirkumsisis pria oleh paramedis 350.000
e. Incisi oleh dokter 60.000
f. Incisi oleh paramedis 50.000
g. Pengambilan corpus alienum oleh dokter 50.000
h. Pengambilan corpus alienum oleh paramedis 50.000
i. Vena sectie 50.000
j. Pengambilan atheroma/lipoma/ganglion 80.000
k. Rozer plasty 60.000
l. Pemasangan catheter 50.000
m. Insisi hordeolum atau timbil 70.000
n. Pemasangan bidai (spalk) 50.000
6. TINDAKAN MEDIS SEDANG
a. Operasi katarak 800.000
b. Tindakan lain 75.000
c. Vacuum ekstraksi 400.000
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pembuatan dan interprestasi rontgen photo (USG) 150.000
b. Pembuatan dan interprestasi EKG 200.000
10. PEMAKAIAN OKSIGEN
a. Pemakaian alat 50.000
b. Tindakan 100.000
Tarif bahan (02) ditentukan sebesar harga bahan sesuai faktur ditambah
jasa sarana 25%
11. PENGUJIAN KESEHATAN
a. Pelajar/mahasiswa 30.000
b. Pelamar pekerjaan 45.000
c. Calon Pengantin 90.000
d. Persyaratan Asuransi 150.000
e. Karyawan Perusahaan 75.000
f. Calon Haji (tidak termasuk pemeriksaan diagnostic)
1) Tingkat awal 180.000
2) Tingkat lanjutan 210.000
g. PNS dan CPNS 75.000
h. Masyarakat umum (pilihan Ka Desa, Caleg) 75.000
12. PENGURUSAN JENAZAH
a. Perawatan jenazah 240.000
b. Bedah jenazah (otopsi) 900.000
c. Konservasi (pengawetan) 1.050.000
d. Penggunaan kamar jenazah 150.000
e. Penggunaan kamar jenazah oleh masyarakat dari luar 180.000
f. Persemayaman jenazah 750.000
g. Visum et repertum kecuali penunjang program 225.000
13. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DIPUSKESMAS
a. Hemoglobin 60.000
b. Hitung eritrosit 30.000
c. Hitung leokosit 30.000
d. Hitung def count 30.000
e. Laju endap darah (LED) 30.000
TUMIRAN
TARIF KETERA
NO OBJEK RETRIBUSI PELAYANAN
(RP) NGAN
TARIF PRETRIBUSI PELAYANAN
A.
PERSAMPAHAN
Rumah Tangga 30.000 Per
Bulan
Bisnis
- Kecil 30.000 Per
Bulan
- Sedang 50.000 Per
Bulan
- Besar 150.000 Per
Bulan
Fasilitas masyarakat milik swasta
- Kelas 1 50.000 Per
Bulan
- Kelas 2 70.000 Per
Bulan
- Kelas 3 100.000 Per
Bulan
Industri
- Industri Kecil/Sedang 100.000 Per
Bulan
- Industri Menengah/Besar 150.000 Per
Bulan
Keterangan :
Apabila Industri membuang langsung
ke TPA menggunakan armada sendiri
- Industri Kecil / Sedang 50.000 Per
Bulan
- Industri Menengah / Besar 100.000 Per
Bulan
Umum
- Kelas 1 30.000 Per
Bulan
- Kelas 2 40.000 Per
Bulan
- Kelas 3 50.000 Per
Bulan
Pedagang Kaki Lima yang berada di 20.000 Per
Jalan Kabupaten dan tidak Bulan
mengganggu kegiatan/aktifitas
TARIF KETERA
NO OBJEK RETRIBUSI PELAYANAN
(RP) NGAN
c. Penyedotan, pengangkutan, dan 100.000 Per
pengolahan limbah tinja untuk jarak 20 Meter
Km dari IPLT kubit m3
d. Penyedotan, pengangkutan, dan 120.000 Per
pengolahan limbah tinja untuk jarak 20 Meter
Km atau lebih dari IPLT kubit m3
Penggunaan IPLT oleh perorangan
atau Badan dengan kendaraan
sendiri:
a. Volume limbah 0 m3 sampai dengan 3 m3 50.000 Per
Meter
kubit m3
b. Volume limbah 3 m3 sampai dengan 5 m3 70.000 Per
Meter
kubit m3
c. Volume limbah 5 m3 sampai dengan 10 100.000 Per
m3 Meter
kubit m3
Keterangan :
- Rumah Tangga adalah Rumah warga yang menghasilkan sampah.
- Bisnis adalah Rumah makan, hotel, toko, tempat hiburan, dan kegiatan lain yang
bersifat komersil.
- Fasilitas Milik Masyarakat adalah Sekolah Swasta, universitas/perguruan tinggi,
rumah sakit swasta, yayasan dan lain-lain.
- Industri adalah Kegiatanindustri.
- Umum adalah Perkantoran, Perusahan umum (Perum), Gedung kantor perwakilan
negara asing dll)
TUMIRAN
TARIF
NO. JENIS KENDARAAN KETERANGAN
(Rp.)
1 Sepeda Motor 5.000,- Sekali Parkir
2 Mobil penumpang milik pribadi 10.000,- Sekali Parkir
3 Mobil barang 15.000,- Sekali Parkir
4 Tarif Ojek (Roda Dua) 20.000,- Sekali sebulan
(Berlangganan)
5 Tarif Mobil angkutan penumpang 50.000,- Sekali sebulan
dan sejenisnya (Berlangganan)
6 Tarif Mobil barang dan sejenisnya 100.000,- Sekali sebulan
(Berlangganan)
TUMIRAN
TARIF
NO. OBJEK KETERANGAN
(Rp.)
A. Pasar Kelas 1
a. Kios
- Permanen 40.000,- m2/Bulan
- Semi Permanen 15.000,- m2/Bulan
b. Los
- Permanen 10.000,- m2/Bulan
- Semi Permanen 5.000,- m2/Bulan
c. Tempat Jualan (Mama Papua) 1.000,- Per Hari
d. Hewan/Ternak
- Ternak Besar (Sapi) 15.000,- Ekor/Hari
- Ternak Kecil (Kambing/babi) 5.000,- Ekor/Hari
- Unggas 2.500,- Ekor/Hari
e. Toilet 5.000,- Sekali Masuk
f. Pelataran 5.000,- Hari
g. Kendaraan Masuk Pasar
- Motor (Roda 2) 5.000,- Sekali masuk pasar
- Motor (Roda 3) 5.000,- Sekali masuk pasar
- Mobil Penumpang 10.000,- Sekali masuk pasar
- Mobil Picup (Box Kecil) 10.000,- Sekali masuk pasar
- Truck / Mobil Barang (Box) 15.000,- Sekali masuk pasar
B. Pasar Kelas 2
a. Kios
- Permanen 20.000,- m2/Bulan
- Semi Permanen 10.000,- m2/Bulan
b. Los
- Permanen 10.000,- m2/Bulan
- Semi Permanen 5.000,- m2/Bulan
c. Tempat Jualan (Mama Papua) 1.000,- Per Hari
d. Hewan/Ternak
- Ternak Besar (Sapi) 10.000,- Ekor/Hari
- Ternak Kecil (Kambing/babi) 5.000,- Ekor/Hari
- Unggas 2.500,- Ekor/Hari
e. Toilet 5.000,- Sekali Masuk
f. Pelataran 5.000,- Hari
C. Pasar Kelas 3
a. Kios
- Permanen 15.000,- m2/Bulan
- Semi Permanen 5.000,- m2/Bulan
TARIF
NO. OBJEK RETRIBUSI KETERANGAN
(Rp.)
b. Los
- Permanen 2.500,- m2/Bulan
- Semi Permanen 1.000,- m2/Bulan
c. Tempat Jualan (Mama Papua) 1.000,- Per Hari
d. Hewan/Ternak
- Ternak Besar (Sapi) 10.000,- Ekor/Hari
- Ternak Kecil (Kambing/babi) 5.000,- Ekor/Hari
- Unggas 2.500,- Ekor/Hari
e. Toilet 5.000,- Sekali Masuk
f. Pelataran 5.000,- Hari
TUMIRAN
TARIF
NO. OBJEK RETRIBUSI RETRIBUSI KETERANGAN
(Rp.)
I. Pasar Grosir
a. Kios Permanen 40.000,- m2 / bulan
b. Kios Semi Permanen 15.000,- m2 / bulan
TUMIRAN
TARIF
NO. OBJEK RETRIBUSI RETRIBUSI KETERANGAN
(Rp.)
TERMINAL/PARKIR DALAM PASAR, OBJEK WISATA DAN PARKIR KHUSUS RSUD
MULIA
a. Sepeda motor 5.000 Sekali Parkir
b. Mobil Penumpang dan Mobil
10.000 Sekali Parkir
Barang roda 4
c. Mobil Penumpang dan Mobil
15.000 Sekali Parkir
Barang roda 4 keatas
TUMIRAN
TARIF
NO OBJEK RETRIBUSI KETERANGAN
(RP.)
PENGINAPAN MILIK
1.
PEMDA
a. Standard 400.00 Hari / Kamar
0
b. Deluxe 550.00 Hari / Kamar
0
c. Hall Room (R. Pertemuan):
- Rapat/T.Acara (kapasitas 20 300.00 Hari / Kegiatan
Orang) 0
d. Biaya Pendukung:
- Londry Penginapan 100.00 Per Kg
0
MESS PEMDA
a. Pemakaian diluar Kegiatan 2.000.0 Per Bulan
Pemda 00
TUMIRAN
TARIF
NO. JENIS PELAYANAN JENIS HEWAN
(Rp.)
1 Pelayanan Pemotongan Ternak Sapi/Kerbau 500.000 per ekor
Besar:
a. Penggunaan Sarana Pemotongan
b. Pemeriksaan Ante Mortem dan
Post Mortem
2 Pelayanan Pemotongan Ternak Kecil: Kambing/Babi 150.000 per ekor
a. Penggunaan Sarana Pemotongan
b. Pemeriksaan Ante Mortem dan
Post Mortem
3 Pelayanan Pemotongan Unggas: Ayam/Itik dan 20.000 per ekor
a. Pelayanan Penyembelihan sejenisnya
b. Penggunaan Sarana Pemotongan
c. Pemeriksaan Ante Mortem dan
Post Mortem
4 Sewa Kandang Istirahat (per hari) Sapi/Kerbau 20.000 per ekor
Kambing/Babi 10.000 per ekor
TUMIRAN
TARIF
SATUAN
NO. OBJEK RETRIBUSI RETRIBUSI KETERANGAN
PEMANFAATAN
(Rp.)
A. TEMPAT REKREASI / WISATA
1 Kumi Bage (Pos Merah Putih)
a. Karcis/Tiket Masuk Anak-anak (2-15 5.000 Per Orang
Tahun
Dewasa ( 15 Tahun 10.000 Per Orang
ke atas)
Anak Sekoah (TK- 5.000 Per Orang
SMA)
b. Penggunaan Fasilitas
1) Tempat Berjualan Kios Cinderamata 10.000 Per m2/hari
Warung 10.000 Per m2/hari
2) Memakai Tempat 5.000 Per Orang
Foto (Selfi)
3) Pondok Wisata 150.000 Per Pondok
4) Toilet/WC 5.000 Sekali Masuk
5) Sewa Tempat Wisata 1.000.000 Per Hari Per
Kegiatan
2 Bukit Zaitun
a. Karcis/Tiket Masuk Anak-anak (2-15 5.000 Per Orang
Tahun
Dewasa ( 15 Tahun 10.000 Per Orang
ke atas)
Anak Sekoah (TK- 5.000 Per Orang
SMA)
b. Penggunaan Fasilitas
1) Tempat Berjualan Kios Cinderamata 10.000 Per m2/hari
Warung 10.000 Per m2/hari
2) Memakai Tempat 5.000 Per Orang
Foto (Selfi)
3) Pondok Wisata 150.000 Per Pondok
4) Toilet/WC 5.000 Sekali Masuk
5) Sewa Tempat Wisata 1.000.000 Per Hari Per
Kegiatan
TARIF
SATUAN
NO. OBJEK RETRIBUSI RETRIBUSI KETERANGAN
PEMANFAATAN
(Rp.)
3 Kebun Kopi
a. Karcis/Tiket Masuk Anak-anak (2-15 5.000 Per Orang
Tahun
Dewasa ( 15 Tahun 10.000 Per Orang
ke atas)
Anak Sekolah (TK- 5.000 Per Orang
SMA)
b. Penggunaan Fasilitas
1) Tempat Berjualan Kios Cinderamata 10.000 Per m2/hari
Warung 10.000 Per m2/hari
2) Memakai Tempat 5.000 Per Orang
Foto (Selfi)
3) Pondok Wisata 150.000 Per Pondok
4) Toilet/WC 5.000 Sekali Masuk
5) Sewa Tempat Wisata 1.000.000 Per Hari Per
Kegiatan
4 Monumen Tugu Roh Kudus
a. Karcis/Tiket Masuk Anak-anak (2-15 5.000 Per Orang
Tahun
Dewasa ( 15 Tahun 10.000 Per Orang
ke atas)
Anak Sekoah (TK- 5.000 Per Orang
SMA)
b. Penggunaan Fasilitas
1) Tempat Berjualan Kios Cinderamata 10.000 Per m2/hari
Warung 10.000 Per m2/hari
2) Memakai Tempat 5.000 Per Orang
Foto (Selfi)
3) Pondok Wisata 150.000 Per Pondok
4) Toilet/WC 5.000 Sekali Masuk
5) Sewa Tempat Wisata 1.500.000 Per Hari Per
Kegiatan
B. TEMPAT/SARANA OLAHRAGA
1 SPORT CENTER
a. Karcis/Tiket Masuk 1) Anak-anak (2-15 5.000 Per Orang
Tahun
2) Dewasa ( 15 10.000 Per Orang
Tahun ke atas)
3) Anak Sekolah (TK- 5.000 Per Orang
SMA)
4) Member 300.000 Per Orang/
Dewasa /Tahun Tahun
5) Member Anak- 100.000 Per Orang/
anak/Tahun Tahun
6) Member 30.000 Per Orang/
Dewasa /Bulan Bulan
TARIF
SATUAN
NO. OBJEK RETRIBUSI RETRIBUSI KETERANGAN
PEMANFAATAN
(Rp.)
7) Member Anak- 10.000 Per Orang/
anak/Bulan Bulan
b. Penggunaan Fasilitas
1) Tempat Berjualan Kios Cinderamata 10.000 Per m2/hari
Warung 10.000 Per m2/hari
2) Sewa Sarana/ a) Lapangan Futsal 200.000 Hari/Kegiatan
Tempat
b) Lapangan Basket 200.000 Hari/Kegiatan
c) Lapangan Tenis 200.000 Hari/Kegiatan
d) Lapangan Volly 100.000 Hari/Kegiatan
e) Lapangan Takraw 100.000 Hari/Kegiatan
3) Toilet/WC 5.000 Sekali Masuk
4) Sewa 1.500.000 Per Hari Per
Tempat/Sarana Kegiatan
Olahraga
TUMIRAN
TARIF
SATUAN
NO. OBJEK RETRIBUSI RETRIBUSI KETERANGAN
PEMANFAATAN
(Rp.)
I. Penyebrangan Orang
TUMIRAN
SATUAN/
Harga
No JENIS PRODUK BENTUK
(Rp)
KEMASAN
1. SELAI NENAS 250 gram per Kemasan 35.000
2. BUBUK JAHE 26 gram per Kemasan 5.000
3. KRIPIK SINGKONG 250 gram per kemasan 35.000
4. KRIPIK NENAS 250 gram per kemasan 40.000
5. BERAS ANALOG 250 gram per kemasan 50.000
500 gram per kemasan 75.000
Catatan :
1. Jika dibiayai oleh APBD maka seluruh hasil penjualan di setor menjadi
PAD.
2. Jika seluruh biaya sendiri oleh OPD dan menjalian kerjasama dengan
pihak lain, mulai dari pembelian sampai dengan penjualan maka dipotong
90% untuk operasional dan 10% disetor ke daerah.
4. Pakan Ikan
Pakan Ikan (pelet) 1 Kg. 35.000 Per Kg
TUMIRAN
TARIF
NO. JENIS OBJEK RETRIBUSI PEMANFAATAN KETERANGAN
(Rp.)
1. GEDUNG/ RUANG/ AULA - Di luar Keg. Pemda
SERBAGUNA
a. Aula Sasana Kawonak Sewa untuk Satu 1.500.000
Hari/Kegiatan
b. Ruang Rapat UKP Kantor Sewa Per Hari/ 300.000
Bupati Kegiatan
c. Aula Dinas/Kantor Sewa Per Hari/ 500.000
Kegiatan
d. Aula Sekolah Sewa Per Hari/ 1.000.000 Kegiatan diluar
Kegiatan kegiatan belajar
mengajar
e. Gedung Milik PEMDA Yang
ditambahkan dipergunakan /
1) Permanen disewa oleh
instansi/
- Type di bawah 50 m2 Sewa Per Bulan 1.500.000 lembaga lainnya
- Type di bawah 100 m2 Sewa Per Bulan 3.250.000
- Type di Bawah Sewa Per Bulan 5.000.000
150 m2
- Type di Bawah Sewa Per Bulan 6.750.000
200 m2
- Type di Bawah Sewa Per Bulan 8.500.000
250 m2
- Type di Bawah Sewa Per Bulan 10.250.000
300 m2
- Type di Bawah Sewa Per Bulan 12.000.000
350 m2
2) Semi Permanen
- Type di bawah 50 m2 Sewa Per Bulan 750.000
- Type di bawah 100 m2 Sewa Per Bulan 1.500.000
- Type di Bawah Sewa Per Bulan 2.250.000
150 m2
- Type di Bawah Sewa Per Bulan 3.000.000
200 m2
TARIF
NO. JENIS OBJEK RETRIBUSI PEMANFAATAN KETERANGAN
(Rp.)
1. BUS PEMDA - di luar Keg. Pemda
a. Sewa Bus Pemda Sewa per Hari 500.000
(Supir dan BBM)
b. Sewa Bus Pemda Sewa per Hari 300.000
(Supir dan tanpa BBM)
2. SPEED BOAT PEMDA
a. Fawi – Dagai Per Perahu 3.000.000 Sewa/Carter
b. Fawi – Torere Per Perahu 5.000.000 Sewa/Carter
c. Dagai – Torere Per Perahu 3.000.000 Sewa/Carter
TARIF
NO. JENIS PEMANFAATAN RETRIBUSI KETERANGAN
(Rp.)
TARIF PEMAKAIAN LISTRIK BERDASARKAN
I
LIMIT
1. Limit 1 Amper 50.000 Perbulan
2. Limit 2 Amper 100.000 Perbulan
3. Limit 4 Amper 300.000 Perbulan
4. Limit 6 Amper 500.000 Perbulan
5. Limit 8 Amper 700.000 Perbulan
6. Limit 10 Amper 900.000 Perbulan
7. Diatas 10 Amper Setiap Penambahan 2 Amper
dikenakan biaya sebesar
Rp.200.000,-
BIAYA SURAT KETERANGAN PEMASANGAN
II.
BARU DAN SANKSI - SANKSI :
1. Biaya Pemasangan Baru 500.000 Sekali
2. Sanksi Tidak Mengunakan Limit 5.000.000 Sekali
3. Sanksi Menyambung Listrik Secara Ilegal 10.000.000 Sekali
4. Terlambat Pembayaran Denda Sebesar 10 % Perbulan
TUMIRAN
A. BANGUNAN GEDUNG
V x I x Ibg x HSpbg
If x ∑ (bp x Ip) x Fm
Keagamaan 0
Fungsi Khusus 1
Sosial Budaya 0,3
Ganda/ Campuran
a. Luas < 500 m2 0,6 Faktor Kepemilikan (Fm)
dan < 2 lantai 1)Negara : 0
b. Luas > 500 0,8 2) Perorangan/badan usaha : 1
m2 dan > 2 lantai
Parameter
Fungsi Parameter
(If) (Ip)
(bp)
2
<100 m dan < 2 Ketinggian *)Mengiku ti *)Mengikut
lantai Tabel Koefisien i Tabel
>100 m2 dan >2 0,17 Jumlah Lantai Koefisien
lantai Jumlah
Keagamaan 0 Lantai
Fungsi Khusus 1
Sosial Budaya 0,3 Faktor Kepemilikan a. Negara 0
Ganda/ 0,6 (Fm) b. Perora 1
Campuran Luas ngan/
Badan
<500 m2 dan <2
Usaha
lantai
Luas >500 m2 0,8
dan >2 lantai
Keterangan:
- Untuk basemen disebut Koefisien jumlah lapis
- Untuk lantai disebut koefisien jumlah lantai;
- Koefisien jumlah lantai/lapis digunakan sesuai dengan jumlah lantai atau lapis
basemen pada bangunan gedung;
- Di atas 3 lapis basemen, koefisien ditambahkan 0,1 setiap lapisnya;
- Di atas 60 (enam puluh) lantai, koefisien ditambahkan 0,003 setiap lantainya.
Koefisien Ketinggian BG =
(E (Lli x KL)) + E (Lbi x KB))
(E Lli + E LBi)
Keterangan;
Lli : Luas Lantai ke-i
Kl : Koefisien jumlah lantai
LBi : Luas Basemen ke-i
Kbi : Koefisien Jumlah lapis
a. Fungsi Hunian
Indeks
Fungsi BP x LP Klasifikasi dan Parameter
Fungsi
Rumah 0,15 0,3 x 1 = 0,3 Kompleksitas Sederhana
tinggal
0,20 x 2,00 = 0,40 Permanensi Permanen
0.50 x 1,00 = 0,50 Ketinggian 1 Lantai
∑ (bp x lp) = 1,2 Kepemilikan Perorangan
Faktor Kepemilikan (perorangan) = 1
Indeks Terintegrasi (It): 0,15 x 1,2 x 1 = 0,18
b. Fungsi Keagamaan
Indeks
Fungsi BP x LP Klasifikasi dan Parameter
Fungsi
Gereja 0,0 0,3 x 2 = 0,60 Kompleksitas Tidak
Sederhana
0,20 x 2,00 = 0,40 Permanensi Permanen
0.50 x 1,09 = 0,545 Ketinggian 2 Lantai
∑ (bp x lp) = 1,545 Kepemilikan Perorangan
Faktor Kepemilikan (perorangan) = 1
Indeks Terintegrasi (It): 0 x 1,545 x 1 = 0
c. Fungsi Usaha
Indeks
Fungsi BP x LP Klasifikasi dan Parameter
Fungsi
Mall 1 0,3 x 2 = 0,60 Kompleksitas Tidak
Sederhana
0,20 x 2,00 = 0,40 Permanensi Permanen
0.50 x 1,265 = Ketinggian 8 Lantai
0,6325
∑ (bp x lp) = 1,545 Kepemilikan Badan
Usaha
Faktor Kepemilikan (perorangan) = 1
Indeks Terintegrasi (It): 0 x 1,6325 x 1 = 1,6325
Indeks
Fubgsi BP x LP Klasifikasi dan Parameter
Fungsi
Rumah 0,15 0,3 x 1 = 0,3 Kompleksitas Sederhana
tinggal 0,20 x 2,00 = 0,40 Permanensi Permanen
0.50 x 1,00 = 0,50 Ketinggian 1 Lantai
∑ (bp x lp) = 1,2 Kepemilikan Perorangan
Faktor Kepemilikan (perorangan) = 1
Indeks Terintegrasi (It): 0,15 x 1,2 x 1 = 0,18
Indeks
Fubgsi BP x LP Klasifikasi dan Parameter
Fungsi
Usaha 0,7 0,3 x 2 = 0,6 Kompleksitas Sederhana
0,20 x 2,00 = 0,40 Permanensi Permanen
0.50 x 1,12 = 0,56 Ketinggian 3 Lantai
∑ (bp x lp) = 1,56 Kepemilikan Perorangan
Faktor Kepemilikan (perorangan) = 1
Indeks Terintegrasi (It): 0,7 x 1,56 x 1 = 1,092
V x I x Ibg x HSpbg
Keterangan
V = Volume
I = Indeks prasarana bangunan gedung
Ibg = Indeks bangunan gedung terbangun
HSpbg = Harga satuan retribusi prasarana bangunan gedung
tambahan
Rp.10.000/m2)
Instalasi pengolahan Rp.1000.000/Unit 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
(luas maksimum 10 0,325 0,225
m2 apabila ada
penambahan luas
unit, dikenakan biaya
tambahan
Rp.20.000/m2)
16 Konstruksi Billboard papan iklan Rp.500.000/Unit 1, 00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
reklame/papan 0,325 0,225
nama Papan nama (berdiri Rp.200.000/Unit 1, 00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
sendiri atau berupa 0,325 0,225
tembok pagar)
17 Fonasi mesin (diluar Rp.500.000/Unit 1, 00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
bangunan) mesin 0,325 0,225
18 Konstruksi menara Rp.150.000.000/Unit 1, 00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
televisi (luas maksimum 100 0,325 0,225
m apabila ada
penambahan luas
unit,
dikenakan biaya
tambahan
Rp.1.000.000 / m)
19 Konstruksi antena 1, 00
0,65 x 50 % = 0,45 x 50 % =
radio 0,325 0,225
1) Standing tower Ketinggian 25-50 m Rp 50.000.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 % =
dengan 0,325 0,225
konstruksi 3-4 Ketinggian 51-75 m Rp. 75.000.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 % =
kaki: 0,325 0,225
Ketinggian 76-100 m Rp.100.000.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 % =
0,325 0,225
Ketinggian 101-125 m Rp.125.000.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 % =
0,325 0,225
TUMIRAN