Anda di halaman 1dari 162

BUPATI PUNCAK JAYA

PROVINSI PAPUA TENGAH

RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PUNCAK JAYA

NOMOR …. TAHUN 2023

TENTANG

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PUNCAK JAYA,

Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 286 ayat (1) Undang- Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah ditetapkan dengan
undang-undang yang pelaksanaan di Daerah diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Daerah;
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 94 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
c. bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah
satu sumber penerimaan Kabupaten Puncak Jaya untuk
melaksanakan Pemerintahan dan Pembangunan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, dan
-2-

huruf c, dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan


Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2021 tentang Otonomi Khusus Bagi
Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 155, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6697);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2022 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6810);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor
41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6856);
-3-

5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang


Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor
41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6856);
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor
4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6757);
7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2022 tentang
Pembentukan Provinsi Papua Tengah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6804);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 26, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6628);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2021 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 44, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6646);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2021 tentang
Kewenangan dan Kelembagaan Pelaksanaan Kebijakan
Otonomi Khusus Papua (Lembaran Negara Republik
-4-

Indonesia Tahun 2021 Nomor 238, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 6730);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2021 tentang
Penerimaan, Pengelolaan, Pengawasan dan Rencana Induk
Percepatan Pembangunan dalam Rangka Pelaksanaan
Otonomi Khusus Provinsi Papua (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 239, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6731);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2021 tentang
Penerimaan, Pengelolaan, Pengawasan dan Rencana Induk
Percepatan Pembangunan dalam Rangka Pelaksanaan
Otonomi Khusus Provinsi Papua (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 239, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6731);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2023 tentang
Pemungutan Pajak Barang dan Jasa Tertentu atas Tenaga
Listrik. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2023
Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6846);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 2023 tentang
Ketentuan Umum Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor
85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6881).
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negera Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 157);
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
1781);
-5-

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PUNCAK JAYA


dan
BUPATI PUNCAK JAYA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK DAERAH DAN


RETRIBUSI DAERAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Puncak Jaya.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Puncak Jaya.
4. Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah yang
selanjutnya disingkat dengan BPPRD adalah perangkat
daerah yang menyelenggarakan urusan dibidang pendapatan
daerah.
5. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang
perpajakan dan/atau retribusi daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Peraturan Bupati yang selanjutnya disebut Perbup adalah
Peraturan Bupati Puncak Jaya.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya
disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan daerah
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
8. Pendapatan Daerah adalah semua hak Daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode
-6-

tahun anggaran yang bersangkutan.


9. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD
adalah Pendapatan Daerah yang diperoleh dari Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah sesuai peraturan perundang-undangan.
10.Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah
kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
11.Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat
dikenai Pajak.
12.

13.
14.
15. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
16. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender
atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan
Bupati paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi
dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor dan
melaporkan Pajak terutang.
17. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
bertanggung jawab atas pembayaran Pajak, termasuk
wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
18. Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan barang, jasa,
-7-

dan/atau perizinan.
19. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menurut peraturan perundang-undangan diwajibkan
untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk
pemungut retribusi tertentu.
20. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang
merupakan batas waktu wajib retribusi untuk
memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah
Daerah yang bersangkutan.
21. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan
Lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD), atau Badan Usaha Milik Kampung
(BUMKAM), dengan nama dan dalam bentuk apapun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, Lembaga dan bentuk
Badan lainnya termasuk Kontrak Investasi Kolektif dan
bentuk usaha tetap.
22. Pajak Bumi dan Bangunan Perkampungan dan Perkotaan
yang selanjutnya disingkat PBB-P2 adalah Pajak atas bumi
dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan.
23. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan
perairan pedalaman.
24. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap di atas permukaan Bumi dan di
bawah permukaan Bumi.
25. Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP
adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual
beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat
transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan
harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan
baru, atau NJOP pengganti.
-8-

26. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang


selanjutnya disingkat BPHTB adalah Pajak atas perolehan
hak atas tanah dan/atau Bangunan.
27. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah
perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan
diperolehnya hak atas tanah dan/atau Bangunan oleh
orang pribadi atau Badan.
28. Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas
tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta Bangunan di
atasnya, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di
bidang pertanahan dan Bangunan.
29. Pajak Barang dan Jasa Tertentu yang selanjutnya
disingkat PBJT adalah Pajak yang dibayarkan oleh
konsumen akhir atas konsumsi barang dan/atau jasa
tertentu.
30. Barang dan Jasa Tertentu adalah barang dan jasa tertentu
yang dijual dan/atau diserahkan kepada konsumen akhir.
31. Makanan dan/atau Minuman adalah makanan dan/atau
minuman yang disediakan, dijual dan/atau diserahkan,
baik secara langsung maupun tidak langsung, atau melalui
pesanan oleh restoran.
32. Restoran adalah fasilitas penyediaan layanan Makanan
dan/atau Minuman dengan dipungut bayaran.
33. Tenaga Listrik adalah tenaga atau energi yang dihasilkan
oleh suatu pembangkit tenaga listrik yang didistribusikan
untuk bermacam peralatan listrik.
34. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa
penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya
dengan dipungut bayaran.
35. Jasa Perhotelan adalah jasa penyediaan akomodasi yang
dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan
minum, kegiatan hiburan, dan/atau fasilitas lainnya.
36. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan
yang tidak bersifat sementara.
37. Jasa Parkir adalah jasa penyediaan atau penyelenggaraan
tempat parkir di luar badan jalan dan/atau pelayanan
-9-

memarkirkan kendaraan untuk ditempatkan di area


parkir, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat penitipan Kendaraan
Bermotor.
38. Jasa Kesenian dan Hiburan adalah jasa penyediaan atau
penyelenggaraan semua jenis tontonan, pertunjukan,
permainan, ketangkasan, rekreasi, dan/atau keramaian
untuk dinikmati.
39. Pajak Reklame adalah Pajak atas penyelenggaraan
reklame.
40. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang
bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan
komersial memperkenalkan, menganjurkan,
mempromosikan, atau menarik perhatian umum terhadap
sesuatu.
41. Pajak Air Tanah yang selanjutnya disingkat PAT adalah
Pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
1. Air Tanah adalah semua air yang terdapat di dalam lapisan
tanah atau batauan di bawah permukaan tanah.
2. Mineral Bukan Logam dan Batuan yang selanjutnya
disingkat MBLB adalah mineral bukan logam dan batuan
sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-
undangan di bidang mineral dan batu bara.
3. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang selanjutnya
disebut dengan Pajak MBLB adalah Pajak atas kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan dari
sumber alam di dalam dan/atau di permukaan bumi
untuk dimanfaatkan.
4. Opsen adalah pungutan tambahan Pajak menurut
persentase tertentu.
5. Opsen Pajak Kendaraan Bermotor yang selanjutnya
disebut Opsen PKB adalah Opsen yang dikenakan oleh
Daerah atas pokok PKB sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
6. Opsen Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang
- 10 -

selanjutnya disebut Opsen BBNKB adalah Opsen yang


dikenakan oleh Daerah atas pokok BBNKB sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
7. Opsen Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang
selanjutnya disebut Opsen Pajak MBLB adalah Opsen yang
dikenakan oleh Provinsi atas pokok Pajak MBLB sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah yang selanjutnya
disingkat NPWPD adalah nomor yang diberikan kepada
Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
daerah yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakan daerahnya.
9. Nomor Objek Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat
NOPD adalah nomor identitas objek Pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan dengan ketentuan tertentu.
10. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
penghimpunan data objek dan subjek Pajak atau Retribusi,
penentuan besarnya Pajak atau Retribusi yang terutang
sampai kegiatan Penagihan Pajak atau Retribusi kepada
Wajib Pajak atau Wajib Retribusi atau serta pengawasan
penyetorannya.
11. Penagihan adalah serangkaian tindakan agar penanggung
Pajak melunasi Utang Pajak dan biaya Penagihan Pajak
dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan
penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat
paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual
barang yang telah disita.
12. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya
disingkat SPTPD adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran Pajak, objek Pajak dan/atau bukan objek
Pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
Daerah.
- 11 -

13. Surat Pemberitahuan Objek Pajak yang selanjutnya


disingkat SPOP adalah surat yang digunakan oleh Wajib
Pajak untuk melaporkan data subjek dan objek PBB-P2
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan Daerah.
14. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat
SKPD adalah surat ketetapan Pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok Pajak yang terutang.
15. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat
SSPD adalah bukti pembayaran atau penyetoran Pajak
yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau
telah dilakukan dengan cara lain ke kas Daerah melalui
tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
16. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang yang selanjutnya
disingkat SPPT adalah surat yang digunakan untuk
memberitahukan besarnya PBB-P2 yang terutang kepada
Wajib Pajak.
17. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat
STPD adalah surat untuk melakukan tagihan Pajak
dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau
denda.
18. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang
selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat ketetapan
Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok Pajak,
jumlah kredit Pajak, jumlah kekurangan pembayaran
pokok Pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlah
Pajak yang masih harus dibayar.
19. Utang Pajak adalah Pajak yang masih harus dibayar
termasuk sanksi administratif berupa bunga, denda,
dan/atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan
Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan Daerah.
20. Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat
untuk menegur Wajib Pajak atau Wajib Retribusi untuk
melunasi Utang Pajak atau utang Retribusi.
21. Surat Paksa adalah surat perintah membayar Utang Pajak
- 12 -

dan biaya Penagihan Pajak.


22. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi
Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan
Pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu.
23. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu)
tahun kalender, kecuali apabila Wajib Pajak menggunakan
tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
24. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau Badan.
25. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah yang dapat bersifat mencari
keuntungan karena pada dasarnya dapat pula disediakan
oleh sektor swasta.
26. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah
Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi
atau Badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan,
pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya alam,
barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.
27. Pelayanan Kebersihan adalah kegiatan yang meliputi
pengambilan pengangkutan dan pembuangan serta
penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan sampah
rumah tangga, industri dan perdagangan tidak termasuk
pelayanan kebersihan jalan umum, taman dan ruangan /
tempat umum.
28. Sampah adalah benda-benda atau barang yang tidak
berguna dan/atau oleh pemakaiannya dianggap
mengganggu kebersihan lingkungan.
29. Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pembayaran atas
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh sarana
kesehatan Pemerintah Daerah.
1. Retribusi Pelayanan Kebersihan adalah pembayaran atas
- 13 -

pelayanan kebersihan yang diselenggarakan oleh


Pemerintah Daerah.
2. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum adalah Pungutan
Daerah sebagai pembayaran atas pemakai tempat parkir di
tepi jalan umum yang ditetapkan oleh Bupati.
3. Retribusi Pelayanan Pasar yang selanjutnya disebut
Retribusi adalah pembayaran atas penyediaan fasilitas
pasar berupa halaman/pelataran, kios dan/atau los yang
dikelola oleh Pemerintah Daerah.
4. Retribusi Penyediaan tempat kegiatan usaha berupa pasar
grosir, pertokoan, dan tempat kegiatan usaha lainnya,
yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran
atas penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis
barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan,
yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
5. Retribusi Penyediaan Tempat Khusus Parkir diluar badan
jalan, yang selanjutnya disebut Retribusi adalah
pembayaran atas penyediaan tempat khusus parkir yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah.
6. Retribusi Penyediaan Penginapan/ Pesanggrahan/ Villa,
yang selanjutnyadisebut Retribusi adalah pembayaran atas
penyediaan tempat penginapan / pesanggrahan / villa
yang disediakan, dimiliki, dan / atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
7. Retribusi Pelayanan Rumah Potong Hewan Ternak, yang
selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas
penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak
termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan
sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
8. Retribusi Pelayanan Jasa Kepelabuhanan, yang
selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas
pelayanan jasa kepelabuhan yang disedikan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
9. Retribusi Pelayanan Tempat Rekreasi, Pariwisata, dan
- 14 -

Olahraga, yang selanjutnya disebut Retribusi adalah


pembayaran atas pelayanan tempat rekreasi, pariwisata
dan olahraga yang disediakan, dimilki, dan dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
10. Retribusi Penjualan Hasil Produksi Usaha Pemerintah
Daerah adalah penjualan hasil produksi usaha daerah oleh
Pemerintah Daerah.
11. Retribusi Pemanfaatan Aset Daerah, yang selanjutnya
disebut Retribusi adalah Pembayaran atas pemanfaatan
aset daerah, antara lain pemakaian tanah dan bangunan,
pemakaian ruangan, pemakaian kendaraan/alat-alat
berat, Laboratorium dan sarana lainnya milik Daerah.
12. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya
disingkat SKRD adalah surat ketetapan Retribusi yang
menentukan besarnya jumlah pokok Retribusi yang
terutang.
13. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat
STRD adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi
dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau
denda.
14. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat
BLUD adalah sistem yang diterapkan oleh satuan kerja
perangkat daerah atau unit satuan kerja perangkat daerah
pada satuan kerja perangkat daerah dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai
fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan sebagai
pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah
pada umumnya.
15. Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disingkat
RSUD adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kelas D yang
dimilliki dan dikelola oleh Pemerintah Daerah.
16. Pelayanan kesehatan adalah kegiatan fungsional yang
dilakukan oleh dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi,
bidan, perawat dan petugas kesehatan lainnya yang
ditujukan kepada pasien untuk mendapatkan
kesempurnaan diagnosis, pengobatan, perawatan,
- 15 -

pemulihan kesehatan dan rehabilitasi dari sakit dan


akibat-akibatnya.
17. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha
dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau
kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau Badan.
18. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan
pedalaman dan/atau laut.
19. Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat
manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau
tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,
kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
20. Persetujuan Bangunan Gedung yang selanjutnya disingkat
PBG adalah perizinan yang diberikan kepada pemilik
Bangunan Gedung untuk membangun baru, mengubah,
memperluas, mengurangi, dan/atau merawat Bangunan
Gedung sesuai dengan standar teknis Bangunan Gedung.
21. Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung yang selanjutnya
disebut SLF adalah sertifikat yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk menyatakan kelaikan fungsi
Bangunan Gedung sebelum dapat dimanfaatkan.
22. Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung yang
selanjutnya disingkat SBKBG adalah surat tanda bukti
hak atas status kepemilikan Bangunan Gedung.
23. Penilik Bangunan Gedung yang selanjutnya disebut Penilik
adalah orang perseorangan yang memiliki kompetensi dan
diberi tugas oleh pemerintah pusat atau Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya untuk melakukan
inspeksi terhadap penyelenggaraan Bangunan Gedung.
24. Prasarana dan Sarana Bangunan Gedung adalah fasilitas
kelengkapan di dalam dan di luar Bangunan Gedung yang
mendukung pemenuhan terselenggaranya fungsi
- 16 -

Bangunan Gedung.
25. Harga Satuan Bangunan Gedung Negara yang selanjutnya
disingkat HSBGN adalah standar harga satuan tertinggi
untuk biaya pelaksanaan konstruksi fisik pembangunan
bangunan gedung negara yang diberlakukan sesuai
dengan klasifikasi, lokasi dan tahun pembangunannya.
26. Perizinan Berusaha adalah legalitas yang diberikan kepada
pelaku usaha untuk memulai dan menjalankan usaha
dan/atau kegiatannya.
27. Retribusi Penggunaan Tenaga Kerja Asing adalah dana
kompensasi penggunaan tenaga kerja asing atas
pengesahan rencana penggunaan tenaga kerja asing
perpanjangan sesuai wilayah kerja tenaga kerja asing.

BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Maksud ditetapkannya Peraturan Daerah ini merupakan


salah satu sumber PAD yang penting guna membiayai
pelaksanaan Pemerintahan Daerah, sehingga perlu diatur
sebagai landasan hukum dalam pemungutan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah.
(2) Tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah ini untuk
memberikan pedoman dan acuan serta menciptakan
adanya kepastian hukum atas penyelenggaraan
pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi:
a. Pajak Daerah;
b. Retribusi Daerah; dan
c. Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

BAB III
PAJAK DAERAH
- 17 -

Bagian Kesatu
Jenis Pajak

Pasal 4
(1) Jenis Pajak terdiri atas:
a. PBB-P2;
b. BPHTB;
c. PBJT atas:
1. Makanan dan/atau Minuman;
2. Tenaga Listrik;
3. Jasa Perhotelan;
4. Jasa Parkir; dan
5. Jasa Kesenian dan Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. PAT;
f. Pajak MBLB;
g. Pajak Sarang Burung Walet;
h. Opsen PKB; dan
i. Opsen BBNKB.
(2) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g
tidak dipungut.

Pasal 5
(1) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 yang
dipungut berdasarkan penetapan Bupati terdiri atas:
a. PBB-P2;
b. Pajak Reklame;
c. PAT;
d. Opsen PKB; dan
e. Opsen BBNKB.
(2) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 yang
dipungut berdasarkan penghitungan sendiri oleh Wajib
Pajak terdiri atas:
a. BPHTB;
b. PBJT atas;
1. Makanan dan/atau Minuman;
- 18 -

2. Tenaga Listrik;
3. Jasa Perhotelan;
4. Jasa Parkir; dan
5. Jasa Kesenian dan Hiburan; dan
c. Pajak MBLB.
(3) Dokumen yang digunakan sebagai dasar pemungutan jenis
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
adalah SKPD dan SPPT.
(4) Dokumen yang digunakan sebagai dasar pemungutan jenis
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah SPTPD.
(5) Dokumen SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
wajib diisi dengan benar dan lengkap serta disampaikan
oleh Wajib Pajak kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
Rincian Pajak Daerah

Paragraf 1
Pajak Bumi dan Bangunan Perkampungan dan Perkotaan
PBB-P2

Pasal 6
(1) PBB-P2 dipungut atas kepemilikan, pengusahaan dan/atau
pemanfaatan Bumi dan/atau Bangunan.
(2) Objek PBB-P2 adalah Bumi dan/atau Bangunan yang
dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang
pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan.
(3) Bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
termasuk permukaan Bumi hasil kegiatan reklamasi atau
pengurukan.
(4) Yang dikecualikan dari objek PBB-P2 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah kepemilikan, penguasaan,
dan/atau pemanfaatan atas:
a. bumi dan/atau Bangunan kantor pemerintah pusat,
- 19 -

kantor pemerintah daerah, dan kantor penyelenggara


negara lainnya yang dicatat sebagai barang milik negara
atau barang milik daerah;
b. bumi dan/atau bangunan yang digunakan semata-mata
untuk melayani kepentingan umum di bidang
keagamaan, panti sosial, kesehatan, pendidikan, dan
kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan;
c. bumi dan/atau bangunan yang semata-mata digunakan
untuk tempat makam (kuburan), peninggalan
purbakala, atau yang sejenis;
d. bumi yang merupakan hutan lindung, hutan suaka
alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh Kampung, dan tanah
negara yang belum dibebani suatu hak;
e. Bumi dan/atau Bangunan yang digunakan oleh
perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik;
f. Bumi dan/atau Bangunan yang digunakan oleh badan
atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan
dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang keuangan;
g. Bumi dan/atau Bangunan untuk jalur kereta api, moda
raya terpadu (Mass Rapid Transit), lintas raya terpadu
(Light Rail Transit), atau yang sejenis;
h. bumi dan/atau bangunan tempat tinggal lainnya
berdasarkan NJOP tertentu yang ditetapkan oleh bupati;
dan
i. bumi dan/atau bangunan yang dipungut pajak bumi
dan bangunan oleh Pemerintah Pusat.

Pasal 7
(1) Subjek PBB-P2 adalah orang pribadi atau Badan yang
secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau
memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,
menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.
- 20 -

(2) Wajib PBB-P2 adalah orang pribadi atau Badan yang secara
nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau
memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,
menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

Pasal 8
(1) Dasar pengenaan PBB-P2 merupakan NJOP.
(2) NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
berdasarkan proses penilaian PBB-P2.
(3) NJOP tidak kena pajak ditetapkan sebesar
Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib
Pajak.
(4) Dalam hal Wajib Pajak memiliki atau menguasai lebih dari
satu objek PBB-P2, NJOP tidak kena pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) hanya diberikan atas salah satu
objek PBB-P2 untuk setiap Tahun Pajak.
(5) NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu
dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan
wilayah Daerah.
(6) Besaran NJOP ditetapkan oleh Bupati.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Penilaian PBB-P2
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Bupati yang berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 9
(1) NJOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Pasal 8 ayat (1)
ditetapkan paling rendah 20% (dua puluh persen) dan
paling tinggi 100% (seratus persen) dari NJOP setelah
dikurangi NJOP tidak kena pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (3).
(2) Besaran persentase NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) atas kelompok objek PBB-P2 ditentukan dengan
mempertimbangkan:
a. kenaikan NJOP hasil penilaian;
- 21 -

b. bentuk pemanfaatan objek Pajak; dan/atau


c. klasterisasi NJOP dalam wilayah Daerah.
(3) Ketentuan mengenai besaran persentase sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 10
(1) Tarif PBB-P2 ditetapkan sebesar 0,5% (nol koma lima
persen).
(2) Tarif PBB-P2 atas objek berupa lahan produksi pangan dan
ternak ditetapkan sebesar 0,1% (nol koma satu persen).

Pasal 11
Besaran pokok PBB-P2 yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan dasar pengenaan PBB-P2 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (5) Pasal 9 ayat (1) dengan tarif PBB-P2
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Pasal 10 ayat (1) atau
ayat (2) .

Pasal 12
(1) Tahun Pajak PBB-P2 adalah jangka waktu 1 (satu) tahun
kalender.
(2) Saat terutang PBB-P2 ditetapkan pada saat terjadinya
kepemilikan, penguasaan, dan/atau pemanfaatan Bumi
dan/atau Bangunan.
(3) Saat yang menentukan untuk menghitung PBB-P2 terutang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan keadaan
objek PBB-P2 pada tanggal 1 Januari.
(4) Wilayah Pemungutan PBB-P2 yang terutang merupakan
wilayah Daerah yang meliputi letak objek PBB-P2.
(5) Termasuk dalam wilayah Pemungutan PBB-P2 sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) merupakan wilayah daerah
Kabupaten Puncak Jaya tempat Bumi dan/atau Bangunan
berikut berada:
a. laut pedalaman dan perairan darat serta Bangunan di
atasnya; dan
- 22 -

b. Bangunan yang berada di luar laut pedalaman dan


perairan darat yang konstruksi tekniknya terhubung
dengan Bangunan yang berada di daratan, kecuali pipa
dan kabel bawah laut.

Paragraf 2
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
BPHTB

Pasal 13
(1) Objek BPHTB adalah perolehan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan.
(2) Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pemindahan hak karena:
1. jual beli;
2. tukar-menukar;
3. hibah;
4. hibah wasiat;
5. waris;
6. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum
lain;
7. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;
8. penunjukan pembeli dalam lelang;
9. pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai
kekuatan hukum tetap;
10. penggabungan usaha;
11. peleburan usaha;
12. pemekaran usaha; atau
13. hadiah; dan
b. pemberian hak baru karena:
1. kelanjutan pelepasan hak; atau
2. di luar pelepasan hak.
(3) Hak atas Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. hak milik;
b. hak guna usaha;
- 23 -

c. hak guna bangunan;


d. hak pakai;
e. hak milik atas satuan rumah susun; dan
f. hak pengelolaan.
(4) Yang dikecualikan dari objek BPHTB adalah perolehan Hak
atas Tanah dan/atau Bangunan:
a. untuk kantor pemerintah pusat, Pemerintah Daerah,
penyelenggara negara dan lembaga negara lainnya yang
dicatat sebagai barang milik negara atau barang milik
Daerah;
b. oleh negara untuk penyelenggaraan pemerintahan
dan/atau untuk pelaksanaan pembangunan guna
kepentingan umum
c. untuk badan atau perwakilan lembaga
internasional dengan syarat tidak menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan lain di luar fungsi dantugas
Badan atau perwakilan lembaga tersebut yang
diatur dengan peraturan menteri yang
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang
keuangan;
d. untuk perwakilan diplomatik dan konsulat
berdasarkan asas perlakuan timbal balik;
e. oleh orang pribadi atau Badan karena konversi hak
atau karena perbuatan hukum lain dengan tidak
adanya perubahan nama;
f. oleh orang pribadi atau Badan karena wakaf;
g. oleh orang pribadi atau Badan yang digunakan untuk
kepentingan ibadah; dan
h. untuk masyarakat berpenghasilan rendah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Kriteria pengecualian objek BPHTB bagi masyarakat
berpenghasilan rendah sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) huruf h yaitu untuk kepemilikan rumah pertama
dengan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh Bupati.
(6) Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
diselaraskan dengan kebijakan pemberian kemudahan
- 24 -

pembangunan dan perolehan rumah bagi masyarakat


berpenghasilan rendah yang diatur oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pekerjaan umum dan perumahan rakyat.

Pasal 14
(1) Subjek Pajak BPHTB adalah orang pribadi atau Badan yang
memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.
(2) Wajib Pajak BPHTB adalah orang pribadi atau Badan yang
memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

Pasal 15
(1) Dasar pengenaan BPHTB merupakan NPOP nilai perolehan
objek pajak.
(2) NPOP nilai perolehan objek pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut:
a. harga transaksi untuk jual beli;
b. nilai pasar untuk tukar menukar, hibah, hibah wasiat,
waris, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum
lainnya, pemisahan hak yang mengakibatkan
peralihan, peralihan hak karena pelaksanaan putusan
hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap,
pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari
pelepasan hak, pemberian hak baru atas tanah di luar
pelepasan hak, penggabungan usaha, peleburan usaha,
pemekaran usaha, dan hadiah; dan
c. harga transaksi yang tercantum dalam risalah lelang
untuk penunjukan pembeli dalam lelang.
(3) Dalam hal NPOP nilai perolehan objek pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak diketahui atau lebih rendah
daripada NJOP yang digunakan dalam pengenaan pajak
bumi dan bangunan pada tahun terjadinya perolehan, dasar
pengenaan BPHTB yang digunakan adalah NJOP yang
digunakan dalam pengenaan pajak bumi dan bangunan
pada tahun terjadinya perolehan.
(4) Besarnya NPOP nilai perolehan objek pajak tidak kena pajak
- 25 -

ditetapkan sebesar Rp80.000.000,00 (delapan puluh juta


rupiah). untuk perolehan hak pertama Wajib Pajak di
wilayah Daerah tempat terutang BPHTB.
(5) Dalam hal perolehan hak karena hibah wasiat atau waris
yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat
ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah
wasiat atau waris, termasuk suami/istri, NPOP nilai
perolehan objek pajak tidak kena pajak ditetapkan sebesar
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
(6) Atas perolehan hak karena hibah wasiat atau waris tertentu
NPOP nilai perolehan objek pajak Tidak Kena Pajak yang
ditetapkan sebesar Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh
juta rupiah).

Pasal 16
Tarif BPHTB ditetapkan sebesar 5% (lima persen).

Pasal 17
(1) Besaran pokok BPHTB yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan dasar pengenaan BPHTB sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (1) setelah dikurangi NPOP tidak kena
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4), ayat
(5), atau ayat (6) dengan tarif BPHTB sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16.
(2) BPHTB yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat
tanah dan/atau Bangunan berada.
(3) Besaran pokok BPHTB yang dibawah NPOP dan Mekanisme
tata cara pemungutan BPHTB tidak kena pajak ditetapkan
dengan Peraturan Bupati.

Pasal 18
(1) Saat terutangnya BPHTB ditetapkan pada saat terjadinya
perolehan tanah dan/atau Bangunan dengan ketentuan:
a. pada tanggal dibuat dan ditandatanganinya perjanjian
pengikatan jual beli untuk jual beli;
- 26 -

b. pada tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta untuk


tukar-menukar, hibah, hibah wasiat, pemasukan dalam
perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan hak
yang mengakibatkan peralihan, penggabungan usaha,
peleburan usaha, pemekaran usaha, dan/atau hadiah;
c. pada tanggal penerima waris atau yang diberi kuasa oleh
penerima waris mendaftarkan peralihan haknya ke
kantor bidang pertanahan waris;
d. pada tanggal putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum yang tetap untuk putusan hakim;
e. pada tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian
hak untuk pemberian hak baru atas tanah sebagai
kelanjutan dari pelepasan hak;
f. pada tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian
hak untuk pemberian hak baru di luar pelepasan hak;
dan
g. pada tanggal penunjukan pemenang lelang untuk lelang.
(2) Dalam hal jual beli tanah dan/atau Bangunan tidak
menggunakan perjanjian pengikatan jual beli sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, maka saat terutang BPHTB
untuk jual beli adalah pada saat ditandatanganinya akta
jual beli.
(3) Dalam hal terjadi perubahan atau pembatalan perjanjian
pengikatan jual beli sebelum ditandatanganinya akta jual
beli mengakibatkan:
a. jumlah BPHTB lebih dibayar atau tidak terutang, Wajib
Pajak mengajukan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran BPHTB; atau
b. jumlah BPHTB kurang dibayar, Wajib Pajak melakukan
pembayaran kekurangan dimaksud.
(4) BPHTB yang terutang atas pemindahan hak karena jual
beli paling lambat dilunasi pada saat penandatanganan
akta jual beli.
(5) BPHTB yang terutang dipungut di wilayah Daerah.

Pasal 19
- 27 -

Dalam hal perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang


ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan bukan
merupakan objek BPHTB, Bupati dapat menerbitkan surat
keterangan bukan objek BPHTB.

Pasal 20
(1) Pejabat pembuat akta tanah atau notaris sesuai
kewenangannya wajib:
a. meminta bukti pembayaran BPHTB kepada Wajib
Pajak, sebelum menandatangani akta pemindahan Hak
atas Tanah dan/atau Bangunan; dan
b. melaporkan pembuatan perjanjian pengikatan jual beli
dan/atau akta atas tanah dan/atau Bangunan kepada
Bupati paling lambat pada tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya.
(2) Dalam hal pejabat pembuat akta tanah/notaris melanggar
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan
sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Berupa:
a. denda sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah) untuk setiap pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a; dan/atau
b. denda sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk
setiap laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b.
(3) Kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara
wajib:
a. meminta bukti pembayaran BPHTB kepada Wajib
Pajak, sebelum menandatangani risalah lelang; dan
b. melaporkan risalah lelang kepada Bupati paling lambat
pada tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.
(4) Kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara
yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan bagi
- 28 -

Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan


ayat (3) huruf b diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 21
(1) Kepala kantor bidang pertanahan hanya dapat melakukan
pendaftaran hak atas tanah atau pendaftaran peralihan hak
atas tanah setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti
pembayaran BPHTB.
(2) Kepala kantor bidang pertanahan yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 3
Pajak Barang dan Jasa Tertentu
PBJT

Pasal 22
Objek PBJT merupakan penjualan, penyerahan, dan/atau
konsumsi barang dan jasa tertentu yang meliputi:
a. Makanan dan/atau Minuman;
b. Tenaga Listrik;
c. Jasa Perhotelan;
d. Jasa Parkir; dan
e. Jasa Kesenian dan Hiburan.
Pasal 23
(1) Penjualan dan/atau penyerahan Makanan dan/atau
Minuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a
meliputi Makanan dan/atau Minuman yang disediakan
oleh:
a. Restoran yang paling sedikit menyediakan pelayanan
penyajian Makanan dan/atau Minuman berupa meja,
kursi, dan/atau peralatan makan dan minum;
b. penyedia jasa boga atau katering yang melakukan:
1. proses penyediaan bahan baku dan bahan setengah
jadi, pembuatan, penyimpanan, serta penyajian
berdasarkan pesanan;
- 29 -

2. penyajian di lokasi yang diinginkan oleh pemesan


dan berbeda dengan lokasi dimana proses
pembuatan dan penyimpanan dilakukan; dan
3. penyajian dilakukan dengan atau tanpa peralatan
dan petugasnya.
(2) Yang dikecualikan dari objek PBJT sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah penyerahan Makanan dan/atau
Minuman:
a. dengan peredaran usaha tidak melebihi
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah rupiah) per tahun.
b. dilakukan oleh toko swalayan dan sejenisnya yang
tidak semata-mata menjual Makanan dan/atau
Minuman;
c. dilakukan oleh pabrik Makanan dan/atau Minuman;
atau
d. disediakan oleh penyedia fasilitas yang kegiatan usaha
utamanya menyediakan pelayanan jasa menunggu
pesawat (lounge) pada bandar udara.

Pasal 24
(1) Konsumsi Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 huruf b adalah penggunaan Tenaga Listrik oleh
pengguna akhir.
(2) Yang dikecualikan dari konsumsi Tenaga Listrik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. konsumsi Tenaga Listrik oleh instansi Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan penyelenggara negara
lainnya;
b. konsumsi Tenaga Listrik pada tempat yang
digunakan oleh kedutaan, konsulat, dan
perwakilan negara asing berdasarkan asas timbal balik;
c. konsumsi Tenaga Listrik pada rumah ibadah, panti
jompo, panti asuhan, dan panti sosial lainnya yang
- 30 -

sejenis; dan
d. konsumsi Tenaga Listrik yang dihasilkan sendiri
dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin
dari instansi teknis terkait.

Pasal 25
(1) Jasa Perhotelan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
huruf c meliputi jasa penyediaan akomodasi dan fasilitas
penunjangnya, serta penyewaan ruang rapat/pertemuan
pada penyedia jasa perhotelan seperti:
a. Hotel;
b. hostel;
c. vila;
d. pondok wisata;
e. motel;
f. losmen;
g. wisma pariwisata;
h. pesanggrahan;
i. rumah penginapan/guesthouse/ bungalo/resort/
cottage/ home stay;
j. tempat tinggal pribadi yang difungsikan sebagai hotel;
dan
k. glamping.
(2) Yang dikecualikan dari Jasa Perhotelan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah;
b. jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat,
panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial lainnya
yang sejenis;
c. jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan
keagamaan;
d. jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata; dan
e. jasa persewaan ruangan untuk diusahakan di Hotel.

Pasal 26
- 31 -

(1) Jasa Parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf d


meliputi:
a. penyediaan atau penyelenggaraan tempat parkir;
dan/atau
b. pelayanan memarkirkan kendaraan (parkir valet).
(2) Yang dikecualikan dari jasa penyediaan tempat parkir
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. jasa tempat parkir yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; dan
b. jasa tempat parkir yang diselenggarakan oleh
perkantoran yang hanya digunakan untuk
karyawannya sendiri; dan
c. jasa tempat parkir yang diselenggarakan oleh
kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara asing
dengan asas timbal balik.

Pasal 27
(1) Jasa Kesenian dan Hiburan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 huruf e meliputi:
a. tontonan film atau bentuk tontonan audio visual
lainnya yang dipertontonkan secara langsung di suatu
lokasi tertentu;
b. pergelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;
c. kontes kecantikan;
d. kontes binaraga;
e. pameran;
f. pertunjukan sirkus, akrobat, dan sulap;
g. perlombaan kendaraan bermotor;
h. permainan ketangkasan;
i. olahraga permainan dengan menggunakan tempat/
ruang dan/atau peralatan dan perlengkapan untuk
olahraga dan kebugaran;
j. rekreasi wahana air, wahana ekologi, wahana
pendidikan, wahana budaya, wahana permainan,
pemancingan, agrowisata, dan kebun binatang;
k. panti pijat dan pijat refleksi; dan
- 32 -

l. diskotek, karaoke, kelab malam, bar, dan mandi


uap/spa.
(2) Yang dikecualikan dari Jasa Kesenian dan Hiburan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Jasa Kesenian
dan Hiburan yang semata-mata untuk:
a. promosi budaya tradisional dengan tidak dipungut
bayaran;
b. kegiatan pelayanan masyarakat dengan tidak dipungut
bayaran; dan/atau
c. Pagelaran kesenian, musik dan atau tari dengan tidak
dipungut bayaran.

Pasal 28
(1) Subjek PBJT adalah konsumen barang dan jasa tertentu.
(2) Wajib PBJT adalah orang pribadi atau Badan yang
melakukan penjualan, penyerahan, penyelenggara,
dan/atau konsumsi barang dan jasa tertentu.

Pasal 29
(1) Dasar pengenaan PBJT merupakan jumlah yang dibayarkan
oleh konsumen barang atau jasa tertentu, meliputi:
a. jumlah pembayaran yang diterima oleh penyedia
Makanan dan/atau Minuman untuk PBJT atas
Makanan dan/atau Minuman;
b. nilai jual Tenaga Listrik untuk PBJT atas Tenaga
Listrik;
c. jumlah pembayaran kepada penyedia Jasa Perhotelan
untuk PBJT atas Jasa Perhotelan;
d. jumlah pembayaran kepada penyedia atau
penyelenggara tempat parkir dan/atau penyedia
pelayanan memarkirkan kendaraan untuk PBJT atas
jasa parkir; dan
e. jumlah pembayaran yang diterima oleh penyelenggara
jasa kesenian dan hiburan untuk PBJT atas jasa
kesenian dan hiburan.
(2) Dalam hal pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat
- 33 -

(1) menggunakan voucer atau bentuk lain yang sejenis yang


memuat nilai rupiah atau mata uang lain, dasar pengenaan
PBJT ditetapkan sebesar nilai rupiah atau mata uang
lainnya tersebut.
(3) Dalam hal tidak terdapat pembayaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dasar pengenaan PBJT dihitung
berdasarkan harga jual barang dan jasa sejenis yang
berlaku di wilayah Daerah.
(4) Dalam hal Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan
pengendalian penggunaan kendaraan pribadi dan tingkat
kemacetan, khusus untuk PBJT atas Jasa Parkir
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, Pemerintah
Daerah dapat menetapkan dasar pengenaan sebesar tarif
parkir sebelum dikenakan potongan.

Pasal 30
(1) Nilai jual Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29 ayat (1) huruf b ditetapkan untuk:
a. tenaga listrik yang berasal dari sumber lain dengan
pembayaran; dan
b. tenaga Listrik yang dihasilkan sendiri.
(2) Nilai jual Tenaga Listrik yang ditetapkan untuk Tenaga
Listrik yang berasal dari sumber lain dengan pembayaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dihitung
berdasarkan:
a. jumlah tagihan biaya/beban tetap ditambah dengan
biaya pemakaian kWh/variabel yang ditagihkan dalam
rekening listrik, untuk pascabayar; dan
b. jumlah pembelian Tenaga Listrik untuk prabayar.
(3) Nilai jual Tenaga Listrik yang ditetapkan untuk Tenaga
Listrik yang dihasilkan sendiri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dihitung berdasarkan:
a. kapasitas tersedia;
b. tingkat penggunaan listrik;
c. jangka waktu pemakaian listrik; dan
d. harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Daerah.
- 34 -

(4) Nilai jual Tenaga Listrik yang ditetapkan untuk Tenaga


Listrik yang berasal dari sumber lain dengan pembayaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan ketentuan
tidak terdapat pembayaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 ayat (1) ayat (3), penyedia Tenaga Listrik sebagai
Wajib Pajak melakukan penghitungan dan Pemungutan
PBJT atas Tenaga Listrik untuk penggunaan Tenaga Listrik
yang dijual atau diserahkan.

Pasal 31
(1) Tarif PBJT ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen)
(2) Khusus tarif PBJT atas tenaga listrik untuk:
a. Konsumsi tenaga listrik dari sumber lain oleh industri,
pertambangan minyak bumi dan gas alam, ditetapkan
paling tinggi sebesar 3% (tiga persen); dan
b. Konsumsi tenaga listrik yang dihasilkan sendiri,
ditetapkan paling tinggi 1,5% (satu koma lima persen).
(3) Khusus Tarif PBJT atas jasa hiburan pada:
a. pagelaran kesenian tradisional 5% (lima persen); dan
b. diskotek, karaoke, kelab malam, bar, dan mandi
uap/spa ditetapkan 40% (empat puluh persen).

Pasal 32
(1) Besaran pokok PBJT yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan dasar pengenaan PBJT sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 ayat (1) dengan tarif PBJT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31.
(2) Saat terutang PBJT ditetapkan pada saat:
a. pembayaran/penyerahan atas Makanan dan/atau
Minuman untuk PBJT atas Makanan dan/atau
Minuman;
b. konsumsi/pembayaran atas Tenaga Listrik untuk PBJT
atas Tenaga Listrik;
c. pembayaran/penyerahan atas jasa perhotelan untuk
PBJT atas Jasa Perhotelan;
d. pembayaran/penyerahan atas jasa penyediaan tempat
- 35 -

parkir untuk PBJT atas Jasa Parkir; dan


e. pembayaran/penyerahan atas jasa kesenian dan
hiburan untuk PBJT atas Jasa Kesenian dan Hiburan.
(3) PBJT yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat
layanan/ penjualan, penyerahan, dan/ atau konsumsi
barang dan jasa tertentu dilakukan.

Paragraf 4
Pajak Reklame

Pasal 33
(1) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan
Reklame.
(2) Objek Pajak Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron;
b. Reklame kain;
c. Reklame melekat/stiker;
d. Reklame selebaran;
e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;
f. Reklame udara;
g. Reklame film/slide; dan
h. Reklame peragaan.
(3) Yang dikecualikan dari objek Pajak Reklame sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. penyelenggaraan Reklame melalui internet, televisi,
radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan,
dan sejenisnya;
b. label/merek produk yang melekat pada barang yang
diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan
dari produk sejenis lainnya;
c. nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang
melekat pada bangunan dan/atau di dalam area
tempat usaha atau profesi yang jenis, ukuran, bentuk,
dan bahan Reklamenya diatur dalam Peraturan Bupati
dengan berpedoman pada ketentuan yang mengatur
tentang nama pengenal usaha atau profesi tersebut;
- 36 -

d. Reklame yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat


atau Pemerintah Daerah; dan
e. Reklame yang diselenggarakan dalam rangka kegiatan
politik, sosial, dan keagamaan yang tidak disertai
dengan iklan komersial.

Pasal 34
(1) Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan
yang menggunakan Reklame.
(2) Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang
menyelenggarakan Reklame.

Pasal 35
(1) Dasar Pengenaan Pajak Reklame merupakan nilai sewa
Reklame.
(2) Dalam hal Reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, nilai
sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan berdasarkan nilai kontrak Reklame.
(3) Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri, nilai sewa
Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
dengan memperhatikan faktor jenis, bahan yang digunakan,
lokasi penempatan, waktu penayangan, jangka waktu
penyelenggaraan, jumlah, dan ukuran media Reklame.
(4) Dalam hal nilai sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak diketahui dan/atau dianggap tidak wajar, nilai
sewa Reklame ditetapkan dengan menggunakan faktor-
faktor sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Perhitungan nilai sewa Reklame sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 36
Tarif Pajak Reklame ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima
persen).

Pasal 37
(1) Besaran pokok Pajak Reklame yang terutang dihitung
- 37 -

dengan cara mengalikan dasar pengenaan Pajak Reklame


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dengan tarif
Pajak Reklame sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36.
(2) Saat terutang Pajak Reklame ditetapkan pada saat
terjadinya penyelenggaraan reklame.
(3) Pajak Reklame yang terutang dipungut di wilayah Daerah
tempat reklame tersebut diselenggarakan.
(4) Khusus untuk Reklame berjalan, wilayah Pemungutan
Pajak Reklame yang terutang adalah wilayah Daerah tempat
usaha penyelenggara Reklame terdaftar.

Paragraf 5
Pajak Air Tanah
PAT

Pasal 38
(1) Objek PAT adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air
Tanah.
(2) Yang dikecualikan dari objek PAT adalah pengambilan
untuk:
a. keperluan dasar rumah tangga;
b. pengairan pertanian rakyat;
c. perikanan rakyat;
d. peternakan rakyat;
e. keperluan keagamaan; dan
f. pemanfaatan air tanah ynang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Daerah yang bukan untuk tujuan komersil.

Pasal 39
(1) Subjek PAT adalah orang pribadi atau Badan yang
melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.
(2) Wajib PAT adalah orang pribadi atau Badan yang
melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.

Pasal 40
- 38 -

(1) Dasar pengenaan PAT merupakan nilai perolehan Air Tanah.


(2) Nilai perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan hasil perkalian antara harga air baku dengan
bobot Air Tanah.
(3) Harga air baku ditetapkan berdasarkan biaya pemeliharaan
dan pengendalian sumber daya Air Tanah.
(4) Bobot Air Tanah dinyatakan dalam koefisien yang
didasarkan atas faktor-faktor berikut:
a. jenis sumber air;
b. lokasi sumber air;
c. tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air;
d. volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan;
e. kualitas air; dan
f. tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
pengambilan dan/atau pemanfaatan air.

Pasal 41
Besarnya nilai perolehan Air dalam wilayah Daerah ditetapkan
dengan Peraturan Bupati dengan berpedoman pada nilai
perolehan Air Tanah yang ditetapkan oleh Gubernur sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 42
Tarif PAT ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).

Pasal 43
(1) Besaran pokok PAT yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan dasar pengenaan PAT sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 ayat (1) dengan tarif PAT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42.
(2) Saat terutang PAT ditetapkan pada saat terjadinya
pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
(3) PAT yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat
pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.
- 39 -

Paragraf 6
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak MBLB

Pasal 44
(1) Objek Pajak MBLB adalah kegiatan pengambilan MBLB
yang meliputi:
a. batu tulis;
b. batu setengah permata;
c. batu kapur;
d. batu permata;
e. bentonit;
f. dolomit;
g. feldspar;
h. garam batu (halite);
i. grafit;
j. granit/andesit;
k. gips;
l. kalsit;
m. kaolin;
n. leusit;
o. magnesit;
p. mika;
q. marmer;
r. nitrat;
s. obsidian;
t. oker;
u. pasir dan kerikil;
v. pasir kuarsa;
w. perlit;
x. fosfat;
y. talk;
z. tanah serap (fullers earth);
aa. tanah diatom;
bb. tanah liat;
cc. tawas (alum);
- 40 -

dd. tras;
ee. yarosit;
ff. zeolit;
gg. basal;
hh. trakhit;
ii. belerang;
jj. MBLB ikutan dalam suatu pertambangan mineral; dan
kk. MBLB lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Yang dikecualikan dari objek Pajak MBLB, meliputi
pengambilan MBLB:
a. untuk keperluan rumah tangga dan tidak
diperjualbelikan/dipindahtangankan; dan
b. untuk keperluan pemancangan tiang listrik/ telepon,
penanaman kabel, penanaman pipa, dan sejenisnya
yang tidak mengubah fungsi permukaan tanah.

Pasal 45
(1) Subjek Pajak MBLB adalah orang pribadi atau Badan yang
mengambil MBLB.
(2) Wajib Pajak MBLB adalah orang pribadi atau Badan yang
mengambil MBLB.

Pasal 46
(1) Dasar pengenaan Pajak MBLB merupakan nilai jual hasil
pengambilan MBLB.
(2) Nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan perkalian volume/tonase pengambilan MBLB
dengan harga patokan tiap-tiap jenis MBLB.
(3) Harga patokan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dihitung berdasarkan harga jual rata-rata tiap-tiap jenis
MBLB pada mulut tambang yang berlaku di wilayah Daerah.
(4) Harga patokan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pertambangan mineral dan batu bara.
- 41 -

Pasal 47
Tarif Pajak MBLB ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (dua
puluh persen).

Pasal 48
(1) Besaran pokok Pajak MBLB yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan dasar pengenaan Pajak MBLB
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dengan tarif
Pajak MBLB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47.
(2) Saat terutang Pajak MBLB ditetapkan pada saat terjadinya
pengambilan MBLB di mulut tambang.
(3) Pajak MBLB yang terutang dipungut di wilayah Daerah
tempat pengambilan MBLB.

Paragraf 8
Opsen Pajak Kendaraan Bermotor
Opsen PKB

Pasal 49
Opsen PKB dikenakan atas Pajak terutang dari PKB.

Pasal 50
(1) Subjek Pajak Opsen PKB merupakan Subjek PKB.
(2) Wajib Pajak Opsen PKB merupakan Wajib PKB.
(3) Pemungutan Opsen PKB dilakukan bersamaan dengan
pemungutan Pajak terutang dari PKB.

Pasal 51
Dasar pengenaan untuk Opsen PKB merupakan PKB terutang.

Pasal 52
Tarif Opsen PKB ditetapkan sebesar 66% (enam puluh enam
persen) dihitung dari besaran pajak terutang.

Pasal 53
(1) Besaran pokok Opsen PKB yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan dasar pengenaan
- 42 -

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dengan tarif


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52.
(2) Saat terutang Opsen PKB ditetapkan pada saat terutangnya
PKB.
(3) Opsen PKB yang terutang dipungut di wilayah
Daerah tempat kendaraan bermotor terdaftar.

Paragraf 8
Opsen Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Opsen BBNKB

Pasal 54
Opsen BBNKB dikenakan atas Pajak terutang dari BBNKB.

Pasal 55
(1) Subjek Pajak Opsen BBNKB merupakan Subjek BBNKB.
(2) Wajib Pajak Opsen BBNKB merupakan Wajib Pajak BBNKB.
(3) Pemungutan Opsen BBNKB dilakukan bersamaan dengan
pemungutan Pajak terutang dari BBNKB.

Pasal 56
Dasar pengenaan untuk Opsen BBNKB merupakan BBNKB
terutang.

Pasal 57
Tarif Opsen BBNKB ditetapkan sebesar 66% (enam puluh enam
persen) dihitung dari besaran pajak terutang.

Pasal 58
(1) Besaran pokok Opsen BBNKB yang terutang dihitung
dengan cara mengalikan dasar pengenaan pajak
sebagaimana dimaksud pada Pasal 56 dengan tarif
sebagaimana dimaksud pada Pasal 57.
(2) Saat terutang Opsen BBNKB ditetapkan pada saat
terutangnya BBNKB.
(3) Opsen BBNKB yang terutang dipungut di wilayah Daerah
tempat kendaraan bermotor terdaftar.
- 43 -

Bagian Ketiga
Masa Pajak dan Tahun Pajak

Pasal 59
(1) Saat terutang Pajak ditetapkan pada saat orang pribadi atau
Badan telah memenuhi syarat subjektif dan objektif atas
suatu jenis Pajak dalam satu kurun waktu tertentu dalam
masa Pajak, dalam tahun Pajak, atau bagian tahun Pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai perpajakan Daerah.
(2) Masa Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib
Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan Pajak
yang terutang untuk jenis Pajak yang dipungut berdasarkan
perhitungan sendiri Wajib Pajak atau menjadi dasar bagi
Bupati untuk menetapkan Pajak terutang untuk jenis Pajak
yang dipungut berdasarkan penetapan Bupati.
(3) Masa Pajak yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan Pajak yang terutang
untuk jenis Pajak yang dipungut berdasarkan perhitungan
sendiri Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau
jangka waktu lain paling lama 3 (tiga) bulan kalender.
(4) Tahun Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun
kalender, kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun
buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai masa Pajak, tahun Pajak,
dan bagian tahun Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Keempat
Penggunaan Hasil Penerimaan Pajak Untuk Kegiatan
Yang Telah Ditentukan

Pasal 60
(1) Hasil penerimaan Opsen PKB dialokasikan paling sedikit
- 44 -

10% (sepuluh persen) untuk pembangunan dan/atau


pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana
transportasi umum.
(2) Hasil penerimaan PBJT atas Tenaga Listrik dialokasikan
paling sedikit 10% (sepuluh persen) untuk penyediaan
penerangan jalan umum.
(3) Kegiatan penyediaan penerangan jalan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) meliputi penyediaan dan
pemeliharaan infrastruktur penerangan jalan umum serta
pembayaran biaya atas konsumsi Tenaga Listrik untuk
penerangan jalan umum.
(4) Hasil penerimaan PAT dialokasikan paling sedikit 10%
(sepuluh persen) untuk pencegahan, penanggulangan, dan
pemulihan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup dalam Daerah yang berdampak terhadap kualitas dan
kuantitas air tanah, meliputi:
a. penanaman pohon;
b. pembuatan lubang atau sumur resapan;
c. pelestarian hutan atau pepohonan; dan
d. pengelolaan limbah.

BAB IV
RETRIBUSI DAERAH

Bagian Kesatu
Jenis Retribusi

Pasal 61
Jenis Retribusi terdiri atas:
a. Retribusi Jasa Umum;
b. Retribusi Jasa Usaha; dan
c. Retribusi Perizinan Tertentu.

Bagian Kedua
Retribusi Jasa Umum

Pasal 62
(1) Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang
- 45 -

disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan


kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau Badan.
(2) Subjek Retribusi Jasa Umum merupakan orang pribadi
atau Badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan
Jasa Umum.
(3) Wajib retribusi jasa umum merupakan orang pribadi atau
Badan yang menurut peraturan perundang-undangan
diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi atas
pelayanan Jasa Umum.

Pasal 63
(1) Jenis pelayanan yang merupakan objek Retribusi Jasa
Umum meliputi:
a. pelayanan kesehatan;
b. pelayanan kebersihan;
c. pelayanan parkir di tepi jalan umum; dan
d. pelayanan pasar.
(2) Pelayanan yang merupakan objek Retribusi Jasa Umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pelayanan
yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
berdasarkan kewenangan Daerah sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
(3) Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ayat (1)
termasuk pelayanan yang diberikan oleh BLUD.

(4) Dalam hal terdapat penyesuaian detail rincian objek atas


pelayanan yang diberikan oleh BLUD sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ayat (2), penyesuaian detail rincian
objek diatur dalam Peraturan Bupati sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(5) Detail rincian objek Retribusi yang diatur dalam Peraturan
Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ayat (3)
dilaksanakan dengan ketentuan:
- 46 -

a. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-


undangan yang lebih tinggi;
b. tidak menghambat iklim investasi di Daerah; dan
c. tidak menimbulkan ekonomi biaya tinggi.
(6) Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ayat
(3) disampaikan kepada menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang keuangan, menteri yang
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan dalam negeri, dan
DPRD paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak Peraturan
Bupati ditetapkan.
(7) Dikecualikan dari objek jenis Retribusi Jasa Umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu pelayanan jasa
umum yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Badan Usaha
Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Pihak Swasta.

Paragraf 1
Retribusi Pelayanan Kesehatan

Pasal 64
(1) Pelayanan Kesehatan merupakan pelayanan Kesehatan
yang dikelola oleh Pemerintah Daerah meliputi:
a. puskesmas;
b. puskesmas keliling;
c. puskesmas pembantu;
d. balai pengobatan;
e. rumah sakit umum daerah; dan
f. tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis.
(2) Dikecualikan dari objek pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan administrasi.

Pasal 65
Tingkat penggunaan jasa pelayanan kesehatan diukur
berdasarkan jenis pelayanan, frekuensi pelayanan, dan/atau
jangka waktu pelayanan.

Pasal 66
Struktur dan besarnya tarif retribusi Pelayanan Kesehatan
- 47 -

tercantum pada Lampiran I yang merupakan bagian tidak


terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 2
Retribusi Pelayanan Kebersihan

Pasal 67
(1) Pelayanan kebersihan merupakan pelayanan kebersihan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, meliputi:
a. Pengambilan atau pengumpulan sampah dari
sumbernya ke lokasi pembuangan sementara;
b. pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi
pembuangan sementara ke lokasi pembuangan akhir
sampah/ pengolahan atau pemusnahan akhir sampah;
c. penyediaan lokasi pembuangan atau pengolahan atau
pemusnahan akhir sampah;
d. penyediaan dan/atau penyedotan kakus; dan
e. pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran,
dan industri.
(2) Dikecualikan dari Pelayanan Kebersihan adalah pelayanan
kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah, sosial, dan
tempat umum lainnya.

Pasal 68
Tingkat penggunaan jasa pelayanan kebersihan diukur
berdasarkan jenis pelayanan, frekuensi pelayanan, volume
dan/atau jenis sampah atau limbah kakus atau limbah cair.

Pasal 69
Struktur dan besarnya tarif retribusi Pelayanan Kebersihan
tercantum pada Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 3
Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

Pasal 70
Pelayanan parkir di tepi jalan umum merupakan penyediaan
- 48 -

pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh


Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 71
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis kendaraan,
jenis/kawasan lokasi parkir, frekuensi pelayanan dan/atau
jangka waktu pemakaian tempat parkir.

Pasal 72
(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan parkir tepi
jalan umum tercantum pada Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 4
Retribusi Pelayanan Pasar

Pasal 73
(1) Pelayanan pasar merupakan penyediaan fasilitas pasar
tradisional atau sederhana berupa pelataran, los, dan kios
yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola
oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
dan pihak swasta.

Pasal 74
Tingkat penggunaan jasa pelayanan pasar di ukur berdasarkan
frekuensi pelayanan, jangka waktu pemakaian fasilitas pasar
dan/atau jenis pemakaian fasilitas pasar.

Pasal 75
Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan pasar
tercantum pada Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal …
(1) Tingkat penggunaan jasa atas pelayanan Jasa Umum
merupakan jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar
- 49 -

alokasi beban biaya yang dipikul Pemerintah Daerah untuk


penyelenggaraan jasa yang bersangkutan.
(2) Tingkat penggunaan jasa atas pelayanan Jasa Umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan ketentuan:
a. pelayanan kesehatan diukur berdasarkan jenis
pelayanan, frekuensi pelayanan, dan/atau jangka waktu
pelayanan;
b. pelayanan kebersihan diukur berdasarkan jenis
pelayanan, frekuensi pelayanan, volume dan/atau jenis
sampah atau limbah kakus atau limbah cair;
c. pelayanan parkir di tepi jalan umum diukur berdasarkan
jenis kendaraan, jenis/kawasan lokasi parkir, frekuensi
pelayanan dan/atau jangka waktu pemakaian tempat
parkir; dan
d. pelayanan pasar diukur berdasarkan frekuensi
pelayanan, jangka waktu pemakaian fasilitas pasar
dan/atau jenis pemakaian fasilitas pasar.

Paragraf 5
Pengaturan Retribusi Jasa Umum

Pasal 76
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa
Umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan
jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek
keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan
tersebut.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya
operasional dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya
modal.
(3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan
biaya penyediaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi Jasa
Umum yang diberikan oleh BLUD ditetapkan sesuai dengan
- 50 -

ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai BLUD.

Pasal 77
Besaran Retribusi Jasa Umum yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan tingkat penggunaan jasa dengan tarif
Retribusi.

Pasal 78
(1) Struktur dan besaran tarif Retribusi Jasa Umum
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Perda ini.
(2) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun
sekali.
(3) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan
perkembangan perekonomian, tanpa melakukan
penambahan objek Retribusi Jasa Umum.
(4) Tarif Retribusi hasil peninjauan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Bagian Ketiga
Retribusi Jasa Usaha

Pasal 79
(1) Subjek Retribusi Jasa Usaha merupakan orang pribadi atau
Badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan Jasa
Usaha.
(2) Wajib Retribusi Jasa Usaha merupakan orang pribadi atau
Badan yang menurut peraturan perundang-undangan
diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi atas
pelayanan Jasa Usaha.
Pasal …
(3) (1) Jenis penyediaan atau pelayanan barang dan/atau jasa
yang merupakan objek Retribusi Jasa Usaha meliputi:
a. penyediaan tempat kegiatan usaha berupa pasar grosir,
pertokoan, dan tempat kegiatan usaha lainnya;
b. penyediaan tempat pelelangan ikan, ternak, hasil bumi,
- 51 -

dan hasil hutan termasuk fasilitas lainnya dalam


lingkungan tempat pelelangan;
c. penyediaan tempat khusus parkir di luar badan jalan;
d. penyediaan tempat penginapan atau pesanggrahan
atau vila;
e. pelayanan rumah pemotongan hewan ternak;
f. pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga;
g. pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan
menggunakan kendaraan di air;
h. penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah;
dan
i. pemanfaatan aset Daerah yang tidak mengganggu
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi perangkat
Daerah dan/atau optimalisasi aset Daerah dengan
tidak mengubah status kepemilikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penyediaan atau pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
berdasarkan jasa atau pelayanan yang diberikan dan
kewenangan Daerah sebagaimana diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(5) Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (21) termasuk
pelayanan yang diberikan oleh BLUD.
(6) Dalam hal terdapat penyesuaian detail rincian objek atas
pelayanan yang diberikan oleh BLUD sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), penyesuaian detail rincian objek
diatur dalam Peraturan Bupati sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(7) Detail rincian objek Retribusi yang diatur dalam Peraturan
Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan
dengan ketentuan:
a. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi;
b. tidak menghambat iklim investasi di Daerah; dan
c. tidak menimbulkan ekonomi biaya tinggi.
(8) Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (…)
- 52 -

disampaikan kepada menteri yang menyelenggarakan


urusan pemerintahan di bidang keuangan, menteri yang
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan dalam negeri, dan
DPRD paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak Peraturan
Bupati ditetapkan.
(9) Dikecualikan dari objek jenis Retribusi Jasa Usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu pelayanan jasa
yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan pihak swasta.

Pasal 80
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif
Retribusi Jasa Usaha ditujukan untuk memperoleh
keuntungan yang layak.
(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan
jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan
berorientasi pada harga pasar.
(3) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi Jasa
Usaha yang diberikan oleh BLUD ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan yang mengatur
mengenai BLUD.

Pasal 81
Besaran Retribusi Jasa Usaha yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan tingkat penggunaan jasa dengan tarif
Retribusi.

Paragraf 1
Retribusi Penyediaan Tempat Kegiatan Usaha
Berupa Pasar Grosir, Pertokoan, dan
Tempat Kegiatan Usaha Lainnya

Pasal 82
(1) Retribusi Penyediaan Tempat Kegiatan Usaha Berupa Pasar
Grosir, Pertokoan, dan Tempat Kegiatan Usaha Lainnya
- 53 -

dipungut Retribusi atas pelayanan penyediaan fasilitas


pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/
pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan/
diselenggarakan/ dimiliki oleh Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah fasilitas pasar yang disediakan,
dimiliki, dan/atau dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah, dan pihak swasta.

Pasal 83
Tingkat Penggunaan Jasa di ukur berdasarkan luas tempat
usaha, frekuensi pelayanan, dan/atau jangka waktu pemakaian
fasilitas pasar grosir, pertokoan, dan/atau tempat usaha
lainnya.

Pasal 84
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Penyediaan Tempat
Kegiatan Usaha Berupa Pasar Grosir, Pertokoan, dan Tempat
Kegiatan Usaha Lainnya tercantum dalam Lampiran V yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 2
Retribusi Penyediaan Tempat Pelelangan Ikan,
Ternak, Hasil Bumi, dan Hasil Hutan
termasuk Fasilitas Lainnya

Pasal 85
(1) Penyediaan tempat pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan
hasil hutan termasuk fasilitas lainnya dalam lingkungan
tempat pelelangan merupakan penyediaan tempat
pelelangan yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah
Daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil
bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta
fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan.
(2) Termasuk penyediaan Tempat Pelelangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah tempat yang disewa oleh
Pemerintah Daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai
- 54 -

tempat pelelangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tempat Pelelangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dalam Peraturan Bupati berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Paragraf 3
Retribusi Penyediaan Tempat Khusus Parkir
di Luar Badan Jalan

Pasal 86
(1) Penyediaan Tempat Khusus Parkir di luar Badan Jalan
merupakan penyediaan tempat khusus parkir yang secara
khusus disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Objek Retribusi Penyediaan Tempat Khusus Parkir di luar
Badan Jalan adalah pelayanan tempat khusus parkir yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah, yang terdiri dari:
a. pelataran/lingkungan parkir;
b. taman parkir; dan
c. gedung parkir.
(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah pelayanan tempat parkir yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan
pihak swasta.

Pasal 87
Tingkat Penggunaan Jasa diukur berdasarkan jenis kendaraan,
frekuensi pelayanan, dan/atau jangka waktu pemakaian
fasilitas tempat khusus parkir di luar badan jalan.

Pasal 88
(1) Tarif Retribusi digolongkan berdasarkan jenis tempat parkir
khusus yang disediakan dan jenis kendaraan bermotor.
- 55 -

(2) Jenis kendaraan bermotor wajib retribusi adalah sebagai


berikut :
a. sepeda motor;
b. mobil penumpang;
c. mobil bus;
d. mobil barang; dan
e. kendaraan khusus.
(3) Struktur dan besarnya tarif Retribusi Penyediaan Tempat
Khusus Parkir di luar Badan Jalan tercantum dalam
Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Paragraf 4
Retribusi Penyediaan Tempat Penginapan atau Pesanggrahan

Pasal 89
(1) Penyediaan tempat penginapan atau pesanggrahan atau
villa merupakan penyediaan tempat penginapan atau
pesanggrahan atau villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Objek Retribusi Penyediaan Tempat Penginapan/
Pasanggrahan/villa adalah pelayanan tempat
penginapan/pasanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah tempat penginapan/pesanggrahan/vila
yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, dan pihak swasta.

Pasal 90
Tingkat Penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis fasilitas,
frekuensi pelayanan, dan/atau jangka waktu pemakaian
fasilitas tempat penginapan atau pesanggrahan atau vila.

Pasal 91
Struktur dan besarnya tarif Retribusi penyediaan tempat
- 56 -

penginapan atau pesanggrahan tercantum dalam Lampiran VII


yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Paragraf 5
Retribusi Pelayanan Rumah Potong Hewan

Pasal 92
(1) Pelayanan rumah pemotongan hewan ternak merupakan
pelayanan penyediaan fasilitas pemotongan hewan ternak,
termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan
sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Objek Retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas
rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan
pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah
dipotong, yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah
pemotongan hewan ternak yang disediakan, dimilki,
dan/atau dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha Milik Daerah, dan pihak swasta.

Pasal 93
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis hewan
ternak, jenis pelayanan, frekuensi pelayanan, dan/atau jangka
waktu pemakaian fasilitas rumah potong hewan.
Pasal 94
Struktur dan besarnya tarif Retribusi pelayanan rumah potong
hewan untuk setiap ekor hewan ternak, tercantum dalam
Lampiran VIII, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Paragraf 6
Retribusi Pelayanan Tempat Rekreasi,
Pariwisata, dan Olahraga
- 57 -

Pasal 95
(1) Pelayanan Tempat Rekreasi, Pariwisata, dan Olahraga
merupakan pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan
olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Objek Retribusi Pelayanan Tempat Rekreasi, Pariwisata dan
Olahraga adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan
olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata,
dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola
oleh Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, dan pihak swasta.

Pasal 96
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis fasilitas,
frekuensi pelayanan, dan/atau jangka waktu pemakaian
fasilitas tempat rekreasi, pariwisata, dan olah raga.

Pasal 97
Besarnya tarif tempat rekreasi, pariwisata dan sarana olahraga,
tercantum dalam Lampiran IX, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 7
Retribusi Pelayanan Penyebrangan Orang atau Barang
dengan Menggunakan Kendaraan di Air

Pasal 98
(1) Pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan
menggunakan kendaraan di air merupakan pelayanan
penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan
kendaraan di air yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola
oleh Pemerintah Daerah.
- 58 -

(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) adalah pelayanan penyeberangan orang atau
barang dengan menggunakan kendaraan di air yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan
pihak swasta.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelayanan Tempat
penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan
kendaraan di air sebagaimana pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Bupati berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 99
Tingkat Penggunaan jasa diukur berdasarkan frekuensi
pelayanan dan/atau jangka waktu pemakaian fasilitas
penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan
kendaraan di air.

Pasal 100
Sruktur dan besarnya tarif Retribusi pelayanan penyeberangan
orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di air,
tercantum dalam Lampiran X yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 8
Retribusi Penjualan Hasil Produksi Usaha
Pemerintah Daerah

Pasal 101
(1) Penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah
merupakan penjualan hasil produksi usaha Daerah oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Objek Retribusi Penjualan Hasil Produksi Usaha Pemerintah
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
penjualan hasil produksi usaha Daerah.
(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud
- 59 -

pada ayat (1) adalah penjualan produksi oleh Pemerintah,


Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan
pihak swasta.

Pasal 102
Tingkat Penggunaan Jasa Penjualan Produksi Usaha Daerah
diukur berdasarkan jenis dan/atau volume produksi usaha
Daerah.

Pasal 103
Struktur dan besarnya Tarif Retribusi Penjualan Produksi
Usaha Daerah tercantum dalam lampiran XI yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 9
Retribusi Pemanfaatan Aset Daerah

Pasal 104
(1) Retribusi Pemanfaatan Aset Daerah yang tidak menganggu
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi perangkat
Daerah dan/atau optimalisasi Aset Daerah dengan tidak
mengubah status kepemilikan dipungut Retribusi atas
Pemanfaatan Aset Daerah yang disediakan, dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Objek Retribusi Pemanfaatan Aset Daerah adalah
Pemanfaatan Aset Daerah yang disediakan, dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(3) Pengaturan lebih lanjut mengenai bentuk pemanfaatan
barang milik daerah dan penghitungan besaran tarif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.
pemanfaatan barang milik daerah dan tata cara
penghitungan besaran tarif ditetapkan dengan Peraturan
Bupati untuk pemanfaatan barang milik Daerah berupa:
a. sewa yang masa sewanya lebih dari 1 (satu) tahun;
b. kerja sama pemanfaatan;
c. bangun guna serah atau bangun serah guna; atau
- 60 -

d. kerja sama penyediaan infrastruktur.


(4) Penetapan Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dapat dilakukan untuk setiap pelaksanaan
pemanfaatan barang milik Daerah.
(5) Bentuk pemanfaatan barang milik Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan dengan ketentuan:
a. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi;
b. tidak menghambat iklim investasi di Daerah; dan
c. tidak menimbulkan ekonomi biaya tinggi.
(6) Pemanfaatan barang milik Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
pengelolaan barang milik Daerah.

Pasal 105
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis
pemanfaatan aset, jenis pelayanan, frekuensi pelayanan,
dan/atau jangka waktu pemanfaatan aset Daerah.

Pasal 106
Struktur dan besarnya tarif pemanfaatan aset Daerah
ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 10
Pengaturan Retribusi Jasa Usaha
Pasal …
(1) Tingkat penggunaan jasa atas pelayanan Jasa Usaha
merupakan jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar
alokasi beban biaya yang dipikul Pemerintah Daerah
untuk penyelenggaraan jasa yang bersangkutan.
(2) Tingkat penggunaan jasa atas pelayanan Jasa Usaha
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan ketentuan:
a. penyediaan tempat kegiatan usaha diukur
berdasarkan luas tempat usaha, frekuensi
pelayanan, dan/atau jangka waktu pemakaian
- 61 -

fasilitas pasar grosir, pertokoan, dan/atau tempat


usaha lainnya;
b. penyediaan tempat pelelangan diukur berdasarkan
luas tempat pelelangan, frekuensi pelayanan,
dan/atau jangka waktu pemakaian fasilitas tempat
pelelangan
c. penyediaan tempat khusus parkir di luar badan jalan
diukur berdasarkan jenis kendaraan,
frekuensi pelayanan, dan/atau jangka waktu
pemakaian fasilitas tempat khusus parkir di luar
badan jalan;
d. penyediaan tempat penginapan atau pesanggrahan
atau vila diukur berdasarkan jenis fasilitas,
frekuensi pelayanan, dan/atau jangka waktu
pemakaian fasilitas tempat penginapan
atau pesanggrahan atau vila
e. pelayanan rumah pemotongan hewan ternak
diukur berdasarkan jenis hewan ternak, jenis
pelayanan, frekuensi pelayanan, dan/atau jangka
waktu pemakaian fasilitas rumah potong hewan
f. pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olah raga
diukur berdasarkan jenis fasilitas, frekuensi
pelayanan, dan/atau jangka waktu pemakaian
fasilitas tempat rekreasi, pariwisata, dan olah raga;
g. pelayanan penyeberangan di air diukur
berdasarkan frekuensi pelayanan dan/atau jangka
waktu pemakaian fasilitas penyeberangan di air;
h. penjualan produksi usaha Daerah diukur
berdasarkan jenis dan/atau volume produksi
usaha Daerah; dan
i. pemanfaatan aset Daerah diukur berdasarkan jenis
pemanfaatan aset, jenis pelayanan, frekuensi
pelayanan, dan/atau jangka waktu pemanfaatan aset
Daerah.
Pasal …
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif
- 62 -

Retribusi Jasa Usaha ditujukan untuk memperoleh


keuntungan yang layak.
(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan
jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan
berorientasi pada harga pasar.
(3) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi Jasa
Usaha yang diberikan oleh BLUD ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai BLUD.
Pasal …
Besaran Retribusi Jasa Usaha yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan tingkat penggunaan jasa dengan tarif
Retribusi.

Pasal 107
(1) Struktur dan besaran tarif Retribusi Jasa Usaha
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(2) Tarif Retribusi jasa usaha ditinjau kembali paling lama 3
(tiga) tahun sekali.
(3) Peninjauan tarif Retribusi jasa usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan
indeks harga dan perkembangan perekonomian, tanpa
melakukan penambahan objek Retribusi Jasa Usaha.
(4) Tarif Retribusi jasa usaha hasil peninjauan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.

Bagian Keempat
Retribusi Perizinan Tertentu

Pasal 108
(1) Jenis pelayanan pemberian izin yang merupakan objek
Retribusi Perizinan Tertentu meliputi:
a. PBG; dan
- 63 -

b. penggunaan tenaga kerja asing;


(2) Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan
atau diberikan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan
kewenangan Daerah sebagaimana diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Dikecualikan dari objek jenis Retribusi Perizinan Tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu pelayanan
perizinan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Badan
Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan pihak
swasta.

Pasal 109
(1) Subjek Retribusi Perizinan Tertentu merupakan Orang
Pribadi atau Badan yang menggunakan atau menikmati
pemberian Perizinan Tertentu.
(2) Wajib Retribusi Perizinan Tertentu merupakan Orang
pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-
undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran
Retribusi atas pemberian Perizinan Tertentu.

Paragraf 1
Retribusi Persetujuan Bangunan Gedung

Pasal 110
(1) Objek retribusi PBG adalah penerbitan PBG dan SLF
(2) Penerbitan PBG dan SLF sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi penerbitan PBG dan SLF oleh
Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Penerbitan PBG dan SLF sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi kegiatan pelayanan konsultasi pemenuhan
standar teknis, penerbitan PBG, inspeksi bangunan gedung,
penerbitan SLF dan SBKBG, serta pencetakan plakat SLF.
(4) Penerbitan PBG dan SLF tersebut diberikan untuk
permohonan persetujuan:
a. pembangunan baru;
b. bangunan gedung yang sudah terbangun dan belum
- 64 -

memiliki PBG dan/atau SLF;


c. PBG perubahan untuk:
1. perubahan fungsi Bangunan Gedung;
2. perubahan lapis Bangunan Gedung;
3. perubahan luas Bangunan Gedung;
4. perubahan tampak Bangunan Gedung;
5. perubahan spesifikasi dan dimensi komponen pada
Bangunan Gedung yang mempengaruhi aspek
keselamatan dan/atau kesehatan;
6. perkuatan Bangunan Gedung terhadap tingkat
kerusakan sedang atau berat;
7. perlindungan dan/atau pengembangan Bangunan
Gedung cagar budaya; atau
8. perbaikan Bangunan Gedung yang terletak di
kawasan cagar budaya.
d. PBG perubahan tidak diperlukan untuk pekerjaan
pemeliharaan dan pekerjaan perawatan.
(5) Dikecualikan dari pengenaan retribusi atas pelayanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yaitu pemberian izin
persetujuan Bangunan milik Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan Bangunan yang memiliki fungsi keagamaan
atau peribadatan.
Pasal …
Pelayanan penggunaan tenaga kerja asing merupakan
pelayanan pengesahan rencana penggunaan tenaga kerja asing
perpanjangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai penggunaan tenaga kerja asing.

Pasal 111
(1) Besarnya retribusi PBG Perizinan Tertentu yang terutang
dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat penggunaan
jasa atas penyediaan layanan dengan harga satuan retribusi
PBG Perizinan Tertentu.
(2) Tingkat penggunaan jasa atau penyediaan layanan PBG
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diukur berdasarkan
formula yang mencerminkan biaya penyelenggaraan
- 65 -

penyediaan layanan.
(3) Harga satuan retribusi PBG sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. indeks lokalitas dan Standar Harga Satuan Teringgi
untuk Bangunan Gedung; atau
b. harga Satuan retribusi Prasarana Bangunan Gedung
untuk Prasarana Bangunan Gedung.
(4) Formula sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas
formula untuk :
a. bangunan gedung; dan
b. prasarana bangunan gedung.
(5) Formula sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a
terdiri atas:
a. luas total lantai;
b. indeks lokalitas
c. indeks terintegrasi; dan
d. indeks bangunan gedung terbangun.
(6) Formula sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b
terdiri dari:
a. volume;
b. indeks bangunan gedung; dan
c. indeks bangunan gedung terbangun.
(7) Tingkat penggunaan jasa atas pelayanan penggunaan
tenaga kerja asing diukur berdasarkan frekuensi
penyediaan pelayanan dan/atau jangka waktu pelayanan.

Pasal 112
(1) Prinsip dan sasaran penetapan besaran tarif retribusi PBG
Perizinan Tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup
seluruh biaya penyelenggaraan penerbitan PBG dan SLF.
pemberian izin yang bersangkutan.
(2) Biaya penyelenggaraan penerbitan PBG dan SLF
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penerbitan
dokumen PBG dan SLF, inspeksi Pemilik bangunan,
penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak
negatif dari penerbitan PBG dan SLF tersebut.
- 66 -

Biaya penyelenggaraan pemberian izin sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penerbitan dokumen
izin, pengawasan, penegakan hukum, penatausahaan,
dan/atau biaya dampak negatif dari pemberian izin
tersebut.
Pasal 113
(1) Biaya penyelenggaraan layanan PBG mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
Bangunan Gedung.
(2) Biaya pelayanan pengesahan rencana penggunaan tenaga
kerja asing perpanjangan pemberian izin mengacu
pada ketentuan perundang-undangan mengenai
penggunaan tenaga kerja asing.

(3) Rincian perhitungan struktur dan besaran tarif Retribusi


PBG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran XIII yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 114
(1) Tarif Retribusi merupakan nilai rupiah yang
ditetapkan untuk menghitung besaran Retribusi yang
terutang.
(2) Dalam hal tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dinyatakan dalam satuan mata uang selain rupiah,
pembayaran Retribusi dimaksud tetap harus dilakukan
dalam satuan mata uang rupiah dengan menggunakan
kurs pada saat terutang yang ditetapkan oleh
menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan
di bidang keuangan untuk kepentingan perpajakan.
(3) Struktur dan besaran tarif Retribusi Perizinan
Tertentu tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
(4) Tarif Retribusi PBG ditinjau kembali paling lama 3 (tiga)
tahun sekali.
(5) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada
- 67 -

ayat (1)ayat (4) dilakukan dengan memperhatikan indeks


harga dan perkembangan perekonomian, tanpa melakukan
penambahan objek Retribusi.
(6) Peninjauan tarif Retribusi PBG sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)ayat (4) hanya dilakukan terhadap besaran
hargaatau indeks dalam tabel Standar Harga Satuan
Tertinggi dan indeks lokalitas.
(7) Peninjauan besaran tarif Retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) khusus pelayanan PTKA
berdasarkan tarif yang ditetapkan dalam peraturan
pemerintah mengenai jenis dan tarif atas jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.
(8) Tarif Retribusi hasil peninjauan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ayat (6) dan ayat (7)ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.

Pasal 115
(1) Khusus untuk pelayanan PBG, besaran Retribusi yang
terutang dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat
penggunaan jasa atas penyediaan pelayanan PBG dengan
harga satuan Retribusi PBG.
(2) Harga satuan Retribusi PBG sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri atas:
a. SHST untuk Bangunan Gedung; atau
b. HSPBG untuk Prasarana Bangunan Gedung.
(3) Retribusi PBG yang terutang dipungut di wilayah Daerah.

Pasal 116
Saat terutangnya Retribusi Perizinan Tertentu berupa PBG
adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.

Paragraf 2
Retribusi Penggunaan Tenaga Kerja Asing
- 68 -

Pasal 117
(1) Pelayanan penggunaan tenaga kerja asing merupakan
pelayanan pengesahan rencana penggunaan tenaga kerja
asing perpanjangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai penggunaan tenaga kerja
asing.
(2) Dikecualikan dari pengenaan Retribusi atas pelayanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu penggunaan
tenaga kerja asing oleh instansi pemerintah pusat,
perwakilan negara asing, badan internasional, lembaga
sosial, lembaga keagamaan, dan jabatan tertentu di lembaga
pendidikan.

Pasal 118
(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jangka waktu
perpanjangan rencana penggunaan tenaga kerja asing dan
jumlah tenaga kerja asing yang dipekerjakan
(2) Peninjauan besaran tarif Retribusi khusus pelayanan
penggunaan tenaga kerja asing berdasarkan tarif yang
ditetapkan dalam peraturan pemerintah mengenai jenis dan
tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
berlaku pada kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.

Pasal 119
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi
Penggunaan tenaga kerja asing ditetapkan berdasarkan pada
tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya
penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.

Pasal 120
(1) Struktur tarif Retribusi penggunaan tenaga kerja asing
ditetapkan berdasarkan tingkat penggunaan jasa.
(2) Besarnya tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan sebesar USD 100 (seratus dolar Amerika
Serikat) per jabatan per orang per bulan sebagai
- 69 -

penerimaan negara bukan pajak atau pendapatan daerah


berupa Retribusi Daerah untuk setiap tenaga kerja asing.
(3) Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dibayarkan
dengan rupiah berdasarkan nilai kurs yang berlaku pada
saat pembayaran Retribusi oleh wajib Retribusi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan tenaga kerja
asing dan retribusinya diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati dengan berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Bagian Kelima
Pemanfaatan Penerimaan Retribusi

Pasal 121
(1) Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis
Retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan yang
berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan
yang bersangkutan.
(2) Pemanfaatan dari penerimaan Retribusi yang dipungut dan
dikelola oleh BLUD dapat langsung digunakan untuk
mendanai penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai BLUD.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan penerimaan
Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB V
PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Pasal 122
(1) Pemungutan Pajak dan Retribusi dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan umum dan tata cara pemungutan Pajak
dan Retribusi.
(2) Ketentuan umum dan tata cara pemungutan Pajak dan
Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pengaturan mengenai:
- 70 -

a. pendaftaran dan pendataan;


b. penetapan besaran Pajak dan Retribusi terutang;
c. pembayaran dan penyetoran;
d. pelaporan;
e. pengurangan, pembetulan, dan pembatalan ketetapan;
f. pemeriksaan Pajak;
g. penagihan Pajak dan Retribusi;
h. keberatan;
i. gugatan;
j. penghapusan piutang Pajak dan Retribusi oleh Bupati;
dan
k. pengaturan lain yang berkaitan dengan tata cara
pemungutan Pajak dan Retribusi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutan
Pajak dan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Bupati yang berpedoman pada
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

BAB VI
PENGURANGAN, KERINGANAN, PEMBEBASAN,
PENGHAPUSAN ATAU PENUNDAAN ATAS POKOK
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Bagian Kesatu
Insentif Fiskal Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Bagi Pelaku Usaha

Pasal 123
(1) Dalam mendukung kebijakan kemudahan berinvestasi,
Bupati dapat memberikan insentif fiskal kepada pelaku
usaha di Daerah.
(2) Insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
pengurangan, keringanan, dan pembebasan atau
penghapusan atas pokok Pajak, pokok Retribusi, dan/atau
sanksinya.
(3) Insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diberikan atas permohonan Wajib Pajak dan/atau Wajib
Retribusi atau diberikan secara jabatan oleh Bupati
- 71 -

berdasarkan pertimbangan:
a. kemampuan membayar Wajib Pajak dan/atau Wajib
Retribusi;
b. kondisi tertentu objek Pajak, seperti objek Pajak
terkena bencana alam, kebakaran, dan/atau penyebab
lainnya yang terjadi bukan karena adanya unsur
kesengajaan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dan/atau
pihak lain yang bertujuan untuk menghindari
pembayaran Pajak;
c. untuk mendukung dan melindungi pelaku usaha mikro
dan ultra mikro;
d. untuk mendukung kebijakan Pemerintah Daerah dalam
mencapai program prioritas Daerah; dan/atau
e. untuk mendukung kebijakan Pemerintah Pusat dalam
mencapai program prioritas Nasional.
(4) Pemberian insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) merupakan kewenangan Bupati sesuai dengan kebijakan
Daerah dalam pengelolaan keuangan Daerah.
(5) Pemberian insentif fiskal kepada Wajib Pajak dan/atau
Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
a dan huruf b, dilakukan dengan memperhatikan faktor:
a. kepatuhan pembayaran dan pelaporan Pajak oleh Wajib
Pajak selama 2 (dua) tahun terakhir;
b. kesinambungan usaha Wajib Pajak dan/atau Wajib
Retribusi;
c. kontribusi usaha dan penanaman modal Wajib Pajak
dan/atau Wajib Retribusi terhadap perekonomian
Daerah dan lapangan kerja di Daerah yang
bersangkutan; dan/atau
d. faktor lain yang ditentukan oleh Bupati.
(6) Pemberian insentif fiskal kepada Wajib Pajak dan/atau
Wajib Retribusi pelaku usaha mikro dan ultra mikro
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c, dilakukan
sesuai dengan kriteria usaha mikro dan ultra mikro dalam
peraturan perundang-undangan di bidang usaha mikro,
kecil, menengah, dan koperasi.
- 72 -

(7) Pemberian insentif fiskal kepada Wajib Pajak dan/atau


Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
d, disesuaikan dengan prioritas Daerah yang tercantum
dalam rencana pembangunan jangka menengah Daerah.
(8) Pemberian insentif fiskal kepada Wajib Pajak dan/atau
Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
e dilakukan dalam rangka percepatan penyelesaian proyek
strategis Nasional.

Pasal 124
(1) Pemberian insentif fiskal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 158 Pasal 123 ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan
Bupati dan diberitahukan kepada DPRD.
(2) Pemberitahuan kepada DPRD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disertai dengan pertimbangan Bupati dalam
memberikan insentif fiskal.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai administrasi dan tata cara
pemberian insentif fiskal diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 125
(1) Dalam hal pemberian insentif fiskal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 158 ayat (1) merupakan permohonan Wajib
Pajak dan/atau Wajib Retribusi, apabila diperlukan Bupati
atau Pejabat yang ditunjuk dapat melakukan Pemeriksaan
Pajak dan/atau Retribusi untuk tujuan lain.
(2) Pemeriksaan Pajak dan/atau Retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memastikan
bahwa Wajib Pajak dan/atau Wajib Retribusi yang
mengajukan permohonan insentif fiskal berhak untuk
menerima insentif fiskal sesuai dengan pertimbangan dan
faktor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 ayat (5).

Bagian Kedua
Pemberian Keringanan, Pengurangan, dan Pembebasan

Pasal 126
(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan
- 73 -

keringanan, pengurangan, pembebasan, dan penundaan


pembayaran atas pokok dan/atau sanksi Pajak dan/atau
Retribusi dengan memperhatikan kondisi Wajib Pajak atau
Wajib Retribusi dan/atau objek Pajak atau objek Retribusi.
(2) Kondisi Wajib Pajak atau Wajib Retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit berupa kemampuan
membayar Wajib Pajak atau Wajib Retribusi atau tingkat
likuiditas Wajib Pajak atau Wajib Retribusi.
(3) Kondisi objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit berupa lahan pertanian yang sangat terbatas,
tanah dan bangunan yang ditempati Wajib Pajak atau Wajib
Retribusi dari golongan tertentu, nilai objek Pajak sampai
dengan batas tertentu, dan objek Pajak yang terdampak
bencana alam, kebakaran, huru-hara, dan/atau kerusuhan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai administrasi dan tata cara
keringanan, pengurangan, pembebasan, dan penundaan
pembayaran atas pokok Pajak atau pokok Retribusi,
dan/atau sanksinya diatur dalam Peraturan Bupati .

Bagian Ketiga
Kemudahan Perpajakan Daerah

Pasal 127
(1) Bupati dapat memberikan kemudahan perpajakan Daerah
kepada Wajib Pajak, berupa:
a. perpanjangan batas waktu pembayaran atau pelaporan
Pajak; dan/atau
b. pemberian fasilitas angsuran atau penundaan
pembayaran Pajak terutang atau Utang Pajak.
(2) Perpanjangan batas waktu pembayaran atau pelaporan
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
diberikan kepada Wajib Pajak yang mengalami keadaan
kahar sehingga Wajib Pajak tidak mampu memenuhi
kewajiban Pajak pada waktunya.
(3) Perpanjangan batas waktu pembayaran atau pelaporan
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
- 74 -

diberikan Bupati secara jabatan atau berdasarkan


permohonan Wajib Pajak yang ditetapkan dalam keputusan
Bupati.
(4) Pemberian fasilitas angsuran atau penundaan pembayaran
Pajak terutang atau Utang Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dilakukan dalam hal Wajib Pajak
mengalami kesulitan likuiditas atau keadaan kahar Wajib
Pajak sehingga Wajib Pajak tidak mampu memenuhi
kewajiban pelunasan Pajak pada waktunya.
(5) Pemberian fasilitas angsuran atau penundaan pembayaran
Pajak terutang atau Utang Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dapat diberikan Bupati berdasarkan
permohonan Wajib Pajak yang ditetapkan dalam keputusan
Bupati.
(6) Dalam pemberian fasilitas angsuran atau penundaan
pembayaran Pajak terutang sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), Bupati memperhatikan kepatuhan Wajib Pajak
dalam pembayaran Pajak selama 2 (dua) tahun terakhir.
(7) Keputusan Bupati atas permohonan Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dapat berupa:
a. menyetujui jumlah angsuran Pajak dan/atau masa
angsuran atau lamanya penundaan sesuai dengan
permohonan Wajib Pajak;
b. menyetujui sebagian jumlah angsuran Pajak dan/atau
masa angsuran atau lamanya penundaan yang
dimohonkan Wajib Pajak; atau
c. menolak permohonan Wajib Pajak.
(8) Persetujuan atau persetujuan sebagian angsuran atau
penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf a
dan huruf b paling lama diberikan untuk jangka waktu 24
(dua puluh empat) bulan.
(9) Pembayaran angsuran setiap masa angsuran dan
pembayaran Pajak yang ditunda disertai bunga sebesar
0,6% (nol koma enam persen) per bulan dari jumlah Pajak
yang masih harus dibayar, untuk jangka waktu paling lama
24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan
- 75 -

dihitung penuh 1 (satu) bulan.


(10) Keadaan kahar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (4) meliputi:
a. bencana alam;
b. kebakaran;
c. kerusuhan massal atau huru-hara; dan/atau
d. wabah penyakit; dan/atau
e. keadaan lain berdasarkan pertimbangan Bupati.
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai administrasi dan tata cara
pemberian kemudahan perpajakan Daerah diatur dengan
Peraturan Bupati.

BAB VII
KERAHASIAAN DATA WAJIB PAJAK

Pasal 128
(1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain
segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan
kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau
pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan Daerah.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga
terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk
membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan Daerah.
(3) Yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) adalah:
a. Pejabat dan/atau tenaga ahli yang bertindak sebagai
saksi atau ahli dalam sidang pengadilan; dan
b. Pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh
Bupati untuk memberikan keterangan kepada pejabat
lembaga negara atau instansi Pemerintah yang
berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang
Keuangan Daerah.
(4) Untuk kepentingan Daerah, Bupati berwenang memberikan
izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat
- 76 -

(2), agar memberikan keterangan, memperlihatkan bukti


tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang
ditunjuk.
(5) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam
perkara pidana atau perdata, atas permintaan hakim sesuai
dengan hukum acara pidana dan hukum acara perdata,
Bupati dapat memberikan izin tertulus tertulis kepada
pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan tenaga
ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk
memberikan dan memperlihatkan bukti tertulis dan
keterangan Wajib Pajak yang ada padanya.
(6) Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
harus menyebutkan nama tersangka atau nama tergugat,
keterangan yang diminta, serta kaitan antara perkara
pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan
yang diminta.

BAB VIII
INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAN RETRIBUSI

Pasal 129
(1) Perangkat Daerah yang melaksanakan pemungutan Pajak
dan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian
kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan melalui APBD.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian dan
pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

BAB IX
KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 130
(1) Pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai
penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan Daerah dan Retribusi, sebagaimana
- 77 -

dimaksud dalam Undang-Undang mengenai Hukum Acara


Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi agar
keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih
lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan
mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran
perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana perpajakan Daerah dan Retribusi;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang
pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana
di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan
Daerah dan Retribusi;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan
bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain,
serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan Daerah dan Retribusi;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang
dibawa;
- 78 -

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak


pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan
diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah
dan Retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut
umum melalui penyidik pejabat Poilsi Negara Republik
Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang mengenai Hukum Acara Pidana

BAB X
KETENTUAN PIDANA

Pasal 131
(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya mengisi SSPD BPHTB
dan/atau SPTPD dengan tidak benar atau tidak lengkap
atau melampirkan keterangan yang tidak benar atau tidak
menyampaikan, sehingga merugikan Keuangan Daerah,
diancam dengan pidana sesuai dengan peraturan
perundang-undangan tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
Wajib Pajak yang karena kealpaannya mengisi SSPD BPHTB
dan/atau SPTPD dengan tidak benar atau tidak lengkap
atau melampirkan keterangan yang tidak benar atau tidak
menyampaikan, sehingga merugikan Keuangan Daerah,
diancam dengan pidana kurungan atau pidana denda
sesuai ketentuan Pasal 181 ayat (1) Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja mengisi SSPD BPHTB
dan/atau SPTPD dengan tidak benar atau tidak lengkap
- 79 -

atau melampirkan keterangan yang tidak benar atau tidak


menyampaikan, sehingga merugikan Keuangan Daerah,
diancam dengan pidana penjara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
Wajib Pajak yang dengan sengaja mengisi SSPD BPHTB
dan/atau SPTPD dengan tidak benar atau tidak lengkap
atau melampirkan keterangan yang tidak benar atau tidak
menyampaikan, sehingga merugikan Keuangan Daerah,
diancam dengan pidana kurungan atau pidana denda
sesuai ketentuan Pasal 181 ayat (2) Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
Pasal …
Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dapat
dituntut apabila telah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak saat Pajak terutang atau masa Pajak berakhir
atau bagian Tahun Pajak berakhir atau Tahun Pajak yang
bersangkutan berakhir.

Pasal 132
Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban membayar
atas pelayanan yang digunakan atau dinikmati, sehingga
merugikan keuangan Daerah, diancam dengan pidana sesuai
dengan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah.
Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya
sehingga merugikan Keuangan Daerah, diancam dengan pidana
kurungan atau pidana denda sesuai ketentuan Pasal 183
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Pasal 133
Pejabat atau tenaga ahli yang melanggar larangan kerahasiaan
data Wajib Pajak, diancam dengan pidana berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Pasal …
- 80 -

Sanksi pidana berupa denda sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 131, Pasal …, dan Pasal 132 merupakan pendapatan
negara.
Pasal …
(1) Wajib Pajak untuk jenis Pajak yang dipungut berdasarkan
penghitungan sendiri oleh Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD.
(2) Pelaporan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat
(1) dilakukan setiap masa Pajak.
(3) Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban pelaporan
SPTPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (1) dapat
dikenakan sanksi administratif berupa denda.
(4) Sanksi administratif berupa denda sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta Rupiah)
untuk setiap SPTPD.
(5) Sanksi administratif berupa denda sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tidak dikenakan jika Wajib Pajak mengalami
keadaan kahar (force majeure).
(6) Kriteria keadaan kahar yang dimaksud pada ayat (5)
meliputi:
a.
b.
c.
dst.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 134
Ketentuan mengenai Opsen Pajak MBLB, Opsen PKB, dan
Opsen BBNKB berlaku paling cepat mulai tanggal 5 Januari
2025.

Pasal 135
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku:
a. ketentuan mengenai pelaksanaan pemanfaatan barang milik
daerah yang telah dilaksanakan berdasarkan perjanjian
masih tetap berlaku sampai berakhirnya masa perjanjian.
b. terhadap hak dan kewajiban Wajib Pajak dan Wajib Retribusi
- 81 -

yang belum diselesaikan sebelum Peraturan Daerah ini


ditetapkan, penyelesaiannya berdasarkan peraturan
Perundang-undangan di bidang Pajak dan Retribusi yang
ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini.
c. Ketentuan mengenai insentif pemungutan Pajak dan
Retribusi sebagaimana diatur dalam Pasal …, hanya dapat
dilaksanakan sampai dengan diberlakukannya pengaturan
mengenai penghasilan aparatur sipil negara yang telah
mempertimbangkan kelas jabatan untuk tugas dan fungsi
pemungutan Pajak dan Retribusi.
d. Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua
peraturan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari
Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 136
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku:
a. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Pajak
Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Puncak Jaya Tahun
2012 Nomor 5);
b. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Retribusi
Jasa Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Puncak Jaya
Tahun 2012 Nomor 6);
c. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Retribusi
Jasa Usaha (Lembaran Daerah Kabupaten Puncak Jaya
Tahun 2012 Nomor 7);
d. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Retribusi
Perizinan Tertentu (Lembaran Daerah Kabupaten Puncak
Jaya Tahun 2012 Nomor 8);
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal …
- 82 -

Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini ditetapkan


paling lambat 1 tahun setelah Peraturan Daerah ini
diundangkan.

Pasal 137
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Puncak Jaya.

Ditetapkan di Mulia
pada tanggal 2023

Pj. BUPATI PUNCAK JAYA,

TUMIRAN

Diundangkan di Mulia
pada tanggal 2023
Pj. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PUNCAK JAYA,

YUBELINA ENUMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PUNCAK JAYA TAHUN 2023 NOMOR .…

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH
KABUPATEN PUNCAK JAYA
NOMOR .... TAHUN 2023
TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
- 83 -

I. UMUM
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, Daerah mempunyai hak dan kewajiban
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada
masyarakat. Untuk dapat menyelenggarakan pemerintahan dengan baik
diperlukan sumber-sumber pembiayaan yang sah sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Retribusi sebagai salah satu sumber pendapatan bagi
Daerah perlu menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, semua Peraturan
Daerah yang mengatur Pajak dan Retribusi Daearah harus menyesuaikan dengan
undang-undang tersebut. Peraturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi Daerah
akan menjadi pedoman dalam upaya penanganan dan pengelolaan Pajak dan
Retribusi Daerah guna meningkatkan penerimaan daerah. Pajak dan Retribusi
Daerah mempunyai peranan penting untuk mendorong pembangunan daerah,
meningkatkan pendapatan daerah dalam rangka untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Selain itu dengan Peraturan Daerah ini diharapkan ada
peningkatan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajibannya.
Restrukturisasi Pajak dilakukan melalui reklasifikasi 5 (lima) jenis Pajak yang
berbasis konsumsi menjadi satu jenis Pajak, yaitu PBJT. Hal ini memiliki tujuan
untuk: (i) menyelaraskan objek pajak antara pajak pusat dan Pajak Daerah
sehingga menghindari adanya duplikasi pemungutan pajak; (ii)
menyederhanakan administrasi perpajakan sehingga manfaat yang diperoleh
lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pemungutan; (iii) memudahkan
pemantauan pemungutan Pajak terintegrasi oleh Daerah; dan (iv) mempermudah
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, sekaligus mendukung
kemudahan berusaha dengan adanya simplifikasi administrasi perpajakan.
Selain integrasi pajak-pajak Daerah berbasis konsumsi, PBJT mengatur
perluasan objek Pajak seperti atas parkir valet, objek rekreasi, dan persewaan
sarana dan prasarana olahraga (objek olahraga permainan).
Pemerintah Daerah juga diberikan kewenangan pemungutan Opsen. Opsen atas
pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor
- 84 -

(BBNKB) sejatinya merupakan pengalihan dari bagi hasil pajak provinsi. Hal
tersebut dapat meningkatkan kemandirian Daerah tanpa menambah beban Wajib
Pajak, karena penerimaan perpajakan akan dicatat sebagai PAD, serta
memberikan kepastian atas penerimaan Pajak dan memberikan keleluasan
belanja atas penerimaan tersebut dibandingkan dengan skema bagi hasil. Opsen
pajak juga mendorong peran daerah untuk melakukan ekstensifikasi perpajakan
Daerah. Hal ini akan mendukung pengelolaan keuangan Daerah yang lebih
berkualitas karena perencanaan, penganggaran, dan realisasi APBD akan lebih
balk.
Penyederhanaan Retribusi dilakukan melalui rasionalisasi jumlah Retribusi.
Retribusi diklasifikasikan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu Retribusi Jasa Umum,
Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan Tertentu. Rasionalisasi tersebut
memiliki tujuan agar Retribusi yang akan dipungut Pemerintah Daerah adalah
Retribusi yang dapat dipungut dengan efektif, serta dengan biaya pemungutan
dan biaya kepatuhan yang rendah. Selain itu, rasionalisasi dimaksudkan untuk
mengurangi beban masyarakat dalam mengakses layanan dasar publik yang
menjadi kewajiban Pemerintah Daerah.
Peraturan Daerah ini mengatur antara lain: jenis Pajak dan Retribusi, Subjek
Pajak dan Wajib Pajak, Subjek Retribusi dan Wajib Retribusi, objek Pajak dan
Retribusi, dasar pengenaan Pajak, tingkat penggunaan jasa Retribusi, saat
terutang Pajak, wilayah pemungutan Pajak, tarif Pajak dan Retribusi, pemberian
fasilitas Pajak dan Retribusi, penetapan target penerimaan Pajak dan Retribusi,
serta insentif pemungutan Pajak dan Retribusi.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
- 85 -

Pasal 6
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "kawasan" adalah semua tanah dan
Bangunan yang digunakan oleh perusahaan perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan di tanah yang diberi hak guna usaha
perkebunan, tanah yang diberi hak pengusahaan hutan dan tanah
yang menjadi wilayah usaha pertambangan.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Yang dimaksud dengan "tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan" adalah bahwa objek Pajak itu diusahakan untuk
melayani kepentingan umum, dan nyata-nyata tidak ditujukan
untuk mencari keuntungan.
Hal ini dapat diketahui antara lain dari anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga dari yayasan/ Badan yang bergerak
dalam bidang keagamaan, panti sosial, kesehatan, pendidikan,
dan kebudayaan nasional tersebut. Termasuk pengertian ini
adalah hutan wisata milik negara sesuai dengan ketentuan
peratuan perundang-undangan.
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Cukup Jelas
Huruf f
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup Jelas
- 86 -

Pasal 8
Ayat (1)
Penetapan NJOP dapat dilakukan dengan:
a. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, adalah
suatu pendekatan/metode penentuan nialai jual suatu objek
Pajak dengan cara membandingkannya dengan objek Pajak lain
yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan
telah diketahui harga jualnya.
b. Nilai perolehan baru, adalah suatu pendekatan/metode
penentuan nilai jual suatu objek Pajak dengan cara menghitung
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek
tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan
penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek tersebut.
c. Nilai jual pengganti, adalah suatu pendekatan/metode
penentuan nilai jual suatu objek Pajak yang berdasarkan pada
hasil produksi objek Pajak tersebut.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Pada dasarnya penetpan NJOP adalah 3 (tiga) tahun sekali. Dalam
hal Daerah mengalami perkembangan pembangunan yang
mengakibatkan kenaikan NJOP yang cukup besar, maka penetapan
NJOP dapat ditetapkan setahun sekali.
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
- 87 -

Pertimbangan berdasarkan kenaikan NJOP hasil penilaian misal,


dalam hal pemerintah daerah melakukan pemuktahiran NJOP dan
menyebabkan kenaikan NJOP yang sangat signifikan, maka dapat
diberikan persentase dasar pengenaan PBB-P2 yang dapat
disesuaikan secara bertahap.
Huruf b
Pertimbangan berdasarkan bentuk pemanfaatan objek pajak misal,
objek pajak yang digunakan semata-mata untuk tempat tinggal,
persentase dasar pengenaan PBB-P2-nya akan lebih rendah
dibandingkan dengan objek pajak yang digunakan untuk keperluan
komersial.
Huruf c
Contoh pertimbangan berdasarkan klasterisasi NJOP dalam satu
wilayah Kabupaten atau Kota misal, Kabupaten A dapat menyusun
klasterisasi sebagai berikut:
1. NJOP kurang dari Rp X juta maka persentase dasar pengenaan
PBB-P2 sebesar 60%;
2. NJOP Rp X juta sampai dengan Rp Y miliar maka persentase
dasar pengenaan PBB-P2 sebesar 80%;
3. NJOP lebih dari Rp Y miliar maka persentase dasar pengenaan
PBB-P2 sebesar 100%.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
NJOP sebelum diterapkan tarif Pajak, dikurangi terlebih dahulu dengan
NJOP tidak kena pajak sebesar Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)
Contoh:
Wajib Pajak A mempunyai objek Pajak berupa:
a. Tanah seluas 200m2 dengan nilai jual Rp.1.500.000,00/m2
b. Bangunan seluas 150m2 dengan nilai jual Rp.2.000.000,00/m2
Besarnya pokok Pajak yang terutang adalah sebagai berikut:
1. Dasar Pengenaan PBB-P2: 100%
a. NJOP:
1) NJOP Bumi
200 x Rp.1.500.000,00 = Rp.300.000.000,00
- 88 -

2) NJOP Bangunan
150 x Rp.2.000.000,00 = Rp.300.000.000,00 +
Total NJOP = Rp.600.000.000,00
b. NJOP tidak kena Pajak = Rp. 10.000.000,00 -
c. NJOP kena Pajak = Rp.590.000.000,00
d. NJOP PBB-P2:
100% x Rp.590.000.000,00 = Rp.590.000.000,00
2. Tarif PBB-P2: 0,5%
3. Pokok PBB-P2 terutang:
0,5% x Rp.590.000.000,00 = Rp. 2.950.000,00

Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Perolehan hak karena hibah wasiat atau waris tertentu antara lain
waris atau hibah wasiat yang berlaku pada kebudayaan dan adat
istiadat di Daerah dimana tanah/bangunan yang diperoleh tidak dapat
dijual atau diwariskan kembali.
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
- 89 -

Pasal 19
Ketentuan mengenai penerbitan surat keterangan bukan objek BPHTB
bertujuan untuk memberikan kepastian bagi pejabat pembuat akta
tanah/notaris, kepala kantor lelang negara, dan kepala kantor bidang
pertanahan, bahwa suatu perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
bukan merupakan objek BPHTB. Sebagai contoh, Bupati atau Wali Kota
atau pejabat dapat menerbitkan surat keterangan bukan objek BPHTB atas
perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan oleh orang pribadi atau
Badan karena wakaf.
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Huruf a
Contoh Penjualan dan/atau penyerahan Makanan dan/ atau
Minuman:
1. Toko Roti A melakukan penjualan roti dan minuman kepada
konsumen. Roti diproduksi dari tempat lain (pabrik roti),
kemudian didistribusikan melalui Toko Roti A untuk dijual
kepada konsumen. Toko Roti A tidak menyediakan meja, kursi,
dan/atau peralatan makan di lokasi penjualan. Oleh karena itu,
Toko Roti A tidak memenuhi kriteria Restoran, sehingga atas
penjualan roti dan minuman yang dilakukan tidak terutang PBJT,
melainkan merupakan objek pajak pertambahan nilai.
2. Toko Roti dengan merek dagang B pada Mal X melakukan
penjualan roti dan minuman kepada konsumen. Roti diproduksi
dari tempat lain (pabrik roti), kemudian didistribusikan melalui
Toko Roti B untuk dijual kepada konsumen. Untuk meningkatkan
pelayanannya kepada konsumen, Toko Roti B menyediakan meja
dan kursi kepada konsumen untuk menyantap di tempat. Oleh
karena itu, toko roti dimaksud merupakan Restoran sehingga
- 90 -

atas penjualan roti dan minuman yang dilakukan terutang PBJT


bukan objek pajak pertambahan nilai.
3. Toko Roti dengan merek dagang B pada Pusat Pertokoan Y
melakukan produksi (proses pembuatan dan pengolahan bahan
menjadi roti) sekaligus penjualan roti kepada konsumen. Toko
dimaksud hanya melakukan pembuatan dan penjualan langsung
kepada konsumen tanpa menyediakan meja, kursi, dan/atau
peralatan makan di lokasi penjualan. Oleh karena itu, Toko Roti
dimaksud tidak memenuhi kriteria Restoran sehingga atas
penjualan roti dan minuman yang dilakukan tidak terutang PBJT,
melainkan merupakan objek pajak pertambahan nilai.
Dengan demikian, meskipun atas toko roti yang memiliki merek
dagang yang sama, dapat terjadi perbedaan perlakuan perpajakan,
bergantung pada pelayanan riil toko roti apakah hanya menjual
(distribusi) atau memberikan selayaknya Restoran.
Huruf b
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Ayat (1)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Cukup Jelas
Huruf f
Cukup Jelas
Huruf g
- 91 -

Cukup Jelas
Huruf h
Cukup Jelas
Huruf i
Cukup Jelas
Huruf j
Yang dimaksud dengan "tempat tinggal pribadi yang
difungsikan sebagai hotel" adalah rumah, apartemen, dan
kondominium yang disediakan sebagai jasa akomodasi
selayaknya akomodasi hotel, tetapi tidak termasuk bentuk
persewaan (kontrak) jangka panjang (lebih dari satu bulan).
Huruf k
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Yang dimaksud dengan "persewaan ruangan untuk diusahakan
di hotel" adalah ruangan yang disewa oleh pelaku usaha untuk
penyelenggaraan kegiatan usaha seperti kantor, toko, atau
mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di dalam hotel.
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat (1)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
- 92 -

Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Cukup Jelas
Huruf f
Cukup Jelas
Huruf g
Cukup Jelas
Huruf h
Yang dimaksud dengan "permainan ketangkasan" adalah
bentuk permainan yang berada di dalam kawasan arena
dan/atau taman bermain yang dipungut bayaran, baik yang
berada di dalam ruangan maupun di luar ruangan seperti
permainan ding-dong, lempar bola ke dalam keranjang,
paintball, dan sebagainya.
Huruf i
Yang dimaksud dengan "olahraga permainan" adalah bentuk
persewaan ruang dan alat olahraga seperti tempat kebugaran
(fitness center), lapangan futsalm lapangan tenis, kolam renang,
dan sebagainya yang dikenakan bayaran atas penggunaannya.
Huruf j
Cukup Jelas
Huruf k
Cukup Jelas
Huruf l
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Penjualan atau penyerahan barang dan jasa tertentu oleh Wajib Pajak
termasuk penyediaan akomodasi yang dipasarkan oleh pihak ketiga
berupa tempat tinggal yang difungsikan sebagai hotel.
- 93 -

Dalam kondisi dimaksud, yang menjadi Wajib Pajak PBJT adalah


pemilik atau pihak yang menguasai tempat tinggal, yang menyerahkan
jasa akomodasi kepada konsumen akhir, bukan penyedia jasa
pemasaran atau pengelolaan melalui platform digital.
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "bentuk lain" dari voucer antara lain berupa
kupon, tiket, atau kartu hadiah (gift card), termasuk yang dalam
bentuk elektronik.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “tidak terdapat pembayaran” termasuk
voucer atau bentuk lain sejenis yang tidak memuat nilai rupiah atau
mata uang lain.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Penghitungan nilai jual Tenaga Listrik untuk Tenaga Listrik yang
dihasilkan sendiri adalah berdasarkan realisasi penggunaan Tenaga
Listrik. Penggunaan variabel kapasitas tersedia dalam penghitungan
nilai jual Tenaga Listrik adalah untuk menetapkan golongan tarif
satuan listrik.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
- 94 -

Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Dalam rangka mendukung kebijakan Nasional dalam
pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan
(EBT), tarif dapat dibedakan berdasarkan jenis pembangkit
listrik, misalnya tarif PBJT atas konsumsi Tenaga Listrik yang
dihasilkan dari pembangkit listrik yang menggunakan sumber
energi EBT dapat ditetapkan lebih rendah dibandingkan
dengan tarif PBJT atas konsumsi Tenaga Listrik yang
dihasilkan dari pembangkit listrik yang menggunakan sumber
energi fosil atau non-EBT.
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Tarif dimungkinkan juga untuk ditetapkan secara variatif
masing-masing jenis hiburan dalam rentang persentase
tersebut.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
Pasal 35
Cukup Jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Cukup Jelas
Pasal 38
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pemanfaatan" adalah kegiatan penggunaan
Air Tanah di sumbernya tanpa dilakukan pengambilan.
- 95 -

Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 39
Cukup Jelas
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Nilai perolehan Air Tanah yang ditetapkan oleh Gubernur berpedoman
pada ketentuan yang diatur oleh menteri yang menyelenggarakan Urusan
Pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral.
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43
Cukup Jelas
Pasal 44
Cukup Jelas
Pasal 45
Cukup Jelas
Pasal 46
Cukup Jelas
Pasal 47
Cukup Jelas
Pasal 48
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
Pasal 50
Cukup Jelas
Pasal 51
Cukup Jelas
Pasal 52
Cukup Jelas
Pasal 53
Cukup Jelas
Pasal 54
Cukup Jelas
- 96 -

Pasal 55
Cukup Jelas
Pasal 56
Cukup Jelas
Pasal 57
Cukup Jelas
Pasal 58
Cukup Jelas
Pasal 59
Ayat (1)
Pada prinsipnya saat terutangnya Pajak terjadi pada saat timbulnya
objek pajak yang dapat dikenai Pajak. Namun, untuk kepentingan
administrasi perpajakan saat terutangnya pajak dapat terjadi pada:
a. suatu saat tertentu, misalnya untuk BPHTB;
b. akhir masa Pajak, misalnya untuk PBJT; atau
c. suatu Tahun Pajak, misalnya untuk PBB-P2.
Yang dimaksud dengan “syarat subjektif” adalah persyaratan yang
sesuai dengan ketentuan mengenai subjek Pajak dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Yang dimaksud dengan “syarat objektif” adalah persyaratan yang
sesuai dengan ketentuan mengenai objek Pajak dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 60
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
- 97 -

Cukup Jelas
Ayat (3)
Penyediaan dan pemeliharaan infrastruktur penerangan jalan umum
dalam ayat ini termasuk pembayaran ketersediaan pelayanan atas
penyediaan dan pemeliharaan infrastruktur penerangan jalan umum
yang disediakan melalui skema pembiayaan kerjasama antara
pemerintah dan badan usaha.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 61
Cukup Jelas
Pasal 62
Cukup Jelas
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Penyesuaian detail rincian objek dalam Peraturan Bupati dapat
dilakukan sepanjang detail rincian objek yang baru merupakan
bagian dari rincian objek yang telah diatur dalam Perda.
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Cukup Jelas
Pasal 64
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
- 98 -

Termasuk pelayanan administrasi antara lain pelayanan pendaftaran,


medical record, penerbitan surat-menyurat, dan pelayanan lainnya
yang secara umum bersifat penatausahaan pelayanan kesehatan.
Pelayanan administrasi tidak dikenakan Retribusi.
Pasal 65
Cukup Jelas
Pasal 66
Cukup Jelas
Pasal 67
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "tempat umum lainnya" adalah tempat yang
dapat digunakan oleh masyarakat umum dan dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
Pasal 68
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Pasal 69
Cukup Jelas
Pasal 70
Cukup Jelas
Pasal 71
Cukup Jelas
Pasal 72
Cukup Jelas
Pasal 73
Cukup Jelas
Pasal 73
Cukup Jelas
Pasal 74
Cukup Jelas
Pasal 75
Cukup Jelas
- 99 -

Pasal 76
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Dalam hal besarnya tarif Retribusi yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Daerah perlu disesuaikan karena biaya penyediaan
layanan cukup besar dan/atau besarnya tarif tidak efektif lagi untuk
mengendalikan permintaan layanan tersebut, Bupati dapat
menyesuaikan tarif Retribusi.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 77
Cukup Jelas
Pasal 78
Cukup Jelas
Pasal 79
Cukup Jelas
Pasal 80
Cukup Jelas
Pasal 81
Cukup Jelas

Pasal 82
Cukup Jelas
Pasal 83
Cukup Jelas
Pasal 84
Cukup Jelas
Pasal 85
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
- 100 -

Dalam hal pengenaan tarif Retribusi Penyediaan Tempat Pelelangan


Ikan, Ternak, Hasil Bumi, dan Hasil Hutan termaksud Fasilitas
Lainnya dapat diadakan maka pengaturan dan retribusi penyediaan
layanan diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Bupati.
Pasal 86
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “tempat khusus parkir di luar badan jalan”
adalah tempat khusus parkir di luar ruang milik jalan.
Tempat khusus parkir di luar badan jalan yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah adalah tempat parkir yang
disediakan di gedung atau bangunan yang dimiliki atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah, seperti pada rumah sakit, pasar, sarana rekreasi
dan/atau sarana umum lainnya milik Pemerintah Daerah.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 87
Cukup Jelas
Pasal 88
Ayat (1)
Dalam hal besarnya tarif Retribusi yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Daerah perlu disesuaikan karena biaya penyediaan
layanan cukup besar dan/atau besarnya tarif tidak efektif lagi untuk
mengendalikan permintaan layanan tersebut, Bupati dapat
menyesuaikan tarif Retribusi.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 89
Ayat (1)
Tempat penginapan atau pesanggrahan atau vila yang disediakan,
dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, seperti asrama,
hotel, atau aula atau ruangan yang dimiliki dan/atau dikelola oleh
- 101 -

Organisasi Perangkat Daerah (OPD), yang difungsikan sebagai tempat


penginapan atau pesanggrahan atau vila.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 90
Cukup Jelas
Pasal 91
Cukup Jelas
Pasal 92
Cukup Jelas
Pasal 93
Cukup Jelas
Pasal 94
Cukup Jelas
Pasal 95
Cukup Jelas
Pasal 96
Cukup Jelas
Pasal 97
Cukup Jelas
Pasal 98
Cukup Jelas
Pasal 99
Cukup Jelas
Pasal 100
Cukup Jelas
Pasal 101
Cukup Jelas
Pasal 102
Cukup Jelas
Pasal 103
Dalam hal besarnya tarif Retribusi Penjualan Hasil Produksi Usaha diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
- 102 -

Pasal 104
Cukup Jelas
Pasal 105
Cukup Jelas
Pasal 106
Cukup Jelas
Pasal 107
Cukup Jelas
Pasal 108
Cukup Jelas
Pasal 109
Cukup Jelas
Pasal 110
Cukup Jelas
Pasal 111
Cukup Jelas
Pasal 112
Cukup Jelas
Pasal 113
Cukup Jelas
Pasal 114
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Dalam hal besarnya tarif Retribusi yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Daerah perlu disesuaikan karena biaya penyediaan
layanan cukup besar dan/atau besarnya tarif tidak efektif lagi untuk
mengendalikan permintaan layanan tersebut, Bupati dapat
menyesuaikan tarif Retribusi.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 115
Cukup Jelas
- 103 -

Pasal 116
Cukup Jelas
Pasal 117
Cukup Jelas
Pasal 118
Cukup Jelas
Pasal 119
Cukup Jelas
Pasal 120
Cukup Jelas
Pasal 121
Cukup Jelas
Pasal 122
Cukup Jelas
Pasal 123
Cukup Jelas
Pasal 124
Cukup Jelas
Pasal 125
Cukup Jelas
Pasal 126
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Kondisi Wajib Pajak atau Wajib Retribusi antara lain adalah
kemampuan membayar Wajib Pajak atau Wajib Retribusi atau
tingkat likuiditas Wajib Pajak atau Wajib Retribusi.
Kondisi objek Pajak antara lain adalah lahan pertanian yang sangat
terbatas, tanah dan bangunan yang ditempati Wajib Pajak atau Wajib
Retribusi dari golongan tertentu, dan nilai objek Pajak sampai dengan
batas tertentu.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
- 104 -

Pasal 127
Cukup Jelas
Pasal 128
Cukup Jelas
Pasal 129
Cukup Jelas
Pasal 130
Cukup Jelas
Pasal 131
Cukup Jelas
Pasal 132
Cukup Jelas
Pasal 133
Cukup Jelas
Pasal 134
Cukup Jelas
Pasal 135
Cukup Jelas
Pasal 136
Cukup Jelas
Pasal 137
Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PUNCAK JAYA NOMOR .......


- 105 -

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN


PUNCAK JAYA
TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI
DAERAH KABUPATEN PUNCAK JAYA
NOMOR : ……. TAHUN 2023
TANGGAL : …… ................. 2023

TARIF RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

I. TARIF RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DI RSUD MULIA

A. TARIF RETRIBUSI RAWAT INAP

TARIF TARIF TARIF


NO. JENIS PELAYANAN
KELAS 3 KELAS 2 KELAS 1
01 SEPTIKEMIA
a. RINGAN 1.970.800 2.296.000 2.621.200
b. SEDANG 3.310.300 3.856.500 4.402.700
c. BERAT 4.507.600 5.251.300 5.995.000
02 INFEKSI SESUDAH OPERASI TRAUMA
a. RINGAN 2.617.800 3.049.700 3.481.600
b. SEDANG 3.441.800 4.009.700 4.577.500
c. BERAT 4.686.000 5.459.200 6.232.400
03 DEMAN YANG TIDAK DITENTUKAN
a. RINGAN 2.660.200 3.099.100 3.538.000
b. SEDANG 3.312.900 3.859.500 4.406.100
c. BERAT 3.535.800 4.119.200 4.702.600
04 INFEKSI VIRAL & NON BAKTERIAL
a. RINGAN 1.726.400 2.011.300 2.296.100
b. SEDANG 2.029.700 2.364.600 2.699.500
c. BERAT 2.387.500 2.781.400 3.175.300
05 INFEKSI VIRAL & NON BAKTERIAL
a. RINGAN 2.334.900 2.720.100 3.105.300
b. SEDANG 2.834.200 3.301.800 3.769.400
c. BERAT 3.401.000 3.962.200 4.523.300
06 INFEKSI HIV
a. RINGAN 3.198.000 3.725.700 4.253.300
b. SEDANG 4.787.100 5.576.900 6.366.800
c. BERAT 6.007.400 6.998.600 7.989.800
07 PROSEDUR HATI DAN PANKREAS
a. RINGAN 4.926.900 5.739.800 6.552.800
b. SEDANG 8.396.600 9.782.000 11.167.500
c. BERAT 19.384.100 22.582.500 25.780.900
08 PROSEDUR HSALURAN EMPEDU
a. RINGAN 7.257.400 8.454.900 9.652.400
b. SEDANG 13.057.600 15.212.000 17.366.500
c. BERAT 17.397.200 20.267.700 23.138.200
09 CHOLESISTEKTOMI TANPA LAPAROSKOPIK
a. RINGAN 4.972.400 5.792.800 6.613.200
b. SEDANG 5.646.000 6.577.600 7.509.200
c. BERAT 8.587.600 10.004.500 11.421.500

NO. JENIS PELAYANAN TARIF KELAS TARIF TARIF

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 106 -

3 KELAS 2 KELAS 1
10 PROSEDUR PANKREAS DAN HEPATOBILLIARI LAIN-LAIN
a. RINGAN 3.931.400 4.580.100 5.228.800
b. SEDANG 6.468.600 7.535.900 8.603.200
c. BERAT 8.369.800 9.750.800 11.131.900
11 SIROSIS HATI DAN HEPATITIS ALKOHOLIK
a. RINGAN 2.339.200 2.725.200 3.111.100
b. SEDANG 3.050.100 3.553.300 4.056.600
c. BERAT 4.627.100 5.390.600 6.154.100
12 TUMOR SISTEM HEPATOBILLIARI DAN PANCREAS
a. RINGAN 3.523.800 4.105.300 4.686.700
b. SEDANG 4.933.400 5.747.400 6.561.400
c. BERAT 5.976.800 6.962.900 7.949.100
13 GANGGUAN PANKREAS SELAIN TUMOR (RINGAN)
a. RINGAN 3.186.000 3.711.700 4.237.300
b. SEDANG 4.966.200 5.785.600 6.605.000
c. BERAT 6.803.600 7.926.200 9.048.800
14 GANGGUAN HATI LAIN-LAIN
a. RINGAN 3.039.200 3.540.600 4.042.100
b. SEDANG 3.660.900 4.264.900 4.868.900
c. BERAT 4.877.300 5.682.000 6.486.800
15 GANGGUAN SALURAN EMPEDU LAIN-LAIN
a. RINGAN 3.035.900 3.536.800 4.037.700
b. SEDANG 3.675.600 4.282.100 4.888.600
c. BERAT 4.744.300 5.527.100 6.309.900
16 LEUKEMIA AKUT
a. RINGAN 4.352.600 5.070.800 5.788.900
b. SEDANG 7.000.100 8.155.100 9.310.200
c. BERAT 13.116.000 15.280.100 17.444.200
17 LIMFOMA & LEUKEMIA NON AKUT
a. RINGAN 3.426.100 3.991.400 4.556.700
b. SEDANG 4.420.200 5.149.500 5.878.800
c. BERAT 6.974.200 8.125.000 9.275.700
18 KEMOTERAPI
a. RINGAN 1.796.500 2.092.900 2.389.300
b. SEDANG 3.332.800 3.882.800 4.432.700
c. BERAT 4.137.900 4.820.600 5.503.300
19 TUMOR MYELOPROLIFERATIF LAIN-LAIN
a. RINGAN 3.175.300 3.699.200 4.223.100
b. SEDANG 4.221.700 4.918.200 5.614.800
c. BERAT 6.172.400 7.190.900 8.209.300
20 PENCANGKOKAN SUMSUM TULANG
a. RINGAN 14.023.100 16.336.900 18.650.700
b. SEDANG 26.051.300 30.349.800 34.648.200
c. BERAT 31.594.800 36.807.900 42.021.100
21 PROSEDUR PADA DARAH DAN ORGAN PEMBENTUK DARAH LAIN-LAIN
a. RINGAN 3.733.300 4.349.300 4.965.300
b. SEDANG 10.287.400 11.984.800 13.682.200
c. BERAT 16.318.900 19.011.500 21.704.100
22 AGRANULOSITOSIS
a. RINGAN 2.303.000 2.683.000 3.063.000
b. SEDANG 3.355.600 3.909.200 4.462.900
c. BERAT 5.279.100 6.150.200 7.021.200

TARIF KELAS TARIF TARIF


NO. JENIS PELAYANAN
3 KELAS 2 KELAS 1
23 GANGGUAN PEMBEKUAN DARAH
a. RINGAN 3.103.000 3.615.000 4.127.000

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 107 -

b. SEDANG 5.251.400 6.117.900 6.984.300


c. BERAT 7.214.200 8.404.500 9.594.800
24 KRISIS ANEMIA SEL SICKLE
a. RINGAN 2.802.400 3.264.700 3.727.100
b. SEDANG 3.886.900 4.528.300 5.169.600
c. BERAT 5.559.500 6.476.800 7.394.100
25 GANGGUAN SEL DARAH MERAH SELAIN KRISIS ANEMIA SEL SICKLE
a. RINGAN 2.159.200 2.515.500 2.871.700
b. SEDANG 3.056.000 3.560.200 4.064.400
c. BERAT 3.908.600 4.553.500 5.198.400
26 GANGGUAN PADA DARAH & ORGAN PEMBENTUK DARAH LAIN-LAIN
a. RINGAN 2.315.800 2.697.900 3.080.000
b. SEDANG 3.791.500 4.417.100 5.042.700
c. BERAT 4.637.500 5.402.700 6.167.800
27 PROSEDUR PADA TIROID, PARATIROID DAN SALURAN TIROGLOSAL
a. RINGAN 5.778.300 6.731.700 7.685.100
b. SEDANG 7.777.400 9.060.700 10.343.900
c. BERAT 10.078.900 11.741.900 13.404.900
28 PENYAKIT KENCING MANIS & GANGGUAN NUTRISI/ METABOLIK
a. RINGAN 3.530.900 4.113.500 4.696.000
b. SEDANG 4.933.200 5.747.200 6.561.200
c. BERAT 6.123.100 7.133.400 8.143.700
29 HIPOVOLEMIA & GANGGUAN ELEKROLIT
a. RINGAN 2.807.800 3.271.100 3.734.300
b. SEDANG 3.256.400 3.793.700 4.331.000
c. BERAT 4.412.700 5.140.800 5.868.900
30 GANGGUAN METABOLIK BAWAAN
a. RINGAN 2.454.400 2.859.400 3.264.400
b. SEDANG 4.250.100 4.951.300 5.652.600
c. BERAT 5.102.700 5.944.700 6.786.600
31 GANGGUAN KELENJAR ENDOKRIN LAIN-LAIN
a. RINGAN 2.672.700 3.113.700 3.554.700
b. SEDANG 3.914.800 4.560.700 5.206.600
c. BERAT 5.117.300 5.961.700 6.806.100
32 SCHIZOFRENIA
a. RINGAN 3.426.000 3.991.300 4.556.600
b. SEDANG 3.791.900 4.417.600 5.043.200
c. BERAT 4.561.900 5.314.700 6.067.400
33 DEPRESI MAYOR
a. RINGAN 2.751.800 3.205.800 3.659.800
b. SEDANG 3.206.100 3.735.100 4.264.200
c. BERAT 4.111.400 4.789.700 5.468.100
34 GANGGUAN PERSONALITI & KONTROL IMPULSE
a. RINGAN 1.958.600 2.281.800 2.604.900
b. SEDANG 2.880.300 3.355.500 3.830.800
c. BERAT 4.912.100 5.722.500 6.533.000
35 GANGGUAN BIPOLAR
a. RINGAN 2.394.600 2.789.800 3.184.900
b. SEDANG 2.924.900 3.407.500 3.890.100
c. BERAT 3.786.700 4.411.500 5.036.300

TARIF KELAS TARIF TARIF


NO. JENIS PELAYANAN
3 KELAS 2 KELAS 1
36 DEPRESI
a. RINGAN 1.515.500 1.765.600 2.015.600
b. SEDANG 1.942.600 2.263.100 2.583.600

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 108 -

c. BERAT 2.322.000 2.705.100 3.088.300


37 FOBIA,ANXIETAS DAN NEUROSIS LAIN-LAIN
a. RINGAN 2.014.100 2.346.500 2.678.800
b. SEDANG 3.001.300 3.496.500 3.991.700
c. BERAT 3.962.700 4.616.500 5.270.300
38 GANGGUAN ORGANIK LAIN-LAIN TERMASUK KETERBELAKANGAN MENTAL
a. RINGAN 3.962.800 4.616.700 5.270.500
b. SEDANG 4.607.400 5.367.600 6.127.900
c. BERAT 6.150.100 7.164.900 8.179.600
39 GANGGUAN MENTAL PADA KANAK-KANAK
a. RINGAN 1.357.900 1.582.000 1.806.000
b. SEDANG 3.043.000 3.545.000 4.047.100
c. BERAT 3.267.400 3.806.500 4.345.700
40 GANGGUAN NUTRISI KOMPULSIF
a. RINGAN 3.705.300 4.316.700 4.928.100
b. SEDANG 3.993.400 4.652.300 5.311.200
c. BERAT 6.299.200 7.338.600 8.378.000
41 GANGGUAN MENTAL LAIN-LAIN
a. RINGAN 2.631.600 3.065.800 3.500.000
b. SEDANG 3.568.100 4.156.800 4.745.500
c. BERAT 4.435.400 5.167.300 5.899.100
42 PROSEDUR PADA PEMBULUH DARAH INTRA KRANIAL
a. RINGAN 12.286.700 14.313.900 16.341.200
b. SEDANG 14.211.300 16.556.100 18.901.000
c. BERAT 22.427.300 26.127.800 29.828.300
43 PROSEDUR VENTRICULAR SHUNT
a. RINGAN 8.666.600 10.096.600 11.526.600
b. SEDANG 15.619.100 18.196.300 20.773.400
c. BERAT 25.101.800 29.243.500 33.385.300
44 PROSEDUR CARPAL TUNNEL RELEASE
a. RINGAN 2.012.700 2.344.800 2.676.900
b. SEDANG 3.306.800 3.852.500 4.398.100
c. BERAT 6.521.500 7.597.600 8.673.600
45 PROSEDUR SARAF KRANIAL DAN PERIFER
a. RINGAN 5.720.200 6.664.000 7.607.800
b. SEDANG 7.249.800 8.446.000 9.642.200
c. BERAT 10.706.800 12.473.400 14.240.100
46 PROSEDUR TULANG BELAKANG
a. RINGAN 8.377.700 9.760.000 11.142.300
b. SEDANG 13.145.800 15.314.800 17.483.900
c. BERAT 17.188.200 20.024.200 22.860.300
47 KECEDERAAN & GANGGUAN TULANG BELAKANG
a. RINGAN 3.062.000 3.567.300 4.072.500
b. SEDANG 3.742.800 4.360.400 4.978.000
c. BERAT 5.135.800 5.983.200 6.830.500
48 TUMOR SISTEM PERSARAFAN & GANGGUAN DEGENERATIF
a. RINGAN 3.205.400 3.734.300 4.263.200
b. SEDANG 4.258.000 4.960.600 5.663.200
c. BERAT 6.256.500 7.288.800 8.321.100

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


TARIF KELAS TARIF TARIF
NO. JENIS PELAYANAN
3 KELAS 2 KELAS 1
49 SKLEROSIS MULTIPLE & ATAXIA CEREBELAR
a. RINGAN 3.616.500 4.213.200 4.809.900
b. SEDANG 4.985.000 5.807.500 6.630.100
c. BERAT 8.047.700 9.375.600 10.703.500
50 PERDARAHAN INTRA KRANIAL BUKAN TRAUMATIK (
a. RINGAN 2.151.900 2.507.000 2.862.100
b. SEDANG 3.745.900 4.364.000 4.982.100
c. BERAT 4.463.200 5.199.700 5.936.100
51 KECEDERAAN PEMBULUH DARAH OTAK DENGAN INFARK
a. RINGAN 3.623.800 4.221.700 4.819.600
b. SEDANG 4.844.700 5.644.100 6.443.400
c. BERAT 6.080.700 7.084.000 8.087.300
KECEDERAAN PEMBULUH DARAH OTAK NON SPESIFIK & PENYUMBATAN PRE-
52
CEREBRAL TANPA INFARK
a. RINGAN 2.961.000 3.449.500 3.938.100
b. SEDANG 3.533.700 4.116.800 4.699.800
c. BERAT 4.987.600 5.810.500 6.633.500
53 ISKEMIK TRANSIENT
a. RINGAN 2.440.900 2.843.700 3.246.400
b. SEDANG 3.240.700 3.775.400 4.310.100
c. BERAT 4.614.900 5.376.400 6.137.800
54 GANGUAN PERSARAFAN KRANIAL DAN PERIFER
a. RINGAN 3.251.100 3.787.500 4.323.900
b. SEDANG 4.263.000 4.966.300 5.669.700
c. BERAT 5.356.500 6.240.400 7.124.200
55 INFEKSI BAKTERI SISTEM PERSARAFAN
a. RINGAN 3.445.400 4.013.900 4.582.400
b. SEDANG 4.773.600 5.561.200 6.348.900
c. BERAT 5.288.600 6.161.200 7.033.800
56 INFEKSI NON BAKTERI SISTEM PERSARAFAN (TIDAK TERMASUK MENINGITIS VIRUS)
a. RINGAN 2.728.900 3.179.100 3.629.400
b. SEDANG 4.515.300 5.260.300 6.005.300
c. BERAT 5.967.600 6.952.200 7.936.800
57 MENINGITIS VIRUS
a. RINGAN 2.318.100 2.700.500 3.083.000
b. SEDANG 3.404.500 3.966.200 4.527.900
c. BERAT 5.316.600 6.193.800 7.071.100
58 KOMA & STUPOR NON TRAUMA
a. RINGAN 2.292.200 2.670.500 3.048.700
b. SEDANG 3.448.500 4.017.500 4.586.500
c. BERAT 3.948.600 4.600.200 5.251.700
59 SERANGAN KEJANG
a. RINGAN 2.676.900 3.118.600 3.560.300
b. SEDANG 3.420.300 3.984.600 4.549.000
c. BERAT 3.996.500 4.655.900 5.315.300
60 SERANGAN KEJANG
a. RINGAN 1.915.700 2.231.800 2.547.900
b. SEDANG 2.403.500 2.800.100 3.196.600
c. BERAT 3.422.000 3.986.600 4.551.200
61 TRAUMA KEPALA
a. RINGAN 2.153.900 2.509.300 2.864.700
b. SEDANG 2.956.400 3.444.200 3.932.000
c. BERAT 4.441.200 5.174.000 5.906.700

NO. JENIS PELAYANAN TARIF KELAS TARIF TARIF

RAPERDA DPRD KAB.PUNCAK JAYA


- 110 -

3 KELAS 2 KELAS 1
62 GEGAR OTAK
a. RINGAN 1.823.300 2.124.100 2.424.900
b. SEDANG 2.362.500 2.752.300 3.142.100
c. BERAT 3.055.500 3.559.700 4.063.800
63 GANGGUAN - PENYAKIT SISTEM PERSARAFAN LAIN-LAIN
a. RINGAN 2.881.300 3.356.700 3.832.100
b. SEDANG 3.352.100 3.905.200 4.458.300
c. BERAT 5.011.900 5.838.900 6.665.800
64 PROSEDUR EKSTRAOKULER DAN ORBITA
a. RINGAN 2.057.500 2.397.000 2.736.500
b. SEDANG 4.622.700 5.385.500 6.148.200
c. BERAT 6.286.600 7.323.900 8.361.200
65 PROSEDUR LENSA DAN INTRA OKULER
a. RINGAN 6.280.900 7.317.200 8.353.600
b. SEDANG 7.803.300 9.090.900 10.378.400
c. BERAT 10.929.600 12.733.000 14.536.400
66 INFEKSI MATA AKUT MAYOR
a. RINGAN 2.468.400 2.875.600 3.282.900
b. SEDANG 3.349.000 3.901.600 4.454.200
c. BERAT 6.582.700 7.668.900 8.755.000
67 GANGGUAN PERSARAFAN MATA
a. RINGAN 2.130.300 2.481.800 2.833.200
b. SEDANG 2.429.900 2.830.900 3.231.800
c. BERAT 3.479.500 4.053.600 4.627.700
68 GANGGUAN MATA LAIN-LAIN
a. RINGAN 2.511.600 2.926.000 3.340.400
b. SEDANG 3.000.800 3.496.000 3.991.100
c. BERAT 5.028.900 5.858.600 6.688.400
69 LIGASI DAN STRIPPING PEMBULUH DARAH VENA
a. RINGAN 9.557.300 11.134.200 12.711.200
b. SEDANG 11.966.600 13.941.100 15.915.600
c. BERAT 14.802.500 17.244.900 19.687.300
70 PROSEDUR SISTIM PEREDARAN DARAH LAIN-LAIN
a. RINGAN 10.772.700 12.550.200 14.327.700
b. SEDANG 13.458.000 15.678.600 17.899.200
c. BERAT 14.147.200 16.481.500 18.815.800
71 INFARK MYOKARD AKUT
a. RINGAN 3.118.300 3.632.800 4.147.300
b. SEDANG 5.062.000 5.897.200 6.732.400
c. BERAT 7.293.600 8.497.000 9.700.400
72 ENDOKARDITIS AKUT DAN SUBAKUT
a. RINGAN 4.460.800 5.196.800 5.932.800
b. SEDANG 6.048.500 7.046.400 8.044.400
c. BERAT 9.984.300 11.631.700 13.279.100
73 KEGAGALAN JANTUNG
a. RINGAN 2.507.300 2.920.900 3.334.600
b. SEDANG 2.906.200 3.385.700 3.865.200
c. BERAT 3.968.400 4.623.200 5.277.900
74 THROMBOPHLEBITIS PADA PEMBULUH DARAH VENA
a. RINGAN 2.551.400 2.972.400 3.393.400
b. SEDANG 4.616.900 5.378.700 6.140.500
c. BERAT 6.738.100 7.849.800 8.961.600

TARIF KELAS TARIF TARIF


NO. JENIS PELAYANAN
3 KELAS 2 KELAS 1
75 CARDIAC ARREST DAN LAIN-LAIN

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 111 -

a. RINGAN 2.440.600 2.843.300 3.246.000


b. SEDANG 2.875.200 3.349.700 3.824.100
c. BERAT 4.378.700 5.101.200 5.823.700
76 PENYAKIT PEMBULUH DARAH DAN LAIN-LAIN
a. RINGAN 4.517.800 5.263.300 6.008.700
b. SEDANG 6.146.300 7.160.400 8.174.500
c. BERAT 7.375.500 8.592.400 9.809.400
77 ATHEROSKLEROSIS
a. RINGAN 1.672.700 1.948.700 2.224.700
b. SEDANG 2.441.800 2.844.700 3.247.600
c. BERAT 2.930.100 3.413.600 3.897.100
78 HIPERTENSI
a. RINGAN 2.050.600 2.388.900 2.727.200
b. SEDANG 2.170.300 2.528.400 2.886.500
c. BERAT 2.604.300 3.034.000 3.463.700
79 PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL DAN KATUP JANTUNG
a. RINGAN 3.315.400 3.862.400 4.409.400
b. SEDANG 4.465.800 5.202.700 5.939.500
c. BERAT 6.063.700 7.064.200 8.064.700
80 GANGGUAN KONDUKSI & ARITMIA JANTUNG (RINGAN)
a. RINGAN 2.829.900 3.296.800 3.763.700
b. SEDANG 4.417.600 5.146.500 5.875.400
c. BERAT 5.273.800 6.144.000 7.014.100
81 ANGINA PEKTORIS DAN NYERI DADA
a. RINGAN 3.241.500 3.776.300 4.311.100
b. SEDANG 3.403.500 3.965.000 4.526.600
c. BERAT 5.088.900 5.928.600 6.768.200
82 SYNCOPE & COLLAPSE
a. RINGAN 2.205.000 2.568.900 2.932.700
b. SEDANG 2.793.900 3.254.800 3.715.800
c. BERAT 4.032.600 4.697.900 5.363.300
83 KARDIOMIOPATH
a. RINGAN 2.471.500 2.879.300 3.287.000
b. SEDANG 3.076.600 3.584.300 4.091.900
c. BERAT 4.497.000 5.239.100 5.981.100
84 MALFUNGSI, REAKSI DAN KOMPLIKASI DARI ALAT ATAU PROSEDUR KARDIOVASKULER
a. RINGAN 2.705.400 3.151.800 3.598.200
b. SEDANG 3.812.600 4.441.700 5.070.700
c. BERAT 5.817.100 6.776.900 7.736.700
85 GANGGUAN SISTEM PEMBULUH DARAH LAIN-LAIN
a. RINGAN 2.178.300 2.537.700 2.897.100
b. SEDANG 5.015.800 5.843.400 6.671.000
c. BERAT 6.341.500 7.387.900 8.434.200
86 VENTILASI MEKANIKAL LONG TERM DENGAN TRAKEOSTOMI
a. RINGAN 39.296.200 45.780.000 52.263.900
b. SEDANG 44.470.900 51.808.600 59.146.300
c. BERAT 50.310.600 58.611.800 66.913.000
87 VENTILASI MEKANIKAL LONG TERM TANPA TRAKEOSTOMI
a. RINGAN 20.853.100 24.293.800 27.734.600
b. SEDANG 29.035.700 33.826.600 38.617.500
c. BERAT 47.947.900 55.859.300 63.770.700

TARIF KELAS TARIF TARIF


NO. JENIS PELAYANAN
3 KELAS 2 KELAS 1
88 PROSEDUR SISTEM PERNAFASAN NON-KOMPLEKS
a. RINGAN 7.623.400 8.881.300 10.139.100
b. SEDANG 9.659.900 11.253.700 12.847.600

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 112 -

c. BERAT 21.861.200 25.468.200 29.075.300


89 PROSEDUR SISTEM PERNAFASAN KOMPLEKS
a. RINGAN 5.890.700 6.862.700 7.834.600
b. SEDANG 9.573.100 11.152.700 12.732.300
c. BERAT 21.276.900 24.787.600 28.298.300
90 KISTA FIBROSIS
a. RINGAN 3.115.000 3.629.000 4.143.000
b. SEDANG 4.494.800 5.236.400 5.978.000
c. BERAT 6.746.500 7.859.700 8.972.800
91 KEGAGALAN PERNAFASAN
a. RINGAN 2.193.700 2.555.700 2.917.600
b. SEDANG 3.165.300 3.687.600 4.209.900
c. BERAT 3.856.200 4.492.500 5.128.800
92 EMBOLI PARU
a. RINGAN 3.348.000 3.900.400 4.452.800
b. SEDANG 4.077.200 4.749.900 5.422.600
c. BERAT 5.724.800 6.669.300 7.613.900
93 TRAUMA DADA
a. RINGAN 2.894.400 3.372.000 3.849.600
b. SEDANG 4.060.300 4.730.200 5.400.200
c. BERAT 7.532.300 8.775.200 10.018.000
94 TUMOR PARU
a. RINGAN 3.191.200 3.717.700 4.244.200
b. SEDANG 5.192.900 6.049.700 6.906.500
c. BERAT 6.143.700 7.157.400 8.171.100
95 PERADANGAN DAN INFEKSI PERNAFASAN
a. RINGAN 4.239.800 4.939.300 5.638.900
b. SEDANG 5.065.300 5.901.100 6.736.800
96 KISTA FIBROSIS
a. BERAT 6.746.500 7.859.700 8.972.800
97 KEGAGALAN PERNAFASAN
a. RINGAN 2.193.700 2.555.700 2.917.600
b. SEDANG 3.165.300 3.687.600 4.209.900
c. BERAT 3.856.200 4.492.500 5.128.800
98 EMBOLI PARU
a. RINGAN 3.348.000 3.900.400 4.452.800
b. SEDANG 4.077.200 4.749.900 5.422.600
c. BERAT 5.724.800 6.669.300 7.613.900
99 TRAUMA DADA
a. RINGAN 2.894.400 3.372.000 3.849.600
b. SEDANG 4.060.300 4.730.200 5.400.200
c. BERAT 7.532.300 8.775.200 10.018.000
100 TUMOR PARU
a. RINGAN 3.191.200 3.717.700 4.244.200
b. SEDANG 5.192.900 6.049.700 6.906.500
c. BERAT 6.143.700 7.157.400 8.171.100
101 PERADANGAN DAN INFEKSI PERNAFASAN
a. RINGAN 4.239.800 4.939.300 5.638.900
b. SEDANG 5.065.300 5.901.100 6.736.800
c. BERAT 6.814.900 7.939.300 9.063.800

TARIF KELAS TARIF TARIF


NO. JENIS PELAYANAN
3 KELAS 2 KELAS 1
102 SIMPLE PNEUMONIA & WHOOPING COUGH
a. RINGAN 3.532.600 4.115.500 4.698.300
b. SEDANG 4.964.200 5.783.300 6.602.400
c. BERAT 6.276.500 7.312.100 8.347.700
103 PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 113 -

a. RINGAN 2.933.100 3.417.100 3.901.100


b. SEDANG 3.193.200 3.720.100 4.247.000
c. BERAT 4.190.400 4.881.900 5.573.300
104 ASTHMA & BRONKIOLITIS
a. RINGAN 2.176.300 2.535.300 2.894.400
b. SEDANG 2.993.300 3.487.100 3.981.000
c. BERAT 3.150.800 3.670.600 4.190.500
105 PENYAKIT PARU INTERSTITIAL
a. RINGAN 3.755.800 4.375.500 4.995.200
b. SEDANG 4.259.300 4.962.100 5.664.900
c. BERAT 4.704.400 5.480.600 6.256.900
107 PLEURAL EFUSI DAN PNEUMOTORAK
a. RINGAN 3.727.500 4.342.500 4.957.600
b. SEDANG 5.164.400 6.016.500 6.868.600
c. BERAT 6.054.200 7.053.200 8.052.100
108 GEJALA, TANDA DAN DIAGNOSIS SISTEM PERNAFASAN LAIN-LAIN
a. RINGAN 2.820.700 3.286.100 3.751.500
b. SEDANG 4.544.100 5.293.800 6.043.600
c. BERAT 6.340.900 7.387.200 8.433.400
109 PROSEDUR NON KOMPLEKS USUS HALUS & USUS BESAR
a. RINGAN 6.135.200 7.147.600 8.159.900
b. SEDANG 7.976.900 9.293.000 10.609.200
c. BERAT 9.249.000 10.775.000 12.301.100
110 ADHESIOLISIS PERITONEAL
a. RINGAN 5.911.500 6.886.900 7.862.300
b. SEDANG 7.761.000 9.041.600 10.322.100
c. BERAT 11.030.100 12.850.000 14.670.000
111 PROSEDUR HERNIA TIDAK TERMASUK INGUINAL & FEMORAL
a. RINGAN 4.126.200 4.807.000 5.487.800
b. SEDANG 4.295.800 5.004.600 5.713.400
c. BERAT 6.750.300 7.864.000 8.977.800
112 PROSEDUR APPENDIK
a. RINGAN 3.259.900 3.797.800 4.335.700
b. SEDANG 3.317.000 3.864.300 4.411.700
c. BERAT 3.586.000 4.177.700 4.769.300
113 PROSEDUR HERNIA INGUINAL DAN FEMORAL
a. RINGAN 4.408.600 5.136.000 5.863.400
b. SEDANG 5.166.800 6.019.300 6.871.800
c. BERAT 8.117.700 9.457.100 10.796.500
114 PROSEDUR INTESTINAL KOMPLEKS
a. RINGAN 8.536.400 9.944.900 11.353.400
b. SEDANG 11.923.400 13.890.800 15.858.100
c. BERAT 17.409.500 20.282.100 23.154.600
115 PROSEDUR DUODENUM, ESOFAGUS & LAMBUNG NON KOMPLEKS
a. RINGAN 5.903.000 6.877.000 7.851.000
b. SEDANG 8.965.800 10.445.200 11.924.500
c. BERAT 12.337.100 14.372.700 16.408.300

TARIF KELAS TARIF TARIF


NO. JENIS PELAYANAN
3 KELAS 2 KELAS 1
116 PROSEDUR SISTEM PENCERNAAN LAIN-LAIN (
a. RINGAN 5.632.900 6.562.300 7.491.700
b. SEDANG 6.210.400 7.235.100 8.259.800
c. BERAT 10.524.400 12.260.900 13.997.400
117 PROSEDUR ANAL (
a. RINGAN 5.164.900 6.017.100 6.869.300
b. SEDANG 6.148.300 7.162.700 8.177.200

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 114 -

c. BERAT 7.898.700 9.202.000 10.505.300


118 TUMOR PENCERNAAN
a. RINGAN 3.553.200 4.139.500 4.725.800
b. SEDANG 5.105.500 5.947.900 6.790.300
c. BERAT 7.783.000 9.067.200 10.351.400
119 GASTRITIS & ULKUS PEPTIKUM
a. RINGAN 2.268.000 2.642.200 3.016.400
b. SEDANG 3.222.900 3.754.600 4.286.400
c. BERAT 3.867.500 4.505.600 5.143.700
120 GANGGUAN ESOFAGUS
a. RINGAN 2.883.500 3.359.300 3.835.000
b. SEDANG 3.445.900 4.014.400 4.583.000
c. BERAT 4.755.500 5.540.200 6.324.800
121 DIVERTIKULITIS, DIVERTIKULOSIS DAN PENYAKIT PERADANGAN USUS BESAR
a. RINGAN 3.117.400 3.631.800 4.146.100
b. SEDANG 4.498.100 5.240.200 5.982.400
c. BERAT 6.281.600 7.318.000 8.354.500
122 GANGGUAN PEMBULUH DARAH GASTROINTERTINAL
a. RINGAN 1.825.600 2.126.800 2.428.000
b. SEDANG 2.450.500 2.854.800 3.259.200
c. BERAT 3.932.100 4.580.800 5.229.600
123 OBSTRUKSI SALURAN GASTROINTESTINAL
a. RINGAN 2.010.800 2.342.600 2.674.400
b. SEDANG 3.225.000 3.757.100 4.289.200
c. BERAT 3.941.800 4.592.200 5.242.600
124 INFEKSI-INFEKSI GASTROINTESTINAL
a. RINGAN 2.665.600 3.105.400 3.545.200
b. SEDANG 3.196.400 3.723.800 4.251.200
c. BERAT 4.361.800 5.081.500 5.801.200
125 NYERI ABDOMEN & GASTROENTERITIS LAIN-LAIN
a. RINGAN 1.301.100 1.515.700 1.730.400
b. SEDANG 1.909.300 2.224.400 2.539.400
c. BERAT 2.167.700 2.525.300 2.883.000
126 GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN LAIN-LAIN
a. RINGAN 1.209.800 1.409.400 1.609.000
b. SEDANG 1.718.900 2.002.600 2.286.200
c. BERAT 2.062.800 2.403.100 2.743.500
127 PEMINDAHAN KULIT PADA LUKA BAKAR
a. RINGAN 13.610.300 15.856.000 18.101.600
b. SEDANG 20.604.300 24.004.000 27.403.700
c. BERAT 31.605.100 36.819.900 42.034.700
128 PEMINDAHAN KULIT TANPA LUKA BAKAR
a. RINGAN 6.422.100 7.481.800 8.541.400
b. SEDANG 11.651.400 13.573.900 15.496.300
c. BERAT 15.278.300 17.799.200 20.320.200

TARIF KELAS TARIF TARIF


NO. JENIS PELAYANAN
3 KELAS 2 KELAS 1
129 PROSEDUR PADA KULIT, JARINGAN) BAWAH KULIT
a. RINGAN 3.922.600 4.569.900 5.217.100
b. SEDANG 6.203.700 7.227.300 8.251.000
c. BERAT 10.189.100 11.870.300 13.551.500
130 PROSEDUR PADA PAYUDARA
a. RINGAN 4.724.400 5.504.000 6.283.500
b. SEDANG 7.603.400 8.858.000 10.112.600
c. BERAT 9.788.300 11.403.400 13.018.500
131 PENYAKIT KULIT MAYOR

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 115 -

a. RINGAN 1.466.100 1.707.900 1.949.800


b. SEDANG 1.822.900 2.123.600 2.424.400
c. BERAT 2.087.900 2.432.300 2.776.800
132 TUMOR PAYUDARA
a. RINGAN 2.602.400 3.031.800 3.461.200
b. SEDANG 3.564.300 4.152.400 4.740.600
c. BERAT 8.082.500 9.416.100 10.749.700
133 PERADANGAN KULIT/CELLULITIS
a. RINGAN 1.474.700 1.718.000 1.961.400
b. SEDANG 1.950.500 2.272.400 2.594.200
c. BERAT 5.159.600 6.011.000 6.862.300
134 TRAUMA PADA KULIT, JA(RINGAN) BAWAH KULIT DAN PAYUDARA
a. RINGAN 2.402.700 2.799.100 3.195.600
b. SEDANG 2.823.800 3.289.700 3.755.700
c. BERAT 4.155.300 4.840.900 5.526.500
135 GANGGUAN PADA KULIT & PAYUDARA LAIN-LAIN
a. RINGAN 2.233.900 2.602.500 2.971.100
b. SEDANG 3.196.500 3.723.900 4.251.300
c. BERAT 4.505.800 5.249.300 5.992.700
136 PROSEDUR BILATERAL DAN MULTIPLE PADA SENDI TUNGKAI
a. RINGAN 8.000.200 9.320.300 10.640.300
b. SEDANG 10.693.400 12.457.700 14.222.100
c. BERAT 15.395.300 17.935.500 20.475.700
137 AMPUTASI
a. RINGAN 6.667.400 7.767.500 8.867.600
b. SEDANG 10.937.600 12.742.300 14.547.000
c. BERAT 18.582.700 21.648.800 24.714.900
138 PROSEDUR FUSI TULANG BELAKANG PADA LENGKUNGAN TULANG BELAKANG
a. RINGAN 16.322.800 19.016.100 21.709.400
b. SEDANG 19.091.900 22.242.100 25.392.300
c. BERAT 23.629.400 27.528.300 31.427.100
139 PROSEDUR PADA SENDI TUNGKAI BAWAH
a. RINGAN 8.527.100 9.934.000 11.341.000
b. SEDANG 10.954.800 12.762.400 14.569.900
c. BERAT 13.107.700 15.270.400 17.433.200
140 PROSEDUR PADA SENDI TUNGKAI ATAS
a. RINGAN 9.033.800 10.524.400 12.015.000
b. SEDANG 11.473.800 13.367.000 15.260.200
c. BERAT 12.985.800 15.128.500 17.271.200
141 PROSEDUR FUSI TULANG BELAKANG SELAIN LENGKUNGAN TULANG BELAKANG
a. RINGAN 6.000.700 6.990.800 7.980.900
b. SEDANG 8.038.800 9.365.200 10.691.600
c. BERAT 16.375.800 19.077.800 21.779.800

TARIF KELAS TARIF TARIF


NO. JENIS PELAYANAN
3 KELAS 2 KELAS 1
142 PROSEDUR KRANIAL DAN REKONSTRUKSI TULANG WAJAH
a. RINGAN 12.617.800 14.699.700 16.781.700
b. SEDANG 23.166.500 26.989.000 30.811.400
c. BERAT 46.290.700 53.928.600 61.566.600
143 PROSEDUR PADA PAHA DAN SENDI PANGGUL
a. RINGAN 9.401.100 10.952.200 12.503.400
b. SEDANG 12.275.700 14.301.200 16.326.600
c. BERAT 28.414.700 33.103.100 37.791.600
144 PROSEDUR KAKI
a. RINGAN 6.128.300 7.139.500 8.150.700
b. SEDANG 9.930.400 11.569.000 13.207.500

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 116 -

c. BERAT 14.199.700 16.542.600 18.885.500


145 EKSISI LOKAL DAN PENGANGKATAN ALAT FIKSASI INTERNAL
a. RINGAN 3.383.100 3.941.300 4.499.500
b. SEDANG 5.532.400 6.445.300 7.358.100
c. BERAT 7.899.200 9.202.600 10.505.900
146 PROSEDUR JARINGAN LUNAK
a. RINGAN 4.112.200 4.790.700 5.469.200
b. SEDANG 6.824.100 7.950.100 9.076.000
c. BERAT 11.208.000 13.057.400 14.906.700
147 PROSEDUR SISTEM MUSKULOSKLETAL & JARINGAN PENGHUBUNG LAIN-LAIN
a. RINGAN 5.773.500 6.726.100 7.678.800
b. SEDANG 7.481.600 8.716.000 9.950.400
c. BERAT 11.584.600 13.496.100 15.407.500
148 PROSEDUR LUTUT DAN TUNGKAI BAWAH SELAIN KAKI
a. RINGAN 10.696.500 12.461.400 14.226.400
b. SEDANG 11.766.200 13.707.600 15.649.000
c. BERAT 13.470.700 15.693.400 17.916.000
149 PROSEDUR ANGGOTA TUBUH ATAS
a. RINGAN 6.377.200 7.429.500 8.481.700
b. SEDANG 8.370.900 9.752.000 11.133.200
c. BERAT 14.627.900 17.041.600 19.455.200
150 FRAKTUR FEMUR
a. RINGAN 2.223.600 2.590.500 2.957.400
b. SEDANG 3.665.900 4.270.800 4.875.600
c. BERAT 7.127.800 8.303.900 9.480.000
151 FRAKTUR PELVIS ATAU DISLOKASI SENDI PANGGUL
a. RINGAN 3.142.500 3.661.000 4.179.500
b. SEDANG 5.851.800 6.817.300 7.782.900
c. BERAT 8.499.900 9.902.400 11.304.800
152 FRAKTUR/DISLOKASI SELAIN FEMUR DAN PELVIS
a. RINGAN 2.390.300 2.784.700 3.179.000
b. SEDANG 3.543.700 4.128.400 4.713.100
c. BERAT 4.767.900 5.554.500 6.341.200
153 TUMOR MUSKULOSKLETAL,JARINGAN KONEKTIF DAN FRAKTUR PATOLOGIS
a. RINGAN 3.547.600 4.132.900 4.718.300
b. SEDANG 5.330.000 6.209.400 7.088.900
c. BERAT 10.398.700 12.114.500 13.830.200
154 OSTEOMIELITIS
a. RINGAN 4.464.800 5.201.500 5.938.100
b. SEDANG 5.292.800 6.166.100 7.039.400
c. BERAT 7.604.300 8.859.000 10.113.700

TARIF KELAS TARIF TARIF


NO. JENIS PELAYANAN
3 KELAS 2 KELAS 1
155 ARTRITIS SEPSIS
a. RINGAN 2.782.600 3.241.700 3.700.900
b. SEDANG 3.935.100 4.584.400 5.233.700
c. BERAT 7.256.700 8.454.000 9.651.300
156 GANGGUAN JARINGAN KONEKTIF
a. RINGAN 2.270.100 2.644.700 3.019.300
b. SEDANG 3.651.000 4.253.400 4.855.800
c. BERAT 6.078.100 7.081.000 8.083.900
157 MASALAH BAGIAN PUNGGUNG/ PINGGANG BELAKANG
a. RINGAN 2.666.000 3.105.900 3.545.800
b. SEDANG 3.728.800 4.344.000 4.959.300
c. BERAT 5.207.000 6.066.100 6.925.300
158 PENYAKIT TULANG DAN SENDI LAIN-LAIN
a. RINGAN 2.014.900 2.347.400 2.679.900

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 117 -

b. SEDANG 3.036.500 3.537.600 4.038.600


c. BERAT 3.656.100 4.259.400 4.862.600
MALFUNGSI, REAKSI ATAU KOMPLIKASI DARI PROSEDUR ATAU PEMASANGAN ALAT
159
ORTOPEDIK
a. RINGAN 3.377.900 3.935.300 4.492.600
b. SEDANG 5.874.700 6.844.000 7.813.400
c. BERAT 7.349.000 8.561.500 9.774.100
160 TANDA, GEJALA & PERADANGAN MUSKULOSKELETAL
a. RINGAN 2.119.600 2.469.300 2.819.000
b. SEDANG 3.103.700 3.615.800 4.127.900
c. BERAT 3.468.800 4.041.200 4.613.500
161 GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL & JA(RINGAN) PENYAMBUNG LAIN-LAIN
a. RINGAN 3.053.500 3.557.300 4.061.200
b. SEDANG 3.723.300 4.337.700 4.952.000
c. BERAT 6.066.100 7.067.000 8.067.900
162 PROSEDUR KANDUNG KEMIH KOMPLEK
a. RINGAN 6.156.200 7.171.900 8.187.700
b. SEDANG 9.734.300 11.340.500 12.946.600
c. BERAT 15.175.700 17.679.700 20.183.700
163 MEMBUAT BARU, MEREVISI DAN MEMINDAHKAN ALAT
a. RINGAN 3.600.300 4.194.400 4.788.400
b. SEDANG 6.246.600 7.277.300 8.308.000
c. BERAT 13.555.300 15.792.000 18.028.600
164 PROSEDUR SALURAN URIN ATAS
a. RINGAN 6.859.900 7.991.800 9.123.700
b. SEDANG 9.600.100 11.184.100 12.768.100
c. BERAT 13.434.100 15.650.800 17.867.400
165 PROSEDUR KANDUNG KEMIH DAN SALURAN URIN BAWAH
a. RINGAN 6.278.000 7.313.900 8.349.800
b. SEDANG 9.497.400 11.064.500 12.631.600
c. BERAT 10.930.600 12.734.100 14.537.700
166 PROSEDUR PADA URETRA DAN TRANSURETRA
a. RINGAN 5.638.200 6.568.500 7.498.800
b. SEDANG 7.656.500 8.919.800 10.183.100
c. BERAT 8.911.100 10.381.500 11.851.800
167 TUMOR GINJAL & SALURAN URIN & GAGAL GINJAL
a. RINGAN 2.743.100 3.195.700 3.648.300
b. SEDANG 3.188.900 3.715.100 4.241.300
c. BERAT 4.900.800 5.709.400 6.518.000

TARIF KELAS TARIF TARIF


NO. JENIS PELAYANAN
3 KELAS 2 KELAS 1
168 PERADANGAN GINJAL
a. RINGAN 1.838.900 2.142.300 2.445.700
b. SEDANG 3.212.800 3.742.900 4.273.000
c. BERAT 3.997.300 4.656.900 5.316.400
169 INFEKSI GINJAL DAN SALURAN URIN
a. RINGAN 2.272.800 2.647.800 3.022.800
b. SEDANG 4.239.500 4.939.000 5.638.500
c. BERAT 5.102.800 5.944.800 6.786.800
170 BATU URIN
a. RINGAN 3.477.800 4.051.700 4.625.500
b. SEDANG 4.154.800 4.840.300 5.525.900
c. BERAT 6.366.900 7.417.400 8.467.900
MALFUNGSI, REAKSI ATAU KOMPLIKASI DARI PEMASANGAN ALAT SALURAN URIN,
171
PEMINDAHAN KULIT ATAU PENCAKOKAN
a. RINGAN 1.846.900 2.151.600 2.456.300
b. SEDANG 3.102.800 3.614.800 4.126.700

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 118 -

c. BERAT 4.200.800 4.893.900 5.587.100


172 GEJALA, TANDA-TANDA PADA GINJAL DAN SALURAN URIN
a. RINGAN 2.190.300 2.551.600 2.913.000
b. SEDANG 2.714.600 3.162.500 3.610.400
c. BERAT 3.097.800 3.608.900 4.120.000
173 PENYAKIT GINJAL DAN SALURAN URIN LAIN-LAIN
a. RINGAN 2.713.600 3.161.300 3.609.000
b. SEDANG 3.813.600 4.442.800 5.072.100
c. BERAT 5.076.200 5.913.700 6.751.300
174 OPERASI PEMBEDAHAN CAESAR
a. RINGAN 4.792.400 5.583.100 6.373.900
b. SEDANG 5.069.900 5.906.400 6.743.000
c. BERAT 5.949.400 6.931.000 7.912.700
175 PERSALINAN VAGINAL DENGAN STERILISASI &/ DILATASI & KURET
a. RINGAN 3.881.900 4.522.400 5.162.900
b. SEDANG 4.400.400 5.126.400 5.852.500
c. BERAT 4.850.500 5.650.800 6.451.200
176 PERSALINAN VAGINAL DENGAN PROSEDUR SELAIN STERILISASI &/ DILATASI &KURET
a. RINGAN 2.688.200 3.131.700 3.575.300
b. SEDANG 3.648.400 4.250.400 4.852.400
c. BERAT 4.662.300 5.431.600 6.200.900
177 PERSALINAN VAGINAL
a. RINGAN 2.130.400 2.481.900 2.833.400
b. SEDANG 2.725.200 3.174.900 3.624.500
c. BERAT 3.412.700 3.975.800 4.538.900
178 NEONATAL, BERAT BADAN LAHIR GROUP-1 DENGAN PROSEDUR MAYOR
a. RINGAN 53.626.600 62.475.000 71.323.400
b. SEDANG 61.515.100 71.665.100 81.815.100
c. BERAT 70.285.400 81.882.500 93.479.600
179 NEONATAL, BERAT BADAN LAHIR GROUP-1 TANPA PROSEDUR MAYOR
a. RINGAN 8.387.100 9.771.000 11.154.800
b. SEDANG 11.101.500 12.933.200 14.764.900
c. BERAT 13.874.400 16.163.700 18.453.000
180 NEONATAL, BERAT BADAN LAHIR GROUP-2 DENGAN PROSEDUR MAYOR
a. RINGAN 21.208.900 24.708.300 28.207.800
b. SEDANG 27.524.600 32.066.100 36.607.600
c. BERAT 39.463.200 45.974.600 52.486.100

TARIF KELAS TARIF TARIF


NO. JENIS PELAYANAN
3 KELAS 2 KELAS 1
181 NEONATAL, BERAT BADAN LAHIR GROUP-3 DENGAN PROSEDUR MAYOR
a. RINGAN 12.049.500 14.037.700 16.025.800
b. SEDANG 21.744.800 25.332.700 28.920.500
c. BERAT 26.536.000 30.914.400 35.292.900
182 NEONATAL, BERAT BADAN LAHIR GROUP-4 DENGAN PROSEDUR MAYOR
a. RINGAN 7.596.600 8.850.000 10.103.400
b. SEDANG 15.123.900 17.619.300 20.114.700
c. BERAT 20.636.500 24.041.500 27.446.500
183 NEONATAL, BERAT BADAN LAHIR GROUP-5 DENGAN PROSEDUR MAYOR
a. RINGAN 6.712.700 7.820.200 8.927.800
b. SEDANG 13.731.300 15.996.900 18.262.600
c. BERAT 20.587.000 23.983.800 27.380.700
184 NEONATAL, BERAT BADAN LAHIR GROUP-5 DENGAN SINDROMA DISTRES PERNAFASAN
a. RINGAN 3.993.100 4.652.000 5.310.800
b. SEDANG 5.529.500 6.441.800 7.354.200
c. BERAT 8.953.200 10.430.500 11.907.800
185 NEONATAL, BBL 1000 - 1499 GR TANPA PROSEDUR MAYOR
a. RINGAN 6.875.800 8.010.300 9.144.800

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 119 -

b. SEDANG 10.964.100 12.773.100 14.582.200


c. BERAT 14.809.900 17.253.600 19.697.200
186 NEONATAL, BBL 1500 - 1999 GR TANPA PROSEDUR MAYOR
a. RINGAN 6.125.000 7.135.600 8.146.200
b. SEDANG 8.708.800 10.145.800 11.582.700
c. BERAT 9.856.600 11.483.000 13.109.300
187 NEONATAL, BBL 2000 - 2499 GR TANPA PROSEDUR MAYOR
a. RINGAN 5.061.300 5.896.400 6.731.500
b. SEDANG 6.680.900 7.783.300 8.885.600
c. BERAT 9.948.100 11.589.600 13.231.000
188 NEONATAL, BBL > 2499 GR DENGAN ANOMALI MAYOR ATAU KONDISI HEREDITER
a. RINGAN 4.179.600 4.869.200 5.558.800
b. SEDANG 8.453.900 9.848.800 11.243.700
c. BERAT 20.555.900 23.947.600 27.339.300
189 NEONATAL, BBL > 2499 GR DENGAN SINDROMA ASPIRASI
a. RINGAN 3.020.200 3.518.500 4.016.900
b. SEDANG 4.149.600 4.834.300 5.519.000
c. BERAT 4.571.100 5.325.400 6.079.600
190 NEONATAL, BBL > 2499 GR DENGAN KONGENITAL/INFEKSI PERINATAL
a. RINGAN 2.609.100 3.039.600 3.470.100
b. SEDANG 3.921.400 4.568.500 5.215.500
c. BERAT 8.404.700 9.791.500 11.178.300
191 NEONATAL, BBL > 2499 GR TANPA PROSEDUR MAYOR
a. RINGAN 3.374.200 3.931.000 4.487.700
b. SEDANG 6.073.600 7.075.700 8.077.900
c. BERAT 8.290.100 9.658.000 11.025.900
192 KECEDERAAN PADA TEMPAT YANG TAK SPESIFIK ATAU BANYAK TEMPAT
a. RINGAN 1.961.200 2.284.700 2.608.300
b. SEDANG 2.613.800 3.045.100 3.476.300
c. BERAT 3.363.400 3.918.400 4.473.400
193 REAKSI ALLERGI
a. RINGAN 1.654.900 1.927.900 2.201.000
b. SEDANG 2.426.600 2.827.000 3.227.400
c. BERAT 4.309.100 5.020.100 5.731.100

TARIF KELAS TARIF TARIF


NO. JENIS PELAYANAN
3 KELAS 2 KELAS 1
194 EFEK TOKSIK DAN KERACUNAN OBAT
a. RINGAN 1.441.900 1.679.800 1.917.700
b. SEDANG 1.983.400 2.310.700 2.638.000
c. BERAT 3.401.800 3.963.100 4.524.400
195 KOMPLIKASI DARI PENATALAKSANAAN PASIEN
a. RINGAN 2.471.600 2.879.500 3.287.300
b. SEDANG 3.960.300 4.613.700 5.267.200
c. BERAT 6.227.400 7.254.900 8.282.400
196 SINDROMA MALTREATMENT PADA DEWASA ATAU KANAK-KANAK
a. RINGAN 1.077.600 1.255.400 1.433.200
b. SEDANG 2.288.800 2.666.400 3.044.100
c. BERAT 4.340.400 5.056.500 5.772.700
197 LUKA BAKAR, DIRUJUK KE FASILITAS PERAWATAN AKUT YANG LAIN
a. RINGAN 721,4 840,4 959,5
b. SEDANG 1.361.400 1.586.000 1.810.700
c. BERAT 1.763.300 2.054.200 2.345.100
198 LUKA BAKAR
a. RINGAN 4.022.100 4.685.700 5.349.300
b. SEDANG 5.390.700 6.280.100 7.169.600
c. BERAT 7.790.800 9.076.300 10.361.800

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 120 -

199 DIAGNOSIS KECEDERAAN, KERACUNAN DAN EFEK TOKSIK LAIN-LAIN


a. RINGAN 1.948.900 2.270.500 2.592.000
b. SEDANG 2.669.400 3.109.800 3.550.200
c. BERAT 3.288.400 3.831.000 4.373.600
200 TERAPI REHABILITASI &/ DETOKSIKASI ALKOHOL & OBAT
a. RINGAN 1.203.400 1.402.000 1.600.600
b. SEDANG 1.616.400 1.883.100 2.149.800
c. BERAT 2.940.400 3.425.600 3.910.700
PENYALAHGUNAAN & KETERGANTUNGAN OBAT DAN ALKOHOL, MENOLAK NASEHAT
201
DOKTER
a. RINGAN 548,9 639,4 730
b. SEDANG 1.046.000 1.218.600 1.391.200
c. BERAT 1.520.600 1.771.500 2.022.400
202 PENYALAHGUNAAN & KETERGANTUNGAN ALKOHOL,OPIUM DAN KOKAIN
a. RINGAN 650 757,2 864,5
b. SEDANG 1.022.800 1.191.600 1.360.400
c. BERAT 1.647.400 1.919.200 2.191.000
203 PENYALAHGUNAAN & KETERGANTUNGAN OBAT LAIN-LAIN
a. RINGAN 1.136.700 1.324.300 1.511.800
b. SEDANG 1.718.500 2.002.000 2.285.500
c. BERAT 2.682.000 3.124.600 3.567.100
204 PROSEDUR KOMPLEKS LARING
a. RINGAN 5.277.200 6.148.000 7.018.700
b. SEDANG 8.540.000 9.949.100 11.358.100
c. BERAT 16.124.900 18.785.500 21.446.100
205 PROSEDUR KOMPLEK LEHER DAN KEPALA LAIN-LAIN
a. RINGAN 6.742.200 7.854.700 8.967.200
b. SEDANG 8.649.600 10.076.800 11.503.900
c. BERAT 11.096.800 12.927.800 14.758.800
206 PROSEDUR MASTOID DAN SINUS
a. RINGAN 4.754.000 5.538.400 6.322.800
b. SEDANG 7.487.100 8.722.400 9.957.800
c. BERAT 10.707.400 12.474.200 14.240.900

TARIF KELAS TARIF TARIF


NO. JENIS PELAYANAN
3 KELAS 2 KELAS 1
207 PROSEDUR KELENJAR LUDAH
a. RINGAN 4.506.800 5.250.500 5.994.100
b. SEDANG 5.251.200 6.117.600 6.984.000
c. BERAT 8.704.800 10.141.100 11.577.400
208 OPERASI BIBIR SUMBING & LANGIT-LANGIT MULUT
a. RINGAN 3.451.800 4.021.300 4.590.800
b. SEDANG 4.935.100 5.749.400 6.563.700
c. BERAT 5.795.900 6.752.200 7.708.500
209 PROSEDUR TONSIL & ADENOID
a. RINGAN 3.168.300 3.691.000 4.213.800
b. SEDANG 4.504.400 5.247.600 5.990.800
c. BERAT 6.114.600 7.123.500 8.132.400
210 PROSEDUR TENGGOROKAN, MULUT, HIDUNG DAN TELINGA LAIN-LAIN
a. RINGAN 4.557.000 5.308.900 6.060.800
b. SEDANG 6.782.100 7.901.200 9.020.200
c. BERAT 13.265.500 15.454.300 17.643.100
211 PROSEDUR MULUT
a. RINGAN 3.722.100 4.336.300 4.950.400
b. SEDANG 5.047.000 5.879.700 6.712.500
c. BERAT 9.869.500 11.497.900 13.126.400
212 NEOPLASMA TELIGA, HIDUNG, MULUT DAN TENGGOROKAN
a. RINGAN 2.678.600 3.120.600 3.562.500

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 121 -

b. SEDANG 6.145.600 7.159.600 8.173.600


c. BERAT 9.414.500 10.967.900 12.521.300
213 DYSEQUILIBRIUM
a. RINGAN 1.276.900 1.487.600 1.698.300
b. SEDANG 1.599.700 1.863.600 2.127.600
c. BERAT 1.753.900 2.043.300 2.332.700
214 EPISTAKSIS/PERDARAHAN HIDUNG
a. RINGAN 2.554.500 2.976.000 3.397.500
b. SEDANG 2.971.400 3.461.700 3.952.000
c. BERAT 3.991.300 4.649.900 5.308.500
215 PERADANGAN EPIGLOTIS, TELINGA TENGAH, ISPA DAN LARINGOTRAKEITIS
a. RINGAN 1.936.000 2.255.500 2.574.900
b. SEDANG 2.282.400 2.659.000 3.035.600
c. BERAT 2.809.600 3.273.200 3.736.800
216 PENYAKIT MULUT DAN GIGI
a. RINGAN 3.066.000 3.571.900 4.077.800
b. SEDANG 3.671.500 4.277.300 4.883.000
c. BERAT 5.363.500 6.248.400 7.133.400
217 PENYAKIT TELINGA, HIDUNG, MULUT DAN TENGGOROKAN LAIN-LAIN
a. RINGAN 2.496.400 2.908.300 3.320.200
b. SEDANG 2.871.100 3.344.800 3.818.500
c. BERAT 3.803.500 4.431.100 5.058.700
218 PROSEDUR PENGANGKATAN PROSTAT KOMPLEK
a. RINGAN 4.523.400 5.269.800 6.016.100
b. SEDANG 7.192.900 8.379.700 9.566.500
c. BERAT 8.821.100 10.276.600 11.732.000
219 PROSEDUR PADA PENIS
a. RINGAN 6.643.000 7.739.100 8.835.100
b. SEDANG 7.585.400 8.837.000 10.088.600
c. BERAT 11.879.100 13.839.200 15.799.200

TARIF KELAS TARIF TARIF


NO. JENIS PELAYANAN
3 KELAS 2 KELAS 1
220 PROSEDUR PADA SKROTUM DAN PROSTAT KOMPLEK-MODERAT
a. RINGAN 6.245.700 7.276.200 8.306.700
b. SEDANG 8.528.900 9.936.200 11.343.400
c. BERAT 10.810.500 12.594.200 14.377.900
221 PROSEDUR PADA SKROTUM DAN PROSTAT NON KOMPLEK
a. RINGAN 3.257.900 3.795.400 4.333.000
b. SEDANG 6.224.600 7.251.700 8.278.700
c. BERAT 9.765.600 11.376.900 12.988.300
222 PENGANGKATAN PROSTAT MELALUI URETRA
a. RINGAN 6.388.600 7.442.700 8.496.800
b. SEDANG 9.282.300 10.813.900 12.345.500
c. BERAT 11.590.700 13.503.100 15.415.600
223 SIRKUMSISI
a. RINGAN 1.683.800 1.961.600 2.239.400
b. SEDANG 2.059.500 2.399.300 2.739.100
c. BERAT 2.521.500 2.937.500 3.353.600
224 TUMOR PADA SISTEM REPRODUKSI LAKI-LAKI
a. RINGAN 3.089.400 3.599.100 4.108.900
b. SEDANG 5.131.600 5.978.300 6.825.000
c. BERAT 8.460.200 9.856.100 11.252.100
225 PENYAKIT SISTEM REPRODUKSI LAKI-LAKI SELAIN TUMOR
a. RINGAN 2.669.400 3.109.900 3.550.300
b. SEDANG 3.581.700 4.172.700 4.763.600
c. BERAT 4.797.700 5.589.300 6.380.900

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 122 -

226 OPERASI PENGANGKATAN RAHIM DAN VULVA RADIKAL & EVISCERASI


a. RINGAN 7.275.900 8.476.400 9.676.900
b. SEDANG 8.720.600 10.159.500 11.598.400
c. BERAT 12.444.100 14.497.400 16.550.600
227 PROSEDUR ABORSI
a. RINGAN 2.479.900 2.889.100 3.298.300
b. SEDANG 3.586.400 4.178.100 4.769.900
c. BERAT 4.278.500 4.984.500 5.690.400
228 PROSEDUR DILATASI, KURET, INTRAUTERIN & SERVIK
a. RINGAN 2.339.100 2.725.000 3.111.000
b. SEDANG 3.376.300 3.933.400 4.490.500
c. BERAT 3.689.400 4.298.200 4.906.900
229 PROSEDUR PADAA TUBA FALOPII
a. RINGAN 2.410.700 2.808.400 3.206.200
b. SEDANG 3.559.700 4.147.000 4.734.300
c. BERAT 4.977.900 5.799.200 6.620.600
230 INTERUPSI TUBA DENGAN ENDOSKOP
1 RINGAN 1.783.900 2.078.200 2.372.600
2 SEDANG 1.936.700 2.256.200 2.575.800
3 BERAT 2.601.500 3.030.700 3.459.900
231 PROSEDUR PADA RAHIM & ADNEKSA
a. RINGAN 5.973.900 6.959.600 7.945.200
b. SEDANG 7.465.100 8.696.800 9.928.600
c. BERAT 9.217.500 10.738.300 12.259.200
232 PROSEDUR PADA VAGINA, SERVIK & VULVA
a. RINGAN 3.372.300 3.928.700 4.485.200
b. SEDANG 5.379.400 6.267.000 7.154.600
c. BERAT 13.197.300 15.374.800 17.552.300

TARIF KELAS TARIF TARIF


NO. JENIS PELAYANAN
3 KELAS 2 KELAS 1
233 TUMOR SISTEM REPRODUKSI WANITA
a. RINGAN 2.512.800 2.927.300 3.341.900
b. SEDANG 3.725.100 4.339.700 4.954.300
c. BERAT 7.361.400 8.576.000 9.790.600
234 INFEKSI SISTEM REPRODUKSI WANITA
a. RINGAN 2.285.200 2.662.300 3.039.300
b. SEDANG 3.469.200 4.041.600 4.614.100
c. BERAT 4.222.700 4.919.500 5.616.200
234 GANGGUAN MENSTRUASI & SISTEM REPRODUKSI WANITA LAIN-LAIN
a. RINGAN 2.831.600 3.298.800 3.766.100
b. SEDANG 3.887.700 4.529.100 5.170.600
c. BERAT 4.237.700 4.936.900 5.636.100
235 ABORTUS
a. RINGAN 1.390.300 1.619.700 1.849.000
b. SEDANG 1.459.700 1.700.600 1.941.400
c. BERAT 1.668.000 1.943.200 2.218.400
236 ABORTUS MENGANCAM
a. RINGAN 2.178.800 2.538.300 2.897.800
b. SEDANG 2.587.600 3.014.500 3.441.500
c. BERAT 2.694.700 3.139.300 3.583.900
237 PERSALINAN FALSE LABOR
a. RINGAN 1.593.300 1.856.200 2.119.100
b. SEDANG 1.769.600 2.061.600 2.353.600
c. BERAT 2.540.000 2.959.100 3.378.200
238 GANGGUAN ANTEPARTUM
a. RINGAN 2.128.200 2.479.300 2.830.500

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 123 -

b. SEDANG 2.834.900 3.302.600 3.770.400


c. BERAT 3.904.900 4.549.200 5.193.500
239 GANGGUAN POSTPARTUM
a. RINGAN 1.719.100 2.002.700 2.286.300
b. SEDANG 2.824.300 3.290.300 3.756.300
c. BERAT 4.176.100 4.865.200 5.554.200
240 REHABILITASI
a. RINGAN 2.111.000 2.459.300 2.807.600
b. SEDANG 2.802.000 3.264.300 3.726.600
c. BERAT 3.980.400 4.637.200 5.294.000
241 GEJALA-GEJALA DAN TANDA-TANDA
a. RINGAN 1.808.700 2.107.100 2.405.500
b. SEDANG 2.172.400 2.530.800 2.889.200
c. BERAT 2.986.000 3.478.700 3.971.400
242 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS KESEHATAN LAIN-LAIN
a. RINGAN 1.351.400 1.574.400 1.797.400
b. SEDANG 2.151.900 2.507.000 2.862.000
c. BERAT 2.651.000 3.088.500 3.525.900
243 PENGUKURAN ANTROPOMETRI
a. PENGUKURAN ANTROPOMETRI 120.000 139.800 162.867
244 PENGHITUNGAN KEBUTUHAN KALORI
a. PENGHITUNGAN KEBUTUHAN KALORI 100.000 116.500 135.723
245 PENETAPAN STATUS GIZI
a. PENETAPAN STATUS GIZI 150.000 174.750 203.584
246 EDUKASI GIZIPEMERIKSAAN BODY KOMPOSITUM (BIA)
a. SEDERHANA 15.000 17.475 20.358
b. LENGKAP 300.000 349.500 407.168

TARIF KELAS TARIF TARIF


NO. JENIS PELAYANAN
3 KELAS 2 KELAS 1
247 PEMERIKSAAN KAPASITAS FUNGSIONAL
a. PEMERIKSAAN KAPASITAS FUNGSIONAL 100.000 116.500 135.723
248 PENGATURAN DIET PADA PENYAKIT
a. PENGATURAN DIET PADA PENYAKIT 250.000 291.250 339.306
249 WEIGHT MEAJEMEN
a. WEIGHT MEAJEMEN 25.000 29.125 33.931
250 PMERIKSAAN HANDGRIP STRENGTH
a. PMERIKSAAN HANDGRIP STRENGTH 80.000 93.200 108.578
251 INTERPERTASI DAN KONSULTASIPEMERIKSAAN NUTRIGENOM
INTERPERTASI DAN KONSULTASI
a. 300.000 349.500 407.168
PEMERIKSAAN NUTRIGENOM
252 EMERIKSAAN KALORI METRI INDIREK
a. EMERIKSAAN KALORI METRI INDIREK 800.000 932.000 1.085.780
253 PRESKRIPSI NUTRISI PARENTERAL
a. PRESKRIPSI NUTRISI PARENTERAL 250.000 291.250 339.306
254 PRESKRIPSI NUTRISI ENTERAL
a. PRESKRIPSI NUTRISI ENTERAL 120.000 139.800 162.867

B. TARIF RETRIBUSI RAWAT JALAN

NO. JENIS PELAYANAN TARIF


1 PROSEDUR PADA HATI DAN PANKREAS 1.092.600
2 PROSEDUR BESAR PADA SALURAN EMPEDU 1.206.600
3 PROSEDUR KOLESISTEKTOMI TANPA LAPAROSKOPI 2.525.700
4 PROSEDUR LAIN-LAIN PADA HEPATOBILIARI & PANKREAS 2.562.100
5 PROSEDUR KOLESISTEKTOMI DENGAN LAPAROSKOPI 3.079.300

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 124 -

6 PROSEDUR PADA PERKUTAN HATI & SALURAN EMPEDU 1.128.700


7 PROSEDUR ENDOSKOPI SALURAN EMPEDU 966,1
8 PROSEDUR LAIN-LAIN PADA SISTEM HEPATOBILIARI DAN PANKREAS 416,8
9 PROSEDUR RADIOTERAPI -
10 KEMOTERAPI PADA TUMOR PARU & KANDUNG KEMIH 940,3
11 KEMOTERAPI PADA TUMOR KOLON 1.001.800
12 KEMOTERAPI PADA TUMOR PAYUDARA ATAU OVARIUM 1.386.500
13 KEMOTERAPI PADA TUMOR GASTROINTESTINAL 1.838.500
14 KEMOTERAPI PADA TUMOR MELANOMA, GINJAL ATAU PROSTAT 1.373.400
15 KEMOTERAPI PADA TUMOR OTAK 715,7
16 KEMOTERAPI PADA TUMOR KEPALA ATAU LEHER 1.368.000
17 KEMOTERAPI PADA LEUKEMIA AKUT 666,4
18 KEMOTERAPI PADA TUMOR LIMFOMA, MYELOMA ATAU TESTIS 1.044.600
19 KEMOTERAPI PADA TUMOR KULIT 1.947.900
20 KEMOTERAPI PADA TUMOR GINEKOLOGI 1.280.100
21 KEMOTERAPI PADA TUMOR METASTASE 1.647.400
22 KEMOTERAPI PADA TUMOR LAIN-LAIN 402
23 PROSEDUR PENCANGKOKAN SUMSUM TULANG 937,7
24 PROSEDUR LIMPA 2.126.100
25 PROSEDUR BESAR PADA NODUL LIMPA DAN TYMUS 2.124.400
26 PROSEDUR KECIL PADA NODUL LIMPA DAN TYMUS 522,2
27 PROSEDUR TRANSFUSI & TERAPI SUMSUM TULANG 1.114.600
28 PROSEDUR DIAGNOSTIK DARAH DAN ORGAN PEMBENTUK DARAH 1.068.600
29 PROSEDUR PADA KELENJAR ADRENAL 616,2
30 PROSEDUR BESAR PADA KELENJAR TIROID DAN PARATIROID 811,4
31 PROSEDUR KECIL PADA KELENJAR TIROID,PARATIROID DAN SALURAN
632
THYROGLOSSAL
32 PROSEDUR DIAGNOSTIK PADA KELENJAR ENDOKRIN 527
33 TERAPI SHOCK 451,4
34 PELAYANAN KESEHATAN MENTAL EKSTENSIF 391,8
35 TERAPI KELOMPOK 361,8

NO. JENIS PELAYANAN TARIF


36 PROSEDUR TES DIAGNOSTIK KESEHATAN JIWA 347,4
37 PSIKOTERAPI INDIVIDU DEWASA AKUT 465,9
38 PSIKOTHERAPI INDIVIDU DEWASA BUKAN AKUT 258,4
39 PENGOBATAN INDIVIDU KETERBELAKANGAN MENTAL 258,2
40 PSIKOTHERAPI INDIVIDU PADA KANAK-KANAK MASALAH KESEHATAN
309,5
MENTAL
41 PROSEDUR KRANIOTOMI 5.367.600
42 PROSEDUR SHUNT VENTRIKEL 3.276.000
43 PROSEDUR PADA PEMBULUH DARAH EKSTRAKRANIAL 2.152.400
44 PROSEDUR CARPAL TUNNEL RELEASE 948,9
45 PROSEDUR BESAR PADA SARAF PERIFER 2.145.100
46 PROSEDUR KECIL PADA SARAF PERIFER 1.202.700
47 PROSEDUR BESAR PADA TULANG BELAKANG 2.147.300
48 PROSEDUR KECIL PADA TULANG BELAKANG 1.536.300
49 PROSEDUR TAP & INJEKSI PADA SPINAL 659,8
50 PROSEDUR INJEKSI PADA SARAF PERIFER 477,4
51 PROSEDUR PEMERIKSAAN NEUROLOGIS LAIN 566
52 PROSEDUR ELEKROENSEFALOGRAFI (EEG) 495,7
53 PENYAKIT SARAF KRANIAL DAN SARAF PERIFER LAIN-LAIN 243,7
54 PROSEDUR BESAR PADA MATA 2.832.800
55 PROSEDUR SEDANG PADA MATA 1.488.800
56 PROSEDUR KECIL PADA MATA 632,3
57 PROSEDUR BESAR PADA SEGMEN ANTERIOR MATA 2.948.300
58 PROSEDUR SEDANG PADA SEGMEN ANTERIOR MATA 2.270.100
59 PROSEDUR KECIL PADA SEGMEN ANTERIOR MATA 423,7
60 PROSEDUR BESAR PADA SEGMEN POSTERIOR MATA 3.189.700
61 PROSEDUR KECIL PADA SEGMEN POSTERIOR MATA 2.560.900
62 PROSEDUR OPERASI KATARAK 3.339.100
63 PROSEDUR PHOTOKOAGULASI DAN KRIOTHERAPI PADA RETINA 1.381.100

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 125 -

64 PROSEDUR LASER SEDANG PADA MATA 837


75 PROSEDUR KECIL PADA EKTRAOKULER 352,5
66 PROSEDUR LAIN-LAIN PADA MATA 235,8
67 PROSEDUR DIAGNOSTIK & IMAGING PADA MATA 290,4
68 PEMASANGAN/PENYISIPAN DEFIBRILATOR JANTUNG & SISTEM BANTU
3.923.800
JANTUNG
69 PROSEDUR BESAR PADA PEMBULUH DARAH TORASIK 1.799.700
70 PROSEDUR BESAR PADA PEMBULUH DARAH ABDOMEN 2.260.300
71 PROSEDUR PEMASANGAN/PENYISIPAN ALAT PACU PERMANEN PADA
5.855.800
JANTUNG
72 PROSEDUR KATETERISASI JANTUNG -
73 PROSEDUR REVISI DEFIBRILATOR DAN ALAT PACU JANTUNG TIDAK
3.110.100
TERMASUK PENGGANTIAN ALAT
74 PROSEDUR LIGASI DAN STRIPPING PEMBULUH DARAH VENA 962,8
75 ANGIOGRAFI ARTERI BUKAN JANTUNG 2.812.200
76 PROSEDUR SEDANG PADA PEMBULUH DARAH 2.052.500
77 PROSEDUR KECIL PADA PEMBULUH DARAH 624,8
78 PEMASANGAN ATAU PENGGANTIAN ALAT DEFIBRILATOR JANTUNG 6.180.500
79 PEMASANGAN ATAU PENGGANTIAN ALAT PACU JANTUNG 5.595.100
80 PROSEDUR ELEKTROFISIOLOGIK 3.751.500
81 PROSEDUR ANGIOPLASTI PEMBULUH DARAH KORONER DAN
3.576.500
KARDIOVASKULAR PERKUTAN LAIN
82 PROSEDUR RESUSITASI 901,6
83 PROSEDUR KARDIOVERSI 817,9
84 PROSEDUR KECIL LAIN-LAIN PADA JANTUNG 1.160.200
85 PROSEDUR EKOKARDIOGRAFI 428,6
86 PROSEDUR STRESS TESTING 394,8
87 PROSEDUR PENGAWASAN FUNGSI KARDIOVASKULAR 312,3
88 PROSEDUR BESAR PADA SISTEM SALURAN PERNAFASAN 1.989.400
89 PROSEDUR VENTILASI MEKANIKAL JANGKA PENDEK 2.058.500
90 PROSEDUR PADA LARING DAN TRAKEA 1.278.600
91 PROSEDUR THORAKOSKOPI/MEDIASTINOSKOPI 1.814.000
92 PROSEDUR DADA INTERMEDIATE 1.036.100
NO. JENIS PELAYANAN TARIF

93 PROSEDUR PADA DINDING DADA 773


94 PROSEDUR PEMASANGAN/PENYISIPAN TUBE PADA DADA 956,1
95 PROSEDUR THORACENTESIS 658,2
96 PROSEDUR TERAPI SALURAN PERNAFASAN 324,8
97 PROSEDUR BIOPSI PERKUTAN DAN ASPIRASI 666,6
98 PROSEDUR BRONKOSKOPI 443,1
99 PROSEDUR UJI FUNGSI PARU 544,4
100 PROSEDUR LAIN-LAIN PADA SISTEM SALURAN PERNAFASAN 323,1
101 PROSEDUR KECIL PADA USUS BESAR DAN KECIL 929
102 PROSEDUR ADHESIOLYSIS PADA PERITONEUM 1.753.400
103 PROSEDUR PADA HERNIA TIDAK TERMASUK HERNIA INGUINALIS DAN 1.076.800
FEMORALIS
104 PROSEDUR PADA USUS BUNTU 2.706.100
105 PROSEDUR PADA HERNIA INGUINALIS DAN FEMORALIS 564,5
106 PROSEDUR BESAR PADA USUS HALUS DAN USUS BESAR 565,4
107 PROSEDUR BESAR PADA GASTROINTESTINAL ATAS 2.297.600
108 PROSEDUR SEDANG PADA GASTROINTESTINAL ATAS 1.302.200
109 PROSEDUR LAIN-LAIN PADA GASTROINTESTINAL ATAS 602,6
110 PROSEDUR LAPAROSKOPI 1.754.700
111 PROSEDUR LAPAROTOMI & GASTROINTESTINAL LAINNYA 3.001.900
112 PROSEDUR UNTUK WASIR 758,9
113 PROSEDUR SEDANG PADA ANUS & REKTUM 961,5
114 PROSEDUR KECIL PADA ANUS & REKTUM 369,5
115 PROSEDUR KECIL LAIN-LAIN PADA GASTROINTESTINAL 304,1
116 PROSEDUR KECIL PADA ANUS & REKTUM 336,9
117 PROSEDUR SIGMOIDOSKOPI DAN ANOSKOPI 550,7
118 PROSEDUR KOLONOSKOPI 2.092.000
119 PROSEDUR ENDOSKOPI BESAR PADA GASTROINTESTINAL ATAS 1.320.200
120 PROSEDUR ENDOSKOPI KECIL PADA GASTROINTESTINAL ATAS 1.116.200

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 126 -

121 PROSEDUR LAIN-LAIN PADA GASTROINTESTINAL 444,7


122 PENYAKIT SISTEM PENCERNAAN LAIN-LAIN 243,7
123 PROSEDUR BESAR PEMINDAHAN KULIT PADA LUKA BAKAR 1.292.100
124 PROSEDUR KECIL PEMINDAHAN KULIT PADA LUKA BAKAR 828,3
125 PROSEDUR BESAR PEMINDAHAN KULIT TANPA LUKA BAKAR 853,4
126 PROSEDUR KECIL PEMINDAHAN KULIT TANPA LUKA BAKAR 701,5
127 PROSEDUR BEDAH PLASTIK 1.375.900
128 PROSEDUR LAIN-LAIN PADA KULIT DAN JARINGAN BAWAH KULIT 515
129 PROSEDUR PENGANGKATAN PAYUDARA 2.173.300
130 PROSEDUR BESAR PADA PAYUDARA TANPA PENGANGKATAN PAYUDARA 1.382.800
131 PROSEDUR KECIL PADA PAYUDARA TANPA PENGANGKATAN PAYUDARA 881,6
132 PROSEDUR KECIL LAIN-LAIN PADA PAYUDARA 578,7
133 PROSEDUR BESAR PADA KULIT 399,9
134 PROSEDUR KECIL PADA KULIT 289,3
135 PROSEDUR REKONTRUKSI TULANG KRANIAL DAN WAJAH 1.511.200
136 PROSEDUR BESAR PADA SENDI PANGGUL DAN PAHA 1.763.600
137 PROSEDUR KECIL PADA SENDI PANGGUL DAN PAHA 417
138 PROSEDUR BUNION 937,6
139 PROSEDUR LAIN-LAIN PADA KAKI 470,5
140 PROSEDUR EKSISI, INSISI DAN ARTHROTOMI TULANG 616,3
141 PROSEDUR PEMINDAHAN ALAT IMPLAN 463,1
142 PROSEDUR BESAR PADA JARINGAN LUNAK 648,2
143 PROSEDUR KECIL PADA JARINGAN LUNAK 597
144 PROSEDUR ARTROSKOPI 1.307.300
145 PROSEDUR LAIN-LAIN PADA SENDI & TULANG 364
146 PROSEDUR INSISI, BIOPSI DAN GRAFT PADA TULANG 950,3
147 PROSEDUR BESAR PADA TULANG KEPALA & WAJAH 1.174.800
148 PROSEDUR KECIL PADA TULANG KEPALA & WAJAH 305,5
149 PROSEDUR BESAR PADA LUTUT & TUNGKAI BAWAH 1.702.800
150 PROSEDUR KECIL PADA LUTUT & TUNGKAI BAWAH 924,1
151 PROSEDUR BESAR PADA LENGAN, SIKU & BAHU 2.015.700
152 PROSEDUR KECIL PADA LENGAN, SIKU & BAHU 1.011.000
153 PROSEDUR BESAR PADA TANGAN & PERGELANGAN TANGAN 940,1
NO. JENIS PELAYANAN TARIF

154 PROSEDUR KECIL PADA TANGAN & PERGELANGAN TANGAN 581,6


155 PROSEDUR MANIPULATIVE OSTEOPATHIC 113
156 PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN TERAPEUTIK MUSKULOSKELETAL 426,6
157 PROSEDUR BIOPSI SENDI DAN TRAKSI SKELETAL 921
158 PROSEDUR REDUKSI FRAKTUR TERTUTUP 605
159 PROSEDUR REDUKSI FRAKTUR WAJAH TERTUTUP 536,3
160 PROSEDUR APLIKASI CASTS DAN SPLINTS 403,5
162 PROSEDUR THERAPI FISIK DAN PROSEDUR KECIL MUSKULOSKLETAL 129
163 PROSEDUR PEMASANGAN ALAT PROSTETIK 293,7
164 PROSEDUR BESAR PADA KANDUNG KEMIH 4.418.700
165 PROSEDUR MEMBUAT BARU, MEREVISI DAN MEMINDAHKAN ALAT 2.906.000
DIALISIS
166 EXTRACORPOREAL SHOCKWAVE LITHOTRIPSY (ESWL) PADA SALURAN 4.153.000
KEMIH
167 PROSEDUR BESAR PADA GINJAL DAN URETER 1.976.100
168 PROSEDUR SEDANG PADA GINJAL DAN URETER 1.347.900
169 PROSEDUR KECIL PADA GINJAL DAN URETER 953,3
170 PROSEDUR BESAR PADA KANDUNG KEMIH DAN URETHRA 1.134.500
171 PROSEDUR KECIL PADA KANDUNG KEMIH DAN URETHRA 677,8
172 PROSEDUR BESAR PADA URETHRA DAN TRANSURETHRA 1.340.200
173 PROSEDUR KECIL PADA URETHRA DAN TRANSURETHRA 795,8
174 PROSEDUR PADA GINJAL DAN URETER 363,4
175 PROSEDUR DIAGNOSTIK LAIN PADA STUDI SALURAN KEMIH 513,8
176 PROSEDUR CYSTOSCOPI & PROSEDUR KECIL ENDOSKOPI SALURAN 939,8
KEMIH
177 PROSEDUR BESAR ENDOSKOPI PADA SALURAN KEMIH 1.024.600
178 PROSEDUR KECIL ENDOSKOPI PADA SALURAN KEMIH 366,8
179 PROSEDUR DIALISIS 840,9
180 PROSEDUR PERSALINAN DENGAN BEDAH CAESAR 2.214.800

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 127 -

181 PERSALINAN VAGINAL DENGAN STERILISASI DAN ATAU PELEBARAN DAN 1.984.700
KURETASE
182 PROSEDUR PERSALINAN VAGINAL DENGAN PROSEDUR SELAIN 1.753.800
STERILISASI DAN ATAU PELEBARAN DAN KURETASE
183 PROSEDUR PERSALINAN MELALUI VAGINAL/JALAN LAHIR 1.330.700
184 NEONATAL, BBL GROUP-2 428,7
185 NEONATAL, BBL GROUP-3 415,5
186 NEONATAL, BBL GROUP-4 333,7
187 NEONATAL, BBL GROUP-5 DENGAN ANOMALI MAYOR ATAU KONDISI 289,7
HEREDITER
188 NEONATAL, BBL GROUP-5 DENGAN SINDROM ASPIRASI 243,7
189 NEONATAL, BBL GROUP-5 DENGAN KONGENITAL/INFEKSI PERINATAL 274,8
190 NEONATAL, BBL GROUP-5 296
191 PENYALAHGUNAAN ZAT KIMIA AKUT 320,2
192 PENYALAHGUNAAN ZAT KIMIA BUKAN AKUT 235,9
193 GIGI 240,5
194 MEDICAL CHECK-UP 134,3
195 RONGENT (PLAIN FILM) 172,7
196 ELEKTROKARDIOGRAM (ECG) 83,6
197 VAKSINASI 95,4
198 PASANG INFUS 93,6
199 KONSULTASI ATAU PEMERIKSAAN LAIN-LAIN 145
200 KONTAK PELAYANAN KESEHATAN LAIN-LAIN 150,4
201 ABORSI MENGANCAM 209,6
202 ABORSI 222,3
203 PERSALINAN YANG SUKAR (FALSE LABOR) 139
204 PEMERIKSAAN ANTEPARTUM 138,8
205 PEMERIKSAAN POSTPARTUM 85,5
206 GASTROINTESTINAL AKUT 157,5
207 BRONKIAL AKUT 204
208 SISTEM PERSARAFAN PUSAT AKUT 153,2
209 KECEDERAAN SISTEM PERSARAFAN PUSAT 219,9
210 GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN KONDISI JANTUNG LAIN-LAIN 524,5
NO. JENIS PELAYANAN TARIF
211 INFARK MIOKARD AKUT DAN ARITMIA 608,1
212 FRAKTUR 169,8
213 SALURAN KEMIH AKUT 252,4
214 HEMATOLOGI AKUT 181,4
215 INFEKSI VIRUS HIV 220,7
216 INFEKSI AKUT 424,6
217 KEKACAUAN METABOLIK AKUT 363,5
218 CARDIAC ARREST, RESPIRATORY ARREST & SHOCK 261,3
219 PARU AKUT 247,5
220 KECEDERAAN BESAR PADA JARINGAN LUNAK 172,5
221 INFEKSI SALURAN KEMIH AKUT 151,6
222 PENYAKIT AKUT BESAR LAIN-LAIN 291,3
223 PENYAKIT AKUT KECIL LAIN-LAIN 191
224 PENYAKIT KRONIS BESAR LAIN-LAIN 266,6
225 PENYAKIT KRONIS KECIL LAIN-LAIN 194,2
226 PEMULIHAN ALKOHOL, OBAT DAN ATAU TERAPI DETOKSIKASI 142,9
227 PROSEDUR BESAR PADA LARING 1.832.400
228 PROSEDUR BESAR LAIN-LAIN PADA KEPALA & LEHER 1.884.900
229 PROSEDUR PADA SINUS & MASTOID 508,9
230 PROSEDUR KELENJAR LUDAH 682,4
231 PROSEDUR OPERASI BIBIR SUMBING & LANGIT-LANGIT MULUT 1.412.600
232 PROSEDUR OPERASI TONSIL & AMANDEL 1.366.100
233 PROSEDUR BESAR PADA TELINGA, HIDUNG, MULUT DAN 759,3
TENGGOROKAN
234 PROSEDUR SEDANG PADA TELINGA, HIDUNG, MULUT DAN 392,3
TENGGOROKAN
235 PROSEDUR PERBAIKAN HIDUNG (RHINOPLASTY) 1.222.300
236 PROSEDUR KECIL PADA HIDUNG 274,7
237 PROSEDUR PADA TELINGA TENGAH 402,2

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 128 -

238 PROSEDUR BESAR PADA MULUT DAN LIDAH 650,3


239 PROSEDUR KECIL PADA MULUT DAN LIDAH 376,7
240 PROSEDUR SEDANG LAIN-LAIN PADA TELINGA, HIDUNG, MULUT DAN 323,5
TENGGOROKAN
241 PROSEDUR KECIL LAIN-LAIN PADA TELINGA, HIDUNG, MULUT DAN 306,1
TENGGOROKAN
242 PROSEDUR KAUTERISASI & PACKING PADA RONGGA HIDUNG 229,4
243 PROSEDUR DIAGNOSTIK LAIN-LAIN PADA TELINGA, HIDUNG, MULUT 396,5
DAN TENGGOROKAN
244 PROSEDUR TES FUNGSI PADA TELINGA, HIDUNG, MULUT DAN 289,1
TENGGOROKAN
245 PROSEDUR LAIN-LAIN PADA TELINGA, HIDUNG, MULUT DAN 252,7
TENGGOROKAN
246 PROSEDUR PADA GIGI 287,6
247 PROSEDUR BESAR PADA PENGANGKATAN PROSTAT 2.364.900
248 PROSEDUR PADA PENIS 520
249 PROSEDUR SEDANG PADA PROSTAT DAN SKROTUM 851,1
250 PROSEDUR KECIL PADA PROSTAT DAN SKROTUM 392,2
251 PENGANGKATAN PROSTAT MELALUI TRANSURETHRAL 630,6
253 SIRKUMSISI/SUNAT 456
254 PROSEDUR STERILISASI PADA LAKI-LAKI 397,4
255 PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN TERAPEUTIK PADA ALAT GENITAL LAKI- 871,7
LAKI
256 PROSEDUR LAIN PADA ALAT GENITAL LAKI-LAKI 756,9
257 PROSEDUR ABORSI 1.316.100
258 PROSEDUR PELEBARAN, KURETASE DALAM RAHIM & LEHER RAHIM 1.174.100
259 PROSEDUR MEMBUKA TUBA YANG TERHALANG/TERGANGGU 1.226.200
260 PROSEDUR ENDOSKOPI TUBA YANG TERHALANG/TERGANGGU 879,6
261 PROSEDUR BESAR PADA FRAKTUR RONGGA PANGGUL TERBUKA 1.850.800
262 PROSEDUR KECIL PADA FRAKTUR RONGGA PANGGUL TERBUKA 587,7
263 PROSEDUR LAPAROSKOPI GINEKOLOGI 910,6
264 PROSEDUR PEMBUANGAN RAHIM MELALUI JALAN LAHIR 1.682.200
265 PROSEDUR PERBAIKAN CYSTOCELE DAN VULVOVAGINAL INTERMEDIATE 1.945.100

NO. JENIS PELAYANAN TARIF


266 PROSEDUR KECIL VULVOVAGINAL 986,9
267 PROSEDUR GINEKOLOGI LAIN-LAIN 458,5
268 PROSEDUR KECIL GINEKOLOGI & ENDOSKOPI 732,6
269 PROSEDUR SEDANG GINEKOLOGI 690,1
270 PROSEDUR KECIL GINEKOLOGI 316,1
271 PROSEDUR RADIOSURGICAL 2.173.100
272 EXTRACORPOREAL SHOCKWAVE LITHOTRIPSY (ESWL) SELAIN URINARI
2.864.100
DAN SALURAN EMPEDU
273 PROSEDUR REHABILITASI 162,4
274 PROSEDUR KECIL PELAYANAN PENUNJANG LAIN-LAIN 172,2
275 DIAGNOSTIK TIDUR 438,6
276 IMAGING NUKLIR JANTUNG 322,3
277 PROSEDUR MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI) 955,1
278 PENGOBATAN NUKLIR 948,1
279 CT-SCAN KEPALA 1.084.300
280 CT SCAN LAIN-LAIN 1.348.100
281 IMAGING KONTRAS SALURAN URINARI 708,1
282 IMAGING KONTRAS PEMBULUH DARAH 1.050.800
283 IMAGING KONTRAS LAIN-LAIN 680,7
284 PROSEDUR ULTRASOUND LAIN-LAIN 561,7
285 PROSEDUR ULTRASOUND PEMBULUH DARAH 650,4
286 PROSEDUR ULTRASOUND GINEKOLOGIK 314,3
287 PROSEDUR BESAR RADIOGRAFI 705,4
288 PERAWATAN LUKA 193
289 IMAGING PAYUDARA 668,2
290 IMAGING LAIN-LAIN 1.568.200
291 FOTOTERAPI 102
292 PENGUKURAN ANTROPOMETRI 120.000

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 129 -

293 PENGHITUNGAN KEBUTUHAN KALORI 100.000


294 PENETAPAN STATUS GIZI 150.000
395 EDUKASI GIZIPEMERIKSAAN BODY KOMPOSITUM (BIA) SEDERHANA 15.000
296 EDUKASI GIZIPEMERIKSAAN BODY KOMPOSITUM (BIA) LENGKAP 300.000
297 PEMERIKSAAN KAPASITAS FUNGSIONAL 100.000
298 PENGATURAN DIET PADA PENYAKIT 250.000
299 WEIGHT MEAJEMEN 25.000
300 PMERIKSAAN HANDGRIP STRENGTH 80.000
301 INTERPERTASI DAN KONSULTASIPEMERIKSAAN NUTRIGENOM 300.000
302 EMERIKSAAN KALORI METRI INDIREK 800.000
203 PRESKRIPSI NUTRISI PARENTERAL 250.000
204 PRESKRIPSI NUTRISI ENTERAL 120.000

II. TARIF RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS/PUSKESMAS


PEMBANTU/PUSKESMAS KELILING

NO JENIS PELAYANAN TARIF (Rp.)


1. RAWAT JALAN
Biaya Pelayanan Kesehatan dengan Rincian:
a. Jasa Pelayanan Kesehatan Umum 30.000
b. Jasa Pelayanan Kesehatan Spesialistik 75.000
c. Jasa Konsultasi Klinik Sanitasi 30.000
d. Jasa Konsultasi Obat (Apoteker) 30.000
e. Jasa Konsultasi Klinik Gizi 30.000
f. Jasa Konsultasi Klinik Kesehatan Remaja (KKR) 30.000
2. RAWAT INAP DI PUSKESMAS
a. Kamar
1) Kamar untuk pasien intervensi khusus 150.000
2) Kamar umum 135.000
3) Kamar IGD 90.000
4) Kamar tindakan (OK) 135.000

NO JENIS PELAYANAN TARIF (Rp.)


b. Visite Dokter (termasuk jasa medis konsultasi) 150.000
c. Visite Dokter Spesialis 210.000
d. Diet
1) Diet biasa perhari 225.000
2) Diet khusus perhari 225.000
e. Asuhan Keperawatan 105.000
3. TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
a. Debridemen Luka 270.000
b. Jahitan kurang dari 5 120.000
c. Jahitan 5 sampai 10 225.000
d. Jahitan lebih dari 10 (ditambah per jahitan Rp.2.500,-) 300.000
e. Cross incise 60.000
f. Incisi tanpa anastesi 60.000
g. Ransel verband 60.000
h. Pemasangan gips 150.000
i. Pelepasan spalk gips 150.000
j. Gigitan Binatang 300.000
k. Luka bakar (tanpa komplikasi) 150.000
l. Suntik Anti Tetanus 330.000
4. TINDAKAN KEBIDANAN DAN KELUARGA BERENCANA
a. Antenatal Care (ANC) 60.000
b. Pemeriksaan Neonatal Care (PNC) 50.000
c. Persalinan normal di Puskesmas 900.000
d. Abortus/ kuret/keguguran/ manual plasenta 250.000
e. Persalinan patologis 1.000.000
f. Pelayanan rujukan pra neonatal 250.000
g. Pelayanan tindakan pasca persalinan 350.000
h. Tarif penggunaan ruang bersalin -

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 130 -

1) Fisiologis 50.000
2) Patologis 100.000
i. Tarif retribusi tindakan medik KB mandiri -
1) Jasa pemasangan IUD 200.000
2) Jasa pencabutan IUD 200.000
3) Jasa pemasangan implant 250.000
4) Jasa pencabutan implant
a) Atas indikasi medis 250.000
b) Non indikasi medis 150.000
5) Vasektomi/MOP 500.000
6) Jasa pelayanan suntuk KB Mandiri 50.000
7) Penanganan komplikasi KB 200.000
8) Pemeriksaan Pap smear 250.000
5. TINDAKAN MEDIS RINGAN
a. Tindik daun telinga oleh dokter 70.000
b. Tindik daun telinga oleh paramedis 50.000
c. Sunat/sirkumsisi pria oleh dokter 450.000
d. Sunat/sirkumsisis pria oleh paramedis 350.000
e. Incisi oleh dokter 60.000
f. Incisi oleh paramedis 50.000
g. Pengambilan corpus alienum oleh dokter 50.000
h. Pengambilan corpus alienum oleh paramedis 50.000
i. Vena sectie 50.000
j. Pengambilan atheroma/lipoma/ganglion 80.000
k. Rozer plasty 60.000
l. Pemasangan catheter 50.000
m. Insisi hordeolum atau timbil 70.000
n. Pemasangan bidai (spalk) 50.000
6. TINDAKAN MEDIS SEDANG
a. Operasi katarak 800.000
b. Tindakan lain 75.000
c. Vacuum ekstraksi 400.000

NO JENIS PELAYANAN TARIF (Rp.)


7. TINDAKAN PADA GIGI DAN MULUT
a. Pembersihan karang tiap gigi 150.000
b. Perawatan radang gusi (termasuk debridement) 50.000
c. Pertolongan tindakan ringan lainnya 50.000
d. Penambalan per gigi dengan
1) Amalgam 100.000
2) Glass lonomerr 150.000
3) Tambalan sementar 50.000
4) Sinar/tumpahan komposit light cure 200.000
e. Extraksi/pencabutan
1) Gigi sulung 100.000
2) Gigi tetap 300.000
3) Gigi tetap + komplikasi fraktur 300.000
4) Gigi susu dengan injeksi 150.000
5) Gigi susu dengan chlor ethyl 100.000
f. Perawatan abcess 50.000
g. Pembuatan gigi palsu (1 gigi) 300.000
h. Pengawatan gigi sederhana per rahang 2.500.000
i. Kontrol pengawatan gigi 100.000
j. Kaping pulpa 50.000
k. Buka jahitan 100.000
l. Tindakan ringan lainnya 50.000
8. TINDAKAN PENUNJANG REHABILITASI MEDIK
a. Nebulizer 100.000
b. Spirometer 50.000
c. Tindakan fisioterapi:
1) Sederhana 50.000
2) Sedang 70.000

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 131 -

9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pembuatan dan interprestasi rontgen photo (USG) 150.000
b. Pembuatan dan interprestasi EKG 200.000
10. PEMAKAIAN OKSIGEN
a. Pemakaian alat 50.000
b. Tindakan 100.000
Tarif bahan (02) ditentukan sebesar harga bahan sesuai faktur ditambah
jasa sarana 25%
11. PENGUJIAN KESEHATAN
a. Pelajar/mahasiswa 30.000
b. Pelamar pekerjaan 45.000
c. Calon Pengantin 90.000
d. Persyaratan Asuransi 150.000
e. Karyawan Perusahaan 75.000
f. Calon Haji (tidak termasuk pemeriksaan diagnostic)
1) Tingkat awal 180.000
2) Tingkat lanjutan 210.000
g. PNS dan CPNS 75.000
h. Masyarakat umum (pilihan Ka Desa, Caleg) 75.000
12. PENGURUSAN JENAZAH
a. Perawatan jenazah 240.000
b. Bedah jenazah (otopsi) 900.000
c. Konservasi (pengawetan) 1.050.000
d. Penggunaan kamar jenazah 150.000
e. Penggunaan kamar jenazah oleh masyarakat dari luar 180.000
f. Persemayaman jenazah 750.000
g. Visum et repertum kecuali penunjang program 225.000
13. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DIPUSKESMAS
a. Hemoglobin 60.000
b. Hitung eritrosit 30.000
c. Hitung leokosit 30.000
d. Hitung def count 30.000
e. Laju endap darah (LED) 30.000

NO JENIS PELAYANAN TARIF (Rp.)


f. Hematokrit 30.000
g. Retikulosit 30.000
h. Trombosit 30.000
i. Waktu pendarahan 30.000
j. Golongan darah 60.000
k. Tinja 90.000
l. Usapan dahak/slide 90.000
m. Usapan malaria/slide 30.000
n. Usapan eretra (vagina) /slide 90.000
o. Pemeriksaan urine rutin 90.000
p. Tes kehamilan 60.000
q. Pemeriksaan kimia darah
1) Gula darah 75.000
2) Cholesterol Total 120.000
3) Asam urat 105.000
r. I V A test 120.000
s. Tindakan acupuncture medis 75.000
t. Pemeriksaan Narkoba (NAPZA) 240.000
u. Darah rutin 195.000

III. PELAYANAN AMBULANCE DAN HOME CARE

NO. JENIS PELAYANAN TARIF (Rp.) KETERANGAN


1 Pelayanan Ambulance Jarak Kurang dari 5 Km (Dalam 200.000 - Ambulance
Kota Mulia) Lengkap
a. Sopir 50.000 Rp.200.000,-

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 132 -

b. Tenaga Kesehatan 100.000 - Ambulance +


50.000 Sopir + BBM
c. BBM =Rp.100.000,-
2 Pelayanan Ambulance Jarak Kurang dari 5 -10 Km - Ambulance
a. Sopir 100.000 Lengkap
150.000 Rp.300.000,
b. Tenaga Kesehatan
- Ambulance +
50.000
c. BBM Sopir + BBM
=Rp.150.000,-
3 Pelayanan Ambulance Jarak Kurang dari lebih dari 10 - Ambulance
Km Lengkap
a. Sopir 150.000 Rp.450.000,
b. Tenaga Kesehatan 200.000 - Ambulance +
100.000 Sopir + BBM
c. BBM =Rp.250.000,-
4 Pelayanan Ambulance Jarak Kurang dari lebih dari 30 - Ambulance
Km Lengkap
a. Sopir 200.000 Rp.600.000,
b. Tenaga Kesehatan 250.000 - Ambulance +
150.000 Sopir + BBM
c. BBM =Rp.350.000,-
15. PELAYANAN HOME CARE
a. Jasa layanan home care 150.000
b. Transport home care 50.000

BUPATI PUNCAK JAYA,

TUMIRAN

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 133 -

LAMPIRA : PERATURAN DAERAH


N II KABUPATEN PUNCAK JAYA
TENTANG PAJAK DAN
RETRIBUSI DAERAH
KABUPATEN PUNCAK JAYA
NOMOR : ……. TAHUN 2023
TANGGAL : …… AGUSTUS
2023

STRUKTUR DAN BESARAN TARIF RETRIBUSI


PELAYANAN KEBERSIHAN

TARIF KETERA
NO OBJEK RETRIBUSI PELAYANAN
(RP) NGAN
TARIF PRETRIBUSI PELAYANAN
A.
PERSAMPAHAN
Rumah Tangga 30.000 Per
Bulan
Bisnis
- Kecil 30.000 Per
Bulan
- Sedang 50.000 Per
Bulan
- Besar 150.000 Per
Bulan
Fasilitas masyarakat milik swasta
- Kelas 1 50.000 Per
Bulan
- Kelas 2 70.000 Per
Bulan
- Kelas 3 100.000 Per
Bulan
Industri
- Industri Kecil/Sedang 100.000 Per
Bulan
- Industri Menengah/Besar 150.000 Per
Bulan
Keterangan :
Apabila Industri membuang langsung
ke TPA menggunakan armada sendiri
- Industri Kecil / Sedang 50.000 Per
Bulan
- Industri Menengah / Besar 100.000 Per
Bulan
Umum
- Kelas 1 30.000 Per
Bulan
- Kelas 2 40.000 Per
Bulan
- Kelas 3 50.000 Per
Bulan
Pedagang Kaki Lima yang berada di 20.000 Per
Jalan Kabupaten dan tidak Bulan
mengganggu kegiatan/aktifitas

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 134 -

Pemerintah Daerah sesuai aturan


yang berlaku
Pedagang yang berada di kegiatan 10.000 Per
Event dan tidak mengganggu Bulan
kegiatan / aktifitas Pemerintah
Daerah sesuai aturan yang berlaku

B. TARIF PENYEDOTAN KAKUS/WC


Penyedotan Kakus/Sedot WC
a. Dalam Kota 1.000.000 Sekali
Sedot
b. Luar Kota 1.500.000

TARIF KETERA
NO OBJEK RETRIBUSI PELAYANAN
(RP) NGAN
c. Penyedotan, pengangkutan, dan 100.000 Per
pengolahan limbah tinja untuk jarak 20 Meter
Km dari IPLT kubit m3
d. Penyedotan, pengangkutan, dan 120.000 Per
pengolahan limbah tinja untuk jarak 20 Meter
Km atau lebih dari IPLT kubit m3
Penggunaan IPLT oleh perorangan
atau Badan dengan kendaraan
sendiri:
a. Volume limbah 0 m3 sampai dengan 3 m3 50.000 Per
Meter
kubit m3
b. Volume limbah 3 m3 sampai dengan 5 m3 70.000 Per
Meter
kubit m3
c. Volume limbah 5 m3 sampai dengan 10 100.000 Per
m3 Meter
kubit m3

Keterangan :
- Rumah Tangga adalah Rumah warga yang menghasilkan sampah.
- Bisnis adalah Rumah makan, hotel, toko, tempat hiburan, dan kegiatan lain yang
bersifat komersil.
- Fasilitas Milik Masyarakat adalah Sekolah Swasta, universitas/perguruan tinggi,
rumah sakit swasta, yayasan dan lain-lain.
- Industri adalah Kegiatanindustri.
- Umum adalah Perkantoran, Perusahan umum (Perum), Gedung kantor perwakilan
negara asing dll)

BUPATI PUNCAK JAYA,

TUMIRAN

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 135 -

LAMPIR : PERATURAN DAERAH


AN III KABUPATEN PUNCAK JAYA
TENTANG PAJAK DAN
RETRIBUSI DAERAH KABUPATEN
PUNCAK JAYA
NOMOR : ……. TAHUN 2023
TANGGAL : …… AGUSTUS
2023

TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

TARIF
NO. JENIS KENDARAAN KETERANGAN
(Rp.)
1 Sepeda Motor 5.000,- Sekali Parkir
2 Mobil penumpang milik pribadi 10.000,- Sekali Parkir
3 Mobil barang 15.000,- Sekali Parkir
4 Tarif Ojek (Roda Dua) 20.000,- Sekali sebulan
(Berlangganan)
5 Tarif Mobil angkutan penumpang 50.000,- Sekali sebulan
dan sejenisnya (Berlangganan)
6 Tarif Mobil barang dan sejenisnya 100.000,- Sekali sebulan
(Berlangganan)

BUPATI PUNCAK JAYA,

TUMIRAN

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 136 -

LAMPIR : PERATURAN DAERAH


AN IV KABUPATEN PUNCAK JAYA
TENTANG PAJAK DAN
RETRIBUSI DAERAH KABUPATEN
PUNCAK JAYA
NOMOR : ……. TAHUN 2023
TANGGAL : …… ..............
2023

TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PASAR

TARIF
NO. OBJEK KETERANGAN
(Rp.)
A. Pasar Kelas 1
a. Kios
- Permanen 40.000,- m2/Bulan
- Semi Permanen 15.000,- m2/Bulan
b. Los
- Permanen 10.000,- m2/Bulan
- Semi Permanen 5.000,- m2/Bulan
c. Tempat Jualan (Mama Papua) 1.000,- Per Hari
d. Hewan/Ternak
- Ternak Besar (Sapi) 15.000,- Ekor/Hari
- Ternak Kecil (Kambing/babi) 5.000,- Ekor/Hari
- Unggas 2.500,- Ekor/Hari
e. Toilet 5.000,- Sekali Masuk
f. Pelataran 5.000,- Hari
g. Kendaraan Masuk Pasar
- Motor (Roda 2) 5.000,- Sekali masuk pasar
- Motor (Roda 3) 5.000,- Sekali masuk pasar
- Mobil Penumpang 10.000,- Sekali masuk pasar
- Mobil Picup (Box Kecil) 10.000,- Sekali masuk pasar
- Truck / Mobil Barang (Box) 15.000,- Sekali masuk pasar
B. Pasar Kelas 2
a. Kios
- Permanen 20.000,- m2/Bulan
- Semi Permanen 10.000,- m2/Bulan
b. Los
- Permanen 10.000,- m2/Bulan
- Semi Permanen 5.000,- m2/Bulan
c. Tempat Jualan (Mama Papua) 1.000,- Per Hari
d. Hewan/Ternak
- Ternak Besar (Sapi) 10.000,- Ekor/Hari
- Ternak Kecil (Kambing/babi) 5.000,- Ekor/Hari
- Unggas 2.500,- Ekor/Hari
e. Toilet 5.000,- Sekali Masuk
f. Pelataran 5.000,- Hari
C. Pasar Kelas 3
a. Kios
- Permanen 15.000,- m2/Bulan
- Semi Permanen 5.000,- m2/Bulan

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 137 -

TARIF
NO. OBJEK RETRIBUSI KETERANGAN
(Rp.)
b. Los
- Permanen 2.500,- m2/Bulan
- Semi Permanen 1.000,- m2/Bulan
c. Tempat Jualan (Mama Papua) 1.000,- Per Hari
d. Hewan/Ternak
- Ternak Besar (Sapi) 10.000,- Ekor/Hari
- Ternak Kecil (Kambing/babi) 5.000,- Ekor/Hari
- Unggas 2.500,- Ekor/Hari
e. Toilet 5.000,- Sekali Masuk
f. Pelataran 5.000,- Hari

BUPATI PUNCAK JAYA,

TUMIRAN

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 138 -

LAMPIR : PERATURAN DAERAH


AN V II KABUPATEN PUNCAK JAYA
TENTANG PAJAK DAN
RETRIBUSI DAERAH
KABUPATEN PUNCAK JAYA
NOMOR : ……. TAHUN
2023
TANGGAL : ……
2023

TARIF RETRIBUSI PENYEDIAAN TEMPAT KEGIATAN USAHA

TARIF
NO. OBJEK RETRIBUSI RETRIBUSI KETERANGAN
(Rp.)
I. Pasar Grosir
a. Kios Permanen 40.000,- m2 / bulan
b. Kios Semi Permanen 15.000,- m2 / bulan

II. Rumah Toko (Ruko)


a. Ruko Permanen 50.000,- m2 / bulan
b. Ruko Semi Permanen 20.000,- m2 / bulan

BUPATI PUNCAK JAYA,

TUMIRAN

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 139 -

LAMPIR : PERATURAN DAERAH


AN VI KABUPATEN PUNCAK JAYA
TENTANG PAJAK DAN
RETRIBUSI DAERAH KABUPATEN
PUNCAK JAYA
NOMOR : ……. TAHUN 2023
TANGGAL : …… .................
2023

TARIF RETRIBUSI PENYEDIAAN TEMPAT KHUSUS PARKIR


DI LUAR BADAN JALAN

TARIF
NO. OBJEK RETRIBUSI RETRIBUSI KETERANGAN
(Rp.)
TERMINAL/PARKIR DALAM PASAR, OBJEK WISATA DAN PARKIR KHUSUS RSUD
MULIA
a. Sepeda motor 5.000 Sekali Parkir
b. Mobil Penumpang dan Mobil
10.000 Sekali Parkir
Barang roda 4
c. Mobil Penumpang dan Mobil
15.000 Sekali Parkir
Barang roda 4 keatas

BUPATI PUNCAK JAYA,

TUMIRAN

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 140 -

LAMPIR : PERATURAN DAERAH


AN VII KABUPATEN PUNCAK JAYA
TENTANG PAJAK DAN
RETRIBUSI DAERAH
KABUPATEN PUNCAK JAYA
NOMOR : ……. TAHUN 2023
TANGGAL : ……
2023

STRUKTUR DAN BESARAN TARIF RETRIBUSI


PENYEDIAAN TEMPAT PENGINAPAN/PESANGGRAHAN/VILA

TARIF
NO OBJEK RETRIBUSI KETERANGAN
(RP.)
PENGINAPAN MILIK
1.
PEMDA
a. Standard 400.00 Hari / Kamar
0
b. Deluxe 550.00 Hari / Kamar
0
c. Hall Room (R. Pertemuan):
- Rapat/T.Acara (kapasitas 20 300.00 Hari / Kegiatan
Orang) 0
d. Biaya Pendukung:
- Londry Penginapan 100.00 Per Kg
0

MESS PEMDA
a. Pemakaian diluar Kegiatan 2.000.0 Per Bulan
Pemda 00

BUPATI PUNCAK JAYA,

TUMIRAN

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 141 -

LAMPIRA : PERATURAN DAERAH


N VIII KABUPATEN PUNCAK JAYA
TENTANG PAJAK DAN
RETRIBUSI DAERAH KABUPATEN
PUNCAK JAYA
NOMOR : ……. TAHUN 2023
TANGGAL : …… .................
2023

TARIF RETRIBUSI PELAYANAN


RUMAH PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

TARIF
NO. JENIS PELAYANAN JENIS HEWAN
(Rp.)
1 Pelayanan Pemotongan Ternak Sapi/Kerbau 500.000 per ekor
Besar:
a. Penggunaan Sarana Pemotongan
b. Pemeriksaan Ante Mortem dan
Post Mortem
2 Pelayanan Pemotongan Ternak Kecil: Kambing/Babi 150.000 per ekor
a. Penggunaan Sarana Pemotongan
b. Pemeriksaan Ante Mortem dan
Post Mortem
3 Pelayanan Pemotongan Unggas: Ayam/Itik dan 20.000 per ekor
a. Pelayanan Penyembelihan sejenisnya
b. Penggunaan Sarana Pemotongan
c. Pemeriksaan Ante Mortem dan
Post Mortem
4 Sewa Kandang Istirahat (per hari) Sapi/Kerbau 20.000 per ekor
Kambing/Babi 10.000 per ekor

BUPATI PUNCAK JAYA,

TUMIRAN

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 142 -

LAMPIRA : PERATURAN DAERAH


N IX KABUPATEN PUNCAK JAYA
TENTANG PAJAK DAN
RETRIBUSI DAERAH
KABUPATEN PUNCAK JAYA
NOMOR : ……. TAHUN 2023
TANGGAL : …… .............
2023

STRUKTUR DAN BESARAN TARIF RETRIBUSI


PELAYANAN TEMPAT REKREASI, PARIWISATA, DAN OLAHRAGA

TARIF
SATUAN
NO. OBJEK RETRIBUSI RETRIBUSI KETERANGAN
PEMANFAATAN
(Rp.)
A. TEMPAT REKREASI / WISATA
1 Kumi Bage (Pos Merah Putih)
a. Karcis/Tiket Masuk Anak-anak (2-15 5.000 Per Orang
Tahun
Dewasa ( 15 Tahun 10.000 Per Orang
ke atas)
Anak Sekoah (TK- 5.000 Per Orang
SMA)
b. Penggunaan Fasilitas
1) Tempat Berjualan Kios Cinderamata 10.000 Per m2/hari
Warung 10.000 Per m2/hari
2) Memakai Tempat 5.000 Per Orang
Foto (Selfi)
3) Pondok Wisata 150.000 Per Pondok
4) Toilet/WC 5.000 Sekali Masuk
5) Sewa Tempat Wisata 1.000.000 Per Hari Per
Kegiatan
2 Bukit Zaitun
a. Karcis/Tiket Masuk Anak-anak (2-15 5.000 Per Orang
Tahun
Dewasa ( 15 Tahun 10.000 Per Orang
ke atas)
Anak Sekoah (TK- 5.000 Per Orang
SMA)
b. Penggunaan Fasilitas
1) Tempat Berjualan Kios Cinderamata 10.000 Per m2/hari
Warung 10.000 Per m2/hari
2) Memakai Tempat 5.000 Per Orang
Foto (Selfi)
3) Pondok Wisata 150.000 Per Pondok
4) Toilet/WC 5.000 Sekali Masuk
5) Sewa Tempat Wisata 1.000.000 Per Hari Per
Kegiatan

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 143 -

TARIF
SATUAN
NO. OBJEK RETRIBUSI RETRIBUSI KETERANGAN
PEMANFAATAN
(Rp.)
3 Kebun Kopi
a. Karcis/Tiket Masuk Anak-anak (2-15 5.000 Per Orang
Tahun
Dewasa ( 15 Tahun 10.000 Per Orang
ke atas)
Anak Sekolah (TK- 5.000 Per Orang
SMA)
b. Penggunaan Fasilitas
1) Tempat Berjualan Kios Cinderamata 10.000 Per m2/hari
Warung 10.000 Per m2/hari
2) Memakai Tempat 5.000 Per Orang
Foto (Selfi)
3) Pondok Wisata 150.000 Per Pondok
4) Toilet/WC 5.000 Sekali Masuk
5) Sewa Tempat Wisata 1.000.000 Per Hari Per
Kegiatan
4 Monumen Tugu Roh Kudus
a. Karcis/Tiket Masuk Anak-anak (2-15 5.000 Per Orang
Tahun
Dewasa ( 15 Tahun 10.000 Per Orang
ke atas)
Anak Sekoah (TK- 5.000 Per Orang
SMA)
b. Penggunaan Fasilitas
1) Tempat Berjualan Kios Cinderamata 10.000 Per m2/hari
Warung 10.000 Per m2/hari
2) Memakai Tempat 5.000 Per Orang
Foto (Selfi)
3) Pondok Wisata 150.000 Per Pondok
4) Toilet/WC 5.000 Sekali Masuk
5) Sewa Tempat Wisata 1.500.000 Per Hari Per
Kegiatan
B. TEMPAT/SARANA OLAHRAGA
1 SPORT CENTER
a. Karcis/Tiket Masuk 1) Anak-anak (2-15 5.000 Per Orang
Tahun
2) Dewasa ( 15 10.000 Per Orang
Tahun ke atas)
3) Anak Sekolah (TK- 5.000 Per Orang
SMA)
4) Member 300.000 Per Orang/
Dewasa /Tahun Tahun
5) Member Anak- 100.000 Per Orang/
anak/Tahun Tahun
6) Member 30.000 Per Orang/
Dewasa /Bulan Bulan

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 144 -

TARIF
SATUAN
NO. OBJEK RETRIBUSI RETRIBUSI KETERANGAN
PEMANFAATAN
(Rp.)
7) Member Anak- 10.000 Per Orang/
anak/Bulan Bulan
b. Penggunaan Fasilitas
1) Tempat Berjualan Kios Cinderamata 10.000 Per m2/hari
Warung 10.000 Per m2/hari
2) Sewa Sarana/ a) Lapangan Futsal 200.000 Hari/Kegiatan
Tempat
b) Lapangan Basket 200.000 Hari/Kegiatan
c) Lapangan Tenis 200.000 Hari/Kegiatan
d) Lapangan Volly 100.000 Hari/Kegiatan
e) Lapangan Takraw 100.000 Hari/Kegiatan
3) Toilet/WC 5.000 Sekali Masuk
4) Sewa 1.500.000 Per Hari Per
Tempat/Sarana Kegiatan
Olahraga

BUPATI PUNCAK JAYA,

TUMIRAN

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 145 -

LAMPIR : PERATURAN DAERAH KABUPATEN


AN X PUNCAK JAYA
TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI
DAERAH KABUPATEN PUNCAK JAYA
NOMOR : ……. TAHUN 2023
TANGGAL : …… 2023

TARIF RETRIBUSI PENYEBERANGAN ORANG ATAU BARANG DENGAN


MENGGUNAKAN KENDARAAN DI AIR

TARIF
SATUAN
NO. OBJEK RETRIBUSI RETRIBUSI KETERANGAN
PEMANFAATAN
(Rp.)
I. Penyebrangan Orang

1. Fawi - Dagai Perorang 250.000 Sekali Jalan

2. Fawi – Torere Perorang 500.000 Sekali Jalan

3. Dagai - Torere Perorang 300.000 Sekali Jalan

II. Angkutan Barang

1. Fawi - Dagai Per Kilogram 10.000 Sekali Jalan

2. Fawi – Torere Per Kilogram 15.000 Sekali Jalan

3. Dagai - Torere Per Kilogram 10.000 Sekali Jalan

BUPATI PUNCAK JAYA,

TUMIRAN

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 146 -

LAMPIR : PERATURAN DAERAH


AN XI KABUPATEN PUNCAK JAYA
TENTANG PAJAK DAN
RETRIBUSI DAERAH KABUPATEN
PUNCAK JAYA
NOMOR : ..... TAHUN 2023
TANGGAL : ........................
... 2023

RETRIBUSI JASA USAHA


PENJUALAN HASIL PRODUKSI USAHA PEMERINTAH DAERAH

I. DINAS LINGKUNGAN HIDUP, PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN


SATUAN/
Harga
No JENIS PRODUK BENTUK
(Rp)
KEMASAN
A. Produksi Kopi
1 Kopi Biji Chery 1 Kg/Kemasan 20.000
2 Kopi biji Kulit Ari 1 Kg/Kemasan 70.000
3 Kopi Biji Green 1 Kg/Kemasan 100.000
4 Kopi Sangrai 1 Kg/Kemasan 150.000
100
5 Kopi Bubuk 35.000
Gram/Kemasan
250
6 Kopi Bubuk 75.000
Gram/Kemasan
500
7 Kopi Bubuk 150.000
Gram/Kemasan
8 Kopi Bubuk 1 Kg/Kemasan 300.000
B. Produksi Buah Merah
9 Buah Merah 1 Kg/Buah 25.000
10 Minyak Buah Merah 100 Ml/Botol 100.000
11 Minyak Buah Merah 250 Ml/Botol 250.000
12 Minyak Buah Merah 500 Ml/Botol 500.000
1 Lt/Botol 1.000.0
13 Minyak Buah Merah
00
5
5.000.0
14 Minyak Buah Merah Lt/Botol/Jerige
00
n
Catatan :
1. Jika dibiayai oleh APBD maka seluruh hasil penjualan di setor menjadi
PAD.
2. Jika seluruh biaya sendiri oleh OPD dan menjalian kerjasama dengan
pihak lain, mulai dari pembelian sampai dengan penjualan maka dipotong
90% untuk operasional dan 10% disetor ke daerah.

II. DINAS KETAHANAN PANGAN

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 147 -

SATUAN/
Harga
No JENIS PRODUK BENTUK
(Rp)
KEMASAN
1. SELAI NENAS 250 gram per Kemasan 35.000
2. BUBUK JAHE 26 gram per Kemasan 5.000
3. KRIPIK SINGKONG 250 gram per kemasan 35.000
4. KRIPIK NENAS 250 gram per kemasan 40.000
5. BERAS ANALOG 250 gram per kemasan 50.000
500 gram per kemasan 75.000

Catatan :
1. Jika dibiayai oleh APBD maka seluruh hasil penjualan di setor menjadi
PAD.
2. Jika seluruh biaya sendiri oleh OPD dan menjalian kerjasama dengan
pihak lain, mulai dari pembelian sampai dengan penjualan maka dipotong
90% untuk operasional dan 10% disetor ke daerah.

III. DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN (BALAI BENIH IKAN – PRULEME)


HARG
N UKURA KETERAN
JENIS IKAN A
O N GAN
(Rp)
1. Produksi Ikan Nila
a. Benih Ikan Nila 3-5 cm 5.000 Per Ekor
b. Benih Ikan Nila 5-7 cm 7.500 Per Ekor
c. Calon Induk Ikan Nila 8-12 cm 15.000 Per Ekor
d. Ikan Nila Komsumsi 1 Kg. 100.000 Per Kg

2. Produksi Ikan Mas


a. Benih Ikan Mas 3-5 cm 5.000 Per Ekor
b. Benih Ikan Mas 5-7 cm 7.500 Per Ekor
c. Calon Induk Ikan Mas 8-12 cm 15.000 Per Ekor
d. Ikan Mas Komsumsi 1 Kg. 100.000 Per Kg

3. Produksi Ikan Mas


a. Benih Ikan Lele 3-5 cm 5.000 Per Ekor
b. Benih Ikan Lele 5-7 cm 7.500 Per Ekor
c. Calon Induk Ikan Lele 8-12 cm 15.000 Per Ekor
d. Ikan Lele Komsumsi 1 Kg. 100.000 Per Kg

4. Pakan Ikan
Pakan Ikan (pelet) 1 Kg. 35.000 Per Kg

BUPATI PUNCAK JAYA,

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 148 -

TUMIRAN

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 149 -

LAMPIR : PERATURAN DAERAH


AN XII KABUPATEN PUNCAK JAYA
TENTANG PAJAK DAN
RETRIBUSI DAERAH KABUPATEN
PUNCAK JAYA
NOMOR : ……. TAHUN 2023
TANGGAL : ……
2023

TARIF RETRIBUSI PEMANFAATAN ASET DAERAH

I. PEMANFAATAN ASET DAERAH

TARIF
NO. JENIS OBJEK RETRIBUSI PEMANFAATAN KETERANGAN
(Rp.)
1. GEDUNG/ RUANG/ AULA - Di luar Keg. Pemda
SERBAGUNA
a. Aula Sasana Kawonak Sewa untuk Satu 1.500.000
Hari/Kegiatan
b. Ruang Rapat UKP Kantor Sewa Per Hari/ 300.000
Bupati Kegiatan
c. Aula Dinas/Kantor Sewa Per Hari/ 500.000
Kegiatan
d. Aula Sekolah Sewa Per Hari/ 1.000.000 Kegiatan diluar
Kegiatan kegiatan belajar
mengajar
e. Gedung Milik PEMDA Yang
ditambahkan dipergunakan /
1) Permanen disewa oleh
instansi/
- Type di bawah 50 m2 Sewa Per Bulan 1.500.000 lembaga lainnya
- Type di bawah 100 m2 Sewa Per Bulan 3.250.000
- Type di Bawah Sewa Per Bulan 5.000.000
150 m2
- Type di Bawah Sewa Per Bulan 6.750.000
200 m2
- Type di Bawah Sewa Per Bulan 8.500.000
250 m2
- Type di Bawah Sewa Per Bulan 10.250.000
300 m2
- Type di Bawah Sewa Per Bulan 12.000.000
350 m2
2) Semi Permanen
- Type di bawah 50 m2 Sewa Per Bulan 750.000
- Type di bawah 100 m2 Sewa Per Bulan 1.500.000
- Type di Bawah Sewa Per Bulan 2.250.000
150 m2
- Type di Bawah Sewa Per Bulan 3.000.000
200 m2

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 150 -

- Type di Bawah Sewa Per Bulan 3.750.000


250 m2
- Type di Bawah Sewa Per Bulan 4.500.000
300 m2
2. FASILITAS TENDA, KURSI - Di luar Keg. Pemda
MEJA DAN LAIN-LAIN
a. Tenda Per Unit/ Hari/ 200.000
Kegiatan
b. Kursi Sofa Lengkap Per Unit/Hari/ 100.000
Kegiatan
c. Kursi Biasa Per Unit/Hari/ 5.000
Kegiatan
d. Sarung Kursi/Taplak Meja Per Unit/Hari/ 5.000
dll Kegiatan
e. Meja Makan/Meja Bundar Per Unit/Hari/ 20.000
Kegiatan
3. SOUND SYSTEM Di luar Keg. Pemda
a. Sound System Luar Per Set/Hari 1.500.000
Ruangan (Lengkap)
b. Sound System Luar Per Unit/Hari 200.000
Ruangan (Unit)
c. Sound System Dalam Per Set/Hari 1.000.000
Ruangan (Lengkap)
d. Sound System Dalam Per Unit/Hari 200.000
Ruangan (Unit)
e. Sound System Aktif (Unit) Per Unit/Hari 200.000
3. ALAT MUSIK Di luar Keg. Pemda
a. Alat Band (Set) Per Set/Hari 1.500.000
b. Orgen Tunggal (Unit) Per Unit/Hari 1.000.000

II. PEMANFAATAN ASET KENDARAAN PEMDA

TARIF
NO. JENIS OBJEK RETRIBUSI PEMANFAATAN KETERANGAN
(Rp.)
1. BUS PEMDA - di luar Keg. Pemda
a. Sewa Bus Pemda Sewa per Hari 500.000
(Supir dan BBM)
b. Sewa Bus Pemda Sewa per Hari 300.000
(Supir dan tanpa BBM)
2. SPEED BOAT PEMDA
a. Fawi – Dagai Per Perahu 3.000.000 Sewa/Carter
b. Fawi – Torere Per Perahu 5.000.000 Sewa/Carter
c. Dagai – Torere Per Perahu 3.000.000 Sewa/Carter

III. PEMANFAATAN ASET MESIN PRODUKSI

JENIS PELAYANAN SATUAN Tarif


NO. KETERANGAN
PEMANFAATAN ASET PEMANFAATAN Retribusi (Rp)
Dinas Lingkungan
A. Hidup, Perkebunan dan
Peternakan
1. Mesin Kopi Sangrai Kilogram 10.000 Paket

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 151 -

2. Mesin Kopi Bubuk Kilogram 20.000 Paket


3. Mesin Minyak Buah Merah Liter 500.000 Paket
Dinas Ketahanan
B.
Pangan
1 Mesin Penggilingan Tepung Kilogram 15.000 Paket

IV. PEMANFAATAN ASET FASILITAS AIR BERSIH PEMDA


TARIF
NO. JENIS PEMANFAATAN RETRIBUSI KETERANGAN
(Rp.)
A. PERKANTORAN/INSTANSI
1. Kantor Bupati 500.000 Perbulan
2. Dinas, Badan dan Kantor 200.000 Perbulan
3. Sekretariat Dewan/DPRD 500.000 Perbulan
4. Kantor KODIM 200.000 Perbulan
5. Kantor POLRES 200.000 Perbulan
6. RSUD Mulia 500.000 Perbulan
7. Kantor Instansi Vertikal 200.000 Perbulan
8. Bank Papua 200.000 Perbulan
B. RUMAH JABATAN
1. Rumah Bupati 300.000 Perbulan
2. Rumah Wakil Bupati 300.000 Perbulan
3. Rumah Sekda 300.000 Perbulan
4. Rumah Ketua DPRD 300.000 Perbulan
5. Rumah Wakil Ketua I dan II DPRD 300.000 Perbulan
6. Rumah Angota DPR 150.000 Perbulan
7. Rumah KAPOLRES 150.000 Perbulan
8. Rumah DANDIM 150.000 Perbulan
9. Rumah Kepala Dinas/Eselon II/Instansi Vertikal 150.000 Perbulan
10. Rumah Sekretaris Dinas/ Eselon III 100.000 Perbulan
11. Rumah Anggota TNI Dan Polri (Asrama) 100.000 Perbulan
12. Rumah Pegawai Non Pemda 100.000 Perbulan
13. Rumah Masyarakat 50.000 Perbulan
C. USAHA KECIL DAN MENEGAH :
1. TOKO 150.000 Perbulan
2. Rumah Makan/ Warung 150.000 Perbulan
3. Kios 100.000 Perbulan
4. Bengkel 100.000 Perbulan
5. Depot Air Minum 250.000 Perbulan
6. Usaha Tahu dan Tempe (Industri) 300.000 Perbulan
BIAYA SURAT KETERANGAN PEMASANGAN BARU
D.
DAN SANKSI - SANKSI :
1. Biaya Pemasangan Baru Untuk Umum 500.000 Sekali
2. Biaya Pemasangan Baru Untuk Kantor/ Dinas/
500.000 Sekali
Badan/ INSTANSI/ Perusahaan Swasta
3. Sanksi Tidak Mengunakan Stop Kran 500.000 Sekali

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 152 -

4. Sanksi Menyambung Air Secara Ilegal, Tanpa 5.000.000 Sekali


sepengetahuan Pihak Pengelola
5. Terlambat Pembayaran Denda Sebesar 10 % Perbulan

V. PEMANFAATAN ASET FASILITAS PLTA/LISTRIK PEMDA

TARIF
NO. JENIS PEMANFAATAN RETRIBUSI KETERANGAN
(Rp.)
TARIF PEMAKAIAN LISTRIK BERDASARKAN
I
LIMIT
1. Limit 1 Amper 50.000 Perbulan
2. Limit 2 Amper 100.000 Perbulan
3. Limit 4 Amper 300.000 Perbulan
4. Limit 6 Amper 500.000 Perbulan
5. Limit 8 Amper 700.000 Perbulan
6. Limit 10 Amper 900.000 Perbulan
7. Diatas 10 Amper Setiap Penambahan 2 Amper
dikenakan biaya sebesar
Rp.200.000,-
BIAYA SURAT KETERANGAN PEMASANGAN
II.
BARU DAN SANKSI - SANKSI :
1. Biaya Pemasangan Baru 500.000 Sekali
2. Sanksi Tidak Mengunakan Limit 5.000.000 Sekali
3. Sanksi Menyambung Listrik Secara Ilegal 10.000.000 Sekali
4. Terlambat Pembayaran Denda Sebesar 10 % Perbulan

BUPATI PUNCAK JAYA,

TUMIRAN

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


LAMPIRAN XIII : PERATURAN DAERAH KABUPATEN
PUNCAK JAYA
TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH
KABUPATEN PUNCAK JAYA
NOMOR : ……. TAHUN 2023
TANGGAL : …… 2023

STRUKTUR DAN BESARAN TARIF RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU

I. PELAYANAN PERSETUJUAN BANGUNAN GEDUNG

A. BANGUNAN GEDUNG

1. Struktur dan Besaran Tarif

Struktrur dan Besaran Tarif pelayanan persetujuan bangunan


gedung ditetapkan sebagai berikut:
1) Bangunan Gedung
Tarif Retribusi PBG untuk Bangunan Gedung dihitung
berdasarkan Luas Total Lantai (LLt) dikalikan Indeks Lokalitas
(Ilo) dikalikan Standar Harga Satuan Tertinggi (SHST) dikalikan
Indeks Terintegrasi (It) dikalikan Indeks Bangunan Gedung
Terbangun (Ibg) atau dengan rumus:

LLt x (Ilo x SHST) x It x Ibg

2) Prasarana Bangunan Gedung


Tarif Retribusi PBG untuk Prasarana Bangunan Gedung dihitung
berdasarkan Volume (V) dikalikan Indeks Prasarana Bangunan
Gedung (I) dikalikan Indeks Bangunan Gedung Terbangun (Ibg)
dikalikan harga satuan Retribusi prasarana bangunan gedung
(HSpbg) atau dengan rumus:

V x I x Ibg x HSpbg

3) Indeks terintegrasi dihitung berdasarkan indeks fungsi (If)


dikalikan penjumlahan dari bobot parameter (bp) dikalikan indeks
parameter (Ip) dikalikan faktor kepemilikan (Fm) atau dengan
rumus:

If x ∑ (bp x Ip) x Fm

2. Standar Harga Satuan Tertinggi (SHST)


SHST yang dipakai dalam perhitungan Retribusi, merupakan
SHST Bangunan Gedung Negara Sederhana yang ditetapkan
berdasarkan Peraturan Bupati sesuai ketentuan PP Nomor 21
Tahun 2021.

RAPERDA DPRD KAB.PUNCAK JAYA


- 154 -

3. Indeks Lokalitas (Ilo)


Indeks Lokalitas (Ilo) ditetapkan sebesar 5% (lima persen).

Tabel Indeks Lokalitas (Ilo)


Indeks Lokalitas
Fungsi
Keterangan Jalan Jalan Jalan Jalan
Bangunan
Nasional Provinsi Kabupaten Lingkungan
Hunian Sederhana 0,5 0,5 0,5 0,4
Tidak 0,5 0,5 0,5 0,4
Sederhana
Usaha Mikro 0,4 0,4 0,4 0,3
Non Mikro 0,5 0,5 0,5 0,5
Sosial PAUD 0,1 0,1 0,1 0,1
Budaya s/d
SLTA
Perguruan 0,2 0,2 0,2 0,2
tinggi
Sosial 0,3 0,3 0,3 0,3
Budaya
Khusus 0,5 0,5 0,5 0,5

4. Indeks Terintegrasi (It)

Tabel Indeks Terintegrasi (It)


Bobot
Indeks Indeks
Parameter
Fungsi Fungsi Klaasifikasi Parameter Parameter
(IF) (IP)
(BP)
Usaha 0,7 Kompleksitas 0,3 a. Sederhana 1
b. Tidak 2
sederhana
Usaha (UMKM- 0,5 Permanensi 0,2 a. Non 1
Prototipe) permanen
b. Permanen 2
Hunian:
a. < 100 m2 dan 0,15 Ketinggian 0,5 Mengikuti tabel Mengikuti
> 2 lantai tabel
koefisien koefisien
b. > 100 m2 dan 0,17 jumlah lantai jumlah
> 2 lantai lantai

Keagamaan 0
Fungsi Khusus 1
Sosial Budaya 0,3
Ganda/ Campuran
a. Luas < 500 m2 0,6 Faktor Kepemilikan (Fm)
dan < 2 lantai 1)Negara : 0
b. Luas > 500 0,8 2) Perorangan/badan usaha : 1
m2 dan > 2 lantai

Fungsi Indeks Klasifikasi Bobot Parameter Indeks

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 155 -

Parameter
Fungsi Parameter
(If) (Ip)
(bp)
2
<100 m dan < 2 Ketinggian *)Mengiku ti *)Mengikut
lantai Tabel Koefisien i Tabel
>100 m2 dan >2 0,17 Jumlah Lantai Koefisien
lantai Jumlah
Keagamaan 0 Lantai
Fungsi Khusus 1
Sosial Budaya 0,3 Faktor Kepemilikan a. Negara 0
Ganda/ 0,6 (Fm) b. Perora 1
Campuran Luas ngan/
Badan
<500 m2 dan <2
Usaha
lantai
Luas >500 m2 0,8
dan >2 lantai

5. Koefisien Jumlah Lantai

Tabel Koefisien Jumlah Lantai


Koefisien Jumlah
Jumlah Lantai
Lantai
Basemen 3 lapis + (n) 1,393 + 0,1 (n)
Basemen 3 lapis 1,393
Basemen 2 lapis 1,299
Basemen 1 lapis 1,197
1 1
2 1,090
3 1,120
4 1,135
5 1,162
6 1,197
7 1,236
8 1,265
9 1,299
10 1,333

Keterangan:
- Untuk basemen disebut Koefisien jumlah lapis
- Untuk lantai disebut koefisien jumlah lantai;
- Koefisien jumlah lantai/lapis digunakan sesuai dengan jumlah lantai atau lapis
basemen pada bangunan gedung;
- Di atas 3 lapis basemen, koefisien ditambahkan 0,1 setiap lapisnya;
- Di atas 60 (enam puluh) lantai, koefisien ditambahkan 0,003 setiap lantainya.

Koefisien Ketinggian BG =
(E (Lli x KL)) + E (Lbi x KB))
(E Lli + E LBi)
Keterangan;
Lli : Luas Lantai ke-i
Kl : Koefisien jumlah lantai
LBi : Luas Basemen ke-i
Kbi : Koefisien Jumlah lapis

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 156 -

6. Indeks Bangunan Gedung Terbangun (Ibg)

Tabel Indeks BG Terbangun (Ibg)

Jenis Pembangunan Indeks BG Terbangun


Bangunan Gedung Terbaru
Rehabilitasi/Renovasi Bangunan Gedung:
a. Sedang 0,45 x 50% = 0,225
b.Berat 0,65 x 50% = 0,325
Pelestarian/ Pemugaran:
a. Pratama 0,65 x 50% = 0,325
b.Madya 0,45 x 50% = 0,225
c. Utama 0,30 x 50% = 0,150

7. Contoh Penetapan Indeks Perhitungan Besaran Retribusi


Bangunan Gedung

a. Fungsi Hunian

Indeks
Fungsi BP x LP Klasifikasi dan Parameter
Fungsi
Rumah 0,15 0,3 x 1 = 0,3 Kompleksitas Sederhana
tinggal
0,20 x 2,00 = 0,40 Permanensi Permanen
0.50 x 1,00 = 0,50 Ketinggian 1 Lantai
∑ (bp x lp) = 1,2 Kepemilikan Perorangan
Faktor Kepemilikan (perorangan) = 1
Indeks Terintegrasi (It): 0,15 x 1,2 x 1 = 0,18

b. Fungsi Keagamaan
Indeks
Fungsi BP x LP Klasifikasi dan Parameter
Fungsi
Gereja 0,0 0,3 x 2 = 0,60 Kompleksitas Tidak
Sederhana
0,20 x 2,00 = 0,40 Permanensi Permanen
0.50 x 1,09 = 0,545 Ketinggian 2 Lantai
∑ (bp x lp) = 1,545 Kepemilikan Perorangan
Faktor Kepemilikan (perorangan) = 1
Indeks Terintegrasi (It): 0 x 1,545 x 1 = 0

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 157 -

c. Fungsi Usaha

Indeks
Fungsi BP x LP Klasifikasi dan Parameter
Fungsi
Mall 1 0,3 x 2 = 0,60 Kompleksitas Tidak
Sederhana
0,20 x 2,00 = 0,40 Permanensi Permanen
0.50 x 1,265 = Ketinggian 8 Lantai
0,6325
∑ (bp x lp) = 1,545 Kepemilikan Badan
Usaha
Faktor Kepemilikan (perorangan) = 1
Indeks Terintegrasi (It): 0 x 1,6325 x 1 = 1,6325

8. Contoh Perhitungan Retribusi PBG

a. Studi Kasus Rumah Tinggal Baru Tipe 36


Data Bangunan:
Fungsi : Hunian
Luas Bangunan : 36 m2
Ketinggian : 1 lantai
Lokasi : Kabupaten Puncak Jaya
Kepemilikan : Pribadi
SHST BG Sederhana : Rp.5.170.000,00
Indeks Lokalitas : Nilai paling tinggi 0,5%

Indeks
Fubgsi BP x LP Klasifikasi dan Parameter
Fungsi
Rumah 0,15 0,3 x 1 = 0,3 Kompleksitas Sederhana
tinggal 0,20 x 2,00 = 0,40 Permanensi Permanen
0.50 x 1,00 = 0,50 Ketinggian 1 Lantai
∑ (bp x lp) = 1,2 Kepemilikan Perorangan
Faktor Kepemilikan (perorangan) = 1
Indeks Terintegrasi (It): 0,15 x 1,2 x 1 = 0,18

Cara Perhitungan nilai = Luas Total Lantai (LLt) x (indeks lokalitas


(Ilo) x STST) x Indeks Retribusi PBG
Terintegrasi (It) x Indeks BG Terbanguna
= 36 x (0,5% x Rp.5.170.000,000 x 0,18 x 1
= Rp.167.508,00

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 158 -

b. Studi Kasus Rumah Tinggal Baru Tipe 36


Data Bangunan:
Fungsi : Usaha
Luas Bangunan : 738 m2
Ketinggian : 3 lantai
Lokasi : Kabupaten Puncak Jaya
Kepemilikan : Pribadi
SHST BG Sederhana : Rp.5.170.000,00
Indeks Lokalitas : Nilai paling tinggi 0,5%

Indeks
Fubgsi BP x LP Klasifikasi dan Parameter
Fungsi
Usaha 0,7 0,3 x 2 = 0,6 Kompleksitas Sederhana
0,20 x 2,00 = 0,40 Permanensi Permanen
0.50 x 1,12 = 0,56 Ketinggian 3 Lantai
∑ (bp x lp) = 1,56 Kepemilikan Perorangan
Faktor Kepemilikan (perorangan) = 1
Indeks Terintegrasi (It): 0,7 x 1,56 x 1 = 1,092

Cara Perhitungan nilai = Luas Total Lantai (LLt) x (indeks lokalitas


(Ilo) x STST) x Indeks Retribusi PBG
Terintegrasi (It) x Indeks BG Terbanguna
= 738 x (0,5% x Rp.5.170.000,000 x 0,092 x
1
= Rp.20.832.000,00

9. Perhitungan Retribusi Prasarana BG

Rumus perhitungan retribusi prasarana bangunan gedung adalah

V x I x Ibg x HSpbg

Keterangan
V = Volume
I = Indeks prasarana bangunan gedung
Ibg = Indeks bangunan gedung terbangun
HSpbg = Harga satuan retribusi prasarana bangunan gedung

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 159 -

I. PRASARANA BANGUNAN GEDUNG

Tabel Jenis Prasarana dan Indeks Prasarana Bangunan Gedung


Indeks Prasarana Bangunan
Gedung (I)
Rusak
Rusak
Harga Satuan Berat
Sedang/
Retribusi Prasarana Pekerjaan
No Jenis Prasarana Bangunan Pekerjaan
Pemb. Konstruksi
Konstruksi
(HSPBG) Sebesar
Baru Sebesar
45% Dari
65% Dari
Bangunan
Bangunan
Gedung
Gedung
1 Konstruksi Pagar Rp. 12.000 /m2 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
pembatas/ 0,325 0,225
penahan/ pengaman Tanggul/ retaining wall Rp.10.000/m2 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
0,325 0,225
Turap batas Rp.10.000/m2 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
kaveling/ persil 0,325 0,225
2 Konstruksi penanda Gapura Rp. 110.000/m2 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
masuk lokasi 0,325 0,225
Gerbang Rp. 150.000/m2 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
0,325 0,225
3 Konstruksi 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
Jalan Rp.2.000/m2
perkerasan 0,325 0,225
1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
Lapangan upacara Rp 2.500/m2
0,325 0,225
Lapangan olahraga 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
Rp 2.500/m2
terbuka 0,325 0,225
4 Konstruksi Perkerasan Aspal Rp. 2.000/m2 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
perkerasan 0,325 0,225
aspal
5 Konstruksi 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
perkerasan Rp. 1.000/m2 0,325 0,225
grassblock
6 Konstruksi Jembatan Rp 10.000/m2 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
penghubung 0,325 0,225
Box culvert Rp. 5.000/m2 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
0,325 0,225
7
Konstruksi 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
penghubung 2 0,325 0,225
Rp. 10.000/m
(jembatan antar
gedung)
8 Konstruksi Rp. 10.000/m2 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
penghubung 0,325 0,225
(jembatan
penyebrangan
orang/
barang)
9 Konstruksi Rp. 15.000/m2 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
penghubung 0,325 0,225
(jembatan) bawah
tanah/ underpass)
10 Konstruksi kolam/ Kolam renang Rp. 5.000/m2 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
reservoir bawah 0,325 0,225
tanah Kolam pengolahan air Rp 5.000/m2 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
reservoir di bawah 0,325 0,225
tanah
11 Konstruksi septic Rp 5.000/m2 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
tank, sumur resapan 0,325 0,225
12 Konstruksi menara Menara reservoir Rp.75.000/5m2 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
0,325 0,225
Cerobong Rp 75.000/5m2 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
0,325 0,225

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 160 -

Indeks Prasarana Bangunan


Gedung (I)
Rusak
Rusak
Harga Satuan Berat
Sedang/
Retribusi Prasarana Pekerjaan
No Jenis Prasarana Bangunan Pekerjaan
Pemb. Konstruksi
Konstruksi
(HSPBG) Sebesar
Baru Sebesar
45% Dari
65% Dari
Bangunan
Bangunan
Gedung
Gedung
13 Konstruksi menara 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
Rp. 75.000/5m2
air 0,325 0,225
14 Konstruksi 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
Tugu Rp.2.000.000/Unit
monumen 0,325 0,225
1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
Patung Rp.1.000.000/Unit
0,325 0,225
1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
Di dalam persil Rp.1000.000/Unit
0,325 0,225
1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
Di luar persil Rp.1.500.000/Unit
0,325 0,225
15 Konstruksi Instalasi listrik Rp.500.000/Unit 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
instalasi/gardu (luas maksimum 10 0,325 0,225
listrik m2 apabila ada
penambahan luas
unit, dikenakan biaya
tambahan
Rp.10.000/m2)=
Instalasi Rp.500.000/Unit 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
telepon/komunikasi (luas maksimum 10 0,325 0,225
m2 apabila ada
penambahan luas
unit, dikenakan biaya

tambahan
Rp.10.000/m2)
Instalasi pengolahan Rp.1000.000/Unit 1,00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
(luas maksimum 10 0,325 0,225
m2 apabila ada
penambahan luas
unit, dikenakan biaya

tambahan
Rp.20.000/m2)
16 Konstruksi Billboard papan iklan Rp.500.000/Unit 1, 00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
reklame/papan 0,325 0,225
nama Papan nama (berdiri Rp.200.000/Unit 1, 00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
sendiri atau berupa 0,325 0,225
tembok pagar)
17 Fonasi mesin (diluar Rp.500.000/Unit 1, 00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
bangunan) mesin 0,325 0,225
18 Konstruksi menara Rp.150.000.000/Unit 1, 00 0,65 x 50% = 0,45 x 50% =
televisi (luas maksimum 100 0,325 0,225
m apabila ada
penambahan luas
unit,
dikenakan biaya
tambahan
Rp.1.000.000 / m)
19 Konstruksi antena 1, 00
0,65 x 50 % = 0,45 x 50 % =
radio 0,325 0,225
1) Standing tower Ketinggian 25-50 m Rp 50.000.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 % =
dengan 0,325 0,225
konstruksi 3-4 Ketinggian 51-75 m Rp. 75.000.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 % =
kaki: 0,325 0,225
Ketinggian 76-100 m Rp.100.000.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 % =

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 161 -

0,325 0,225
Ketinggian 101-125 m Rp.125.000.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 % =
0,325 0,225

Indeks Prasarana Bangunan


Gedung (I)
Rusak
Rusak
Harga Satuan Berat
Sedang/
Retribusi Prasarana Pekerjaan
No Jenis Prasarana Bangunan Pekerjaan
Pemb. Konstruksi
Konstruksi
(HSPBG) Sebesar
Baru Sebesar
45% Dari
65% Dari
Bangunan
Bangunan
Gedung
Gedung

Ketinggian 126-150 m Rp 135.000.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 % =


0,325 0,225
Ketinggian diatas 150 Rp.150.000.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 % =
m 0,325 0,225
2) Sistem guy wire/ Ketinggian 0-50 m Rp.450.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 % =
0,325 0,225
bentang kawat: Ketinggian 51-75 m Rp.650.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 % =
0,325 0,225
Ketinggian 76-100 m Rp.450.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 % =
0,325 0,225
Ketinggian diatas 100m Rp.650.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 % =
0,325 0,225
20 Konstruksi antena a) Ketinggian kurang Rp 40.000.000/ 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 %
(tower /telekomuni- dari 25 m Unit 0,325 = 0,225
kasi) b)Ketinggian 25-50 Rp 75.000.000/ 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 %
m Unit 0,325 = 0,225
c) Ketinggian diatas Rp 100.000.000/ 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 %
50 m Unit 0,325 = 0,225
Menara mandiri 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 %
0,325 = 0,225
a) Ketinggian kurang Rp 30.000.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 %
dari 25 m 0,325 = 0,225
b)Ketinggian 25-50 Rp 60.000.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 %
m 0,325 = 0,225
c) Ketinggian diatas Rp 90.000.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 %
50 m 0,325 = 0,225
21 Tangki tanam Rp 6.000.000/Unit 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 %
bahan 0,325 = 0,225
bakar

22 Pekerjaan drainase saluran Rp 1.000/m' 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 %


(dalam persil) 0,325 = 0,225
Kolam tamping Rp 1.500/m2 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 %
0,325 = 0,225
23 Konstruksi Rp 100.000/m3 1, 00 0,65 x 50 % = 0,45 x 50 %
penyimpanan/silo 0,325 = 0,225

II. Retribusi Perpanjangan Tenaga Kerja Asing


Besarnya tarif Retribusi ditetapkan sebesar USD 100 (seratus dolar Amerika Serikat) per
jabatan per orang per bulan sebagai penerimaan negara bukan pajak atau pendapatan
daerah berupa Retribusi Daerah untuk setiap tenaga kerja asing.

BUPATI PUNCAK JAYA,

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA


- 162 -

TUMIRAN

RAPERDA PDRD KAB.PUNCAK JAYA

Anda mungkin juga menyukai