OLEH
KELOMPOK 3
TAHUN 2021
BAB 1
LATAR BELAKANG
A. Pendahuluan
Indonesia merupakan Negara bahari dan Negara kepulauan terbesar didunia yang
memiliki garis pantai terpanjang kedua didunia setelah kanada 81.000 Km. Indonesia yang
sebagian besar wilayahnya berada di pesisir dan memiliki potensi kelautan yang cukup besar,
bahkan kehidupan pesisir sering di identikan dengan kemiskinan. Kesulitan untuk melepakskan
diri dari belenggu kemiskinan karena mereka didera oleh beberapa keterbatasan dibidang
kualitas sumberdaya manusia, akses dan penguasaan teknolgi, pasar, dan modal. Kebijakan dan
implementasi program-program pembangunan untuk masyarakat pesisir hingga saat ini dapat
dikatakan masih belum optimal dalam memutuskan rantai kemiskinan dan meningkatkan
wilayah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung pada pemanfaatan sumber
daya laut dan pesisir. Masyarakat pesisir sendiri bukan hanya nelayan, melainkan juga
pemberdayaan ikan, pengolah ikan, bahkan pedagang ikan. Sedangkan Kemiskinan masyarakat
pesisir dikategorikan sebagai kemiskinan struktural, kemiskinan super struktural, dan kemiskinan
cultural. Bebrapa pakar ekonomi mengatakan bahwa nelyan tetap mau untuk tinggal dalam
lingkaran kemiskinn karena kehendaknya untuk menjalani hidup. Mereka memperoleh kepuasan
keterbatasan di bidang kualitas sumberdaya manusia, akses dan penguasaan teknologi, pasar, dan
kawasan pesisir hingga saat ini masih belum optimal dalam memutus mata rantai belenggu
Pada umumnya, masyarakat nelayan kita termaksud nelayan Madura di jawa timur,
menghadapi empat masalah penting yang mengembangkan masalah ekonominya yaitu (1) biaya
investasi yang besar untuk pembelian/pengadaan sarana an prasarana penangkapan, (2) biaya
berkala untuk perbaikan dan pemeliharaan sarana dan prasarana penangkapan, (3) biaya
operasional harian atau setiap kali melaut, dan (4)pemasaran hasil tangkap, yang sering fluktuatif
sehingga merugikan nelayan. Keempat masalah tersebut tidak dapat diselesaikan sendiri oleh
nelayan, karena berbagai keterbatasan sosial ekonomi. Oleh sebab itu, untuk membantu
berbagai belahan dunia mana pun, nelayan dan pedagang perantara terikat oleh hubungan kerja
sama yang kuat untuk kepentingan jangka pajang. Menurut Acheson kerja sama ini di
maksudkan oleh nelayan untuk membantu mengurangiketidakpastian dalam pemasaran ikan dan
memenuhi kebutuhan modal usaha. Demikian juga, dalam studinya tenyang masyarakat nelayang
di sumenanjung Malaya, antropolog Firth (1946: 185), mengatakan bahwa tugas utama pedagang
perantara ( disebut peraih dalam bahasa Melayu) adalah meyelenggarakan kegiatan besar secara
terus –menerus agar ikan tetap tesedia untuk konsumen dan menyelamakan harga ikan ketika
penting, sehingga kedudukan sosialnya dalam masyarakat nelayan tidak bisa diabaikan. Dalam
sedangkan sistem yang mengatur kerja sama ekonomi antara pengamba dengan nelayan disebut
sistem amba’an. Setiap daerah di Indonesia memiliki istilah yang berbeda-beda untuk menyebut
B. Rumusan Masah
Adapun rumusan masalah yang diambil dari pembahasan diatas adalah sebagai berikut:
Nelayan Madura merupakan salah satu kelompok etnik di indonesia yang memiliki
besar atau terbatas menyebar di berbagai wilayah jawa timur,yakni di desa-desa pesisir
Jelajah daerah tangkapan (fishing grounds) nelayan-nelayan Madura di pesisir utara pulau
Madura bisa mencapai perairan Sulawesi selatan dan Kalimantan selatan. Nelayan-
nelayan dari dari muncar dapat mencari ikan keperairan selatan pulau Bali. Nelayan-
nelayan Madura kepulauan dari pulau Raas dan pulau tonduk menangkap tripang hingga
kelaut timor, laut arafura dan perairan laut Papua utara. Mobilitas pelaut nelayan-nelayan
sebagian besar nelayan Madura menangkap ikan di wilayah perairan Jawa Timur,
khususnya diperairan selat Madura, laut jawa, laut flores, selat bali, dan perairan selatan
Dalam aktivitas ekonomielayan Madura, terdapat dua pihak yanh berperan besar, yaitu:
Huhungan kerja sama kedua bela pihak di ikat oleh perasaa saling percaya dan pemberian
perahu.Hubungan kerja kedua pihak tidak semata-mata hubungan ekonomi tetapi lebih
ini sedang terjadi di beberapa desa di nelayan Madurasetelah krisis ekonomi, kenaikan
harga bahan bakar minyak (BBM) dan terjadinya kelangkaan SDM dalam rektrumen
pandhiga.
Kedua adalah pangamba pihak kedua ini menyediakan pinjaman modal atau dana kontan
besaran pinjaman bergantung pada kondisi dan jenis perahu dan alat tangkapnya, jumlah
kedekatan hubungan sosial, kemajuan perahu dalam memperoleh hasil tangkapan, dan
kemampuan ekonomi rumah tangga pemilik perahu. Pinjaman yang diberikan pangamba
dan kebutuhan mendadak lainnya, seperti sait, biaya pendidikan anak-anak, dan hajatan.
Besar kecilnya nilai pinjaman bergantung pada kejujuran, keaktifan melaut, tanggung
Pinjaman tersebut bersifat mengikat nelayan dan jika nelayan memutuskan kerja sama
ekonomi dengan seorang bangamba karena suatu hal, maka nelayan harus melunasi
pemberian pinjaman kepada nelayan tersebut adalah berupa potongan harga ikan per Kg
atau per perkerajang dari nilai jual hasil tangkapan nelayan yang dipasarkan oleh
pangamba. Besarnya rata-rata berkisar antara 10%-20% dari total hasil penjualan yang
diperoleh, walaupun dalam praktiknya sangat lentur. Misalnya, jika dari hasil penjualan
Selain pinjaman ikatan berjangka panjang pangamba juga memberikan pinjaman yang
bersifat mendesak kepada neyalan, yang harus dikembalikan dalam jangka pendek sesuai
dengan kesepakatan. Pinjaman ini digunakan untuk berobat, biaya anak-anak hajatan, dan
keperluan lainnya. Pinjaman tersebut tidak dikenakan bunga.. Pinjaman jangka pendek
merupakan bentuk kepedulian sosial pangamba yang juga ditujukan untuk menpererat
yang berdimensi sosial menjadi penguat bagi berakarya system ambaan pada masyarakat
nelayan Madura
Kekokohan sistem ambaan pada masyarakat nelayan Madura dalam bersaing dengan
lembagapendanaan lainnya dapat dilihat pada kasus di desa nelayan, patondu, pamekasan
utara, pulau Madura, Studi antropolog Belanda, Jodaan dan Niehof (1982: 82-97)di dsa
nelayn tersebut menunjukkan bahwa introduksi kelembagaan ekonomi yang baru dari
pemerintah, yaitu KUD Mina /TPI untuk menunjang modernisasi perikanan teryata
mengalami kegagalan fungsi secara total karena kalah bersaing dengan system ambaan.
Filosofi yang dibawa oleh pemerintah dengan memunculkan lembaga KUD Mina /TPI
adalah untuk memerangi atau menegasikan kedudukan dan peranan pangamba dan system
ambaan karena dianggap sebagai “rentenir” lintah darat, atau pengijon (seperti di kalangan
petani) yang merugikan nelayan. Bahkan kegagalan pembangunan masyarakat
nelayan,seperti masih adanya kemisknan, jarinan utang –piutang yang kompleks dan
masalah sosial lainnya sering dianggap oleh para birokrat pemerintah daerah sebagai akibat
memiliki kedudukan yang kokoh dan berperan besar dalam aktifitas ekonomiperikanan
tangkap masyarakat nelayan Madura adalah sebagi berikut: Pertama, system pembagian
kerja secara seksual yang berlaku pada masyarakat nelayan Madura. System ini
memempatkan ranah kerja kaum laki-laki (nelayan) berada di laut, sedangkan kaum
sebagian besar kam perempuan mengambil peranan penting dan domiman dalam kegiatan
pengasapan ikan, pedagangan ikan segar, pembuatan terasi dan petis, krupuk ikan, membuka
took dan warung, dan sebagai pangamba pekerjaan-pekerjaan ini membutuhkan ketekunan
dan keseriusan, sedangkan para nelayan tidak memiliki cukup kesempatan mendalami
Karena itu pangamba mengambil ahli peran dalam kegiatan ekonomi perikanan di darat.
Kedua, karakteristik kegiatan penangkapan yang bersifat musiman, resiko keselamatan dan
ekonomi selama di laut, dan ketidskpastian (nilai produktifitas tangkapan) sehingga hal ini
membawa implikasi pada perolehan pendapatan yang tidak stabil dan brkelanjutan. Ketiga,
biaya investasi, pemeliharaan, dan penggantian alat tangkap yang rusak cukup mahal,
sedangkan pada sisi lain, tingkat pendapatan nelayan sangat bergantung pada kondisi-
kondisi alam yang tidak pasti. Karena itu, sokongan modal usaha dari pangamba sangat di
butuhkan. Keempat, ikan meripakan suatu komoditas yang mudah rusak ( a highly
perishable commodity). Kondisi produk yang demikian sangat potensial menurunkan harga
jual, sehingga diperlukan penangan yang cepat untuk bisa segera dipasarkan. Kerentanan
dalam pemesanan ikan sangat di rasakan di desa-desa nelayan yang jauh dari pusat-pusat
kegiatan ekonomi wilayah. Aga akses kepemesanan berlangsung lancar dan efektif
diperlukan infrastrktur dan jejaring ekonomi yang baik. Kelima, selama ini belum ada
nelayan Madura, para birokrat perbankan serig berasumsi bahwa pemberian kredit ke
nelayan sangat beresiko secara ekonomis, sehingga dikhawatirkan bisa merugikan lembaga
perbankan. Pangamba dan system ambaan merupakan institusi sosial yang lebih awal lahir
dan hadir dalam masyrakat nelayan. Bahkan pada masa-masa awal modernisasi perikanan,
pangamba menganbil peranan yang sangat penting untuk mendukungnya. Karena itu, jika
ada lenbaga-lembaga pendanaan yang hadir kemudian, tetapi tidak menawarkan system
pengaksesan dan peminjaman yang lebih mudah dan menguntungkan nelayan daripada
system ambaan niscaya hal ini tidak akan memperoleh tempat dalam hati masyarakat
nelayan.
Kelima faktor kontekstual diatas secara factual telah memberikan kontribusi untuk
Madura. Fakta sosial ini menujukkan bahwa pangamba dan system ambaan merupakan
bagian integral dari system sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat nelayan Madura.
kebutuhan modal usaha dan kebutuhan hidup sehari-hari para nelayan, denhan prosedur
yang mudah dipahami. Kedua pangamba berperan penting dalam pemasaran hasil
tangkapan nelayan. Ketiga pangamba dan system ambaan merupakan bagian integral dari
system sosia, budaya, dan ekonomi masyarakat nelayan Madura. Dan keempat atas dasar
ketiga hal di atas, pangamba dan system ambaan merupakan modal sosial dan
pembangunan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang dapat diambil yaitu, dalam masyarakat nelayan Madura pangamba
atau pedagang perantara memiliki kedudukn yang pentng sebagai pelaku ekonomi di
kawasan pesisir. Kedudukan yang pentig tersebut ditandai dengan peranan dominan
memenuhi kbutuhan hidup nelayan. Kerja ama antara pangamba dan nelayan tidak semata-
B. Saran
Saran yang penulis dapat sampaikan yaitu seharusnya lembaga keuangan formal seperti
nelayan Madura.
DAFTAR PUSTAKA
47,48,49,51,52,53,54,55,56,57,59hlm.