Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KESELURUHAN ILMU TAJWID

MARSENA ARIFIN
XI IPS

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karuniaNya kami dapat meyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang satu apapun. Tak lupa
pula kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah SAW. Semoga
syafaatnya mengalir kepada kita di akhir kelak.Selama proses penyusunan makalah, kami
mendapat bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak.

Akhirulkalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Besar
harapan kami agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak..

Buol, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3

A. Pengertian Tajwid ................................................................................................ 3


B. Sejarah Kemunculan Ilmu Tajwid ........................................................................ 4
C. Perkembangan Ilmu Tajwid ..................................................................................5
D. Membaca Al-Qur’an dengan bertajwid dan tidak bertajwid.................................6
E. Objek Kajian Ilmu Tajwid ................................................................................... 8
F. Objek Kajian Ilmu Tajwid .................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................................13

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 13
B. Saran ...................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Tajwid adalah sebuah ilmu tentang kaidah serta cara – cara membaca Al-Qur’an
dengan sebaik – baiknya. Memelihara bacaan Al-Qur’an dari kesalahan dan perubahan serta
memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca merupakan tujuan dari Ilmu Tajwid. Belajar
Ilmu Tajwid hukumnya fardhu kifayah, sedang membaca Al-Qur’an dengan baik (sesuai
dengan Ilmu Tajwid) hukumnya fardhu ‘Ain. Banyak dalil wajib mewajibkan mempraktekan
tajwid dalam setiap pembacaan Al-Qu’an.
Salah satunya adalah “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan / tartil
(bertajwid)” [Q.S Al-Muzzammil (73):4]. Salah satu ayat ini sudah jelas bahwa Allah SWT
memerintahkan Nabi SAW untuk membaca Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dengan
tartil, yaitu memperindah penucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).
Pengenalan Ilmu tajwid untuk anak-anak tingkat madrasah ataupun setara dengan SD
sudah diajarkan, namun permasalahannya adalah siswa kurang memperhatikan guru saat
mengajar dikarenakan Ilmu Tajwid ini susah dan membosankan untuk dipelajari. Seperti yang
diketahui bersama permasalahan ini disebabkan karena kurangnya motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu sangatlah penting bagi para guru dalam menemukan
metode-metode yang efektif untuk meningkatkan motivasi siswa-siswi mereka.

1
B. Rumusan Masalah
1. membaca Al-Qur’an dengan bertajwid dan tidak bertajwiD
2. Objek kajian ilmu tajwiD
3. Hukum nun mati

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui cara membaca Al-qur’an yang benar dengan bertajwid
2. Mengetahui tentang tajwid

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tajwid
Secara bahasa, kata tajwid merupakan bentuk mashdar dari katajawwada yang berarti
memperbaiki/memperindah (at tahsin).[2]Sedangkan menurut istilah, tajwid adalah:

‫إخراج كل حرف من مخؤجه وإعطاءه حقّه ومستحقّه من الصفات‬

“Mengucapkan setiap huruf dari tempat keluarnya serta memberikan haq dan mustahaq
dari sifat-sifatnya”.

Haq huruf adalah sifat-sifat yang lazim pada huruf seperti hams, jahr,syiddah,
rakhawah, dll. Sedangkan mustahaq huruf adalah sifat-sifat huruf yang tidak tsabit padanya
yang sekali-kali ada dan sekali-kali tidak ada. Di antaranya sifat tarqiq yang muncul dari sifat
istifal atau sifattafkhim yang muncul dari sifat isti’la, ikhfa, mad, qashr, dll.

Menurut as-Suyuthi, tajwid adalah hiasan bacaan, yaitu memberikan kepada setiap
huruf hak-haknya dan urutan-urutannya serta mengembalikan setiap huruf kepada makhraj dan
asalnya, melunakkan pengucapan dengan keadaan yang sempurna, tanpa berlebih-lebihan dan
memaksakan diri.

Oleh karena itu, ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang pemenuhan haq dan
mustahaq huruf meliputi tempat keluar huruf (makhraj) dan sifat-sifatnya. Sebenarnya, tata
cara pembacaan al-Qur`an sesuai dengan haq dan mustahaq huruf telah termaktub dalam al-
Qur`an Surah al-Isra ayat 106: “Dan al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-
angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian.”

Ayat tersebut menunjukkan adanya tata cara atau sifat tertentu dalam membaca al-
Qur`an yang telah diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad Saw dan kemudian dirangkum
oleh para ulama, hingga mereka mengistilahkannya dengan ilmu tajwid. Selain ilmu tajwid,
ilmu tentang tata cara membaca al-Qur`an dikenal juga dengan nama fannut tartil danhaqqut
tilawah.

3
Urgensi pembacaan al-Qur`an dengan tajwid dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu, pertama,
adanya riwayat yang memerintahkan untuk membaca al-Qur`an dengan tajwid, sebagaimana
yang dikutip oleh as-Suyuthi dalam kitab ad-Dani bahwa Ibn Mas’ud berkata: Bacalah al-
Qur`an dengan tajwid. Kedua, menjaga lidah dari lahn (kesalahan) ketika membaca al-
Qur`an. Sebab, ulama menganggap bacaan tanpa tajwid sebagai lahn (kesalahan). Lahn ada
dua macam yaitu jali dan khafi. Lahnyang jali adalah kesalahan yang tampak jelas dan
diketahui oleh ahliqiraah dan orang lain. Sedangkan lahn khafi adalah kesalahan yang samar
yang hanya diketahui oleh ahli qiraah dan orang yang mahir bacaan al-Qur`annya.

B. Sejarah Kemunculan Ilmu Tajwid


Salah satu riwayat yang menjelaskan tentang tata cara membaca al-Qur`an dengan baik
dan benar adalah riwayat yang disampaikan oleh Musa Ibn Yazid al-Kindi, ia berkata;

‫ ما هكذا‬:‫ فقال ابن مسعود‬,‫ مرسلة‬,‫ انما الصدقت للفقراء والمسكين‬:‫كان ابن مسعود يقرئ القرأن رجال فقرأ الرجل‬
.‫ فمدّها‬,‫ انما الصدقت للفقراء والمسكين‬:‫ أقرأنيها‬:‫ كيف أقرأكها يا أبا عبد الرحمن؟ قال‬:‫ قال‬,‫أقرأنيها رسول هللا‬

“Ibn Mas’ud mengajarkan al-Qur`an kepada seseorang, lalu orang itu membaca ‫انما‬
‫( الصدقت للفقراء والمسكين‬at-Taubah:60) dengan memendekkan lafadz al-fuqara, maka Ibn
Mas’ud berkata: ‘tidak seperti itu Rasulullah mengajarkan bacaan kepadaku’. Orang itu
bertanya: ‘Bagaimana beliau mengajarkan qiraah kepadamu, wahai Abu
Abdurrahman?’ Ibn Mas’ud menjawab: ‘Beliau membacakannya kepadaku ‫انما الصدقت‬
‫للفقراء والمسكين‬yaitu dengan memanjangkan lafadz al-fuqara.

Berdasarkan riwayat tersebut, dapat diketahui bahwa cara membaca al-Qur`an dengan
benar telah sejak awal diajarkan oleh Rasulullah Saw, sehingga jika dilihat dari sisi ‘amaliyah
(praktik), peletak dasar ilmu ini adalah Rasululullah Saw. Selain itu, ada beberapa hal yang
menegaskan hal tersebut, seperti pembacaan al-Qur`an secara perlahan-lahan (QS. Al-Isra:
106) dan perintah untuk membaca al-Qur`an secara tartil (QS. Al-Muzzammil: 4). Kemudian,
tuntunan bacaan al-Qur`an tersebut dilanjutkan kepada sahabat, tabi’in, hingga sekarang.

Sedangkan dari sisi nazhariah (teori), peletak dasar ilmu tajwid adalah para imam
qiraah. Para ulama berbeda pendapat tentang orang yang pertama kali meletakkan dasar-dasar
ilmu tajwid. Ada yang mengatakan Abul Aswad ad-Duali, ada yang berpendapat Abu Ubaid
al-Qasim bin Salam. Ada juga yang berpendapat al-Khalil bin Ahmad. Sedangkan pendapat
yang kuat untuk peletak dasar ilmu tajwid adalah Abu Muzahim Musa bin Ubaidillah al-

4
Khaqani dengan karyanya yang dikenal dengan nama al-Qashidah al-Khaqaniyah. Pendapat ini
salah satunya dipegang oleh Ibn al-Jazari yang mengatakan:

‫هو ّأول من صنّف في التجويد‬

“Dia (Abu Muzahim al-Khaqani) adalah orang yang pertama kali menulis tentang
tajwid.”

Tulisan Abu Muzahim tersebut sangat berpengaruh bagi perkembangan ilmu tajwid
pada masa-masa selanjutnya. Hal ini dibuktikan dengan munculnya ulama-ulama yang menulis
karya tentang ilmu tajwid,:

1. Kitab at-tanbih ‘ala al-lahnil Jali wal Lahnil Khafi, karya Abul Hasan Ali bin Ja’far bin
Muhammad as-Sa’idi ar-Razi (w. 410 H).
2. Kitab ar-Ri’ayah li Tajwidil Qira`ah wa Tahqiqi Lafdzi at-Tilawah, karya Abu
Muhammad Makki bin Abu Thalib al-Qaisi (w. 437 H).
3. Kitab at-Tahdid fil Itqan wat Tajwid, karya Abu Amr Utsman bin Sa’id ad-Dani (w.
444 H).

C. Perkembangan Ilmu Tajwid


Seiring dengan perkembangan zaman, pencetakan al-Qur`an semakin banyak memiliki
inovasi-inovasi baru. Salah satu inovasi dalam pencetakan al-Qur`an juga menyentuh ranah
ilmu tajwid. Menurut Ingrid Mattson, pada awal 1990-an, inovasi penting dalam bidang
pencetakan mushaf menyebar cepat di seluruh dunia Islam. Inovasi itu adalah penemuan sistem
penulisan huruf dalam warna yang berbeda untuk menandakan bunyi yang dikehendaki ilmu
tajwid. Sistem ini dikembangkan oleh seorang insinyur Syiria yang belajar tajwid kepada
seorang ulama di Damaskus. Buku tajwid Qur`an telah disahkan secara resmi oleh para ulama
al-Azhar di Kairo dan diterbitkan oleh Dar al-Ma’rifah. Tajwid Qur`an ini lebih mudah diakses
dan digunakan dibandingkan dengan teks-teks abad pertengahan seperti karya al-Dani, al-
Syatibi, Ibn al-Jazari, dll.
Di Indonesia, perkembangan produksi mushaf muncul sejak awal dasawarsa 2000-an,
ketika teknologi computer semakin maju dan dimanfaatkan oleh para penerbit. Perubahan itu
sangat mencolok dalam hal kaligrafi teks mushaf. Salah satunya adalah pewarnaan pada teks
al-Qur`an berkaitan dengan tajwid. Hal ini bertujuan untuk menuntun para pembaca al-Qur`an
yang masih awam dalam ilmu tajwid, dengan memberi warna tertentu terkait hukum bacaan
dalam ilmu tajwid.

5
Selain itu, dalam dunia modern, kajian ilmu tajwid juga sering dihubungkan dengan
fonetik dan fonologi al-Qur`an. Fonetik adalah ilmu yang membicarakan masalah bunyi tanpa
memperhatikan fungsi dan makna yang dikandung oleh bunyi itu. Bunyi dipelajari sebagai
suatu gejala alami, contoh kajiannya adalah membahas organ bicara, makhraj dan sifat bunyi.
Sedangkan fonologi adalah ilmu bunyi yang membahas tentang bunyi bahasa tertentu
dengan mempertimbangkan fungsi dan makna yang dikandungnya. Contoh kajiannya adalah
modifikasi bunyi: idgham, ikhfa, imalah, isymam, panjang-pendek, dan waqaf.

D. Membaca Al-Qur’an dengan bertajwid dan tidak bertajwid


Dalam membaca Al-Quran agar dapat mempelajari, membaca dan memahami isi dan
makna dari tiap ayat Al-Quran yang kita baca, tentunya kita perlu mengenal, mempelajari ilmu
tajwid yakni tanda-tanda baca dalam tiap huruf ayat Al-Quran. Guna tajwid ialah sebagai alat
untuk mempermudah, mengetahui panjang pendek, melafazkan dan hukum dalam membaca
Al-Quran.
Tajwīd (‫ )تجويد‬secara harfiah mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok dan
indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata ” Jawwada ” (-‫يجود‬
ّ -‫جود‬
ّ
‫ )تجويدا‬dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari
tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu
yang mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat
dalam kitab suci Al-Quran maupun Hadist dan lainnya.
Dalam ilmu tajwid dikenal beberapa istilah yang harus diperhatikan dan diketahui
dalam pembacaan Al-Quran, diantaranya :
1. Makharijul huruf, yakni tempat keluar masuknya huruf
2. Shifatul huruf, yakni cara melafalkan atau mengucapkan huruf
3. Ahkamul huruf, yakni hubungan antara huruf
4. Ahkamul maddi wal qasr, yakni panjang dan pendeknya dalam melafazkan ucapan
dalam tiap ayat Al-Quran
5. Ahkamul waqaf wal ibtida’, yakni mengetahui huruf yang harus mulai dibaca dan
berhenti pada bacaan bila ada tanda huruf tajwid
6. dan Al-Khat dan Al-Utsmani
Arti lainnya dari ilmu tajwid adalah melafazkan, membunyikan dan menyampaikan
dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan dalam ayat Al-Quran. Menurut para
Ulama besar menyatakan bahwa hukum bagi seseorang yang mempelajari tajwid adalah Fardhu

6
Kifayah, yakni dengan mengamalkan ilmu tajwd ketika memabaca Al-Quran dan Fardhu ‘Ain
atau wajib hukumnya baik laki-laki atau perempuan yang mu’allaf atau seseorang yang baru
masuk dan mempelajari Islam dan KitabNya.
Mengenal, mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid berserta pemahaman akan ilmu
tajwid itu sendiri merupakan hukum wajib suatu ilmu yang harus dipelajari, untuk menghindari
kesalahan dalam membaca ayat suci Al-Quran dan melafazkannya dengan baik dan benar
sehingga tiap ayat-ayat yang dilantunkan terdengar indah dan sempurna.
Berikut ini ada dalil atau pernyataan shahih dari Allah SWT yang mewajibkan setiap
HambaNya untuk membaca Al-Quran dengan memahami tajwid, diantaranya :
1. Dalil pertama di ambil dari Al-Quran. Allah SWT berfirman dalam ayatNya yang
artinya “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)”[QS:Al-
Muzzammil (73): 4]. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan
Nabi Muhammad untuk membaca Al-Quran yang diturunkan kepadanya dengan tartil,
yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).
2. Dalil kedua diambil dari As-Sunnah ( Hadist ) yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah
r.a.(istri Nabi Muhammad SAW), ketika beliau ditanya tentang bagaimana bacaan Al-
Quran dan sholat Rasulullah SAW, maka beliau menjawab: ”Ketahuilah bahwa
Baginda S.A.W. Sholat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat
tadi, kemudian Baginda kembali sholat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur
tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga
menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan
Rasulullah S.A.W. dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan)
huruf-hurufnya satu persatu.” (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).
3. Dalil ketiga diambil dari Ijma atau pendapat para ulama besar Islam. Yakni kesepakatan
para ulama yang dilihat dari zaman Rasulullah SAW hingga sampai saat ini, yang
menyatakan bahwa membaca Al-Quran dengan ber-Tajwid merupakan hukum atau
sesuatu yang fardhu dan wajib.

7
E. Objek Kajian Ilmu Tajwid
Secara umum, pokok bahasan ilmu tajwid adalah lafadz-lafadz al-Qur`an. Oleh karena
itu, ilmu tajwid merupakan ilmu yang berhubungan dengan al-Qur`an yang memiliki
karakteristik tersendiri. Dengan mempelajari ilmu tajwid, maka akan mengurangi celah
kesalahan dalam membaca al-Qur`an. selain itu, dengan menggunakan tajwid akan
mengantarkan kepada pembacaan al-Qur`an secara tartil sebagaimana yang telah diperintahkan
Allah Swt dalam Surah al-Muzzammil ayat 4: “Dan bacalah al-Qur`an itu dengan perlahan-
lahan.”
Menurut Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah, kata rattala dan tartilterambil dari
kata ratala yang berarti serasi dan indah, sehingga tartil al-Qur`an adalah membaca al-Qur`an
dengan pelahan-lahan sambil memperjelas huruf-huruf berhenti dan memulai (ibtida`)
sehingga pembaca dan pendengarnya dapat memahami dan menghayati kandungan pesan-
pesannya.
Lebih terperinci lagi ada tiga cara membaca al-Qur`an yaitu, pertama,tahqiq, yaitu
memberikan kepada setiap huruf hak-haknya, seperti menyempurnakan mad,
menyempurnakan harakat dengan tidak memberikan sukun kepada huruf yang berharakat,
mengeluarkan huruf sesuai dengan tempatnya, dll. Ulama qiraah yang membaca dengan cara
ini adalah Hamzah dan Warasy. Kedua, hadr, yaitu bacaan cepat dengan tetap menjaga dan
memperhatikan kaedah-kaedah tajwid dengan cermat, dan hendaknya seorang qari berhati-hati
dari memotong hurufmad, menghilangkan suara ghunnah, atau ikhtilas (membaca sebagian)
harakat. Ulama qiraah yang menggunakan cara ini adalah Ibn Katsir dan Abu Ja’far. Ketiga,
tadwir, yaitu bacaan yang sedang/tengah antara tahqiq (perlahan) dan cepat (hadr). Inilah yang
diriwayatkan dari kebanyakan imam qiraah. Perlu diketahui, dari tiga tingkatan tersebut, istilah
tartil mencakup seluruhnya.
Membaca al-Qur`an dengan tartil menurut beberapa ulama dianjurkan (mustahab) guna
mentadabburi ayat-ayat al-Qur`an, khususnya bagi ‘ajami(non Arab) yang tidak mengetahui
makna al-Qur`an. Bahkan, sebenarnya bukan hanya untuk ‘ajami saja, tetapi untuk semua
umat Islam, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Qudamah bahwa para ulama sepakat
mentartilkan dan membaguskan bacaan al-Qur`an adalah sunah. Membahas ilmu tajwid,
setidaknya mencakup empat hal mendasar, yaitu:
1. Ma’rifah makharij al-huruf, mengenal tempat-tempat keluarnya huruf.
2. Ma’rifah shifatiha, mengenal sifat-sifat huruf.

8
3. Ma’rifah maa yatajaddadu laha bisababin at-tarkib min al-ahkam, mengenal hukum-
hukum yang muncul bagi huruf dengan sebab tarkib(susunan huruf dengan huruf
lainnya).
4. Riyadhah al-lisan wa katsrah at-tikrar, latihan lidah dan banyak mengulang.
Sedangkan menurut as-Suyuthi, cakupan ilmu tajwid meliputi tata cara waqaf, imalah,
idgham, hukum-hukum hamzah, tarqiq, tafkhim, dan makhraj-makhraj huruf. Hal tersebut
secara tersirat telah ditekankan oleh Ibn al-Jazari, beliau berkata:

‫وال شكّ أن هذه األ ّمة كماهم متعبّدون بفهم معاني القرأن وإقامة حدوده متعبّدون بتصحيح ألفاظه وإقامة حروفه‬
‫على الصفة المتلقّاة من أئ ّمة القراءة المتّصلة بالحضرة النبويّة األفصحيّة العربيّة الّتي ال تجوز مخالفتها‬

“Tidak ada keraguan bahwa umat ini sebagaimana mereka itu beribadah dengan cara
memahami makna al-Qur`an dan menegakkan hukum-hukumnya, juga beribadah
dengan cara memperbaiki lafadz-lafadznya, dan menegakkan huruf-hurufnya sesuai
dengan sifat yang diambil para imam qiraah yang bersambung sampai kepada Nabi Saw
yang bahasa Arabnya paling fasih, yang kita tidak boleh menyelisihinya.”

F. Hukum Nun Mati dalam Tajwid


Hukum tajwid bacaan nun mati atau sukun dan tanwin bertemu dengan 28 huruf
hijaiyah itu ada yang mengatakan 4 dan 5 , kalau di dalam kitab Syifaul Jinan
(Hidayatusshibyan) itu disebutkan ada 5 sedangkan di kitab tuhfatul athfal itu ada 4. Dan jika
sobat ditanya seseorang atau menjawab soal ujian tes , ada berapakah hukum nun mati dan
tanwin itu ? sobat bisa menjawab 4 atau 5 , itu tergantung dari kitab yang sobat pelajari , jika
nanti sobat disalahkan , nanti sobat bisa menjelaskan apa alasanya tadi.
Sebenarnya hukum bacaan nun sukun dan tanwin itu antara kitab syifaul janan dan kitab
tuhfatul athfal itu hampir sama, cuman letak perbedaanya ada pada bagian idghom , kalau
di Syifâ'al-Jinân fî Tarjamah Hidâyah al-Shibyân karangan simbah Ahmad Muthahhar ibn
Abdurrahman al-Maraqi al-Samarani pengasuh pondok futuhiyyah mranggen idgham dihitung
2 yaitu idgham bighunnah dan idghom billaghunnah jadi totalnya ada 5 , sedangkan di kitab
tuhfatul athfal idgham cuman ada 1 ( tapi nanti di perinnci lagi jadi 2 ) jadi karena idghamnya
cuman di sebutkan 1 totalnya ada 4.
Setelah kita mengetahui perbedaanya , langsung saja mari kita cari tahu pengertian
hukum bacaan nun mati dan sukun satu persatu beserta dengan contohnya. Oh iya sebelum kita

9
masuk ke materi , alangkah baiknya jika kita tahu skemanya , untuk itu saya berikan skema
hukum nun mati atau sukun kepada sobat tercinta berikut ini :

1. Hukum Bacaan Nun Mati dan Tanwin Ketika Bertemu Huruf Hijaiyah
Dalam memmbaca Al-Qur'an kita tidak boleh membacanya dengan sembarangan, salah
baca dikit saja, maka artinya pun juga berbeda. maka dari itu kita perlu ilmu yang
namanya ilmu tajwid, salah satu ilmu tajwid adalah tentang hukum bacaan nun sukun
atau nun mati serta tanwin bertemu dengan ke 28 huruf hijaiyah , yaitu sebagai berikut
:
a. Pengertian dan Contoh Idzhar Halqi
Idzhar adalah Apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf
halqi yakni : hamzah, kha, kho’, ‘ain, ghain , ha ( ‫ ) ء ه ح خ ع غ‬maka hukum
bacaannya adalah idzhar halqi yang berarti harus dibaca terang dan jelas
seperti contoh idzhar dibawah ini :
‫غَف ْور َحلِيم‬, ‫مِ ْنه‬, َ‫أمََ ن‬
َ ‫من‬

b. Pengertian dan Contoh Idghom bighunnah

10
Idgham bighunnah adalah Apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah
satu huruf ya’, nun, mimi, dan wawu (‫ )ي ن م و‬maka hukum bacaannya disebut
idghom bighunnah) (‫ إدغام بِغنَّة‬yang berarti harus dibaca dengan dimasukkan atau
ditasydidkan kedalam salah satu huruf yang empat itu dengan suara mendengung.
Seperti contoh dibawah ini :
‫ َم ْن َمنَ َع‬, ‫مِ ْن ن ْور‬, ‫َم ْن يَق ْول‬

c. Pengertian dan Contoh Bacaan Idghom Bilaghunnah


Idgham Billaghunnah adalah Apabila ada nun sukun dan tanwin bertemu dengan
salah satu huruf lam‫ ) )ل‬dan ra' (‫ )ر‬maka hukum bacaannya adalah idghom bila
ghunnah (‫ )إدغام بالغنًة‬yang membacanya dengan cara memasukkan dengan tanpa
mendengung. Seperti contoh dibawah ini :
‫ َم ْن لَ ْم‬, ‫مِ ْن َر ِب ِه ْم‬

d. Pengertian Bacaan Iqlab dan Contohnya


Iqlab Apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ (‫ )ب‬maka
hukum bacaannya adalah iqlab (‫)قالبَإ‬
ِ yang membacanya dengan cara huruf nun
atau tanwin itu dibalik atau ditukar menjadi suara mim (‫)م‬. Seperti contoh

11
iqlab berikut :
‫ك َِرام َب َر َرة‬, ‫صيْر‬
ِ ‫سميع َب‬

e. Pengertian Ikhfa’ Haqiqi Beserta Contoh


Ikhfa' Apabila ada nunu sukun atau tanwin bertemu dengan huruf yang 15 di bawah
ini maka hukum bacaannya adalah Ikhfa’ haqiqi yang cara membacanya adalah
samar-samar antara idghom dan idzhar. Huruf Ikhfa’ yang 15 antara lain :

‫تثجدذزسشصضطظفقك‬

Contoh Ikhfa’ :

َ ‫أ َ ْنف‬, ‫مِ ْنكم‬, ‫مِ ْن ج ْوع‬


‫سك ْم‬

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu Tajwid merupakan ilmu yang membahas tata cara mengucapkan setiap huruf dari
tempat keluarnya serta memberikan haq dan mustahaq dari sifat-sifatnya. Oleh karena itu,
secara umum tajwid merupakan tata cara membaca al-Qur`an dengan baik dan benar. Istilah
yang dikenal dalam membaca al-Qur`an dengan baik dan benar dinamakan tartil.
Di era modern, mengkaji tajwid secara manual dapat ditemukan dalam mushaf-mushaf
yang dikreasikan dengan warna-warni. Di satu sisi, inovasi tersebut dapat menjadi sarana
memotivasi umat Islam dalam belajar tajwid. Tetapi, alangkahbijak jika penggunaan al-Qur`an
tajwid tersebut dibarengi dengan pembelajaran secara langsung (musyafahah dan talaqqi)
kepada guru yang mumpuni dalam bidangnya.

B. Saran
Kami selaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan tentunya
banyak sekali kekurangan dalam pembutan makalah ini.Hal ini disebabkan karena masih
terbatasnya kemampuan kami.
Oleh karena itu, Kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun.Kami juga mengharapkan makalah ini sangat bermanfaat
untuk kami khususnya bagi pembaca

13
DAFTAR PUSTAKA

http://www.masyadi.com/2015/03/hukum.bacaan.nun.mati.sukun.dan.tanwin.bertemu.hijaiya
h.html

http://belajarmembacaalquran.com/membaca-al-quran-dengan-tajwid

/http://lentera2013.blogspot.co.id/2015/12/makalah-ilmu-tajwid.html

http://pecintamakalah.blogspot.co.id/2015/11/makalahilmu-tajwid.html

14

Anda mungkin juga menyukai