ISBN 978-623-6862-24-7
9 786236 862247
PENGANTAR
ILMU TAFSIR AL-QUR`ÂN
Editor:
Ahmad Mifdlol Muthohar
Penulis:
Prof. Dr. Budihardjo M.Ag.
Editor:
Ahmad Mifdlol Muthohar
Cetakan: 2020
ISBN: 978-623-6862-24-7
Penerbit:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Salatiga
Jl. Tentara Pelajar 02, Kode Pos 50721, Salatiga
E-mail: lp2miainsalatiga@gmail.com
iii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin
ض ` ءdh
بb طth
تt ظzh
ثts ‘ ع
جj غgh
حh فf
خkh قq
دd كk
ذdz لl
رr مm
زz نn
سs وw
شsy هh
صsh يy
B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap karena syaddah ditulis rangkap
C. Vokal Pendek
Vokal pendek fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan
dhammah ditulis u
v
D. Vokal Panjang
Vokal Panjang ditulis: a - â i - î u - û
vi
DAFTAR ISI
vii
BAB
I
‘ULÛM AL-QUR`ÂN
1
Muhammad SAW. sebagai hidayah (petunjuk) bagi seluruh
umat manusia (Ismâîl Ibrâhîm, t.th.:12).
Menurut Muhammad Sâlim Muhsin, al-Qur`ân adalah
kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad
SAW., tertulis di dalam mushhaf, dinukilkan kepada kita
dengan mutawâtir, ibadah bagi orang yang membacanya dan
diakhiri dengan surat yang terpendek (Sâlim Muhsin, t.th.: 5).
Menurut Muhammad Abû Syahbah, al-Qur`ân adalah
kalam Allah yang diturunkan kepada junjungan kita Muham
mad SAW. yang lafazhnya merupakan mukjizat , ibadah bagi
yang membacanya, dinukilkan secara mutawâtir, berfaedah
untuk menguatkan dan meyakinkan, ditulis dalam mushhaf, di
awali dengan surat al-Fâtihah dan diakhiri surat al-Nâs, meru
pakan petunjuk Allah kepada makhluk-Nya, hukum Tuhan
untuk penghuni dunia, penutup kitab-kitab samawy dan untuk
kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat (Abû Syahbah,
1969: 7).
Dari penjelasan berbagai pendapat tersebut, menunjuk
kan bahwa pengertian yang disampaikan oleh Muhammad
Abû Syahbah adalah pengertian yang paling panjang, sebab
beliau menjelaskan faedah al Qur’an yaitu untuk menguat
kan dan meyakinkan serta sebagai petunjuk, penutup semua
kitab-kitab samawi yang diawali dengan surat al-Fâtihah dan
diakhiri denga surat al-Nâs. Sedangkan yang lainnya tidak
mencantumkan hal itu, kecuali Muhammad Ismâ’îl Ibrâhîm
(14) memberi keterangan al Qur’an sebagai petunjuk, namun
beliau tidak mencantumkan sebagai mukjizat, ibadah bagi yang
membacanya, ditulis dalam mushhaf dan dinukilkan secara
mutawâtir. Muhammad Sâlim Muhsin, tidak mencantumkan
kata mukjizat dalam menyampaikan pendapatnya tentang
pengertian al Qur’ant. Pendapat Shubhi al-Shâlih, menurut pe
nulis adalah yang paling baik tetapi perlu ditambah kalimat:
disampaikan melalui malaikat Jibril, diawali dengan surat al-
Fâtihah dan diakhiri dengan surat al-Nâs.
‘Ulûm Al-Qur`Ân | 3
mengeluarkan hukum serta hikmahnya (Al-Suyûthî, 1318 H:
174).
Jadi hubungan antara ‘Ulûm al-Qur`ân dan tafsir adalah
sangat erat sekali. Sebab pemahaman terhadap‘Ulûm al-Qur`ân
dapat menentukan bagi setiap orang yang ingin menafsirkan
ayat-ayat al-Qur`ân dengan benar, tepat dan dapat diper
tanggungjawabkan. Jadi, ‘Ulûm al-Qur`ân harus dikuasai oleh
mufassir sebelum ia memberikan penafsiran atau penjelasan
tentang ayat-ayat al-Qur`ân. Seorang mufassir, di samping
harus menguasai ‘Ulûm al-Qur`ân, ia juga harus menguasai
antara lain: Ilmu-ilmu bahasa Arab, ilmu hadits, ilmu Usulul
Fiqh, ilmu kalam, dan ilmu Qira`ah.
Pemahaman ‘Ulûm al-Qur`ân juga berfungsi sebagai
standard terhadap tafsir yang disusun oleh mufassir, sehingga
dapat dibedakan antara tafsir yang benar dan tafsir yang tidak
benar.
a. Akidah
Menurut bahasa akidah berarti keyakinan atau keperca
yaan. Menurut istilah, akidah yaitu suatu kepercayaan yang
diyakini kebenarannya di dalam hati, diucapkan dengan lisan,
dan diamalkan dalam amal perbuatan dan tingkah laku se
hari-hari.
Akidah atau keyakinan yang harus dipercayai dan di
yakini yaitu iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para
rasul dan hari akhir.
‘Ulûm Al-Qur`Ân | 5
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Bersabda Rasululllah SAW.: Orang
mukmin yang paling sempurna adalah yang terbaik akhlaknya”.
c. Hukum
Al-Qur`ân adalah merupakan sumber pokok hukum Islam
yang mengatur tata kehidupan dunia yang aman, damai, se
jah
tera, bahagia, adil, dan makmur, selamat di dunia dan
akhirat.
Al Qur’an mengandung hukum-hukum praktis, baik
yang mengatur hubungan dengan Allah maupun yang meng
atur hubungan antara sesama manusia. Termasuk dalam hal
tersebut adalah masalah ibadah seperti: shalat, puasa, zakat,
shadaqah; masalah-masalah hukum perkawinan dan perce
raian serta hal-hal yang berhubungan dengan keduanya, se
perti: mahar, nafkah, pengasuhan anak, penyusuan, dan
nasab; masalah–masalah hukum muamalah tentang harta,
seperti: jual beli, sewa, upah, gadai, hutang piutang ; masalah
hukum peperangan dan perdamaian, termasuk juga masa
lah musyawarah, keadilan, dan persamaan hak untuk umat
manusia.
d. Kisah
Banyak ayat-ayat al-Qur`ân yang menjelaskan tentang kisah
orang-orang terdahulu, yaitu para nabi dan umatnya, dengan
maksud agar umat Islam dapat mengambil pelajaran guna
membangun kemaslahatan umat di zaman Nabi Muhammad
dan umat sesudahnya.
Contoh ayat yang berisi kisah misalnya Q.S. al-Baqarah /2:
132
‘Ulûm Al-Qur`Ân | 7
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka jangan
lah kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri".
‘Ulûm Al-Qur`Ân | 9
4). Ilmu Pertanian: QS al-Ra’d /13: 13
5). Ilmu Astronomi, Ilmu Falak: QS Yûnus /10: 5, dan QS
Ibrâhîm/14 : 33
$/485¶Ç1
'DVDU6DLQV
.LVDK
$NLGDK
4. Kedudukan Al-Qur`ân
Al-Qur`ân merupakan sumber utama dan pertama seba
gai dasar pedoman yang mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia. Al-Qur`ân adalah sumber utama dan pertama ajar
an-ajaran agama Islam. Al-Qur`ân yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, selain berisi pokok-pokok agama,
juga mengandung segala sesuatu yang dibutuhkan bagi ke
pentingan hidup dan kehidupan manusia baik yang bersifat
pribadi maupun kehidupan kemasyarakatan, baik untuk ke
hidupan duniawi maupun kehidupan ukhrawi ; baik berupa
nilai-nilai moral dan norma-norma hukum yang mengatur
hubungan manusia dengan Khaliq (penciptanya) maupun
yang mengatur hubungan antar sesama manusia, dan meng
atur hubungan manusia dengan makhluk-makhluk lain yang
erada di sekitarnya.
Bukti bahwa al-Qur`ân merupakan sumber utama dan
pertama sebagai dasar pedoman yang mengatur seluruh
aspek kehidupan manusia adalah hadîts berikut:
5. Fungsi Al-Qur`ân
Al-Qur`ân diturunkan mempunyai banyak fungsi, di
antaranya yang paling pokok adalah sebagai berikut
a. Sumber Pokok Ajaran Islam
Fungsi al-Qur`ân diturunkan adalah sebagai pokok ajar
an Islam, yang mendasari ajaran-ajaran hukum, dan pera
turan bagi umat manusia.
Dasarnya antara lain Q.S. al-Nisâ`/ 4: 105
ين َّ اك
َ ِالل ُه َوَل تَ ُك ْن لِ ْل َخائِن ِ اب بِالْ َح ِّق لِتَ ْح ُك َم بَـ ْي َن الن
َ َّاس بِ َما أَ َر َ َإِنَّا أَْنـ َزلْنَا إِلَْي َك الْ ِكت
َخ ِصي ًما
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan
membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia
dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan jangan
lah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang-orang yang khianat.
‘Ulûm Al-Qur`Ân | 11
b. Peringatan dan Pelajaran bagi Manusia
Manusia mempunyai sifat lupa, sebab manusia dalam
bahasa Arabnya adalah kata insân berasal dari kata nasiya
yang berarti lupa, maka fungsi turunnya al-Qur`ân adalah
juga sebagai pemberi peringatan dan pemberi pelajaran
bagi kehidupan manusia.
Dalam memberi peringatan kepada manusia, al-Qur`ân
seringkali menjelaskan melalui kisah-kisah dalam al-
Qur`ân, baik kisah yang bersifat positif maupun yang ber
sifat negatif yang pernah terjadi atau dialami oleh orang-
orang terdahulu, dengan maksud agar manusia masa
sekarang dapat mengambil pelajaran atau menjadikan
nya sebagai peringatan baginya. Contoh nya adalah Q.S.
Yûnus /10: 2
NUZÛL AL QUR`ÂN
َْ ُّك
)3(ال ْك َرُم َ )اْقـ َرأْ َوَرب2(ان ِم ْن َع َل ٍق َ ِّك الَّ ِذي َخ َل َق
ِ ْ )خ َل َق1(
َ النْ َس َ ِاس ِم َرب ْ اْقـ َرأْ ب
5 – 1 :) العلق5(ان َما لَ ْم يَـ ْع َل ْم ِ ْ ) َع َّل َم4(الَّ ِذي َع َّل َم بِالْ َق َل ِم
َ النْ َس
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.
Ayat tersebut turun pada malam Senin 17 Ramadhan, ke
tika beliau berada di gua Hira', bertepatan pada bulan Juli 610
M. Dasar-dasar yang menunjukkan bahwa al-Qur`ân turun di
bulan Ramadhan adalah:
a. Q.S. al-Qadar/97: 1 - 5
ْ ) لَْيـ َل ُة الْق2(َِدر
َد ِر َخْيـ ٌر ِم ْن ْ اك َما لَْيـ َل ُة الْق ْ إِنَّا أَْنـ َزلْنَا ُه ِفي لَْيـ َل ِة الْق
َ ) َوَما أَ ْد َر1(َِدر
13
) َس َل ٌم ِه َي4( ِم ِم ْن ُك ِّل أَ ْم ٍر ِ وح ِفي َها بِإِذ
ْ ْن َربِّه ُّ ) تَـَنـ َّز ُل الْ َم َلئِ َك ُة َو3(ٍأَلْ ِف َش ْهر
ُ الر
)5(َِجر ْ َحتَّى َم ْط َل ِع الْف
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'ân) pada
malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan
itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada
malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin
Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) ke
sejahteraan sampai terbit fajar.
َ إِنَّا أَْنـ َزلْنَا ُه ِفي لَْيـ َل ٍة ُمبَا َرَك ٍة إِنَّا ُكنَّا ُم ْن ِذر
ِين
sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang
diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.
ْ يت لَ ُك ُم ال
.... ِْس َل َم ِدينًا ُ الَْيـ ْوَم أَ ْك َم ْل ُت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوأَتْ َم ْم ُت َع َل ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي َوَر ِض...
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam
itu jadi agama bagimu.
َْ وح
ُ ال ِم
ين ُّ نَـ َز َل بِ ِه.ين
ُ الر ُ َوإِنَّ ُه لََتـ ْنز
َ ِيل َر ِّب الْ َعالَ ِم
Nuzûl Al Qur`Ân | 15
Artinya : Dan sesungguhnya Al-Qur`ân ini benar-benar diturun
kan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh al-Rûh al
Amîn (Jibril),
Nuzûl Al Qur`Ân | 17
BAB
III
ASBÂB AL-NUZÛL
18
macam cara. Proses wahyu diturunkan kepada Nabi SAW
dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Tanpa melalui perantara yaitu sebagai berikut:
1). Mimpi yang benar di dalam tidur
2). Dari balik tabir
b. Dengan perantaraan malaikat Jibril yaitu sebagai berikut:
1). Terdengar suara gemuruh seperti suara lebah atau ge
merincingnya lonceng dengan suara yang amat kuat.
Cara ini menurut Nabi SAW merupakan cara yang di
rasa paling berat.
2). Jibril menjelma menjadi bentuk manusia yaitu sebagai
seorang laki-laki. Cara ini lebih ringan dari pada cara
sebelumnya, sebab adanya kesesuaian bentuk antara
keduanya.
$O4XU¶kQ
$O+DGvVW
,MPk·
4L\kV
5DKPDWEDJLVHOXUXKDODP
Asbâb Al-Nuzûl | 19
dan 22 hari di dua tempat yaitu di wilayah Makkah dan wilayah
Madinah. Turunnya al-Qur‘ân secara berangsur-angsur itu
mengandung beberapa hikmah, di antaranya adalah sebagai
berikut:
a. Agar mudah dihafal, ditulis, dipahami, dan dilaksanakan
oleh manusia yang memiliki keterbatasan kemampuan.
b. Dapat meneguhkan hati Nabi karena sering berkomuni
kasi dengan malaikat Jibril berkenaan dengan suatu pe
ristiwa dan keadaan tertentu.
c. Untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan permasa
lahan yang muncul, sehingga menimbulkan kesan di hati
umat manusia.
d. Dapat meringankan bagi umat Islam dalam upaya melak
sanakan perintah kebaikan dan proses meninggalkan
sikap mental dan tradisi masyarakat jahiliyah yang negatif
secara sedikit demi sedikit dan berangsur-angsur.
Asbâb Al-Nuzûl | 21
BAB
IV
22
Kedua: Dari segi tempat diturunkannya. Makkî ialah yang
diturunkan di Mekah dan sekitarnya, seperti Mina, Arafah dan
Hudaibiyah Sedangkan. Madani adalah yang diturunkan di
Medinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba, dan Sil’. Pen
dapat ini mengakibatkan tidak adanya pembagian secara kon
krit, sebab ayat yang diturunkan dalam perjalanan, di Tabuk
atau di Baitul Makdis tidak termasuk ke dalam salah satu ke
lompok bagiannya, sehingga ia tidak dinamakan Makkî dan
tidak juga dinamakan Madanî. Dan hal ini juga mengakibat
kan bahwa ayat yang diturunkan di Mekah sesudah hijrah
adalah disebut Makkî.
Ketiga: Dari segi sasarannya. Makkî adalah ayat yang se
ruannya ditujukan kepada penduduk Mekah dan Madanî ada
lah ayat yang seruannya ditujukan kepada penduduk Medinah.
Berdasarkan pendapat ini, para pendukung pendapat menya
takan bahwa ayat al-Qur`ân yang mengandung seruan yâ
ayyuhan nâs (َّاس ُ )يَاأَُّيـ َها النadalah kelompok Makkî ; sedang ayat
yang mengandung seruan ya ayyuhal lazina âmanu (ين َ يَاأَُّيـ َها الَّ ِذ
) َءا َمنُواadalah kelompok Madanî, kecuali Q..S. al-Baqarah, walau
pun terdapat َّاس ُ يَاأَُّيـ َها الن. Namun termasuk kelompok Madanî.
Misalnya, Q.S. al-Baqarah/2: 21
1. Pengertian Nasakh
Kata nasakh dari segi bahasa berarti:
a. Izâlah ( )إزالةberarti menghilangkan atau menghapuskan
b. Tabdîl ( )تبديلberarti mengganti atau menukar
c. Tahwîl ( ( حتويلberarti memalingkan, mengalihkan, atau
mengubah
d. Naql ( )نقلberarti menukilkan atau memindahkan sesuatu
dari satu tempat ke tempat yang lain.
27
2. Syarat-syarat penerapan nasakh
Ketentuan yang dikaitkan sebagai syarat penerapan nasakh,
di antaranya adalah:
a. Terdapat dua ayat hukum yang saling bertolak belakang
dan tidak dapat dikompromikan
b. Harus diketahui secara meyakinkan perurutan ayat-ayat
tersebut, sehingga yang lebih dahulu ditetapkan sebagai
mansûkh, dan yang datang kemudian sebagai nasikh
c. Yang dapat menasakh al-Qur’ân hanyalah wahyu Allah
(Muhammad ‘Abd al-‘Azhîm al-Zarqâni, II, 1988: 209).
:المنسوخ
َْ ُكتِ َب َع َل ْي ُك ْم إِذَا َح َض َر أَ َح َدُك ُم الْ َم ْو ُت إ ِْن تَـ َر َك َخْيـ ًرا الْ َو ِصيَّ ُة لِ ْل َوالِ َديْ ِن َو
َ الْقـ َرب
ِين
)180:ين(البقرة َ وف َح ًّقا َع َلى الْ ُمتَّ ِق
ِ بِالْ َم ْع ُر
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan
(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, ber
wasiat untuk ibu-bapa dan karib kerabatnya secara ma`ruf, (ini
adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.
:الناسخ
ِ الصالِ َح
ات َ )إ َِّل الَّ ِذ2(ٍان لَ ِفي ُخ ْسر
َّ ين َءا َمنُوا َو َع ِم ُلوا ِ ْ ِن
َ النْ َس َّ )إ1(َِوالْ َع ْصر
)3(ِِالص ْبر َ اص ْوا بِالْ َح ِّق َوتَـ َو
َّ اص ْوا ب َ َوتَـ َو
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
AL-MUNÂSABAH
1. Pengertian Munâsabah
Kata munâsabah berasal dari kata > مناسبة- > يناسب- ناسب. Kata
tersebut bentuk tsulatsi mujaradnya (نسبnasaba) yang berarti
hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain (Ahmad bin Faris
bin Zakariya, V, 1967: 423). Kata nasab juga dapat berarti ketu
runan, sebab keturunan itu adalah adanya hubungan antara
orang tua dengan anak-anaknya. Munâsabah beararti muqârabah
( ) مقاربةatau kedekatan dan kemiripan. Hal ini tentunya bisa
terjadi antara dua hal atau lebih, sedangkan kemiripan terse
but dapat terjadi pada seluruh unsur-unsurnya dapat juga
terjadi pada sebagaiannya saja.
Dengan demikian munâsabah menurut istilah adalah ada
nya kecocokan, kepantasan dan keserasian antara ayat dengan
ayat atau surat dengan surat, atau munâsabah adalah kemirip
an yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam al-Qur’ân baik
pada surat maupun pada ayat-ayatnya yang menghubungkan
antara uraian yang satu dengan yang lainnya.
2. Pembagian Munâsabah
Munâsabah dibagi menjadi 7 macam, yaitu:
a. Antara surat dengan surat sebelumnya.
b. Nama surat dengan tujuan turunnya.
c. Antara ayat dengan ayat
d. Kalimat demi kalimat dalam ayat.
34
e. Penutup ayat (fashilah) dengan kandungan ayatnya.
f. Awal uraian surat dengan akhir uraiannya.
g. Penutup surat terdahulu dengan awal uraian surat be
rikutnya(M. Quraish Shihab, 1984: 6).
) َفـ ْلَيـ ْعبُ ُدوا َر َّب َه َذا الَْبـ ْي ِت2(الص ْي ِف ِّ ِم ر ِْح َل َة
َّ الشتَا ِء َو ْ ِيل ِفه
َ ) إ1(ش ٍ ِِْيل ِف ُقـ َري
َل
ٍ ) الَّ ِذي أَ ْط َع َم ُه ْم ِم ْن ُج3(
)4( وع َوَءا َمَنـ ُه ْم ِم ْن َخ ْو ٍف
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka
bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah
mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka`bah). Yang telah
memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan.
‘Ulûm Al-Qur`Ân | 35
2). Dalam surat Quraisy, Allah memerintahkan agar manu
sia menyembah-Nya, sedangkan dalam surat al-Ma’ûn,
Allah mencela orang yang salat dengan lalai dan riya’
َ ) َسيَ ْص َلى نَا ًرا ذ2() َما أَ ْغنَى َع ْن ُه َمالُ ُه َوَما َك َس َب1(تَـبَّ ْت يَ َدا أَبِي لَ َه ٍب َوتَ َّب
َات
)5 ) ) ِفي ِجي ِد َها َح ْب ٌل ِم ْن َم َس ٍد4() َوا ْم َرأَتُ ُه َحمَّالَ َة الْ َح َط ِب3(لَ َه ٍب
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan
binasa.Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa
yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang ber
gejolak. Yang di lehernya ada tali dari sabut.
‘Ulûm Al-Qur`Ân | 37
tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak berca
cat, tidak ada belangnya.” Mereka berkata: “Sekarang barulah
kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya”. Ke
mudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak
melaksanakan perintah itu. Dan (ingatlah), ketika kamu mem
bunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh
tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama
ini kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman: ”Pukullah mayat
itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!” Demikianlah
Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan
memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu
mengerti
ُ ِن لَ ْم تَـ ْف َع ُلوا َولَ ْن تَـ ْف َع ُلوا َفاتَّـقُوا النَّا َر الَّتِي َوُقوُد َها الن
َّاس َوالْ ِح َجا َرُة أُ ِع َّد ْت ْ َفإ
)24( ِين َ لِ ْل َكا ِفر
‘Ulûm Al-Qur`Ân | 39
Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak
akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang
bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-
orang kafir.
َّ ان
الل ُه َ َين الْ ِقت
َ ال َوَك َّ ِم لَ ْم يَـنَالُوا َخيـرا َوَكفَى
َ ِالل ُه الْ ُم ْؤِمن ًْ َ الل ُه الَّ ِذ
ُ ين َكف
ْ َروا بِ َغ ْي ِظه َّ َوَرَّد
)25(َق ِويًّا َعزِي ًزا
Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan
mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keun
tungan apapun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mu’min
dari peperangan. Dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
َّ َوَءايٌَة لَ ُه ُم
َ الل ْي ُل نَ ْس َل ُخ ِم ْن ُه الَّنـ َها َر َفإِذَا ُه ْم ُم ْظ ِل ُم
)37( ون
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah
malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta
merta mereka berada dalam kegelapan,
‘Ulûm Al-Qur`Ân | 41
surat ini adalah ayat 118, dan munâsabahnya ada pada Q.S.
al-Mu’minun/23 117.
ون َوَم ْن يَ ْسَتـ ْن ِك ْف َّ ون َع ْب ًدا لَِّل ِه َوَل الْ َم َلئِ َك ُة الْ ُمق
َ َُرب َ يح أَ ْن يَ ُك ُ لَ ْن يَ ْسَتـ ْن ِك َف الْ َم ِس
ين َءا َمنُوا َو َع ِم ُلوا َ ) َفأَمَّا الَّ ِذ172(َع ْن ِعبَا َدتِ ِه َويَ ْستَ ْكب ِْر َف َسيَ ْح ُش ُرُه ْم إِلَْي ِه َج ِمي ًعا
استَ ْكَبـ ُروا ْ اسَتـ ْن َكفُوا َو
ْ ين َ ِم أُ ُجوَرُه ْم َويَزِي ُد ُه ْم ِم ْن َف ْض ِل ِه َوأَمَّا الَّ ِذ ْ ات َفـُيـ َوِّفيه
ِ الصالِ َح َّ
) يَاأَيُّـ َها173(الل ِه َولِيًّا َوَل نَ ِص ًيرا َّ ون ِ ون لَ ُه ْم ِم ْن ُد َ َفـُيـ َع ِّذبُـ ُه ْم َع َذابًا أَلِي ًما َوَل يَ ِج ُد
) يَ ْسَتـ ْفتُونَ َك ُق ِل174(ِّك ْم َوأَْنـ َزلْنَا إِلَْي ُك ْم نُوًرا ُمبِينًا ُ َّاس َق ْد َجا َءُك ْم بُـ ْرَها ٌن ِم ْن َرب ُ الن
س لَ ُه َولَ ٌد َولَ ُه أُ ْخ ٌت َفـ َل َها نِ ْص ُف َما تَـ َر َك ِ يك ْم ِفي الْ َك َللَ ِة إ َّ
ُ ِالل ُه يُـ ْفت
َ ِن ا ْم ُرٌؤ َه َل َك لَْي
ان ِممَّا تَـ َر َك َوإ ِْن َكانُوا ِ َِن َكانَـتَا اْثـنََتـ ْي ِن َفـ َل ُه َما الُّثـ ُلثْ َو ُه َو يَ ِرثُـ َها إ ِْن لَ ْم يَ ُك ْن لَ َها َولَ ٌد َفإ
ِك ِّل َّ الل ُه لَ ُك ْم أَ ْن تَ ِض ُّلوا َو
ُ الل ُه ب َّ الْنـَثـيـي ِن يُـبـيِّ ُن ِّ َّ
َ ْ َ ُْ ِخ َوًة ر َِج ًال َونِ َسا ًء َف ِللذَك ِر ِم ْث ُل َحظ ْإ
)176(يم ٌ َش ْي ٍء َع ِل
Al Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah dan
tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada
Q.S. al-Mâidah/5: 1
‘Ulûm Al-Qur`Ân | 43
Firman Allah Q.S. al- Nisâ’/4: 172 – 174, dan 176 meme
rintahkan untuk berlaku adil dan meng Esa kan Allah, tidak
sombong, dan diserukan kepada manusia khususnya me
nyangkut harta warisan harus dilaksanakan pembagiannya
sesuai dengan aturan, sedangkan Q.S. al-Mâidah/5: 1 meme
rintahkan agar orang beriman memenuhi segala macam per
janjian baik kepada Allah, maupun terhadap sesama manusia.
Contoh lain, misalnya Q.S. al Hajj/22: 77 dijelaskan dengan
Q.S. al Mu’minun/23: 1- 11 Setiap surat yang datang kemudi
an merupakan penjelasan terperinci tentang masalah tertentu
dari Surat sebelumnya, sebagai berikut:
Q.S. al Mu’minun/23 : 1- 11
َّ ين ُه ْم َع ِن
الل ْغ ِو َ ) َوالَّ ِذ2(ون ِ ِم َخ
َ اش ُع ْ ين ُه ْم ِفي َص َلتِه َ )الَّ ِذ1(ون َ َُق ْد أَْفـ َل َح الْ ُم ْؤِمن
)إ َِّل5(ون َ ِم َحا ِف ُظ ْ وجه ِ ُرُ ين ُه ْم لِف َ ) َوالَّ ِذ4(ون َ لزَكا ِة َفا ِع ُل َّ ِين ُه ْم لَ ) َوالَّ ِذ3(ون َ ِض ُ ُم ْعر
) َف َم ِن اْبـَتـ َغى َوَرا َء َذلِ َك6(ين َ ِم أ ْو َما َم َل َك ْت أَيْ َمانُـ ُه ْم َفإِنَّـ ُه ْم َغْيـ ُر َم ُلوِم ْ اجهِ َع َلى أَ ْزَو
ين ُه ْم َع َلى َ ) َوالَّ ِذ8(ون َ ِم َو َع ْه ِد ِه ْم َرا ُعْ ين ُه ْم ِ َل َمانَاتِه َ ) َوالَّ ِذ7(ون َ َفأُولَئِ َك ُه ُم الْ َعا ُد
ُون الْ ِف ْرَد ْو َس ُه ْم ِفي َها َ ين يَ ِرثَ )الَّ ِذ10(ُون َ )أُولَئِ َك ُه ُم الْ َوا ِرث9(ون َ ِم يُ َحا ِف ُظ ْ َص َل َواتِه
)11(ون َ َخالِ ُد
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)
orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya, dan orang-orang
yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-
orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri
mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka
dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu
maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan
Kata ُتـ ْفلِ ُحو َنbagian penutup atau akhir surat al-Hajj di
jelaskan dalam Q.S. al- Mu’minûn/23 yaitu dengan adanya
َ أَْفـل. Jadi rincian “orang-orang yang beruntung” itu di
kata َح
jelaskan secara terperinci dalam Q.S. al Mu’minun/23: 1 - 11.
‘Ulûm Al-Qur`Ân | 45
BAB
VII
FAWÂTIH AL-SUWAR
46
b). Q.S. al-An’âm/6: 1
Fawâtih Al-Suwar | 47
Kalimat تباركada pada dua surat, yaitu pada Q.S. al-Furqan/
25, dan pada Q.S. al-Mulk/67. Ayat-ayat tersebut adalah:
1). Q.S. al-Furqân/25: 1
Selain pada Q.S. Jumu’ah/ 62, juga ada pada Q.S. al-
Taghâbun/64
َْ ِّك
)1(ال ْع َلى َ اس َم َرب
ْ َسبِّ ِح
Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi
Fawâtih Al-Suwar | 49
Bentuk الرpada surat Q.S. Yûnus, Q.S. Hûd, Q.S. Ibrâhim,
dan Q.S. al-Hijr. Bentuk طسمpada Q.S. al-Syu’arâ/26,
dan pada Q.S. al-Qashash/28. Bentuk عسقpada Q.S. al
al-Syûra/42 sesudah bentuk حم. Jadi bentuk عسقini hanya
satu-satunya dan ada pada ayat ke dua.
4). Empat huruf املر, املص. Bentuk املرpada Q.S. al-Ra’d/13,
dan bentuk املصpada Q.S. al-A’râf/7.
5). Lima huruf كهيعصhanya ada pada Q.S. Maryam/19.
c. Al-Nidâ` ))النداء
Bentuk al-Nidâ` (panggilan) ada pada sepuluh surat,
dengan rincian sebagai berikut:
1). َ يَاأَُّيـ َها الَّ ِذ. Bentuk ini ada pada tiga surat, yaitu pada
ين َءا َمنُوا
Q.S. al-Maidâh/5, Q.S. al-Mumtahanah/60, dan pada Q.S.
al-Hujurât/49.
2). ُّ ِ يَاأَُّيـ َها النBentuk ini ada pada tiga surat, yaitu Q.S. al-
َّب
Thalâq/65, Q.S. al-Ahzâb/33, dan pada Q.S. al-Tahrîm/66
3). يَاأَُّيـ َها الْ ُم َّدِّثـ ُرBentuk ini hanya ada pada Q.S. al-Muddatsir/74.
4). َّاسُ يَاأَُّيـ َها الن. Bentuk ini ada pada dua surat, yaitu pada Q.S.
al-Nisâ`/4, dan pada Q.S. al-Hajj/22
ُ يَاأَُّيـ َها الْ ُمزَّمBentuk ini hanya ada pada Q.S. al-Muzammil/73
5). ِّل
f. Al-Syarth ()الشرط
Kalimat syarat ini ada pada tujuh surat, yaitu إِذَا َوَقـ َع ِت
الْ َواقِ َع ُةpada Q.S. al-Waqi’ah/56, إِذَا َج َاء َك الْ ُمنَافِقُو َنpada Q.S. al-
Munafiqun/63, ت َّ إِذَاpada Q.S. al-Takwir/81, الس َم ُاء
ْ الش ْم ُس ُك ِّوَر َّ إِذَا
اْنـ َف َط َر ْتpada Q.S. al-Infithar/82, الس َم ُاء انْ َش َّق ْت َّ إِذَاpada Q.S. al-
Inssiqaq/84, ض ُ إِذَا ُزلْ ِزلَ ِت الَْ ْرpada Q.S. al-Zilzalah/99, dan إِذَا َج َاء
نَ ْص ُر اللَّ ِهpada Q.S. al-Nashr/110.
h. Al-Du’a ( ) الدعاء
Pembukaan dengan do’a ini ada pada tiga surat yaitu َويْ ٌل
َ لِل ُْم َط ِّف ِفpada Q.S. al-Muthaffifîn/83, َويْ ٌل لِ ُك ِّل َُه َزٍة لُ َم َزٍةpada Q.S. al-
ني
Humazah/104, ب َّ َ َتـبَّ ْت يَ َدا أَِب لََ ٍب َوتpada Q.S. al-Lahab/111.
Fawâtih Al-Suwar | 51
i. Al-Ta’lil ()التعليل
Al-Ta’lil ini hanya ada pada Q.S. Quraisy/106: 1
53
َ اب ُف ِّص َل ْت َءايَاتُ ُه ُقـ ْرَءانًا َع َربِيًّا لِ َق ْوٍم يَـ ْع َل ُم
ون ٌ َِكت
Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa
Arab, untuk kaum yang mengetahui,
َّ اب أُ ْح ِك َم ْت َءايَاتُ ُه ث
ُم ُف ِّص َل ْت ِم ْن لَ ُد ْن َح ِكي ٍم َخبِي ٍر ٌ َالر ِكت
Alif Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun
dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan
dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu,
َّ
ِ الل ُه نَـ َّز َل أَ ْح َس َن الْ َح ِد
يث ِكتَابًا ُمتَ َشابِ ًها َمثَانِ َي
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-
Qur`ân yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang....
اب َوأُ َخ ُر ِ َات ُه َّن أُ ُّم الْ ِكت ٌ ات ُم ْح َك َم ٌ َاب ِم ْن ُه َءاي َ َُه َو الَّ ِذي أَْنـ َز َل َع َل ْي َك الْ ِكت
ون َما تَ َشابَ َه ِم ْن ُه ابْتِ َغا َء الْ ِفْتـنَ ِة َوابْتِ َغا َءَ ِم َزيْ ٌغ َفـيَتَّبِ ُعْ ين ِفي ُقـ ُلوبِهَ ات َفأَمَّا الَّ ِذ ٌ ُمتَ َشابِ َه
ون َءا َمنَّا بِ ِه ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد َ ُون ِفي الْ ِع ْل ِم يَـقُول َ اس ُخ ِ الر َّ تَْأوِي ِل ِه َوَما يَـ ْع َل ُم تَْأوِي َل ُه إ َِّل
َّ الل ُه َو
َْ َربِّـنَا َوَما يَ َّذَّك ُر إ َِّل أُولُو
ِ َاللْب
اب
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di
antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok
isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun
orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka
إن تأويله إال عند اهلل والراسخون في العلم يقولون آمنا به
Dan ayat itu sendiri juga menyatakan celaan terhadap
orang-orang yang mengikuti mutasyabih dan mensifatinya
sebagai orang-orang yang hatinya condong kepada kesesat
an dan ada upaya membuat fitnah (Mannâ` al-Qaththân, 1973:
217).
الل ُه َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َه ِذ ِهالل ِه َص َّلى َّ ول َّالل ُه َعْنـ َها َقالَ ْت تََل َر ُس ُ َ ...ع ْن َعائِ َش َة َر ِضي َّ
َ
اب َوأُ َخ ُر ات ُه َّن أُ ُّم الْ ِكتَ ِ َ
ات ُم ْحك َم ٌ اب ِم ْن ُه آيَ ٌ ْاليَ َة ُه َو الَّ ِذي أَْنـ َز َل َع َل ْي َك الْ ِكتَ َ
ون َما تَ َشابَ َه ِم ْن ُه ابْتِ َغا َء الْ ِفْتـنَ ِة َوابْتِ َغا َء ين ِفي ُقـ ُلوبِه ْ
ِم َزيْ ٌغ َفـيَتَّبِ ُع َ ات َفأَمَّا الَّ ِذ َ ُمتَ َشابِ َه ٌ
ون آ َمنَّا بِ ِه ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد ون ِفي الْ ِع ْل ِم يَـقُولُ َ اس ُخ َ الر ِ تَْأوِي ِل ِه َوَما يَـ ْع َل ُم تَْأوِي َل ُه إ َِّل َّ
الل ُه َو َّ
الل ُه َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َفإِذَاالل ِه َص َّلى َّ ول َّ ال َر ُس ُ ابَ .قالَ ْت َق َ َربِّـنَا َوَما يَ َّذَّك ُر إ َِّل أُولُو َْ
اللْبَ ِ
اح َذ ُرو ُه ْم (البخارى: الل ُه َف ْين َسمَّى َّ ون َما تَ َشابَ َه ِم ْن ُه َفأُولَئِ ِك الَّ ِذ َ ين يَـتَّبِ ُع َ َرأَيْ ِت الَّ ِذ َ
)4183
“…Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah membaca ayat ini
اب َوأُ َخ ُر ات ُه َّن أُ ُّم الْ ِكتَ ِ ات ُم ْح َك َم ٌ اب ِم ْن ُه آيَ ٌ ُه َو الَّ ِذي أَْنـ َز َل َع َل ْي َك الْ ِكتَ َ
ون َما تَ َشابَ َه ِم ْن ُه ابْتِ َغا َء الْ ِفْتـنَ ِة َوابْتِ َغا َء ات َفأَمَّا الَّ ِذ َ
ين ِفي ُقـ ُلوبِه ْ
ِم َزيْ ٌغ َفـيَتَّبِ ُع َ ُمتَ َشابِ َه ٌ
ون آ َمنَّا بِ ِه ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد ون ِفي الْ ِع ْل ِم يَـقُولُ َ اس ُخ َ الر ِ تَْأوِي ِل ِه َوَما يَـ ْع َل ُم تَْأوِي َل ُه إ َِّل َّ
الل ُه َو َّ
َربِّـنَا َوَما يَ َّذَّك ُر إ َِّل أُولُو َْ
اللْبَ ِ
اب
Kemudian berkata : “Apabila kamu melihat orang yang mengikuti
ayat-ayat mutasyabihat mereka itu disinyalir Allah. Maka was
”padalah terhadap mereka.
ٌ اس ٌع َع ِل
)115( يم َّ ِن
ِ الل َه َو َّ ِب َفأَْيـنَ َما تُـ َولُّوا َفـثَ َّم َو ْج ُه
َّ الل ِه إ ُ َولَِّل ِه الْ َم ْشر
ُ ِق َوالْ َم ْغر
ات َوَما ِفي َّ الل ُه َل إِلَ َه إ َِّل ُه َو الْ َح ُّي الْ َقيُّوُم َل تَْأ ُخ ُذ ُه ِسنَ ٌة َوَل نَـ ْوٌم لَ ُه َما ِفي
ِ الس َم َو َّ
َّ
ِم َوَما َخ ْل َف ُه ْم َوَلْ ض َم ْن ذَا ال ِذي يَ ْش َف ُع ِع ْن َد ُه إ َِّل بِإِ ْذنِ ِه يَـ ْع َل ُم َما بَـ ْي َن أَيْ ِديه َْ
ِ ال ْر
ض َوَل يَـئُوُد ُه َْ ات َو
َ ال ْر ِ الس َم َوَّ ِش ْي ٍء ِم ْن ِع ْل ِم ِه إ َِّل بِ َما َشا َء َو ِس َع ُك ْر ِسيُّ ُه َ ون بَ يط ُ يُ ِح
)255( يم ُ ِحف
ُ ْظ ُه َما َو ُه َو الْ َع ِل ُّي الْ َع ِظ
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang
Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak
mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan
di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-
Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di
belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu
Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi
langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara ke
duanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Makna َو ْج ُه اللَّ ِهdalam Q.S. al-Baqarah/2: 115 dan َو ِس َع ُك ْر ِسيُّ ُه
dalam Q.S. al-Baqarah/2: 255 adalah contoh ketersembunyi
an makna.
Contoh ketersembunyian pada makna dan lafal sekaligus
ada pada Q.S. al-Baqarah/2: 189
وتَ ُس الْب ُِّر بِأَ ْن تَْأتُوا الُْبـيَ َّاس َوالْ َح ِّج َولَْي
ِ يت لِلن ُ ال ِه َّل ِة ُق ْل ِه َي َم َوا ِق
َْ يَ ْسأَلُونَ َك َع ِن
الل َه لَ َع َّل ُك ْم
َّ وت ِم ْن أَْبـ َوابِ َها َواتَّـقُواَ ُِم ْن ُظ ُهوِرَها َولَ ِك َّن الْب َِّر َم ِن اتَّـقَى َوأْتُوا الُْبـي
)189(ون َ تُـ ْف ِل ُح
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah:
"Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi
ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari
بحج أو عمرة
ّ وليس البر بأن تأتوا البيوت من ظهورها إذا كنتم محرمين
Maksud ketersembunyiannya itu juga kembali pada
makna, karena di samping membentangkan lafalnya, maka
juga harus mengetahui adat istiadat bangsa Arab Jahiliyah.
MUKJIZAT AL-QUR`ÂN
1. Pengertian Mukjizat
Kata Mukjizat dari bahasa Arab mu’jizah berasal dari
kata ( أعجزa’jaza) yang berarti ( أضعفadh’afa). Kata أعجزbentuk
tsulatsi mujarradnya ‘( عجزajiza) yang berarti lemah. Kata أعجز
atau أضعفberarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu.
Pelakunya dinamai ( معجزmu’jiz) dan bila kemampuan mele
mahkan pihak lain itu amat menonjol sehingga mampu mem
bungkamkan lawan, maka ia dinamai ( معجزةmu’jizah). Tam
bahan ta’ marbuthah ( ) ةpada akhir kata itu mengandung makna
mubâlaghah atau superlatif (M. Quraish Shihab, 1977: 23).
Sedangkan mukjizat menurut istilah adalah suatu hal atau
peristiwa luar biasa yang mampu melemahkan orang-orang
yang tidak percaya, diberikan kepada Nabi Muhammad SAW,
sebagai bukti kenabiannya, ditantangkan kepada orang-orang
yang ragu untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa,
namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu.
62
luar biasa adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan sebab
dan akibat yang diketahui secara umum hukum-hukumnya.
Dengan demikian hipnotisme atau sihir, misalnya, walaupun
sekilas terlihat ajaib atau luar biasa, namun karena ia dapat di
pelajari maka ia tidak termasuk dalam pengertian “luar biasa”
dalam definisi diatas.
Mukjizat Al-Qur`Ân | 63
untuk lebih membuktikan kegagalan mereka, biasanya aspek
kemukjizatan masing-masing nabi adalah hal-hal yang sesuai
dengan bidang keahlian umatnya pula
Adapun tahapan tantangan al-Qur`ân adalah sebagai be
rikut:
1). Pembuatan semisal al-Qur`ân. Hal ini dijelaskan dalam
Q.S. al-Isrâ`/17: 88
َ ُان َل يَْأت
ون بِ ِم ْث ِل ِه ْ س َوالْ ِج ُّن َع َلى أَ ْن يَْأتُوا بِ ِم ْث ِل َه َذا الْق
ِ ُرَء ِ ْ اجتَ َم َع ِت
ُ ْالن ْ ُق ْل لَئِ ِن
)88(ِيرا ً ض َظه َ َولَ ْو َك
ٍ ان بَـ ْع ُض ُه ْم لَِبـ ْع
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa Al-Qur`ân ini, niscaya mereka tidak akan
dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka
menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".
2). Pembuatan sepuluh surat saja yang semisal. Hal ini di
jelaskan Q.S. Hûd/11: 13
ُ َوإ ِْن ُك ْنتُ ْم ِفي َريْ ٍب ِممَّا نَـ َّزلْنَا َع َلى َع ْب ِدنَا َف ْأتُوا ب
ِسوَرٍة ِم ْن ِم ْث ِل ِه َوا ْد ُعوا ُش َه َدا َءُك ْم
)23(ين َّ ون
َ الل ِه إ ِْن ُك ْنتُ ْم َصا ِد ِق ِ ِم ْن ُد
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur`ân yang
Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu
surat (saja) yang semisal al-Qur`ân itu dan ajaklah penolong-pe
nolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
الفيل ما الفيل‘ وما أدريك ما الفيل ‘ له خرطوم طويل ‘ وذنب أثيل‘ وماذاك
.من خلق ربّنا بقليل
Gajah, apakah gajah itu, tahukah engkau apakah gajah itu?. Dia
mempunyai belalai yang panjang, dan ekor yang mantap. Itu
bukanlah bagian dari ciptaan Tuhan kita yang kecil. (M. Quraish
Shihab, 1997: 270).
يا ضفدع بنت ضفدعين ن ّقّى ما تنقّين نصفك فى الماء و نصفك فى الطين ال
.... الماء تكدرين وال الشارب تمنعين
Wahai katak anak dua katak. Bersihlah apa yang engkau bersihkan.
Separuhmu di air, dan separuhmu dilumpur. Engkau tidak menge
ruhkan air, dan tidak menghalangi orang minum ....
Mukjizat Al-Qur`Ân | 65
3. Tujuan Adanya Mukjizat
Setiap nabi dipastikan mempunyai mukjizat. Sedangkan
tujuan adanya mukjizat al-Qur`ân itu antara lain sebagai be
rikut:
a. Untuk membuktikan kebenaran para nabi. Keluarbiasaan
yang tampak atau terjadi pada mereka itu diibaratkan
sebagai ucapan Tuhan : “Apa yang dinyatakan sang Nabi
adalah benar. Dia adalah utusan-Ku, dan buktinya adalah
Aku melakukan mukjizat itu”.
b. Untuk membuktikan bahwa ajaran-ajaran itu benar-benar
wahyu dari Allah melalui hamba-hamba pilihan-Nya dan
untuk membuktikan kebenaran ajaran Allah yang dibawa
para nabi yang diutus Nya.
Mukjizat Al-Qur`Ân | 67
kemukjizatan al-Qur`ân adalah :
1). Kehadiran wahyu al-Qur`ân di luar kehendak Nabi Mu
hammad Saw.
2). Kehadirannya secara tiba-tiba.
َّ ) َو1(الض َحى
َ ) َما َوَّد َع َك َرب2(الل ْي ِل إِذَا َس َجى
)3(ُّك َوَما َقـ َلى ُّ َو
Demi al-dhuha, dan malam ketika hening. Tuhanmu tidak mening
galkan kamu dan tidakpula membenci.
Mukjizat Al-Qur`Ân | 69
sastra, sehingga mampu menandingi keahlian masyarakat
Arab.
Adapun mukjizat al-Qur`ân dari aspek kebahasaan, antara
lain:
) ُق ْل يُ ْحيِي َها78(يم ٌ ال َم ْن يُ ْحيِي الْ ِع َظا َم َو ِه َي َرِم َ َو َض َر َب لَنَا َمثَ ًل َونَ ِس َي َخ ْل َق ُه َق
َّ ) الَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ْم ِم َن79(يم
الش َج ِر ٌ ِك ِّل َخ ْل ٍق َع ِلُ َّل َم َّرٍة َو ُه َو ب َ الَّ ِذي أَنْ َشأَ َها أَو
ض َْ ات َو
َ ال ْر ِ الس َم َو َّ س الَّ ِذي َخ َل َق َ ) أَ َولَْي80(ون َ ال ْخ َض ِر نَا ًرا َفإِذَا أَْنـتُ ْم ِم ْن ُه تُوِق ُد َْ
) إِنَّ َما أَ ْم ُرُه إِذَا أَ َرا َد َش ْيئًا81(يم ُ بِقَا ِد ٍر َع َلى أَ ْن يَ ْخ ُل َق ِمْثـ َل ُه ْم بَـ َلى َو ُه َو الْ َخ َّل ُق الْ َع ِل
)82(ون ُ ُول لَ ُه ُك ْن َفـيَ ُك َ أَ ْن يَـق
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada
kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan
tulang belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah: “Ia akan
dihidupkan oleh Tuhan yang mencip-takannya kali yang pertama.
Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk, yaitu Tuhan
yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-
tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.” Dan tidakkah Tuhan yang
menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali
Mukjizat Al-Qur`Ân | 71
jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu? Benar, Dia berkuasa.
Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya
perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.
Mukjizat Al-Qur`Ân | 73
ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang
ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain ….
َ َّم ُزَم ًرا َحتَّى إِذَا َجا ُءو َها ُفتِ َح ْت أَْبـ َوابُـ َها َوَق
ال لَ ُه ْم َ َروا إِلَى َج َهن ُ ين َكف َ يق الَّ ِذَ َو ِس
.... ِّك ْمُ ات َرب
ِ َون َع َل ْي ُك ْم َءاي
َ َخ َزنَـُتـ َها أَلَ ْم يَْأتِ ُك ْم ُر ُس ٌل ِم ْن ُك ْم يَـْتـ ُل
Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rom
bongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah
pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya:
"Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu
yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu ….
Mukjizat Al-Qur`Ân | 75
BAB
X
RASM AL-QUR`ÂN
76
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab
dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
Rasm Al-Qur`Ân | 77
Penulisan ayat-ayat al-Qur`ân adalah berdasarkan pe
tunjuk dari Nabi SAW., baik dalam penulisannya maupun
urutannya. Penulisan ayat-ayat al Qur’an dilakukan di bebe
rapa tempat seperti pada kulit binatang, pelepah pohon kurma,
dan pada tulang-tulang. Tulisan-tulisan tersebut diserahkan ke
pada Nabi SAW. untuk disimpan dan masing-masing sahabat
juga menyimpannya untuk diri sendiri di rumah, dan mereka
juga disuruh menghafalnya. Apabila Nabi SAW menerima
wahyu, beliau memanggil beberapa orang penulis untuk me
nulisnya dan memberitahukan tempatnya pada surat tertentu
(’Abd al-Azîz ’Abd al-Mu’thi ’Arafah, 1985: 34).
Perhatian Nabi Muhammad yang sungguh-sungguh
pada pemeliharaan autensitas al-Qur`ân tampak pada larangan
beliau yang disampaikan kepada para sahabat ketika itu agar
tidak menulis apapun yang mereka terima dari Nabi SAW ke
cuali al-Qur`ân. (’Abd al-Azîz ’Abd al-Mu’thi ’Arafah, 1985: 34)
Karena adanya larangan itu, maka percampuran antara
ayat al-Qur`ân dan hadits Nabi dapat dihindari dalam catatan
yang mereka buat. Selain itu para penulis wahyu juga membuat
salinan untuk dirinya sendiri selain tulisan yang diserahkan
kepada Nabi SAW. (Shubhî al-Shâlih, 1988: 74).
Rasm Al-Qur`Ân | 79
al-Qur`ân menjadi satu. Setelah Umar menggantikan Abû
Bakar sebagai khalifah, Umar ingin membukukan kembali
al-Qur`ân. Sebelum melaksanakan niat mulia itu, Umar me
lakukan salat istikharah, namun merasa tidak ada petunjuk
dari Allah, dan Nabi Muhammad sendiri waktu masih hidup,
beliau tidak mewasiatkan untuk membukukan al Qur’an, maka
Umar tidak jadi melakukan niat mulianya itu.
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, wilayah kekuasa
an Islam sudah semakin luas, dan umat Islam telah tersebar
ke berbagai penjuru , sehingga pemeluk agama Islam bukan
hanya orang-orang Arab saja.
Pada saat itu muncul perdebatan tentang bacaan al-Qur`ân
yang masing-masing pihak mempunyai dialek yang berbeda.
Misalnya penduduk Syam membaca al-Qur`ân sesuai qirâat
Ubay bin Ka’ab; penduduk Kufah mengikuti qiraât Abdullah
bin Mas’ûd; penduduk Damaskus dan Himsa mengambil
qiraât Miqdad bin al-Aswad; dan penduduk Basrah mengikuti
qiraât Abû Musâ al-Asy’ari (Muhammad ‘Abd al-‘Azhîm al-
Zarqânî, t.t.: 248). Maka sangat disayangkan bahwa masing-
masing pihak merasa bahwa bacaan yang digunakannya
adalah yang terbaik, bahkan di antara mereka hampir terjadi
pertumpahan darah. Kemudian seorang sahabat bernama
Hudzaifah mengajukan usul kepada khalifah ‘Utsmân bin
‘Affân untuk menulis mushaf yang dapat diterima oleh semua
pihak. Dan banyak di antara mereka terdapat generasi baru
yang tidak mengerti bahwa al-Qur`ân itu diturunkan dengan
tujuh huruf, maksudnya dapat dibaca dengan beberapa qiraât
yang berbeda, lagi pula pada masa itu belum ada mushaf yang
bisa menjadi rujukan dalam menyelesaikan perselisihan di se
tiap wilayah.
Maka dibentuklah tim khusus untuk penulisan mushaf
al-Qur`ân sebagaimana yang diharapkan. Tim khusus itu di
ketuai oleh Zaid bin Tsâbit dengan anggota Abdullah bin
Zubair, Abdurrahman bin Haris bin Hisyam dan Said bin ’Ash.
Rasm Al-Qur`Ân | 81
penjuru yang berlainan dialek dan bahasanya, dirasa perlu
adanya tindakan preventif dalam memelihara umat dari ke
keliruan membaca dan memahami al-Qur’an.
Upaya tersebut baru terealisir pada masa khalifah Mua
wiyyah bin Abû Sufyan (40-60 H) oleh Imam Abû al-Aswad
al-Duali. Konon beliau pernah mendengar orang membaca
Q.S. al-Taubah/9: 3 berbunyi: ….َوَر ُسولُُه َ …أَ َّن اللَّ َه بَرِي ٌء ِم َن الْ ُم ْشرِك,
ني
akan tetapi orang tersebut kata rasuluhu dibaca rasulihi (Shubhi
Shalih, t.t.: 92). Oleh karena itu, ia yang memberi harakat atau
baris yang berupa titik merah pada mushaf al-Qur’an. Untuk
“a” (fathah) disebelah atas huruf, “u” (dlammah) di depan
huruf dan “i” (kasrah) di bawah huruf. Sedangkan syiddah
berupa huruf lipat dua dengan dua titik di atas huruf (Said
Agil Husin. Al Munawar, 2002: 22).
Usaha selanjutnya dilakukan pada masa khalifah Abdul
Malik ibn Marwan (65-68 H). Dua orang murid Abu al-Aswad
al-Duali, yaitu Nasar ibn Ashim dan Yahya ibn Ya’mar mem
beri tanda untuk beberapa huruf yang sama seperti “ba”, “ta”,
“tsa”. (Said Agil Husin. Al Munawar, 2002: 22).
Dalam berbagai sumber diriwayatkan bahwa ‘Ubaidillah
bin Ziyad (w. 67 H) memerintah kepada seorang yang berasal
dari persia untuk menambah huruf alif (mad) pada dua ribu
kata yang semestinya dibaca dengan suara panjang. Misalnya,
kanat menjadi kaanat. Adapun penyempurnaan tanda-tanda
baca lain dilakukan oleh Imam Khalid ibn Ahmad pada tahun
162 H (Shubhi Shalih, t.t.: 106) (Said Agil Husin Al Munawar,
2002: 23).
DAFTAR PUSTAKA
Al Munawar, Said Agil Husin.2002.Al-Qur’an Membangun
Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta: Ciputat Press.
Shubhi Shalih, Mabahits fi Ulum al-Quran, t.t.
Rasm Al-Qur`Ân | 83
titik di bawah, huruf ta dengan dua titik di atas, dan tsa
dengan tiga titik di atas. Pada masa itu, Al Hajjaj minta
bantuan kepada Nashr bin ‘Ashim dan Hay bin Ya’mar.
Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan ini, wilayah
kekuasaan Islam telah semakin luas hingga sampai ke
Eropa. Karena kekhawatiran adanya bacaan Alquran bagi
umat Islam yang bukan berbahasa Arab, diperintahkan
lah untuk menuliskan Alquran dengan tambahan tanda
baca tersebut. Tujuannya agar adanya keseragaman baca
an Alquran baik bagi umat Islam yang keturunan Arab
ataupun non-Arab (‘ajami). Baru kemudian, pada masa
pemerintahan Dinasti Abbasiyah, diberikan tanda baris
berupa dhamah, fathah, kasrah, dan sukun untuk mem
perindah dan memudahkan umat Islam dalam membaca
Alquran. Pemberian tanda baris ini mengikuti cara pem
berian baris yang telah dilakukan oleh Khalil bin Ahmad
Al Farahidy, seorang ensiklopedi bahasa Arab terkemuka
kala itu. Menurut sebuah riwayat, Khalil bin Ahmad juga
yang memberikan tanda hamzah, tasydid, dan ismam
pada kalimat-kalimat yang ada. Kemudian, pada masa
Khalifah Al-Makmun, para ulama selanjutnya berijtihad
untuk semakin mempermudah orang untuk membaca
dan menghafal Alquran, khususnya bagi orang selain
Arab, dengan menciptakan tanda-tanda baca tajwid yang
berupa isymam, rum, dan mad. Sebagaimana mereka juga
membuat tanda lingkaran bulat sebagai pemisah ayat dan
mencantumkan nomor ayat, tanda-tanda wakaf (berhenti
membaca), ibtida (memulai membaca), menerangkan iden
titas surah di awal setiap surah yang terdiri atas nama,
tempat turun, jumlah ayat, dan jumlah ‘ain. Tanda-tanda
lain yang dibubuhkan pada tulisan Alquran adalah tajzi’,
yaitu tanda pemisah antara satu Juz dan yang lainnya,
berupa kata ‘juz’ dan diikuti dengan penomorannya dan
tanda untuk menunjukkan isi yang berupa seperempat,
seperlima, sepersepuluh, setengah juz, dan juz itu sendiri.
Dengan adanya tanda-tanda tersebut, kini umat Islam di
seluruh dunia, apa pun ras dan warna kulit serta bahasa
yang dianutnya, mereka mudah membaca Alquran. Ini
Rasm Al-Qur`Ân | 85
dan keaslian Alquran akan senantiasa terjaga hingga akhir
zaman. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda,
para penghafal Alquran ini akan ditempatkan di surga.
Wa Allahu A’lam.
Ditinjau dari segi bahasa (etimologi), Alquran berasal
dari bahasa Arab yang berarti bacaan atau sesuatu yang
dibaca berulang-ulang. Kata ‘Alquran’ adalah bentuk
kata benda (masdar) dari kata kerja (fi’il madli) qaraa yang
artinya membaca. Para pakar mendefinisikan Alquran se
bagai kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di
mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir dan bagi
orang yang membacanya termasuk ibadah. Al-Qur’anu
huwa al-kitabu al-Mu’jiz al-Munazzalu ‘ala Muhammadin
bi wasithah sam’in aw ghairihi aw bilaa wasithah. Ada
juga yang mendefinisikannya sebagai firman Allah yang
tiada tandingannya. Diturunkan kepada Nabi Muham
mad SAW, penutup para Nabi dan Rasul, dan ditulis pada
mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita
secara mutawatir yang dimulai dengan surat Alfatihah
dan ditutup dengan surat Annas. Alquran terdiri atas
114 surat serta 30 juz dengan jumlah ayat lebih dari 6.000
ayat. Kalangan ulama masih berbeda pendapat menge
nai jumlah ayat Alquran. Ada yang menyebutkan jum
lahnya sebanyak 6.236 ayat, 6.666 ayat, 6.553 ayat, dan
sebagainya. Perbedaan penghitungan jumlah ayat ini
karena banyak ulama yang belum sepakat apakah kali
mat Bismillahirrahmanirrahim yang ada di pembukaan
surah dan huruf Alif Lam Mim, Alif Lam Ra, Yaa Sin,
Shad, dan Qaaf termasuk ayat atau bukan. Inilah yang
menyebabkan adanya perbedaan mengenai jumlah ayat.
Namun demikian, hal itu tidak menimbulkan perpecahan
di antara umat. Alquran diturunkan secara berangsur-
angsur selama kurang lebih 23 tahun. Para ulama mem
bagi masa penurunan ini menjadi dua periode, yaitu pe
riode Makkah dan periode Madinah. Periode Makkah
berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah
SAW. Sementara itu, periode Madinah dimulai sejak
Rasm Al-Qur`Ân | 87
BAB
XI
88
keadaan umat-umat terdahulu.
e. Menyingkap kebohongan-kebohongan ahli kitab yang
telah menyembunyi-kan isi dan ajaran kitab mereka yang
murni dan untuk mengoreksi pendapat mereka.
f. Menanamkan akhlâk al-karîmah dan budi pekerti yang
mulia.
g. Menarik perhatian para pendengar yang diberikan pe
lajaran kepada mereka.
)76(ِ ) َونَ َّجْيـنَا ُه َوأَ ْه َل ُه ِم َن الْ َك ْر ِب الْ َع ِظيم75( ون َ ُوح َفـ َلنِ ْع َم الْ ُم ِجيب
ٌ َُد نَا َدانَا ن ْ َولَق
وح ِفي
ٍ ُ)س َل ٌم َع َلى ن78(َ َ ) َوتَـ َرْكنَا َع َل ْي ِه ِفي ْال ِخر77(ين
ِين َ ُريَّـتَ ُه ُه ُم الْبَا ِق
ِّ َو َج َع ْلنَا ذ
)81( ين َ ِ) إِنَّ ُه ِم ْن ِعبَا ِدنَا الْ ُم ْؤِمن80( ين َ ِ) إِنَّا َك َذلِ َك نَ ْجزِي الْ ُم ْح ِسن79(َالْ َعالَ ِمين
)82( ِين َ ْرْقـنَا ْال َخر َ ُم أَغ َّ ث
Sesungguhnya Nûh telah menyeru Kami: maka sesungguhnya
sebaik-baik yang memperkenankan (adalah Kami). Dan Kami telah
menyelamatkannya dan pengikutnya dari bencana yang besar.
Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan
keturunan. Dan Kami abadikan untuk Nûh itu (pujian yang baik)
di kalangan orang-orang yang datang kemudian; "Kesejahteraan
dilimpahkan atas Nûh di seluruh alam". Sesungguhnya demikian
lah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
)إِ ْذ121(يم ٌ الل ُه َس ِمي ٌع َع ِل َّ ال َو َ ِِّئ الْ ُم ْؤِمن
ِ َين َمقَا ِع َد لِ ْل ِقت ُ َوإِ ْذ َغ َد ْو َت ِم ْن أَ ْه ِل َك تُـَبـو
)122(ون َ ُالل ِه َفـ ْليََتـ َوَّك ِل الْ ُم ْؤِمن
َّ الل ُه َولُِّيـ ُه َما َو َع َلى
َّ ْش َل َو َ ان ِم ْن ُك ْم أَ ْن تَـفِ ََّت َطائِ َفتْ َهم
ُ )إِ ْذ تَـق123(ون َ الل َه لَ َع َّل ُك ْم تَ ْش ُك ُر َّ الل ُه بِب ْد ٍر َوأَْنـتُ ْم أَ ِذلٌَّة َفاتَّـقُوا
َّ َد نَ َصرُك ُم
ُول َ َ ْ َولَق
)124(ين َ ُِّك ْم بِثَ َلثَ ِة َء َال ٍف ِم َن الْ َم َلئِ َك ِة ُمْنـ َزل ُ ين أَلَ ْن يَ ْك ِفيَ ُك ْم أَ ْن يُ ِم َّدُك ْم َرب
َ ِلِ ْل ُم ْؤِمن
ِخ ْم َس ِة َء َال ٍف َ ُّك ْم ب ُ بَـ َلى إ ِْن تَ ْصب ُِروا َوتَـَّتـقُوا َويَْأتُوُك ْم ِم ْن َفـ ْوِرِه ْم َه َذا يُ ْم ِد ْدُك ْم َرب
الل ُه إ َِّل بُ ْش َرى لَ ُك ْم َولِتَ ْط َمئِ َّن ُقـ ُلوبُ ُك ْم بِ ِه َّ ) َوَما َج َع َل ُه125(ين َ ِم َن الْ َم َلئِ َك ِة ُم َس ِّوِم
َروا ُ ين َكف َ ْط َع َط َرًفا ِم َن الَّ ِذ َ )لَِيـق126(الل ِه الْ َعزِي ِز الْ َح ِكي ِم َّ َّصر إ َِّل ِم ْن ِع ْن ِد
ُ ْ َوَما الن
ِم أَ ْوْ وب َع َل ْيه َ ُال ْم ِر َش ْي ٌء أَ ْو يَـت َْ س لَ َك ِم َن َ )لَْي127(ِين َ أَ ْو يَ ْكبَِتـ ُه ْم َفـَيـْنـ َق ِلبُوا َخائِب
ض يَـ ْغ ِف ُر لِ َم ْن ِ ال ْرَْ ات َوَما ِفي ِ الس َم َوَّ ) َولَِّل ِه َما ِفي128(ون َ يُـ َع ِّذبَـ ُه ْم َفإِنَّـ ُه ْم َظالِ ُم
)129(يم ٌ الل ُه َغفُوٌر َر ِح َّ يَ َشا ُء َويُـ َع ِّذ ُب َم ْن يَ َشا ُء َو
Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah)
keluargamu akan menempatkan para mu'min pada beberapa tempat
untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Me
ngetahui, ketika dua golongan daripadamu ingin (mundur) karena
takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu.
Karena itu hendaklah karena Allah saja orang-orang mu'min ber
tawakkal. Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan
Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah.
Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-
Nya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mu'min:
"Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan
tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?" ya (cukup), jika
kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu
dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima
َّ َال لَ ُه ُم
الل ُه ُموتُوا ٌ ُين َخ َر ُجوا ِم ْن ِديَا ِرِه ْم َو ُه ْم أُل
َ وف َح َذ َر الْ َم ْو ِت َفـق َ أَلَ ْم تَـ َر إِلَى الَّ ِذ
َ َّاس َل يَ ْش ُك ُر
ون ِ َّاس َولَ ِك َّن أَ ْكَـث َر الن
ِ الل َه لَ ُذو َف ْض ٍل َع َلى الن َّ ِن َّ ُم أَ ْحيَا ُه ْم إ
َّ ث
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari
kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya)
karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: ”Mati
lah kamu”, kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya
Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan
manusia tidak bersyukur.
ِي لَ ُه ُم اْبـ َع ْث لَنَا َم ِل ًكا وسى إِ ْذ َقالُوا لِنَب ٍّ يل ِم ْن بَـ ْع ِد ُم َ ِس َرائِ َ
ل ِم ْن بَنِي إ ْ أَلَ ْم تَـ َر إِلَى الْ َم َ ِ
ال أََّل تُـقَاتُِلوا َقالُوا َوَما ال َه ْل َع َس ْيتُ ْم إ ِْن ُكتِ َب َع َل ْي ُك ُم الْ ِقتَ ُ ِيل َّ
الل ِه َق َ نُـقَاتِ ْل ِفي َسب ِ
الِم الْ ِقتَ ُ الل ِه َوَق ْد أُ ْخر ِْجنَا ِم ْن ِديَا ِرنَا َوأَْبـنَائِنَا َفـ َلمَّا ُكتِ َب َع َل ْيه ُ ِيل َّ لَنَا أََّل نُـقَاتِ َل ِفي َسب ِ
ون لَ ُه الْ ُم ْل ُك ين(َ )246قالُوا أَنَّى يَ ُك ُ الل ُه َع ِليم ب َّ
ِالظالِ ِم َ تَـ َولَّ ْوا إ َِّل َق ِل ًيل ِمْنـ ُه ْم َو َّ
ٌ
اص َطفَا ُه ِن َّ
الل َه ْ ال إ َّ ال َق َ َع َلْيـنَا َونَ ْح ُن أَ َح ُّق بِالْ ُم ْل ِك ِم ْن ُه َولَ ْم يُـ ْؤ َت َس َع ًة ِم َن الْ َم ِ
اس ٌع الل ُه َو ِ الل ُه يُـ ْؤتِي ُم ْل َك ُه َم ْن يَ َشا ُء َو َّ َع َلي ُك ْم َوَزا َد ُه بَس َط ًة ِفي الْ ِع ْل ِم َوالْ ِجس ِم َو َّ
ْ ْ ْ
وت ِفي ِه َس ِكينَ ٌة ِم ْن ِن َءايَ َة ُم ْل ِك ِه أَ ْن يَْأتِيَ ُك ُم التَّابُ ُ ال لَ ُه ْم نَبُِّيـ ُه ْم إ َّيم(َ )247وَق َ َع ِل ٌ
ِن ِفي َذلِ َك َليَ ًة ون تَ ْح ِم ُل ُه الْ َم َلئِ َك ُة إ َّ
ال َها ُر َ وسى َوَء ُ ال ُم َ َرب ُ
ِّك ْم َوبَ ِقيَّ ٌة ِممَّا تَـ َر َك َء ُ
يك ْم ِن َّ
الل َه ُم ْبتَِل ُ ال إ َّ وت بِالْ ُجنُوِد َق َ ين(َ )248فـ َلمَّا َف َص َل َطالُ ُ لَ ُك ْم إ ِْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤِمنِ َ
س ِمنِّي َوَم ْن لَ ْم يَ ْط َع ْم ُه َفإِنَّ ُه ِمنِّي إ َِّل َم ِن ا ْغَتـ َر َف غ ْ
ُرَف ًة ِب ِم ْن ُه َفـ َل ْي َ بَِنـ َه ٍر َف َم ْن َشر َ
ين َءا َمنُوا َم َع ُه َقالُوا َل َطا َق َة بِيَ ِد ِه َف َش ِربُوا ِم ْن ُه إ َِّل َق ِل ًيل ِمْنـ ُه ْم َفـ َلمَّا َجا َوَزُه ُه َو َوالَّ ِذ َ
الل ِه َك ْم ِم ْن ِفئَ ٍة َق ِلي َل ٍة ُّون أَنَّـ ُه ْم ُم َل ُقو َّ ين يَ ُظن َ ال الَّ ِذ َوت َو ُجنُوِد ِه َق َ ِجالُ َ لَنَا الَْيـ ْوَم ب َ
وت َو ُجنُوِد ِه ِين(َ )249ولَمَّا بَـ َرُزوا لِ َجالُ َ الصابِر َ الل ُه َم َع َّ الل ِه َو َّ ْن َّ َغ َلبَ ْت ِفئَ ًة َكثِ َيرًة بِإِذ ِ
ِين()250 ِغ َع َلْيـنَا َصْبـ ًرا َوثَـبِّ ْت أَ ْق َدا َمنَا َوانْ ُص ْرنَا َع َلى الْ َق ْوِم الْ َكا ِفر َ َقالُوا َربَّـنَا أَ ْفر ْ
الل ُه الْ ُم ْل َك َوالْ ِح ْك َم َة َو َع َّل َم ُه وت َوَءاتَا ُه َّ الل ِه َوَقـتَ َل َدا ُوُد َجالُ َ ْن َّ َفـ َه َزُمو ُه ْم بِإِذ ِ
ض َولَ ِك َّن َّ َس َد ِت َْ ِممَّا يَ َشا ُء َولَ ْوَل َد ْف ُع َّ
الل َه ذُو ال ْر ُ ض لَف َ الل ِه الن َ
َّاس بَـ ْع َض ُه ْم بَِبـ ْع ٍ
الل ِه نَـْتـ ُلو َها َع َل ْي َك بِالْ َح ِّق َوإِنَّ َك لَ ِم َن ات َّ ين()251تِ ْل َك َءايَ ُ َف ْض ٍل َع َلى الْ َعالَ ِم َ
ين()252 الْ ُم ْر َس ِل َ
Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil
sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang
Nabi mereka: ”Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami
berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi mereka
menjawab: ”Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berpe
rang, kamu tidak akan berperang.” Mereka menjawab: ”Mengapa
kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya
AMTSÂL AL-QUR`ÂN
96
Contoh amtsâl dalam al-Qur`ân adalah firman Allah QS al
’Ankabut/29:41
Amtsâl Al-Qur`Ân | 97
Dua ayat tersebut menunjukkan dengan tegas bahwa
orang-orang musyrik yang menghormati, yang meminta per
tolongan dan perlindungan, dan yang menyembah dan ber
tuhan kepada selain Allah, mereka tidak akan mendapatkan
sesuatu apapun kecuali hal-hal yang berlawanan dengan ha
rapan mereka. Perumpamaan ini sangat sesuai dan mengena
sekali untuk menunjukkan pada kebatilan perbuatan syirik,
kerugian orang-orang musyrik dan kesia-siaan harapan me
reka. Jika dikatakan bahwa sesungguhnya mereka menge
tahui bahwa selemah-lemah rumah adalah rumah laba-laba,
tetapi mengapa mereka menjadi tidak menyadari hal itu. Ini
ُ ( لَ ْو َكاُنـ ْوا َيـ ْعلkalau mereka me
lah yang diisyaratkan kalimat َم ْو َن
ngetahui). Jawabannya adalah bahwa sebenarnya Allah tidak
pernah menghilangkan pengetahuan orang-orang musyrik
tentang lemahnya sembahan-sembahan mereka, melainkan
mereka tidak menyadari bahwa pengambilan pelindung-pe
lindung selain Allah itu merupakan kelemahan dan bahkan
dengan perbuatannya itu, mereka menduga akan mendapat
kan kemuliaan dan kekuatan.
Pada contoh yang kedua Allah mengumpamakan per
buatan orang-orang kafir adalah karena kebatilan dan kesia-
siaannya yaitu bagaikan abu yang ditiup angin keras pada hari
yang ada angin kencang. Perbuatan mereka sia-sia dan per
cuma karena tidak berdasarkan iman dan ihsan, dan karena
tidak ditujukan kepada Allah serta tidak bersandar kepada
aturan-aturan-Nya. Perbuatan-perbuatan itu seperti abu yang
beterbangan ditiup angin kencang,sementara pelakunya tidak
dapat berbuat apa-apa bahkan ketika sedang berada pada hari/
masa mereka sangat membutuhkan, serta tidak dapat meng
ambil manfaat apapun dari apa yang diperbuatnya di dunia.
Dan tidak ada pahala ataupun manfaat yang dapat mereka
lihat dan mereka ambil dari perbuatannya.
ِم َقالُوا إِنَّا َم َع ُك ْم إِنَّ َما ْ ين َءا َمنُوا َقالُوا َءا َمنَّا َوإِذَا َخ َل ْوا إِلَى َشيَا ِطينِه َ َوإِذَا لَقُوا الَّ ِذ
)15(ون ْ ِم َويَ ُم ُّد ُه ْم ِفي ُط ْغيَانِه
َ ِم يَـ ْع َم ُه ْ ِئ بِه َّ
ُ )الل ُه يَ ْسَتـ ْهز14( ُون
َ نَ ْح ُن ُم ْسَتـ ْه ِزئ
)16(ين َ ِح ْت تِ َجا َرتُـ ُه ْم َوَما َكانُوا ُم ْهتَ ِد
َ الض َللَ َة بِالْ ُه َدى َف َما َرب َّ اشَتـ َرُواْ ين َ أُولَئِ َك الَّ ِذ
َّ اسَتـ ْوَق َد نَا ًرا َفـ َلمَّا أَ َضا َء ْت َما َح ْولَ ُه َذ َه َب
الل ُه بِنُوِرِه ْم َوتَـ َرَك ُه ْم ْ َمَثـ ُل ُه ْم َك َمثَ ِل الَّ ِذي
) أَ ْو َك َصيِّ ٍب18(ون َ )ص ٌّم بُ ْك ٌم ُع ْم ٌي َفـ ُه ْم َل يَـ ْر ِج ُع17(
ُ َ ات َل يُـ ْب ِص ُر
ون ٍ ِفي ُظ ُل َم
الص َوا ِع ِق َّ ِم ِم َن ْ ون أَ َصابِ َع ُه ْم ِفي َءاذَانِه َ ات َوَر ْع ٌد َوبَـ ْر ٌق يَ ْج َع ُل ٌ الس َما ِء ِفي ِه ُظ ُل َم
َّ ِم َن
)19(ِين َ يط بِالْ َكا ِفر ٌ الل ُه ُم ِحَّ َح َذ َر الْ َم ْو ِت َو
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman,
mereka mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kem
bali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesung
guhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-
olok”. Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan
mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka itulah
orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah
beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat pe
tunjuk. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menya
lakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah
Amtsâl Al-Qur`Ân | 99
hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan me
reka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan
buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).
atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit
disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinga
nya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab
takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.
َ َوالَّ ِذ
َ ين إِذَا أَْنـ َفقُوا لَ ْم يُ ْس ِرُفوا َولَ ْم يَـ ْقُتـ ُروا َوَك
ان بَـ ْي َن َذلِ َك َقـ َوا ًما
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka
tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pem
belanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
)17( .... َوَل تَ ْج َع ْل يَ َد َك َم ْغ ُلولَ ًة إِلَى ُعنُ ِق َك َوَل تَـ ْب ُس ْط َها ُك َّل الْبَ ْس ِط
d). QS al Isra’/17:110
.... ال َه ْل َءا َمنُ ُك ْم َع َل ْي ِه إ َِّل َك َما أَ ِم ْنتُ ُك ْم َع َلى أَ ِخي ِه ِم ْن َقـ ْب ُل
َ َق
Berkata Ya`qub: "Bagaimana aku akan mempercayakannya
(Bunyamin) kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan
saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu?"….
)4(ِالس ِعير ِ ُكتِ َب َع َل ْي ِه أَنَّ ُه َم ْن تَـ َوَّل ُه َفأَنَّ ُه يُ ِض ُّل ُه َويَـ ْه ِدي ِه إِلَى َع َذ
َّ اب
yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa barangsiapa yang
berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya, dan mem
bawanya ke azab neraka.
10). Buah itu tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Bentuk ini
ada pada Q.S. Nûh/71: 27
13). Yang halal sulit dicari dan yang haram mudah dicari.
Bentuk ini ada pada Q.S. al-A’râf/7 : 163
4. Tujuan Amtsâl
Al-Qur`ân adalah mu’jizat yang diberikan kepada Nabi
besar Muhammad SAW. yang sebagian isinya berbentuk amtsâl
,sebagai salah satu uslub yang ada dalam al-Qur`ân.
Allah SWT menyebutkan amtsâl merupakan pengajaran
yang tinggi atau istimewa nilainya bagi manusia dalam ma
salah-masalah yang penting, seperti ketauhidan dan keadaan
orang yang meyakini Keesaan-Nya, syirik dan orang yang
berbuat syirik, serta amal perbuatan yang bersifat umum.
Kesemuanya itu mempunyai maksud menjelaskan pe
ngertian-pengertian yang bermanfaat dan perumpamaan-per
umpamaan yang dapat dan mudah dimengerti oleh panca
indera manusia , sehingga seakan-akan pembaca mengetahui
makna-makna matsal tersebut seperti melihat dengan mata
kepala sendiri secara langsung ; yang demikian ini termasuk
petunjuk dan pertolongan dari Sang Pencipta yang diberikan
kepada para hamba-Nya.
Allah SWT telah mengumpamakan wahyu dan ilmu yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada beberapa
ayat ; tentang hujan dan gerimis yang turun dari langit ; dan
mengumpamakan hati manusia seperti tanah dan lembah.
Efektivitas wahyu dan ilmu di dalam hati manusia bagaikan
efektivitasnya gerimis dan hujan yang menyirami tanah, maka
tanah itu akan menjadi baik dan subur karena menerima air
sehingga tumbuhlah rerumputan dan tumbuh-tumbuhan yang
banyak. Hal demikian itu merupakan perumpamaan hati
manusia yang baik yang mau memahami wahyu dan kalam
Allah yang dibawa oleh Rasul dan akalnya mau menerima dan
mau mengamalka ilmu dan ajaran yang dibawa oleh Rasul.
Sebaliknya tanah yang tidak dapat menahan air tidak akan
a. Masalah Aqidah
Allah adalah nama wujud Maha Tinggi. Selain lafal
“Allah” terdapat lafal-lafal lain yang merupakan nama-nama
wujud Maha Tinggi Allah yaitu antara lain al-Rahmân, al-Rahîm,
al-Malik, al-Quddûs, al-Salâm, al-Mu`min, al-Muhaimin, al-‘Azîz,
al-Jabbâr, al-Mutakabbir, al-Khâliq, al-Bâri`, al-Mushawwir, dan
lain-lain, dari antara nama-nama terbaik (al-Asmâ’ al-Husnâ)
Tuhan.
Kaum musyrikin menuduh Nabi Muhammad tidak kon
sisten dalam mengajarkan paham ketuhanan Yang Maha Esa.
Pada saat itu, al-Qur`ân mulai banyak menggunakan nama
al-Rahmân, waktu itu tidak dikenal orang Arab. Pandangan
mereka yang keliru itu, jika dzat Yang Mutlak itu mempunyai
nama lain, berarti ia tidak Maha Esa, melainkan berbilang
sebanyak nama yang digunakan. Maka turunlah Q.S. al-Isrâ’/
17: 110 berikut:
b. Masalah Akhlak
Ayat-ayat dalam bentuk amtsâl memberi motifasi agar
manusia selalu berhias dengan akhlak mulia, contoh Q.S. al-
Baqarah/2: 261
AQSÂM ALQUR`ÂN
.... ِم إِنَّـ ُه ْم لَ َم َع ُك ْم َّ ين أَ ْقس ُموا ب َّ َ ُول الَّ ِذ
ْ ِالل ِه َج ْه َد أَيْ َمانِه َ َ ين َءا َمنُوا أَ َه ُؤَل ِء ال ِذ ُ َويَـق
)53 :5 (المائدة
113
Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: "Inikah orang-
orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah,
bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?" ….
وت بَـ َلى َو ْع ًدا َع َل ْي ِه َح ًّقا َولَ ِك َّن َّ ِم َل يَـبـ َع ُث َّ
ُ الل ُه َم ْن يَ ُم ْ ْ َوأَ ْق َس ُموا بِالل ِه َج ْه َد أَيْ َمانِه
)38 :16 (النحل... ون ِ أَ ْكَثـ َر الن
َ َّاس َل يَـ ْع َل ُم
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang
sungguh-sungguh: “Allah tidak akan membangkitkan orang yang
mati”. (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkit
kannya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui.....
َّ َو
)4(الل ْي ِل إِذَا يَـ ْغ َشىها
Demi malam apabila menutupi (cahaya) siang.
َ َويَ ْسَتـ ْنبِئُونَ َك أَ َح ٌّق ُه َو ُق ْل إِي َوَربِّي إِنَّ ُه لَ َح ٌّق َوَما أَْنـتُ ْم بِ ُم ْع ِجز
)53(ِين
Dan mereka menanyakan kepadamu: “Benarkah (azab yang
dijanjikan) itu?” Katakanlah: “Ya, demi Tuhan-ku, sesung
guhnya azab itu adalah benar dan kamu sekali-kali tidak bisa
luput (daripadanya)”.
- Q.S. al-Saba`/34: 3
- Q.S. al-Thaghabun/64: 7
- Q.S. al-Hijr/15: 92
- Q.S. al-Ma’arij/70: 40
- Q.S. al-Fajar/89: 1 – 6
c. Muqsam ‘Alaih
Muqsam ‘alaih ialah bentuk jawaban dari syarat yang telah
disebutkan sebelumnya (muqsam bih). Posisi muqsam ‘alaih
terkadang bisa menjadi taukid, sebagai jawaban aqsam.
Karena yang dikehendaki dengan qasam adalah untuk
mentaukid pada muqsam ‘alaih dan ( mentahkîqkannya).
Untuk fi‘il mâdhi yang mutasharif yang tidak didahului
ma’mûl, maka jawaban qasamnya seringkali mengguna
kan lam ( ) لatau qod ( ) قد.
Contohnya adalah: Q.S. al-Syams/91: 10
َ َوَق ْد َخ
)10(اب َم ْن َد َّسا َها
Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya
- Q.S. al-Balad/90: 1
اب ِم ْن َ َين أُوتُوا الْ ِكتَ ُس ُك ْم َولَتَ ْس َم ُع َّن ِم َن الَّ ِذ ِ لَتُْبـ َل ُو َّن ِفي أَ ْم َوالِ ُك ْم َوأَْنـف
َ َقـ ْب ِل ُك ْم َوِم َن الَّ ِذ
َّ ين أَ ْش َرُكوا أَذًى َكثِ ًيرا َوإ ِْن تَ ْصب ُِروا َوتَـَّتـقُوا َفإ
ِن َذلِ َك ِم ْن َع ْزِم
)186(ِال ُمور ُْ
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan diri
mu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari
orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-
orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak
yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut
diutamakan.
1. Pengertian Metode
Metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti
cara penyelidikan, yaitu cara melaksanakan sesuatu atau cara
mencapai pengetahuan (Hassan Shadily, Jilid IV, 1989: 2230).
Setiap ilmu pengetahuan mempunyai obyek telaahnya
sendiri, maka masing-masing cabang ilmu pengetahuan mem
punyai metode sendiri.
Yang dimaksud dengan metode penafsiran al-Qur`ân
adalah cara-cara menafsirkan ayat-ayat al-Qur`ân yang dilak
sanakan dengan cara tertetntu.
120
a. Methode Al-Tahlîlî ()التّحليلى
Al-Tahlîlî ( )التّحليلىbentuk mashdar dari hallala )) لّلberakar
kata dari halla )حل ّ ) berarti membuka sesuatu (Ahmad bin
Faris bin Zakariyâ, II, 1967: 20). Hallala berarti menjelaskan
bagian-bagian serta fungsinya masing-masing.
Metode al-Tahlîlî menurut istilah adalah metode Tafsîr
yang menjelaskan ayat-ayat al-Qur`ân dari seluruh aspek-
aspek nya dan mengungkapkan maksud-maksudnya secara
terperinci sesuai dengan urutan ayat dan surat al Qur’an
mushhaf ’Utsmani.
Al-Tafsîr al-Tahlîlî adalah suatu metode tafsîr yang ber
maksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur`ân dari
seluruh aspeknya. Di dalam tafsîr tahlili, mufassir meng
ikuti urutan ayat dan surat sebagaimana yang telah disusun
di dalam mushhaf ’Utsmani. Mufassir memulai uraian nya
dengan mengemukakan arti kosa kata yang diikuti dengan
penjelasan mengenai arti global ayat. Mufassir juga menge
mukakan munâsabah (korelasi) ayat-ayat, dan menjelaskan hu
bungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain, membahas
sabab-al nuzûl (latar belakang turunnya ayat) jika ada, dan me
nyampaikan dalil-dalil dari hadits, atau dari sahabat, dan atau
dari para tâbi’în.
Dalam tafsirnya, mufassir biasanya tidak akan lepas dari
latar belakang pendidikannya; dan membahas kebahasaan
dan lainnya yang dipandang dapat membantu memahami
nash al-Qur`ân tersebut.
Ditinjau dari segi kecenderungan para mufassir, metode
tahlîlî ini dapat dibedakan kepada :
1). Al-Tafsîr bi al-Ma’tsûr ()التّفسري باملأثور
2). Al-Tafsîr bi al-Ra’yi ()التّفسري بالرأي
3). Al-Tafsîr al-Shufî ()التّفسري بالصوىف
4). Al-Tafsîr al-Fiqhî ()التّفسري الفقهى
5). Al-Tafsîr al-Falsafî ()التّفسري الفلسفى
ٍ أَْيـنَ َما تَ ُكونُوا يُ ْدرُِك ُك ُم الْ َم ْو ُت َولَ ْو ُك ْنتُ ْم ِفي بُـ ُر
وج ُم َشيَّ َد ٍة َوإ ِْن تُ ِصْبـ ُه ْم َح َسنَ ٌة يَـقُولُوا
َّ الل ِه َوإ ِْن تُ ِصبـ ُه ْم َسيِّئَ ٌة يَـقُولُوا َه ِذ ِه ِم ْن ِع ْن ِد َك ُق ْل ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد
الل ِه َّ َه ِذ ِه ِم ْن ِع ْن ِد
ْ
)78(ون َح ِديثًا َ ون يَـ ْف َق ُهَ ال َه ُؤَل ِء الْ َق ْوِم َل يَ َكا ُدِ َف َم
d. Al-Tafsîr al-Fiqhî
Al-Tafsîr al-Fiqhî lahir bersamaan lahirnya al-Tafsîr bi al-
Ma’tsûr, dan sama-sama dinukil dari Nabi SAW, tanpa pem
bedaan antara keduanya. Para sahabat setiap menemukan
kesulitan untuk memahami hukum yang dikandung oleh al-
Qur`ân langsung bertanya kepada Nabi, dan beliau langsung
e. al-Tafsîr al-Falsafi
Di tengah-tengah pesatnya perkembangan ilmu dan
budaya ini, gerakan penerjemah tumbuh dan giat dilaksanakan
di masa Dinasti Bani Abbas. Berbagai sumber perbendahara
an ilmu digali, dan aneka macam pustaka diterjemahkan, ter
masuk buku-buku filsafat karya para filosof Yunani.
Tokoh-tokoh Islam yang membaca buku-buku filsafat ini
terbagi kepada dua golongan,yaitu:
Pertama, golongan yang menolak filsafat, karena mereka
berpendapat bahwa filsafat itu bertentangan dengan agama.
Kelompok ini secara radikal menentang filsafat dan berupaya
menjauhkan umat dari padanya (Muhammad Husain al-
Dzahabî, III, 1961: 83). Diantara tokoh yang bersikap keras
adalah al-Imam al-Ghazali dengan karyanya حجة اإلسالم
ّ (Hujjah
al-Islâm) dan al-Fakhr al-Râzî dengan karyanya مفاتيح الغيب
(Mafâtih al-Ghaib). Al-Fakhr al-Râzî dalam tafsîrnya men
jelaskan ide-ide filsafat yang dipandang bertentangan dengan
agama, khususnya dengan al-Qur`ân, dan akhirnya beliau
dengan tegas menolak filsafat berdasar alasan dan dalil yang
beliau anggap memadai.
Kedua, golongan yang mengagumi dan menerima filsafat,
meski di dalamnya terdapat ide-ide yang bertentangan dengan
nash-nash syar’i. Kelompok ini berupaya mengkompromikan
atau mencari titik temu antara filsafat dan agama. Namun
usaha mereka ini belum berhasil mencapai titik temu, melain
kan masih berupa usaha pemecahan masalah secara setengah-
setengah (Muhammad Husain al-Dzahabi, III, 1961: 84). Hal
f. Al-Tafsîr al-’Ilmi
Al-Qur`ân menyuruh umat manusia memperhatikan alam.
Allah SWT di samping menyuruh hamba-Nya memperhatikan
wahyu-Nya yang tertulis, sekaligus menganjurkan hamba-Nya
agar memperhatikan wahyu-Nya yang tampak, yaitu alam.
Karena inilah, banyak ayat al-Qur`ân yang diakhiri dengan ka
limat yang menyuruh manusia berfikir, dan memahami sains,
seperti pada Q.S. al-An’âm/6: 65 berikut:
1
M. Quraish Shihab, 1984: 1.
ٌ ات َم ْط ِوي
َّات َّ ض َج ِمْيـ ًعا َقـ ْب َضتُ ُه يَـ ْوَم الْ ِقيَا َم ِة َو
ُ الس َما َو ُ َوَما َق َد ُروا اهللَ َح َّق َق ْد ِرِه َوا َأل ْر
َ بِيَ ِم ْينِ ِه ۚ ُس ْب َحانَ ُه َوتَـ َعالَى َعمَّا يُ ْشرُِك
ون
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan
yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya
pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.
Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan.” (QS. Az-Zumar: 67)
:6 (األنعام.... َوَل تَـ ْقُتـ ُلوا أَ ْوَل َدُك ْم ِم ْن إِ ْم َل ٍق نَ ْح ُن نَـ ْرُزُق ُك ْم َوإِيَّا ُه ْم...
)151
… janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada
mereka…
ُ َوَل تَـ ْقُتـ ُلوا أَ ْوَل َدُك ْم َخ ْشيَ َة إِ ْم َل ٍق نَ ْح ُن نَـ ْرُزُقـ ُه ْم َوإِي
:17 (اإلسراء.... َّاك ْم
)31
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka
dan juga kepadamu ....
ِي َص َّلى
َّ ِك ِل َم ٍة أَيَّا َم الْ َج َم ِل لَمَّا بَـ َل َغ النَّب َّ َد نَـ َف َعنِي
َ الل ُه ب َ َع ْن أَبِي بَ ْك َرَة َق...
ْ ال لَق
ض َوبِ َما أَْنـ َفقُوا ِم ْن َّ ون َع َلى النِّسا ِء بِ َما َف َّض َل
ٍ الل ُه بَـ ْع َض ُه ْم َع َلى بَـ ْع َ ال َقـوَّا ُمُ الر َج
ِّ
َ
َّ الل ُه َوَّ ات لِ ْل َغي ِب بِ َما َح ِف َظ ْ أَ ْم َوالِه
َ اللتِي تَ َخا ُف
ون ْ ٌ ات َحا ِف َظ ٌ َات َقانِتُ الصالِ َحَّ ِم َف
ِن أَ َط ْعنَ ُك ْم َف َل تَـْبـ ُغوا
ْ اض ِربُو ُه َّن َفإ
ْ اج ِع َو ِ نُ ُشوَزُه َّن َف ِع ُظو ُه َّن َوا ْه ُج ُرو ُه َّن ِفي الْ َم َض
َّ ِنَّ ِيل إ
)34 :4/ِيرا (ْالنساء ً ان َع ِليًّا َكب
َ الل َه َك ً ِن َسب َّ َع َل ْيه
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita
yang saleh, ialah yang ta`at kepada Allah lagi memelihara diri
ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya,
maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta`atimu,
maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
KAIDAH-KAIDAH TAFSIR
ْف ِم ْن
ُ السق
َّ ِم َّ ِم َفأَتَى
ُ الل ُه بُـْنـيَانَـ ُه ْم ِم َن الْ َق َوا ِع ِد َف َخ َّر َع َل ْيه َ َق ْد َم َك َر الَّ ِذ
ْ ين ِم ْن َقـ ْب ِله
150
)26(ون ُ ِم َوأَتَا ُه ُم الْ َع َذ
َ اب ِم ْن َح ْي ُث َل يَ ْش ُع ُر ْ َفـ ْوِقه
Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah meng
adakan makar, maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka
dari dasar-dasarnya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka
dari atas, dan datanglah azab itu kepada mereka dari tempat yang
tidak mereka sadari.
a. Kaidah Qur`âniyah
Kaidah Qur`âniyah yang dimaksud adalah menafsirkan
al-Qur`ân dengan al-Qur`ân, sebab telah kita ketahui bahwa
al-Qur`ân adalah kalam Allah, sehingga Dia-lah Yang Maha
Tahu tentang tafsir al-Qur`ân. Hal itu sesuai dengan firman
Allah Q.S. al-Qiyâmah/75: 19
اب َوأُ َخ ُر ِ َات ُه َّن أُ ُّم الْ ِكت ٌ ات ُم ْح َك َم ٌ َاب ِم ْن ُه َءاي َ َُه َو الَّ ِذي أَْنـ َز َل َع َل ْي َك الْ ِكت
ون َما تَ َشابَ َه ِم ْن ُه ابْتِ َغا َء الْ ِفْتـنَ ِة َوابْتِ َغا َءَ ِم َزيْ ٌغ َفـيَتَّبِ ُعْ ين ِفي ُقـ ُلوبِهَ ات َفأَمَّا الَّ ِذ ٌ ُمتَ َشابِ َه
ون َءا َمنَّا بِ ِه ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد َ ُون ِفي الْ ِع ْل ِم يَـقُول َ اس ُخ ِ الر َّ تَْأوِي ِل ِه َوَما يَـ ْع َل ُم تَْأوِي َل ُه إ َِّل
َّ الل ُه َو
َْ َربِّـنَا َوَما يَ َّذَّك ُر إ َِّل أُولُو
ِ َاللْب
اب
Dia-lah yang menurunkan al Kitab (al-Qur`ân) kepada kamu. Di
antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok
isi al-Qur`ân dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun
orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka
mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyâbihât untuk
menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal
tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman
kepada ayat-ayat yang mutasyâbihât, semuanya itu dari sisi
Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)
melainkan orang-orang yang berakal..
.... س َك ِم ْث ِل ِه َش ْي ٌء
َ لَْي...
… Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia ….
Bagian akhir dari ayat tersebut adalah salah satu Asmâ` al-
ٌ ِ َعل. Kata ini menjadi dasar untuk menafsir
Husnâ yaitu kata: يم
kan tentang penciptaan bumi dan langit serta menjelaskan
planet-planet di angkasa luar. Oleh karena itu dalam me
nafsirkan ayat tersebut harus didasari dengan iman kepada
Allah sebagai Tuhan Yang Maha Mengetahui.
Penulisan adanya dasar rasa Iman dalam ayat tersebut telah
diperingatkan oleh ayat sebelumnya, yaitu Q.S. Al-Baqarah/2:
28 berikut:
ُ ُم يُ ْحي
َّ ُم يُ ِميتُ ُك ْم ث َّ ون ب
َ ُم إِلَْي ِه تُـ ْر َج ُع
ون َّ ِيك ْم ث َّ ِالل ِه َوُك ْنتُ ْم أَ ْم َواتًا َفأَ ْحيَ ُاك ْم ث ُ َك ْي َف تَ ْكف
َ ُر
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati,
lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan
dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikem
balikan?
b. Kaidah Sunnah
Yang dimaksud dengan sunnah di sini adalah sama
dengan hadist, yaitu segala sabda, perbuatan, taqrir, hal ihwal
yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW(M. Syuhudi
Ismail, 1988: 25). Jadi, yang dimaksud dengan kaidah sunnah
adalah menafsirkan al-Qur`ân melalui panjelasan Nabi.
َّ َّاس ما نُـ ِّز َل إِلَيهِم ولَع َّل ُهم يـتـف ِّ الزبُ ِر َوأَْنـ َزلْنَا إِلَي َك
ون
َ َك ُر ََ ْ َ َ ْ ْ َ ِ الذْك َر لِتَُبـيِّ َن لِلن ْ ِ َبِالَْبـِّيـن
ُّ ات َو
keterangan-keterangan (mu`jizat) dan kitab-kitab. Dan Kami tu
runkan kepadamu Al-Qur`ân, agar kamu menerangkan kepada
umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya
mereka memikirkan,
َ ِّالضال
)7(ين َّ ِم َوَل ِ ِم غ َْي ِر الْ َم ْغ ُض
ْ وب َع َل ْيه َ اط الَّ ِذ
ْ ين أَْنـ َع ْم َت َع َل ْيه َ ِص َر
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat
kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan
(pula jalan) mereka yang sesat..”
َ الصا ِد ِق
ين َّ ات َو ِ َين َوالْقَانِتَ ِات َوالْقَانِتِ َين َوالْ ُم ْؤِمن َ ِات َوالْ ُم ْؤِمن
ِ ين َوالْ ُم ْس ِل َم
َ ِن الْ ُم ْس ِل ِمَّ إ
َ ات َوالْ ُمتَ َص ِّد ِق
ين ِ اش َع ِ ين َوالْ َخ ِ ات َوالْ َخ
َ اش ِع ِ الصاب َِر
َّ ِين َو َّ ات َو
َ الصابِر ِ الصا ِد َق َّ َو
َ الذ ِاكر
ِين َّ ات َو ِ وج ُه ْم َوالْ َحا ِف َظ َ ات َوالْ َحا ِف ِظ
َ ين ُفـ ُر ِ الصائِ َم َّ ين َو َ الصائِ ِم
َّ ات َو ِ َوالْ ُمتَ َص ِّد َق
َّ ات أَ َع َّد
الل ُه لَ ُه ْم َم ْغ ِف َرًة َوأَ ْج ًرا َع ِظي ًما َّ الل َه َكثِيرا َو
ِ الذ ِاك َر َّ
ً
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki
dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap
dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki
dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan
yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehor
matannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar.
Dalam ayat tersebut dhamîr hum befungsi mengganti dua
puluh kata mulai dari kata al-muslîmîn sampai dengan
kata al-dzâkirât. Dengan adanya dhamîr hum tidak perlu
mengulang kata-kata yang banyak, dan kalimatnya tetap
sempurna dan menjadi singkat.
b). Isim Nâkirah dan Ma’rifah
Isim nâkirah adalah isim yang tidak memberi pengertian
secara jelas (Hifni Bik Nashif, T.th.: 48) atau isim yang me
َّ ول
.... الل ِه ُ ُم َح َّم ٌد َر ُس
Muhammad adalah utusan Allah ....
ِ س لَ َك بِ ِه ِع ْل ٌم َف َل تُ ِط ْع ُه َما َو َص
احْبـ ُه َما ِفي َ اك َعلى أَ ْن تُ ْشر
َ ِك بِي َما لَْي َ َوإ ِْن َجا َه َد
ُّ
.... الدْنـيَا َم ْع ُروًفا
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan ma’rûf (baik) ….
يك ْم ِمْنـ َها َوِم ْن ُك ِّل َك ْر ٍب َّ ُق ِل.…ِات الْ�ب ِّر َوالْب ْحر
ُ الل ُه يُـنَ ِّج ُ ُق ْل َم ْن ُ�ينَ ِّج
َ َ ِ يك ْم ِم ْن ُظ ُل َم
Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari
bencana di darat dan di laut …. Katakanlah: "Allah menyelamatkan
kamu daripada bencana itu dan dari segala macam kesusahan,
kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya."
4. Kaidah Ushûl
Kata ushûl berasal dari kata ashl yang berarti asas(Ahmad
Warson Munawwir, 1984: 30). Adapun yang dimaksud dengan
ushûl adalah metode-metode yang menjelaskan tentang jalan
agar dapat memberikan pemahaman dalam mengeluarkan
hukum-hukum dari dalil-dalilnya(Muhammad Abû Zahrah,
1958: 7). Kaidah ushûl menjadi penting, karena dengan kaidah
ushûl ini seseorang dapat mengistimbathkan hukum-hukum
dari ayat-ayat al-Qur`ân.
Berkaitan dengan kaidah ushul ada hal-hal yang perlu
kita cermati, antara lain sebagai berikut :
a). Mutlaq dan Muqayyad
Mutlaq adalah apa yang menunjukkan pada satu topik
tanpa dikaitkan dengan kaitan apapun (Abdul Wahhâb
al-Khalâf, 1978: 192) atau Mutlaq adalah lafal yang me
nunjukkan pada topik tanpa ada ikatan, penghimpunan
atau sifat (Muhammad Abû Zahrah, 1958: 7). Sedangkan
muqayyad adalah apa yang menunjukkan kepada suatu
kata yang dikaitkan dengan lafal dengan kaitan apa saja
(Abdul Wahhâb al-Khalâf, 1978: 192) atau suatu lafal
yang menunjukkan kepada sesuatu yang ada ikatannya
(Muhammad Abû Zahrah, 1958: 7).
ْ ُّك أََّل تَـ ْعبُ ُدوا إ َِّل إِيَّا ُه َوبِالْ َوالِ َديْ ِن إ
ِح َسانًا إِمَّا يَـْبـ ُل َغ َّن ِع ْن َد َك الْ ِكَبـ َر أَ َح ُد ُه َما َ َوَق َضى َرب
ُل لَ ُه َما أُ ٍّف َوَل َـتْـن َه ْرُه َما َوُق ْل لَ ُه َما َـق ْوًل َكرِي ًما ْ أَ ْو ِك َل ُه َما َف َل َـتق
173
al-Jârim, ‘Alî dan Amîn , Mushthafâ, al-Nahw al-Wadhih, II,
(Mesir: T.p, T.th.).
Mahmûd bin Syarîf, al-Amtsâl fî al-Qur`ân, ( Mesir: Dâr al-
Ma’ârif, 1965)
Muhsin, Sâlim, Târîkh al-Qur`ân al-Karîm, (Madînah: Muassasah
Syabâb al-Jâmi’ah, T.th.).
Madjid, Nurcholis, Masalah Simbol dan Simbolisme Dalam
Ekspresi Keagamaan. Jakarta: Yayasan Paramadina, 1994.).
Mannâ` al-Qaththân, Mabâhits fi ’Ulum al-Qur`ân, ( T.Tp.:
Mansyurat al-‘Ashr al-Hadits, 1973).
Mûsâ, Kâmil dan Dahrûj, ‘Alî, al-Tibyân fî ‘Ulûm al-Qur`ân,
(Bairut: Silisilah al-‘Ulûm al-Qur`âniyah, 1992)
Nashif, Hifni Bik, Qawaid al-lughah al-‘Arabiyah, II, (Surabaya:
Al-Makatabah Siqafiyah, T.th.)
Al-Nisâbûrî, Asbâb al-Nuzul, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1988)
Quthub, Sayyid, Fî Zhilâl al-Qur`ân, XIV, (Beirut: Ihyâ’ al-
Turâts al-‘Arabi, 1967).
Al-Râfi’i, Mushthafâ Shâdiq, I’Jâz al-Qur`ân, I, (Beirut: Dâr al-
Fikr, t.t.)
Al-Râghib al-Ashfahânî, Mufradât Alfâzh al-Qur`ân, (Damsyiq:
Dâr al-Qalam, 1992).
Râsyid Ridhâ, Muhammad, Tafsîr al-Qur`ân al-Hakîm, III, (Beirut:
Dar al-Ma’rifah, t.t..)
Al-Sa’âdi, ‘Abd al-Rahmân Nâshir, al-Qawâid al-Hisân li Tafsir
al-Qur`ân, (Riyâdh: al-Ma’ârif, t.t.)
Shaleh, Qamaruddin dkk., Asbabun Nuzul, (Bandung:
Diponegoro, 1993)
Al-Shabûni, Muhammad ‘Ali, Al-Tibyân fî ’Ulûm Al-Qur`ân,
(Damaskus: Maktabah Al-Ghazali, 1390)
Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur`ân, (Bandung: Mizan,
1992)
______________, Metode Penyusunan Tafsir yang Berorientasi pada
Sastra dan Budaya, dan Kemasyarakatn, (Ujung Pandang:
IAIN Alauddin, 1984)
______________, Mukjizat al-Qur`ân, Ditinjau Dari Aspek Keba
hasaan, Isyarat Ilmiyah, dan Pemberitaan Ghaib, (Bandung:
Mizan, 1997)
‘Ulûm Al-Qur`Ân
Daftar Pustaka | 175
Shihab, M. Quraish. 2013. Kaidah Tafsir; Syarat, Ketentuan, dan
Aturan yang Patut Anda Ketahui dalam Memahami Alquran.
Ciputat: Lentera Hati.
Sumaryono, E. 1999. Hermeneutik Sebuah Masalah Metode Filsafat.
Yogyakarta: Kanisius.