Oleh:
Nazwa Amalia (12010301)
Nida Nur Syaida (1201030142)
Nur Jannah Angriani (1201030147)
Ridwan Fauzi (1201030159)
Rifan Ifkar Asshiddiqie (1201030161)
Ruby Zakia (1201030166)
Setiawan Daffa Ramdani (1201030176)
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
A. Latar belakang................................................................................................................4
B. Rumusan masalah...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................5
A. Pengertian Musykil.........................................................................................................5
B. Contoh- Contoh Ayat Musykil.......................................................................................6
C. Sebab-Sebab Adanya Ikhtilaf pada Ayat-Ayat Musykil................................................8
D. Urgensi Mempelajari Musykil al-Qur’an.....................................................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al Qur’an merupakan pedoman hidup bagi umat islam, yang diturunkan melalui
Nabi Muhammad SAW. Di dalam ayat ayatnya mengandung pokok ajaran hingga seluruh
hidup dan kehidupan ini teratur.Apabila manusia yang membuat Al Qur’an, tentu saja ada
berbagai pertentangan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah dalam surah An Nisa ayat
82 :
اَل َ َ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ اَل
ون ال ُق ْر َآن َول ْو َك َان ِم ْن ِع ْن ِد َغ ْي ِر َّالل ِه ل َو َج ُدوا ِف ِيه ْاخ ِت ًفا َك ِث ًيرا أف يتدبر
1
Abdullah bin Muhammad al-Manshur, Musykil al-Qur’an al-Karim, (Cairo : Dar Ibnu al-Jauzi, 1426 H), h.34-
35
2
Abdullah bin Muhammad al-Manshur, h.43-50
3
Abdullah bin Muhammad al-Manshur, Musykil al-Qur’an al-Karim, h.51
pemikiran.4Pembahasan musykil al-Qur’an berkutat pada persamaan ()المماثلة واالشتباه,
percampuran ()االختالط, dan kesamaran ()التب]]اس. Ayat-ayat yang musykil bisa diketahui
melalui pencarian dan pembahasan yang mendalam. Dalam istilah lain,
ayat musykil dikenal dengan ayat mutasyabih[ CITATION Abd \l 1033 ].
B. Contoh- Contoh Ayat Musykil
Dalam pengambilan ayat-ayat musykil yaitu lafadz yang musytarak atau disebut
juga dengan lafadz yang mempunyai dua makna atau lebih tanpa adanya penentuan makna
yang kuat, dan tidak dapat diketahui kecuali dengan dalil. Contohnya terdapat dalam surat
al-Baqarah ayat 223 pada lafadz انّى:
ُ َّ ُ ۡ َ ۡ ُ ْ َ ۡ َ ُ ۡ َ َّ ٰ ۡ ُ ۡۖ َ َ ّ ُ ْ َ ُ ُ ۡۚ َ َّ ُ ْ َّ َ َ ۡ َ ُ ٓ ْ َ َّ ُ ُّ َٰ ُ ُۗ ّ مۡلٞ ۡ َ ۡ ُ ُ َ
وه َو َب ِش ِر ٱ ۡؤ ِم ِن َين ِنسٓاؤكم حرث لكم فأتوا حرثكم أنى ِشئتم وق ِدموا أِل نف ِسكم وٱتقوا ٱلله وٱعلموا أنكم ملق
“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah
tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah
(amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa
kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-baqarah : 223)
Selanjutnya pada surat Maryam ayat 20:
ٗ َ َ َ َ َٰ ُ ُ ُ َ ٰ َّ َ ۡ َ َ
ر َول ۡم أ ُك َب ِغ ّياٞ م َول ۡم َي ۡم َس ۡس ِني َبشٞ ون ِلي غل قالت أنى يك
“Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak
pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!".”
Dalam pernyataan lafadz diatas pada QS al-baqarah lafadz ( انّىmusytarak) yang
berarti makna ()كيف. Sedangkan pada QS Maryam lafadz ( انّىmusytarak) yang mempunyai
makna ()من اين.Pada zaman Nabi Muhammad SAW, yang paling memahami ilmu Musykil
al-Qur’an adalah Abdullah bin Abbas RA. Dimasa Nabi Muhammad SAW, apabila para
sahabat tidak mengerti suatu ayat mereka langsung menanyakan kepada Nabi. Namun
pernyataan dan pembahasan mengenai ayat-ayat yang musykil di kalangan para sahabat
tidak banyak. Pertanyaan mengenai musykil al-Qur’an lebih banyak muncul di kalangan
tabi’in, lalu lebih banyak lagi muncul dari generasi-generasi setelahnya.Dalam hadist
riwayat al-Bukhori, seorang sahabat bertanya kepada Ibnu Abbas, ia mengatakan bahwa ia
menemukan ayat-ayat yang saling bertentangan menurutnya, kemudian ia menyebutkan
ayat-ayat ini5[ CITATION AlB22 \l 1033 ].
4
Abdullah bin Muhammad al-Manshur, Musykil al-Qur’an al-Karim, h.34-35
5
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar Thouq An-Najat, 1422), hadis no 4537
املعني اآلية املعارضة الرقم Xاآلية
األ َولى َف َال َأ ْن َس َ
اب َب ْي َن ُه ْم ِع ْن َد
َّ ْ َ ُ
ِفي النفخ ِة ض َ َ َْ َ َ َ َُْ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ ْ
فال أنساب بينهم يوم ِئ ٍذ وال وأقبل بعضهم على بع ٍ 1
َّ َ ُ ُ
َذل َك َو َال َيت َس َاءل َ
َ ُ َ ُ َ
الن ْفخ ِة ون ,ث َّم ِفي ِون (الصافات )27 : َيت َس َاءل َ ون (املؤمنون : َيت َس َاءل َ
َ َ َ َّ
الل ُه َغ ُف ً
كان" في صفة هللا اليدل على املاضي"، ورا َر ِح ًيما وكان
ّ
فأن هللا كان ولم يزل كذالك
Dikisahkan suatu ketika ada seorang laki-laki yang mendatangi Ibnu Abbas, ia
merasa kesulitan memahami QS al-An’am ayat 23, yang berbunyi
ۡ ُ َّ ْ ُ َ َ ٓاَّل َُ َ ُ
ث َّم ل ۡم تكن ِف ۡت َن ُت ُه ۡم ِإ أن قالوا َوٱلل ِه َر ِّب َنا َما ك َّنا ُمش ِر ِك َين
“Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan: "Demi Allah, Tuhan kami,
tiadalah kami mempersekutukan Allah".”
Menurut seseorang tersebut sulit untuk memahami ayat ini, karena ia belum mengtahui
tujuan ayat tersebut, lalu Ibnu Abbas berkata: “ketika seluruh manusia berada di padang
mahsyar Allah SWT mengampuni dosa-dosa orang Islma dan Allah SWT tidak
mengampuni orang-orang syirik, lalu orang musyrik itu mengharapkan agar Allah
َ ۡ َّ ُ َ
mengampuni mereka, lalu mereka berkata, ر ِّبنا َما كنا ُمش ِر ِكين.َ
1)Adanya berbagai informasi yang berbeda, misalnya ayat-ayat tentang penciptaan Adam
As, dalam surat Ali-Imran : 59 disebutkan bahwa Adam As diciptakan dari tanah, ayat
lainnya menyebutkan Adam diciptakan dari lumpur hitam yang diberi bentuk (lihat QS. Al-
Hijr: 26), tanah liat (lihat QS. Al-Shaffat: 11), tanah kering seperti tembikar (lihat QS. Al-
Rahman: 14).Semua lafaz-lafaz tersebut memiliki makna yang berbeda, namun maksudnya
kembali pada elemen yang sama, yaitu tanah.
2)Perbedaan Tempat, Allah Swt berfirman:
ُ ُ ُ َوق ُف
َّ وه ْم
َِإن ُه ْم َم ْسئولون ِ
“Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya.”
(QS. al-Shaffat: 24)
ُ َ َ َ ْ َ َ َّ َّ َ ُ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ َّ مْل
َْر َس ِلين فلنسألن ال ِذين أر ِسل ِإلي ِهم ولنسألن ا
“Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul
kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami).” (QS.
al-A’raf: 6)
6
Abu Abdillah Az-Zarkasyi, Al-Burhaan fii Uluumil Qur’an, (Beirut: Dar Ihya al-Kutub, 1957), Cet 1, h.54
ٌ َف َي ْو َم ِئ ٍذ اَل ُي ْس َأ ُل َع ْن َذ ْنب ِه إ ْن
ٌّ س َواَل َج
ان ِ ِ
“Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya.” (QS. Al-Rahman: 39)
Ayat pertama merupakan pertanyaan mengenai tauhid dan kepercayaan kepada
Rasul sedangkan ayat kedua merupakan ketetapan mengenai kenabian yang merupakan
syariat agama dan cabang-cabangnya7[ CITATION Abu57 \l 1033 ].Ayat-ayat di atas
bertentangan disebabkan perbedaan tempat, karena di akhirat terdapat berbagai tempat, di
tempat yang satu manusia akan ditanya, sedangkan di tempat lain tidak.Pendapat lain
menyatakan bahwa ayat pertama dan kedua merupakan pertanyaan mengenai teguran dan
celaan, sedangkan ayat ketiga menyatakan tidak ada pertanyaan mengenai alasan dan
hujjah8[ CITATION Muh \l 1033 ].
3)Perbedaan Dua Arah Kata Kerja
َّ َ ْ َ َ َّ َ ُ ُُ ْ َ ْ ََ
وه ْم َول ِك َّن الل َه ق َتل ُه ْم َو َما َر َم ْي َت ِإذ َر َم ْي َت َول ِك َّن الل َه َر َمى فلم تقتل
“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah
yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi
Allah-lah yang melempar.” (QS. Al-Anfal: 17)
Kata ( قتلmembunuh) disandarkan kepada kalian (muslimin), sedangkan kata رمي
(melempar) disandarkan kepada Nabi Saw, hal ini disebabkan perbedaan usaha yang
dilakukan antara Rasulullah Saw dan muslimin. Adapun nafyu fi’il pada ayat ini
menjelaskan karena kemurahan dan keagungan Allah lah Rasulullah Saw. dan umat muslim
mampu membunuh dan mengalahkan musuh9[ CITATION Abu57 \l 1033 ].
4)Perbedaan Hakikat dan Majas
َ َ َ َّ َ
اس ُسك َارى َو َما ُه ْم ِب ُسك َارىَوت َرى الن
“Dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak
mabuk.” (QS. Al-Hajj: 2)
7
Abu Abdillah Az-Zarkasyi, Al-Burhaan fii Uluumil Qur’an, h. 55
8
Muhammad bin Alawi al-Maliki, Zubdat al-Itqan fii Uluum al-Qur’an, h. 115
9
Abu Abdillah Az-Zarkasyi, Al-Burhaan fii Uluumil Qur’an, h. 59
َ َ َّ َ
اس ُسك َارى َوت َرى النmabuk pada kalimat ini bermakna ketakutan pada hari kiamat (diartikan
َ
dengan makna konotatif/majaz), sedangkan ك َارىX X X ا ُه ْم ِب ُسX XمX َ َوberarti khamar secara hakiki
(denotatif).
5)Terdapat Dua Maksud dan Pertimbangan (Bi Wajhain wa I’tibarain)
ُ الل ِه َت ْط َم ِئ ُّن ْال ُق ُل
َّ ْ َ َّ ْ ُ ين َآم ُنوا َو َت ْط َم ِئ ُّن ُق ُل
َ َّالذ
وب وب ُه ْم ِب ِذك ِر الل ِه أال ِب ِذك ِر ِ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Al-Ra’d:
28)
َ ُ َ ُ َ َّ َ ُ َ َ َّ َ ُ ْ ُ َّ َ مْل
ُ الل ُه َوج َل ْت ُق ُل
وب ُه ْم َو ِإذا ت ِل َي ْت َعل ْي ِه ْم َآيات ُه َز َاد ْت ُه ْم ِإ َيم ًانا َو َعلى َر ِّب ِه ْم ِ ِإنما ا ؤ ِمنون ال ِذين ِإذا ذ ِكر
َ َي َت َو َّك ُل
ون
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal: 2)
Banyak orang yang menganggap الطمأنينةantonim الطمأنينة.. الوجلadalah kelapangan dada dan
pengetahuan akan tauhid, sedangkan الوجلadalah takut akan keraguan dan hilangnya
petunjuk10[ CITATION Abu57 \l 1033 ].Dua pengertian ini terangkum dalam firman Allah Swt
dalam surat al-Zumar: 23:
َّ ْ َ ُ ُ ُ َ ْ ُ ُ ُ ُ ُ َ َّ ُ ْ ُ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ ُ ُ ُ ُ ْ ُّ َ ْ َ
وب ُه ْم ِإلى ِذك ِر الل ِه تقش ِعر ِمنه جلود ال ِذين يخشون ربهم ثم ت ِلين جلودهم وقل
“Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi
tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.” (QS. Al-Zumar: 23)
6). Perbedaan Qiro'at. Beberapa sahabat berikhtilaf mengenai suatu ayat, Ibnu Abbas
11
membaca ()وادك]]ر بع]]د أم]]ه,
َ sedangkan yang lainnya membaca [ ))بع]]د أم]]ةCITATION Ibn73 \l
1033 ].
Di antara manfaat mempelajari Ilmu Musykil al-Qur’an adalah :12[ CITATION Abd \l 1033 ].
10
Abu Abdillah Az-Zarkasyi, Al-Burhaan fii Uluumil Qur’an, h. 54
11
Ibnu Qutaibah al-Dinawari, Takwil Musykil al-Qur’an, h. 24
12
Abdullah bin Muhammad al-Manshur, Musykil al-Qur’an al-Karim, h.77
1. Menambahkan keimanan. Ketika kita mampu membaca al-Qur’an disertai dengan
pemahaman artinya, maka hati kita akan menjadi tenang dan keimanan akan semakin
bertambah.
2. Menentang pendapat kaum Atheis. Orang-orang kafir dan atheis menganggap terdapat
ayat-ayat al-Qur’an yang saling bertentangan. Melalui ilmu musykil al-Qur’an kita dapat
terhindar dari keraguan pada ayat-ayat al-Qur’an.
3. Menambah khazanah ilmu pengetahuan yang penting, berkaitan dengan Al-Qur’anAl-
Karim.
4. Membantu umat Islam dalam memahami Al-Qur’an dan menarik (istimbath) hukum dan
adab dari Al-Qur’an, serta mampu menafsirkan ayat-ayat nya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Musykil Al-Qur’an adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang maknanya tidak jelas (samar).
Maksud yang dituju dari ayat tersebut tidak dapat diketahui kecuali melalui pencarian dan
pemikiran. Munculnya ayat-ayat musykil disebabkan karena penggunaan lafal yang samar
atau beberapa ayat yang secara sekilas terlihat saling bertentangan. Perbedaan pada ayat-
ayat musykil dikarenakan sebab-sebab tertentu :
1)Adanya berbagai informasi yang berbeda, misalnya ayat-ayat tentang penciptaan Adam
As, dalam surat Ali-Imran : 59 disebutkan bahwa Adam As diciptakan dari tanah, ayat
lainnya menyebutkan Adam diciptakan dari lumpur hitam yang diberi bentuk (lihat QS. Al-
Hijr: 26), tanah liat (lihat QS. Al-Shaffat: 11), tanah kering seperti tembikar (lihat QS. Al-
Rahman: 14).Semua lafaz-lafaz tersebut memiliki makna yang berbeda, namun maksudnya
kembali pada elemen yang sama, yaitu tanah.
2). Perbedaan Tempat.
3). Perbedaan Dua Arah Kata Kerja.
4). Perbedaan Hakikat dan Majas.
5). Terdapat Dua Maksud dan Pertimbangan (Bi Wajhain wa I’tibarain).
6). Perbedaan Qiro'at.
B. Saran
Diharapkan kritik dan saran bagi para pembaca yang mendidik agar makalah ini
dapat lebih baik lagi. Semoga pembaca dan penulis mendapatkan pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas dan dapat memahami makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA