Anda di halaman 1dari 13

TAFSIR,TAKWIL,DAN TERJEMAH

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

“STUDI AL-QUR’AN”

Dosen pengampuh :

MUFLIKHATUL KHOIROH, M.Ag.

Disusun oleh :

M.ARIFIN ILHAM

05020521025

IMAM SYAFI’I ARIS

05010521009

PERBANDINGAN MADZHAB – Semester 1

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat yang diberikan
sehinggah kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Tafir,Takwil,dan Terjemah”. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, semoga dengan
rahmat dan anugerah yang dilimpahkan kepada beliau akan tercurahkan kepada kita semua.
Amiin.

Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini banyak sekali
berbagai hambatan dan kesulitan yang dihadapi, namun berkat pertolongan-NYA kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu yang telah ditentukan. Apabila masih terdapat
kata-kata serta tulisan yang tidak sesuai dengan penyusunan makalah ini, kami memohon maaf
serta mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi keutuhan dan kesempurnaan makalah
ini.

Dengan demikian, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada teman-teman yang
telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Dan akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Surabaya, 13 september 2021


Daftar Isi

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………........................i
Daftar Isi…………………………………………………………………………...……………..ii
BAB I PENDAHULUAN…………………..………….…………………………………………1

A. Latar Belakang………………………...…………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………..….....2
C. Tujuan……………………………………………………………………...….…………….2
D. Manfaat……………………………………………………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………3

A. Pengertian Tafsir…………………………………………………………………………….3
B. Macam-Macam Tafsir……………………………………………………………………….4
C. Pengertian Takwil…………………………………………………………………………...5
D. Syarat-syarat Takwil………………………………………………………………………...6
E. Pengertian Terjemah………………………………………………………………...………7
F. Macam-Macam Terjemah…………………………………………………………………...8
G. Syarat Menerjemahkan…...…………………………………………………………………9
H. Hubugan dan Perbedaan Tafsir,Takwil,dan Terjemah…………………...………………..10

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..11

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………11

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………….12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Al- Qur’an merupakan sebuah pedoman hidup bagi umat islam, Al-Qur,an
sendiri merupakan kitab yang berbahasa arab, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak
dari ayat-ayat Al-Qur,an sendiri yang bersifat global. Sehinggah tidak dapat dipahami
secara tekstual, oleh karena itu perlu yang namanya penerjemahan dan penafsiran
sehinggah Al-Qur,an dapat dipahami secara tekstual.

Dalam menafsirkan ayat suci Al-Quran, tidak dapat menafsirkan dengan sesuai
keinginan kita sendiri, karena ada tata cara dan peraturan-perturan tertentu untuk
menafsirkan Al-Qur’an secara baik dan benar, Al-Qur’an adalah kitab yang paling
sempurna yang diturunkan oleh Allah SWT untuk menyempurnakan kitab-kitab
sebelumnya. Jadi kita tidak boleh asal menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan daya nalar
kita.

Al-Qur’an merupakan tuntunan bagi seluruh umat manusia. Disamping itu,


dalam ayat Al-Qur’an juga diberitahukan bahwa al-Qur’an sekaligus menjadi
penjelasan (bayyinaat) dari petunjuk tersebut sehingga mampu menjadi pembeda
(furqaan) antara yang baik dan buruk. Disinalah umat manusia akan mendapatkan
penerangan mengerjakan suatu hal yang baik dan akan meninggalkan yang buruk atas
dasar pertimbanganya terhadap petunjuk yang telah diberikan oleh Al-Qur’an.

Al-Quran merupakan sebuah kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad melalui
perantara malaikat jibril, sebagai pedoman umat manusia untuk menjalani kehidupan
di dunia yang fana ini, Al-Qur’an sangat dijaga keaslianya oleh allah SWT hingga
saat ini tidak ada seorang pun yang dapat merubah keaslian kitab Al-Qur’an.salah
satu hikmah menjaga keaslian Al-Quran adalah agar manusia dapat menjalani
kehidupan yang semestinya sebagaimana yang Allah SWT tentukan didalam Al-
Qur’an itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari tafsir ?
2. Apa aja macam-macam tafsir ?
3. Apa pengertian dari takwil ?
4. Apa aja syarat-syarat takwil ?
5. Apa pengertian dari terjemah ?
6. Apa aja macam-macam terjemah ?
7. Apa syarat untuk menerjemahkan ?
8. Apa hubungan dan perbedaan tafsir,takwil, dan terjemah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari tafsir.
2. Untuk mengetahui apa aja macam-macam tafsir.
3. Untuk mengetahi apa pengertian dari takwil.
4. Untuk mengetahui apa syarat-syarat takwil.
5. Untuk mengetahui pengertian dari terjemah.
6. Untuk mengetahui apa aja syarat untuk menerjemahkan
7. Untuk mengetahui apa hubungan dan perbedaan tafsir,takwil, dan terjemah.

D. Manfaat
1. Agar pembaca mendapatkan wawasan mengenai tafsir,takwil, dan terjemah
2. Menambah pemahaman pembaca dalam memahami jenis-jenis tafsir
3. Dapat mengetahui syarat-syarat takwil,dan menerjemahkan
4. Dapat membedakan antara tafsir,takwil,dan terjemah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian tafsir

Tafsir diambil dari kata “fassara-yufassiru-tafsiran” yang berarti kata keterangan atau
uraian1. dan secara bahasa, tafsir berarti penjelasan,penyingkapan (yang
tersembunyi),menampakkan makna yang logis2. sedangkan menurut istilah, ada beberapa
ulama yang mengemukakan :

Menurut al-jurjani, tafsir adalah menjelaskan makna ayat keaaanya,kisahnya dan


sebab yang karenanya ayat diturunkan,dengan lafadz yang menunjukkan kepadanya dengan
jelas sekali.

Menurut az-zarkazyi, adalah suatu pengetahuan yang dengan pengetahuan itu dapat
dipahamkan kitabullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW menjelaskan
maksud-maksudnya mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmahnya.

Menurut al-kilbyi adalah mensyarahkan Al-Qur’an, menerangkan maknanya dan


menjelaskan apa yang dikehendakinya dengan nashnya atau dengan isyaratnya ataupun
dengan najwahnya.

Menurut syeikh thorir, adalah mensyarahkan lafadz yang sukar difahamkan oleh
pandangan dengan uraian yang menjelaskan maksud dengan menyebut muradhifnya atau
yang mendektinya atau ia mempunyai petunjuk kepadanya melalui suatu jalan (petunjuk)
B. MACAM-MACAM TAFSIR

 Tafsir Bil Ma’tsur


Tafsir bil ma’tsur merupakan sebuah cara penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang
besumber dari nash-nash. Baik dari nash Al-Qur’an, sunnah Rasulullah SAW, pendapat
para sahabat, ataupun perkataan-perkataan para tabi’in. Dengan kata lain yang
dimaksud tafsir bil ma’tsur adalah cara menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-
Qur’an itu sendiri, menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan sunnah, menafsirkan ayat Al-
Qur’an dengan pendapat para sahabat, menafsirkan Al-Qur’an dengan perkataan para
tabi’in.

1) Menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an. Misalnya dalam surat Al-hajj:30


yang artinya:
“Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak,kecuali yang telah
diberitahukan kepada kamu keharamanya…” pada kalimat ‘diberitahukan
kepada kamu’(illa ma yutla ‘alaikum) ditafsirkan dengan surat al-Maidah:3 yang
artinya:
“Diharamkan bagimu memakan bangkai,darah,daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah.”

2) Menafsirkan Al-Qur’an dengan As-sunnah. Seperti surat Al-an’am ayat 82 yang


artinya :
“orang-orang yang beriman dan tidak mencapuradukkan iman mereka dengan
kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan dan orang-
orang yang mendapat petunjuk.” Kata ‘Al-zulm’ dalam ayat tersebut, dijelaskan
oleh Rasulullah SAW dengan pengertian ‘Al-syirk’ (kemusyrikan)

3) Menafsirkan Al-Qur’an dengan pendapat para sahabat. Seperti pada surat an-
Nisa’ ayat 2, mengenai penafsiran sahabat terhadap Al-Qur’an ialah diriwayatkan
oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Halim dengan sanad yang sahih dari Ikrimah, dari ibnu
abbas yang menerangkan surat an-Nisa’ ayat 2 yang artinya :
“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka, jangan
kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu memakan harta
mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan (menukar dan memakan) itu,
adalah dosa yang sangatlah besar.”
Kata ‘hubb’ ditafsirkan oleh ibnu abbas adalah besar.
4) Menafsirkan Al-Qur’an dengan pendapat para tabi’in. seperti dalam surat Al-
fatihah, penafsiran mujahid bin jabbar tentang ayat Shiraat al-mustaqim adalah
kebenaran
 Tafsir Bil Ar-ra’yi

Tafsir bil ar-ra’yi merupakan penafsiran Al-Qur’an berdasarkan rasionatalitas pikiran


(ar-ra’yu), dan pengetahuan empiris. Tasfsir seperti ini sangat dibutuhkan kemampuan
ijtihad seorang mufassir dan tidak berdasarkan pada kehadiran riwayat-riwayat.
Disamping itu mufassir dituntut untuk memiliki kemampuan tata bahasa,etimologi dan
hal-hal yang berkaitan dengan wahyu dan aspek-aspek lainya dengan bagus, sebagai
pertimbangan para mufassir untuk menafsirkan. Contohnya terdapat pada surat al-alaq : 2
“khalaqal insaana min ‘alaq”. Kata ‘alaq’ disini diberi makna dengan bentuk jama’ yaitu
dari lafadzh ‘alaqah yang artinya segumpal darah yang kental.

C. Pngertian Takwil

Pengertian takwil secara bahasa berasal dari kata aul yang berarti kembali pada
asalnya. Sebagian ulama’ yang berpendapat bahwa pengertian takwil muradhif dengan
pengertian tafsir dalam kebanyakan maknanya yaitu menerangkan dan juga berarti
menjelaskan sesuatu. 3diantara firman Allah SWT yang mengemukakan kata takwil
adalah :
Dia-lah yang menurunkan kitab kepada kamu. Diantaranya ada ayat-ayat yang
muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-qur’an dan yang lain mutasyabihaat. Adapun
orang-orang yang didalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti
sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk
mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah
SWT. Dan orang-orang yang berilmu akan berkata : “ kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil
pelajaran kecuali orang-orang yang berakal. (Q.S Al-imran ayat 7).
Bahwasanya ulama’ mengetahui takwil Al-qur’an, maksudnya mengetahui tafsir
maknanya. Sekelompok ulama’ berpendapat bahwa antara tafsir dan takwil mempunyai
perbedaan yang jelas, dan hal ini telah populer dikalangan para ulama’ mutaakhirin. Al-
alusi mendefisinisikan tafsir adalah sebagai penjelasan makna Al-qur’an yang nyata
sedangkan takwil adalah penjelasan para ulama’ dari ayat-ayat yang maknanya tersirat,
serta rahasia-rahasia ketuhanan yang terkandung dalam ayat Al-qur’an.

Pengertian takwil menurut istilah mufassirin adalah memalingkan nash-nash Al-


qur’an dalam as-sunnah yang mutasyabihat, dari maknanya yang dhahir, kepada
makna-makna yang yang sesuai dari kesucian Allah SWT dari yang menyerupai
makhluk, yang berlainan dengan makna-makna yang telah diberikan oleh ulama’ salaf,
yaitu menyerahkan pengertian-pengertian nash itu kepada Allah itu sendiri tanpa
menentukan suatu makna.
Ulama’ Al-qur’an bersikap toleran terhadap takwil-takwil sebagian ulama’ sufi
atas dasar bahwa takwil tersebut merupakan isyarat-isyarat dan ekstase-ekstase yang
tidak bertentangan dengan makna-makna aslinya. Tidak disangsikan lagi disamping
menolak takwil-takwil syi’ah tetapi menerima sebagian takwil-takwil kaum sufi
sementara sebagian yang lain ditolak, tersirat sebagian sikap idiologis yang mendukung
kekuasan. Akan tetapi, secara epistemologis prinsip yang mendasari pembedaan yang
mereka lakukan antara yang diterima dan yang dibenci dalam lingkup takwil tetap
valid dan tepat. Dan konsep implisit yang kita diskusikan ini diharapkan dapat terkuak
melalui analisis dari kata takwil itu sendiri yang merupakan sisi lain dari teks dengan
perangkat bahasa dalam pemahaman kita sekarang. Ini dari satu segi dan segi yang
lainya, kemunculan kata takwil dalam Al-qur’an teks arab tertua dan terpercaya.

D. Syarat Takwil

Menurut wahbah az-Zuhaili syarat takwil ada empat, yaitu :

1. Lafadz yang ditakwil harus muhtamil (mempunyai kemungkinan arti lain) walaupun
artinya itu jauh dari arti yang sebenarnya. Asalkan bukan arti yang garib (asing).
2. Takwil harus didasarkan pada dalil atau indikasi yang sah dan dalil yang digunakan
harus lebih kuat daripada makna lahiriah lafalnya
3. Takwil tersebut harus termasuk salah satu makna yang dikandung oleh lafadz yang
dipalingkan maknanya
4. Orang yang menakwil adalah orang yang mempunyai otoritas dan kompetensi,
sehingga dalam melakukan takwil sesuai dengan ketetapan bahasa atau kebiasaan
syara’
5. Takwil itu harus mempunyai sandaran kepada dalil dan tidak bertentangan dengan dalil
yang ada4
E. Pengertian Terjemah

Menurut bahasa terjemah adalah salinan dari suatu bahasa ke bahasa lain 5. Atau berarti
menyalin kalimat dari suatu bahasa ke bahasa yang lain. Sedangkan menurut Ash-Shabuni,
terjemah Al-Qur’an adalah :

“Memindahkan Al-Qur’an kepada bahasa lain yang bukan bahasa arab dan mencetak terjemah
ini ke dalam beberapa naskah agar dibaca orang yang tidak mengerti bahasa arab sehinggah dia
dapat memahami kitab Allah SWT. Dengan perantaraan terjemahan ini6.

F. Macam-macam Terjemah

Adapun macam-macam terjemah dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Terjemah harfiyah : yaitu memindahkan kata-kata dari suatu bahasa yang sinonim
dengan bahasa yang lain dengan susunan kata yang diterjemahkan sesuai dengan
kata-kata yang menerjemahkan, dengan syarat harus tertib bahasanya
2. Terjemah tafsiriah atau maknawiyah : yaitu menjelaskan maksud kalimat dengan
bahasa yang lain tanpa keterikatan dengan tertib bahasa aslinya atau tanpa
memperhatikan susunannya.

G. Syarat-Syarat Menerjemahkan

1. Penerjemah benar-benar mengetahui dan menghayati kedudukan dan aspek-aspek


kedua bahasa yaitu bahasa asal dan juga bahasa terjemah
2. Penerjemah mengetahui pola kalimat dan ciri khas kedua bahasa.
3. Penerjemah haruslah mempunyai ilmu pengetahuan agama dan umum yang luas.
4. Bahasa terjemah memenuhi semua makna dan maksud yang ada bahasa asal
5. Terjemahan itu harus mewakili semua arti dan maksud bahasa asli dengan lengkap
dan sempurna
H. Hukum Menerjemahkan Al-Qur’an

Terjemah harfiyah untuk Al-Qur’an sangatlah mustahil dapat diterapkan


menurut sebagian ulama-ulama besar. Karena adanya banyak syarat yang tak mungkin
dapat terwujudkan. Sebagian ulama juga menyatakan bahwa terjemah harfiyah
memungkinkan untuk sebagian ayat. Meskipun demikian, hukumnya tetap terlarang
karena adanya beberapa alasan. Karena itu, sekalipun memungkinkan untuk
diterjemahkan harfiyah,tapi secara hukum ini terlarang. Kecuali untuk tujuan belajar
bahasa arab, dan itu hanya untuk sebagian ayat
Sedangkan terjemahan maknawiyah, jelas terjemahan ini banyak dilakukan,
guna penyebaran agama islam, dan banyak memberikan manfaat bagi umat islam
lainya. Maka hukumnya fardhu kifayah, bahkan fardhu ‘ain bagi seorang ulama’ yang
ditokohkan7.

I. Hubungan dan Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Terjemah

Kitab Ta'rifatnya menyatakan tentang hubungan tafsir dan ta'wil sebagi berikut :
Ta'wil secara asalnya bermakna kembali. Namun secara syara' ia brmakna
memalingkan lafadz dari maknanya yang dhohir kepada makna yang mungkin
terkandung didalamnya, apabila makna yang mungkin itu sesuai dengan Kitab Allah
dan Sunnah Rasulullah. Contohnya seperti firman Allah swt "Dia mengeluarkan yang
hidup dari yang mati " (al-Anbiya': 95), apabila yang dimaksudkan disitu adalah
mengeluarkan burung dari telur, maka itulah tafsir. Tetapi apabila yang dimaksud disitu
adalah mengeluarkan orang yang berilmu dari orang yang bodoh, maka itulah
ta'wil.Dari penjelasan diatas, jelaslah bahwa ta'wil lebih dalam dari tafsir, dan tafsir itu
berdasarkan kepada makna dhohir lafadz harfiyah ayat-ayat al-Qur'an

Adapun perbedaan tafsir, takwil, dan terjemah adalah sebagai berikut :

1. Terjemah lepas dari bahasa semula. Sedangkan tafsir dan takwil kadang-kadang
masih dalam bahasa semula
2. Terjemah tidak memberikan penjelasan yang lebih dari pokok bahasan, sedangkan
tafsir banyak memberikan pokok-pokok bahasan, demikian juga takwil
3. Terjemah hanya dapat menampung salah satu dari indikasi yang termuat dalam
suku kata atau ayat, sedangkan tafsir sebaliknya
4. Terjemah hanya memuat pengertian yang umum tidak terperinci sebagaimana
dalam tafsir
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Qur’an sebagai “hudan-linnas” dan “hudan-lilmuttaqin”, maka untuk


memahami kandungan Al-Qur’an agar mudah diterapkan dalam perilaku kehidupan
sehari-hari memerlukan pengetahuan dalam mengetahui makna, takwil, dan tafsirnya
sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW. Sehinggah kehendak tujuan ayat Al-
Qur’an tersebut sesuai dengan ketentuanya.
Terjemah, tafsir, dan takwil sangat diperlukan dalam memahami isi kandungan ayat-
ayat Al-Qur’an yang mulia. Pengertian terjemah lebih simple dan ringkas karena hanya
merubah arti dari bahasa yang satu ke bahasa yang lainnya. Sedangkan istilah tafsir lebih
luas dari kata terjemah dan takwil, Dimana segala sesuatu yang berhubungan dengan
ayat, surat, asbaabun nuzul, dan lain sebagainya dibahas didalam tafsir yang bertujuan
untuk memberikan kepahaman isi ayat atau surat tersebut, sehinggah mengetahui maksud
dan kehendak firman-firman Allah SWT.

1
Rosihon Anwar, Ulum Al-quran. Bandung: Pustaka Setia. 2012. Hal. 209
2
Isa Anshori Muta’al, Ulumul Qur’an. Palembang: IAIN Raden Fatah Press. 2003. Hal. 81
3
Https://navia.wordpress.com/makalah/tafsir-takwil-dan-terjemah/ di akses pada tanggal 10 Februari 2017
4
Zaky Muhyidin, Takwil. http://makalahzaki.blogspot.com/2011/06/tawil. html.
5
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.1984. hal.1062.
6
Mohammad Ali Ash-Shabuni, At-Tibyan fi’Ulum Al-Qur’an, Damaskus: Al-Ghazali. 1390,
Hal.277 
7
Isa Anshori Muta’al,Loc. Cit. Hal. 85

Anda mungkin juga menyukai