Anda di halaman 1dari 69

MODUL PRAKTIKUM

PEMBELAJARAN
TILAWATIL QUR’AN

Drs. H. Zainol Hasan, M.Ag.


Moh. Afandi, M.H.I.
MODUL PRAKTIKUM
PEMBELAJARAN TILAWATIL QUR’AN
Drs. H. Zainol Hasan, M.Ag.
Moh. Afandi, M.H.I.

(c) 2018 Duta Media Publishing


@ xiv + 65 hlm ; 14.5 x 21 cm

Editor : Maimun, M.Pd.I.


Page & Lay out : Miftahus Surur

Penerbit: Duta Media Publishing


Jl. Masjid Nurul Falah Bangkes Kadur Pamekasan Jawa Timur
Tlp. 082 333 06 11 20
E-mail: redaksi.dutamedia@gmail.com

All Rights Reserved.


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam
bentuk apa pun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

ISBN: 978-602-6546-60-9 IKAPI: 180/JTI/2017


ISBN : 979-9261-75-1 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 19 tahun 2002
Tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta


Pasal 2
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu
ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Ketentuan Pidana
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,


atas segala Rahmat dan Hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan Modul Praktikum Pembelajaran
Tilawatil Qur’an, guna mempermudah peserta didik dalam
mempelajari dan memahami, serta mengaplikasikan Ilmu
Tajwid ke dalam praktik membaca Al-Qur’an dengan baik
dan benar.
Buku ini disusun sebagai referensi wajib bagi
mahasiswa STAIN Pamekasan sebagai standar dasar dalam
penguasaan ilmu tilawatil Qur’an. Dengan buku ini
diharapkan mahasiswa mampu membaca Al-Qur’an dengan
baik dan benar
Kami menyadari buku ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karenanya, bagi para pembaca apabila menemukan
keselahan dalam penyusunan dan penulisannya, kami
mengharapkan saran dan masukan sebagai evaluasi atas
bahan ajar ini.
Hanya kepada Allah SWT kami berharap, semoga
buku ini bermanfaat dan bernilai ibadah bagi yang
mempelajarinya.

Pamekasan, 12 Januari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Sambutan ............................................................................................... iii


Daftar Isi ................................................................................................. iv

BAB I, ILMU TAJWID


A. Pengertian Ilmu Tajwid .......................................................... 1
B. Hukum Mempejari Ilmu Tajwid .......................................... 2
C. Objek Pelajaran Ilmu Tajwid ................................................ 3
D. Manfaat Mempelajari Ilmu Tajwid .................................... 3
E. Pokok-Pokok Pembahasan Ilmu Tajwid ......................... 3

BAB II, MAKHARIJ AL-HURUF


A. Pengertian Makharij Al-Huruf ............................................. 4
B. Pembagian Makharij al-Huruf ............................................. 5

BAB III, SIFAT-SIFAT HURUF ............................................ 9


A. Pengertian dan Jenis Sifat Huruf ............................................ 9
B. Praktik Fashahah ....................................................................... 17
C. Faidah Memahami Sifat-Sifat Huruf ............................................ 21

BAB IV, HUKUM NUN MATI ATAU TANWIN ................. 22


A. Idhar ................................................................................................. 22
B. Idzgham .......................................................................................... 22
C. Iqlab ................................................................................................. 26
D. Ikhfa’ ................................................................................................ 27

BAB V, HUKUM MIM MATI ................................................. 29


A. Idzgham Mimi/ Idzgham Mistlain ..................................... 29
B. Ikhfa’ Syafawi ............................................................................... 29
C. Idzhar Syafawi ............................................................................. 29

BAB VI, HUKUM GHUNNAH ............................................... 32


BAB VII, HUKUM BACAAN
LAM FI’IL, AL, DAN LAM JALALAH ................................... 33
A. Hukum Bacaan Lam Fi’il ......................................................... 33
B. Hukum Bacaan AL ..................................................................... 34
C. Hukum Bacaan Lam Jalalah/ Lafadz ‫هللا‬
........................ 36

BAB VIII, HUKUM BACAAN RA’ ......................................... 38


A. Dibaca Tafkhim (Tebal) .......................................................... 38
B. Dibaca Tarqiq (Tipis) ............................................................... 38

BAB IX, HUKUM BACAAN QALQALAH ............................. 40


A. Pengertian Qalqalah ................................................................. 40
B. Pembagian Qalqalah ................................................................. 40
C. Tingkatan Qalqalah ................................................................... 42

BAB X, HUKUM BACAAN MAD ........................................... 42


A. Pengertian Mad ........................................................................... 42
B. Pembagian Mad .......................................................................... 42

BAB XI, WAQAF, WASHAL DAN IBTIDA’......................... 50


A. Pengertian Waqof, Washal dan Ibtida’. ............................ 50
B. Pembagian Waqaf ...................................................................... 51
C. Tanda-tanda Waqaf dan Washal ........................................ 55
D. Larangan Untuk Waqaf (berhenti) .................................... 57
E. Ibtida’ ............................................................................................... 58
MODUL PRAKTIKUM
PEMBELAJARAN
TILAWATIL QUR’AN
BAB I
ILMU TAJWID

A. Pengertian Ilmu Tajwid


Secara bahasa Ilmu adalah sekumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis
(berurutan), dapat dipelajari dan dimanfaatkan
keberadaannya. Sedangkan Tajwid berarti
memperbagus, memperindah. Jadi Ilmu Tajwid adalah
Ilmu yang mempelajari tentang tatacara membaca Al-
Qur’an dengan baik dan benar sehingga bacaan
tersebut menjadi indah di dengar.
Secara istilah ilmu tajwid adalah ilmu tentang cara
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar yang
memberikan atau menyempurnakan hak-hak huruf,
mustahaq mustahaq-nya dan mengembalikan tiap-tiap
huruf itu pada asalnya dengan tanpa memaksakan dan
memberatkan lisan serta lafadzh dalam hubungan
persamaannya haruslah dibaca seukuran dengan
persamaannya pula.
Membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Satu-satunya
syarat agar bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar yaitu dengan mempelajari Ilmu Tajwid. Sehingga
belajar ilmu tajwid hukumnya menjadi wajib. Hal ini
sebagaimana dijelaskan oleh Allah Swt dalam ayat
berikut:

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |1


)4 : ‫ِّل الٍ يق ٍرآ ىف تىػ ٍرتًٍيالن (املزمل‬
ً ‫ىكىرت‬
Artinya: Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-
lahan (bacaan yang sesuai dengan kaidah ilmu
tajwid) (QS. Al-Muzammil: 4)
Rasulullah Saw juga bersabda:
ً ‫ب قىا ًر ًئ الٍ يقرأ‬
)‫ىف ىكالٍ يق ٍرآ يف يػىلٍ ىعنيهي (احلديث‬ َّ ‫ير‬
ٍ
Artinya: Banyak sekali orang yang membaca al-Qur’an,
namun al-Qur’an itu sendiri melaknat
kepadanya (al-Hadits)
Ijma’ ulama juga menerangkan bahwa sejak
dahulu sampai sekarang guru-guru kita dalam
membaca Al-Qur’an sudah sesuai dengan kaidah ilmu
tajwid dan tidak pernah merubah dengan apa yang
telah dibaca oleh para sahabat.

B. Hukum Mempejari Ilmu Tajwid


Berdasarkan dalil di atas, maka hukum mempelajari
ilmu tajwid adalah:
1. Fardu ‘Ain bagi setiap muslim agar bisa membaca
Al-Qur’an dengan baik dan benar sebagaimana
bacaan yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw.
2. Fardu Kifayah, bagi setiap muslim yang sudah bisa
membaca al-qur’an dengan baik dan benar, namun
hanya ingin sekedar menjadikan sebagai ilmu
pengetahuan saja.

2|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


C. Objek Pelajaran Ilmu Tajwid
Yang dipelajari pada ilmu tajwid adalah Al-Qur’an
dalam hal bacaannya, baik ditinjau dari aspek
Makharijul Huruf, Sifatul Huruf, Ahkamul Huruf dan
hukum baru yang terjadi karena adanya rangkaian satu
kalimat dengan kalimat lain sebagaimana Sifat Tafhim
atau Tarqiq dan sebagainya.

D. Manfaat Mempelajari Ilmu Tajwid


Orang yang mempelajari ilmu tajwid akan
mendapatkan manfaat yang sangat agung, yaitu:
1. Sampainya pada puncak kesempurnaan di dalam
melafalkan huruf-huruf Al-Qur’an atas semua hukum
bacaan yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad
SAW.
2. Memelihara lisan dari kekeliruan di dalam melafalkan
kalimat-kalimat al-Qur’an.
3. Para Qari’ atau pun Qari’ah akan selamat dari dosa
serta bahagia di dunia dan akhirat karena benarnya
bacaan sehingga ia mendapat pahala.
E. Pokok-Pokok Pembahasan Ilmu Tajwid
Tema-tema ilmu yang dipalajari dalam ilmu tajwid
antara lain:
1. Makharij Al-Huruf
2. Sifat Al-Huruf
3. Ahkam Al-Huruf
4. Ahkam Al-Madd wa Al-Qashr
5. Ahkam Al-Waqfi wal Al-Ibtida'
6. Al-Ahkam Al-Muta'alliqu bi Al-Khathtl Al-Utsmani.

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |3


BAB II
MAKHARIJ AL-HURUF

A. Pengertian Makharij Al-Huruf


Makharij Al-Huruf artinya tempat-tempat
keluarnya huruf ketika diucapkan. Dalam Al-Qur’an,
Makharij al-Huruf adalah tempat menahan udara ketika
bunyi huruf hijaiyah dilafalkan. Secara detail tempat
keluarnya huruf hijaiyah dapat dilihat pada gambar
berikut:

4|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


B. Pembagian Makharij al-Huruf
Tempat keluarnya huruf tersebut terdiri dari
lima tempat yaitu:
1. Tenggorokan atau halq ) ْ َ َ َْ(
Yaitu Makhorijul Huruf yang dilafalkan lewat
tenggorokan/ makhrojnya ada di tenggorokan.
2. Mulut atau fammun ) ‫ ( َ ْ َ ُّم‬atau Lisan )‫( َ ْ ِ ّ َ ْا‬ artinya

lidah.
Yaitu Makhorijul Huruf yang dilafalkan lewat mulut
atau lisan, atau makhrojnya ada di (lidah).
3. Antara dua bibir atau Syafatain ) ِ ْ َ َ ‫( َ َّشل‬
Yaitu Makhorijul Huruf yang dilafalkan lewat bibir
atau makhrojnya ada di bibir.
4. Rongga atau Jauf ) ٌ ْ َ َْ( yang berarti

kerongkongan.
Yaitu Makhorijul Huruf yang dilafalkan lewat
kerongkongan atau makhrojnya ada di
kerongkongan. Biasanya hanya digunakan untuk

huruf-huruf mad )‫ ي‬،‫ و‬، (.


5. Hidung atau Khoisyum )‫( ْ َ ُْل ْو‬

Yaitu Makhorijul Huruf yang dilafalkan lewat hidung


atau makhrojnya ada di hidung, biasanya hanya
digunakan untuk bacaan Ghunnah (dengung).

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |5


Secara lebih detail, maka tempat-tempat keluarnya
huruf dapat dilihat pada table berikut ini:
MAKHR NAMA
NO HURUFNYA PENJELASAN
AJ HURUF

‫ا‬ Keluar dari


rongga mulut

‫اى ٍحلييرٍك ي‬
‫اى ٍى ٍ ي‬

‫ؼ الٍ ى ُّدد‬
Keluar dari
‫ٍك‬ ‫ٍم‬
‫ؼ‬

tengah-tengah
mulut

2 ‫هػ‬ ‫ء‬ ‫اى ٍحلييرٍك ي‬ Tenggorokan


bagian dalam

‫ع‬ ‫ح‬ Tenggorokan


‫اى ٍحلىٍل ي‬

3
ٍ ‫ؼ‬

bagian tengah
‫احلىٍل ي‬

4 ‫غ‬ ‫خ‬ Tenggorokan


bagian luar

Pangkal lidah
bagian dalam
5 ‫ؽ‬ menempel pada
kerongkongan
‫اى ٍحلىٍر ي‬

atas
‫ؼ اٍألىقٍ ى‬
‫اىللِّ ى ا يف‬

Pangkal lidah
bagian luar
‫صى‬

6 ‫ؾ‬ menempel pada


kerongkongan
atas

6|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


‫ؼ‬
‫اى ٍحلىٍر ي‬
7 ‫ج ش م‬ Lidah bagian

‫الٍ ى ٍ ي‬ tengah

‫ؼ‬
‫اى ٍحلىٍر ي‬ Di tepi lidah
8 ‫ض‬ kanan atau kiri
‫ا ٍىٍن ي‬ melekat pada gigi

Ujung lidah agak


dibengkokkan ke
9 ‫ؿ‬ bawah menempel
pada langit-langit
depan atas

Ujung lidah
melekat pada
10 ‫ف‬ langit-langit
‫اى ٍحلىٍر ي‬

depan bagian
‫ؼ اللَّىر ي‬

bawah

Ujung lidah
‫ؼ‬

melekat pada
11 ‫ر‬ langit-langit
depan bagian
atas

Ujung lidah
12 ‫ط د ت‬ menempel pada
gusi atas

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |7


Ujung lidah

13 ‫ص س ز‬ diantara gigi
bawah dan gigi
atas

Ujung lidah
14 ‫ظ ث ذ‬ melekat pada
ujung gigi atas

Ujung gigi
‫ؼ‬
‫اى ٍحلىٍر ي‬
15 melekat pada

‫الٍىلٍ ي‬
‫ؼ‬ bibir bawah
َّ ‫اى‬
ً ‫لل ى ى‬

‫ؼ‬
‫اى ٍحلىٍر ي‬
‫ب ـ ك‬
‫اف‬

Berada diantara
16
‫الل ى ي‬
dua bibir
َّ

‫ٌف‬ ‫ٌـ‬ Keluar dari


‫اى ٍحلىٍر ي‬

rongga hidung
‫اى ٍى ي‬

17
‫ؼ الٍ ينَّ ي‬
‫يل ٍ يـ‬

‫ٍف‬ ‫ٍـ‬ Keluar dari


rongga hidung

Keterangan:
cara memperaktikkan makharijul huruf yang masyhur di
kalangan kita adalah sebagaimana rumus dibawah ini :

‫ أىنًأى‬, ‫ ىمئًٍيػ ػأن‬, ‫ ًم ى الٍ ي ػ ٍػؤ ًف‬, ‫ أ ٍيكأى ٍف أ ًىف أىأٍ ىف‬, ٍ‫أى إً أي بىأ‬
‫ بىنً اى‬, ‫ ىمػً ٍػينا‬, ً ‫ ًم ى الٍ ي ٍػ‬, ‫ْب‬ ً
‫ بػي ٍ بى ٍ بىنى ٍ ى‬, ٍ ‫ب بى‬ ‫بب ي‬
ً
‫ى‬
8|Pembelajaran Tilawatil Qur’an
BAB III

SIFAT-SIFAT HURUF

A. Pengertian dan Jenis Sifat Huruf


Selain dari jenis-jenis huruf yang telah disebutkan di
atas, huruf hijaiyah juga memiliki sifat-sifat huruf. Adapun
penjelasannya dapat dilihat pada table berikut:

NAMA HURUF-
NO PENGERTIAN RUMUS
SIFAT HURUFNYA
‫ ك‬, ‫ ـ‬, ‫ظ‬, ‫ع‬
‫ى ِّ ٍ ىكٍز ىف قاىرئ ذل ى ٍّض ى ػ َّػد ىلى ى‬ ‫ا‬, ‫ؽ‬, ‫ف‬, ‫ز‬,
‫( اى ٍىه ػػٍر‬tampak atau terang)

Apabila diucapkan /
dimatikan tidak
mengeluarkan desis
‫ل‬, ‫ذ‬, ‫ء‬, ‫ر‬,
ً ‫ًو‬

(nafas tertahan)
1
disebabkan tekanan
huruf-huruf
‫ج‬, ‫ض‬, ‫غ‬,
tersebut pada
makhrajnya.
‫ؿ‬, ‫ط‬, ‫د‬,
‫ب‬,

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |9


ُ َ ْ ‫ َ ّ ِر‬/‫( اى َّلر ى ػ ىػاكةي‬kendor atau lunak)
‫ث‬, ‫غ‬, ‫ذ‬, ‫خ‬

َّ ً ٍ ‫ي‬
Apabila huruf

‫ث ى ٍّض ي َّ ى ٍ و‬
diucapkan/Dimatik
an suaranya
‫ؼ‬, ‫ظ‬, ‫ح‬,
terlepas atau
2 berjalan beserta
‫ك‬, ‫ش‬, ‫ض‬,
huruf-huruf itu
‫ل‬, ‫ز‬, ‫ص‬,

‫ص ًز ٍل ى ا وق‬
disebabkan
lunaknya tekanan
huruf-huruf itu ‫ق‬, ‫ا‬, ‫س‬,
pada makhrajnya.

‫ثىػى ى‬ ,‫ ت‬,‫ ب‬,‫ث‬


(turun atau ke bawah)

‫ت ًُّدز ىم ٍ ىَيي ٍ يد ى ٍر يهي إً ٍذ ى َّل ى ىكا‬


,‫ ف‬, ‫ ـ‬,‫ ز‬,‫ع‬
Aapabila
mengucapkan ,‫ د‬, ‫ ك‬,‫ ج‬,‫م‬
3 huruf, lidah turun
ke da-sar mulut ,‫ ؼ‬,‫ ر‬,‫ح‬
(turun kebawah)
, ‫ س‬, ‫ ذ‬, ‫ أ‬, ‫هػ‬
‫اىٍ ً ٍ ً ى ػ ي‬

‫ ا‬,‫ ؾ‬,‫ؿ‬
‫ػاؿ‬

10|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


,‫ خ‬,‫ أ‬,‫ ف‬,‫ـ‬

‫م أى ى ك ىد ع و ىػىزى ا َّ لىه ي ر ب ىي و‬
‫ى ٍ ى ي ٍ ىى‬
,‫ د‬,‫ ج‬,‫ ك‬,‫ذ‬
Apabila melafalkan
,‫ ت‬,‫ ع‬,‫س‬
(terbuka)

huruf, lidah
merenggang dari
4 langit-langit mulut ,‫ ا‬, ‫ ؾ‬,‫ ز‬,‫ؼ‬
ketika
‫اىٍ نٍ ػ ي‬

,‫ ؿ‬,‫ ؽ‬,‫ح‬

ٍ ‫ى ي ٍ ى‬
mengucapkan huruf
ًً

(mulut terbuka)
‫ػاح‬

, ‫ ب‬, ‫ ش‬, ‫هػ‬


‫ث‬ ‫ ث‬,‫ م‬,‫غ‬

,‫ غ‬,‫ ز‬,‫ج‬
Apabila huruf
,‫ ا‬,‫ س‬,‫ث‬
(menahan atau diam)

tersebut diucapkan,
huruf-huruf ini agak
,‫ ث‬,‫ د‬,‫ص‬
‫ث ىق ن إً ٍذ ىك ٍ يهي ىي ُّد ى‬
َّ ‫ي ٍز ى‬
ً

lamban/kurang
cepat ketika
‫ث ى ا ً و ً ٍد‬

5 diucapkan atau ,‫ ذ‬,‫ أ‬,‫ ت‬,‫ؽ‬


dimatikan, karena
huruf-huruf ini ,‫ ظ‬,‫ ع‬,‫ك‬
‫اىٍ ٍ ػ ى ي‬

tidak bertempat di
ً

ujung lidah/ujung , ‫ ح‬, ‫ م‬, ‫هػ‬


bibir.
‫ات‬

‫ ؾ‬,‫ض‬

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |11


Huruf apabila
,‫ ث‬,‫ ح‬,‫ؼ‬
‫( اى ٍىػ ٍ ي‬samar atau tidak
diucapkan/

ٍ ‫ى ى ُّدهي ى ٍ ه ى ىك‬
dimatikan berdesis
(su-ara terlepas) , ‫ خ‬, ‫ ش‬, ‫هػ‬
6 terang) ka-rena lemahnya
tekanan huruf itu ,‫ ؾ‬,‫ س‬,‫ص‬
pada makhrajnya,
sifat ini lawan dari ‫ت‬

‫ت‬
sifat jahr.

Huruf apabila
diucapkan/
dimatikan suara
terta-han/berhenti ,‫ ؽ‬,‫ د‬,‫ ج‬,‫أ‬
(kuat)

ٍ ‫أى ٍد قىػ بى ىك‬


‫ً و‬
di sebabkan
7 sempurnanya ,‫ ؾ‬,‫ ب‬,‫ط‬
ِّ ‫اى‬

tekanan huruf-
‫لل ػ َّػد ةي‬

huruf itu pada ‫ت‬


‫ت‬

makhrajnya. Sifat
ini lawan dari sifat
Rikhwah

Huruf apabila
‫( اىلَّػ ػ ى ُّد ي‬tengah-tengah)

diucapkan/
dimatikan suaranya
di-antara tertahan
,‫ ـ‬,‫ ع‬,‫ ف‬,‫ؿ‬
‫لً ٍ ي ػ ى ٍر‬

8
dan terlepas
(diantara sifat
‫ر‬
Syiddah dan
Rikhwah)

12|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


Apabila
, ‫ ص‬,‫خ‬
‫( اىٍ ً ٍ ػى ي‬melekat) ‫( اىٍ ً ٍ ًػ ٍػعالىءي‬Naik atau
mengucapkan huruf

ٍ ً‫ي َّ ى ٍ و ق‬
lidah terangkat ke

terangkat)
9 atas atau naik ke ,‫غ‬,‫ض‬
langit-langit mulut.
Sifat ini lawan dari ‫ ظ‬,‫ ؽ‬,‫ط‬
sifat Istifal.

Lidah melekat pada

‫ىه‬
langit-la-ngit mulut
,‫ ط‬,‫ ض‬,‫ص‬

‫اد ى ه‬
ketika atau
10

‫اد ىاءه ىاءه‬


mematikan huruf.
Sifat ini lawan dari
‫ظ‬
sifat Infitah.
‫اؽ‬

Huruf-huruf yang
keluar dari ujung
,‫ ـ‬,‫ ر‬,‫ؼ‬
‫( اىٍ ً ٍذ ى يؽ‬ujung)

lidah/ujung bibir,
‫ً َّػر ًم ٍ ليػ ٍّض‬

11 karena huruf ini


cepat terucapkan.
Sifat ini la-wan dari
‫ ب‬,‫ ؿ‬, ‫ف‬
sifat Ishmat.
(siul atau seruit)

Huruf-huruf yang
‫ىهى ه‬
ً ‫اد ز‬

mempunyai su-ara
‫ س‬,‫ ز‬,‫ص‬
َّ ‫اى‬
‫لص ػ ً ٍيػ ير‬

12
seruit bagai-kan siul
‫ام ٍه‬

burung/ belalang.

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |13


Huruf apabila

(Goncang/Memantul)
diucapkan/dimatik
an terjadi ‫ ب‬,‫ ط‬,‫ؽ‬

‫قىػلٍ ي ى وػد‬
‫اىلٍ ىق ػ ٍل ىقػلى ي‬ goncangan pada
13
makhrajnya
sehingga terdengar ‫ د‬,‫ ج‬,
pantulan suara yang
kuat.

Mengeluarkan
huruf secara lunak
‫( اىللِّ ػ ػ ٍ ي‬lunak)

tanpa paksaan, ini


14 terda-pat pada ‫ ٍم‬,‫ٍك‬
huruf Wawu dan Ya’
yang mati dan jatuh
sesudah Fathah.

Condongnya huruf
dari makhrajnya
(condong)
‫اىٍ ً ٍ ػًىر ي‬

15 sendiri kepada ‫ر‬,‫ؿ‬


makharaj yang lain,
‫اؼ‬

yaitu Lam dan Ra’.


‫( اىلَّػ ٍك ًريٍػ ير‬mengulang-ulang)

Ujung lidah

16
bergetar ketika
mengucapkan huruf
‫ر‬
Ra’.

14|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


‫( اىلى ػ ى لِّى‬meluas atau
Meratanya angin

tersebar)
dalam mulut ketika
17 mengucapkan huruf
‫ش‬
Syin sehingga
bersambung
dengan makhraj.

Memanjangkan
(memanjang)

suara Dlad dari


permulaan tepi

18
lidah hingga
pangkal lidah
‫ض‬
(bersambung
‫اىٍ ً ٍ ً ػلىالى ي‬

dengan makhrajnya
huruf).

Suara dengung yang


(dengung)

enak dalam hidung

‫ًم ٍ ُّدم ٍّض‬ ‫ ٌف‬,‫ ٌـ‬,‫ ٍف‬,‫ٍـ‬


yang tersu-sun dari
19
Nun dan Mim, baik
berharkat atau
‫اىلٍ يػ ػنَّ ي‬

sukun

Untuk keterangan yang lebih detail, pembagian sifat huruf


dapat dilihat pada table berikut:

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |15


‫اا‬
‫بب‬
‫ت‬
‫ث‬
‫ج‬
‫ح‬
‫خ‬
‫د‬
‫ذ‬
‫ر‬
‫ز‬
‫س‬
‫ش‬
‫ص‬
‫ض‬
‫ط‬
‫ظ‬
‫ع‬
‫غ‬
‫ؼ‬
‫ؽ‬

16|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


‫ؾ‬
‫ؿ‬
‫ـ‬
‫ف‬
‫ك‬
‫ق‬
‫ء‬
‫م‬

C. Praktik Fashahah
Kegiatan ini adalah latihan yang dipandang lebih
efektif untuk meningkatkan kefasihan dalam melafalkan
makhraj huruf dengan sifat-sifatnya yang benar. Latihan
ini hendaknya dilakukan setiap hari secara konsisten
agar memperoleh hasil yang optimal dan lebih cepat.
Tentunya dengan bimbingan seorang guru Al-Qur’an.
Metode latihan ini disusun ke dalam dua format
rumus pelafalan dengan irama khusus, yaitu:
1. Rumus Pertama
HURUF HIJAIYAH
Rumus Latihan Cara Membacanya
‫َ ِ ُ َ َّش‬ a i u a’a

‫َ ِ ُ َ َّش‬ Ba bi bu bab ba

‫َ ِ ُ َ َّش‬ Ta ti tu tat ta

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |17


‫َ ِ ُ َ َّش‬ Tsa tsi tsu tsats tsa

‫ُ َ َّش‬ ِ َ Ja ji ju jaj ja

‫ُ َ َّش‬ ِ َ Ha hi hu hah ha

‫ُ َ َّش‬ ِ َ Kho khi khu khokh kho

‫ُ َ َّش‬ ِ َ
Da di du dad da
‫ُ َ َّش‬ ِ َ
Dza dzi dzu dzadz dza

‫َ َّش‬ ُ ِ َ Ro ri ru ror ro
‫َ َّش‬ ُ ِ َ Za zi zu zaz za
‫َ َّش‬ ُ ِ َ Sa si su sas sa
‫َ َّش‬ ُ ِ َ Sya syi syu syas sya
‫َ ِ ُ َ َّش‬ Sho shi shu shos sho
‫َ ِ ُ َ َّش‬ Dho dhi dhu dhodh dho
‫َط ِط ُط َظطَّش‬ Tho thi thu thot tho
‫َظ ِظ ُظ َػغَّش‬ Dhzo dhzi dhzu dhzodhz dhzo
‫َع عِ ُع َؾ َّشؽ‬ ‘a ‘I ‘u ‘a’a
‫َغ غِ ُغ قَ َّشف‬ Gha ghi ghu ghagh gha
‫َ ِ ُ َ َّش‬ Fa fi fu faf fa

18|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


‫َ ِ ُ َ َّش‬ Qo qi qu qoq qo
‫َ ِ ُ َ َّش‬ Ka ki ku kak ka
‫َ ِ ُ َ َّش‬ La li lu lal la

‫َو ِو ُو َ َّش‬ Ma mi mu mam ma


‫َا ِا ُا َ َّش‬ Na ni nu nan na
‫َو ِو ُو َو َّشو‬ Wa wi wu waw wa
‫َ ِ ُ َى َّشو‬ Ha hi hu hah ha
‫َي ِي ُي َ َّش‬ Ya yi yu yay ya

2. Rumus Kedua
ً‫َ ِنئ‬ ً ‫َ ِ ْئ‬ ‫ْ ُ ْ ِا‬ َِ ‫َ ْأ َا‬ ‫َ ِا‬ ‫ُ ْو َ ْا‬

ً‫َ ِنب‬ ً‫َ ِب ْب‬ ِ ْ ُْ َِ َ َْ َِ ْ َ ُْ


ً ‫َ ِن‬ ً‫َ ِ ْ ت‬ ِ ْ ُْ َِ َ َْ َِ ْ َ ُْ
ً ‫َ ِنث‬ ً ‫َ ِث ْث‬ ِ ْ ُْ َِ َ َْ َِ ْ َ ُْ
‫َ ِن ًج‬ ‫َ ِ ْ ًج‬ ِ ْ ُْ َِ ََْ َِ ْ َ ُْ
ً ‫َ ِن‬ ً ْ ‫َ ِح‬ ِ ‫ْ ُ ْح‬ َِ َ ‫َ ْح‬ َِ ْ َ ُْ
ً ‫َ ِن‬ ً ْ ‫َ ِخ‬ ِ ‫ْ ُ ْخ‬ َِ َ ‫َ ْخ‬ َِ ْ َ ُْ

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |19


‫َ ِن ًد‬ ‫َ ِديْدً‬ ‫ْ ُ دْ ِا‬ ‫َِ‬ ‫َ َْا‬ ‫َِا‬ ‫ُْو َْا‬
‫َ ِن ًذ‬ ‫َ ِذيْ ًذ‬ ‫ْ ُ ْذ ِا‬ ‫َِ‬ ‫َ ْ َا‬ ‫َ ِا‬ ‫ُ ْو َ ْا‬
‫َ ِ ًر‬ ‫َ ِرْي ًر‬ ‫ْ ُ ْر ِا‬ ‫َِ‬ ‫َ ْ َا‬ ‫َ ِا‬ ‫ُ ْو َ ْا‬
‫َ ِ ًز‬ ‫َ ِزْي ًز‬ ‫ْ ُ ْز ِا‬ ‫َِ‬ ‫َ ْ َا‬ ‫َ ِا‬ ‫ُ ْو َ ْا‬

‫َ ِن ً‬ ‫َِ ًْ‬ ‫ُْ ْ ِ‬ ‫َِ‬ ‫َ ْ َ‬ ‫َ ِ‬ ‫َُْ ْ‬


‫َ ِنلً‬ ‫َ ِل ْلً‬ ‫ْ ُ ْل ِ‬ ‫َِ‬ ‫َ ْل َ‬ ‫َ ِ‬ ‫َُْ ْ‬
‫َ ِن ًص‬ ‫َ ِص ْ ًص‬ ‫ْ ُ ْص ِ‬ ‫َِ‬ ‫َ ْص َ‬ ‫َ ِ‬ ‫َُْ ْ‬
‫َ ِنضً‬ ‫َ ِض ْضً‬ ‫ْ ُ ضْ ِ‬ ‫َِ‬ ‫َ ضْ َ‬ ‫َ ِ‬ ‫َُْ ْ‬
‫َظ ِن ًع‬ ‫َ ِع ْ ًع‬ ‫ْ ُ ْع ِ‬ ‫َِ‬ ‫َظ ْع َ‬ ‫َظ ِ‬ ‫ُظ ْ َظ ْ‬
‫َػ ِن ًؼ‬ ‫َ ِؼ ْ ًؼ‬ ‫ْ ُ ْؼ ِ‬ ‫َِ‬ ‫َػ ْؼ َ‬ ‫َػ ِ‬ ‫ُػ ْ َػ ْ‬
‫َؾ ِن ًـ‬ ‫َ ِـ ْ ًـ‬ ‫ْ ُ ْـ ِ‬ ‫َِ‬ ‫َؾ ْـ َ‬ ‫َؾ ِ‬ ‫ُؾ ْ َؾ ْ‬
‫قَ ِنلً‬ ‫َ ِل ْلً‬ ‫ْ ُ ْل ِ‬ ‫َِ‬ ‫قَ ْل َ‬ ‫قَ ِ‬ ‫قُ ْ قَ ْ‬
‫َ ِن ً‬ ‫َ ِ ْي ً‬ ‫ُْ ْ ِ‬ ‫َِ‬ ‫َْ َ‬ ‫َِ‬ ‫ُْ َ ْ‬
‫َ ِنقً‬ ‫َ ِق ْيقً‬ ‫ْ ُ ْق ِ‬ ‫َِ‬ ‫َ ْق َ‬ ‫َِ‬ ‫ُْ َ ْ‬
‫َ ِن ً‬ ‫َ ِ ْي ً‬ ‫ُْ ْ ِ‬ ‫َِ‬ ‫ََْ‬ ‫َِ‬ ‫ُْ َ ْ‬
‫َ ِن ً‬ ‫ًَِْ‬ ‫ُْ ْ ِ‬ ‫َِ‬ ‫َْ َ‬ ‫َِ‬ ‫ُْ َ ْ‬

‫‪20|Pembelajaran Tilawatil Qur’an‬‬


ً ‫َ ِن‬ ًَِْ ِ ْ ُْ َِ َ َْ َِ ْ َُْ
ً‫ن َ ِنن‬ ً‫َ ِن ْن‬ ِ ْ ُْ َِ َ ْ َ‫ن‬ َِ ْ َ ْ ُ‫ن‬
ً ‫َوِن‬ ً ْ‫َ ِ ي‬ ‫ْ ُ ْ ِا‬ َِ ‫َو ْو َا‬ ‫َو ِا‬ ‫ُو ْو َو ْا‬
ً ِ‫َىِن‬ ً ْ‫َ يِْي‬ ِ ْ‫ْ ُ ي‬ َِ َ ْ‫َىي‬ ِ ‫َى‬ ْ ‫ُى ْ َى‬
ً‫ي َ ِني‬ ً ْ ‫َ ِي‬ ِ ْ ُْ َِ َ ْ َ‫ي‬ ِ َ‫ي‬ ْ َ‫ي ُ ْ ي‬

D. Faidah Memahami Sifat-Sifat Huruf


Dalam mempelajari sifat huruf terdapat beberapa faidah, yaitu:
1. Dapat membedakan bunyi huruf yang makhrajnya sama,
sebagaimana huruf jim, syin dan ya' yanh makhrajnya keluar
dari lidah bagian tengah atau yang makhrajnya berdekatan
sebagaimana huruf ba' dan fa' dan sebagainya.
2. Dapat mengetahui macam-macam huruf yang kuat dan yang
lemah, sehingga dapat diketahui huruf mana saja yang boleh
di-idgham-kan dan yang tidak boleh. Sebagaimana huruf
yang kuat tidak boleh di idgham-kan, karena akan
menghilangkan keistimewaan sifat kuat pada huruf tersebut.
3. Membaguskan bunyi huruf dengan makhraj yang berbeda,
sehingga kemu'jizatan Al-Qur'an akan semakin tampak dan
semakin jelas.

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |21


BAB IV
HUKUM NUN MATI ATAU TANWIN
Apabila Nun (‫ ) ْا‬Mati atau tanwin ( ً ,ٌ,ٍ ) apabila
bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah, maka hukum
pada cara membacanya dibagi menjadi lima, di antaranya:

A. Idhar

Apabila dalam suatu kalimat ada Nun Mati atau


Tanwin bertemu dengan salah huruf Idzhar, maka
hukum bacaannya adalah idhzar, yakni dibaca jelas
tanpa dengung.
Hukum Huruf
Penyebab Contoh
bacaan Idhar
ٔ َ َ ‫َو ْا ٰا‬
‫ِونْ ُو ُو‬
Idhar
Bertemu Nun ْ ‫َ ٌ َ ِ َي‬
ْ ‫ِ ْظ َى‬ Mati atau
(jelas tanpa tanwin dalam ْ ‫ي َ ْ َ ِ ٍ َ ِ َـ‬
satu kalimat
dengung)
‫ع‬ َ ْ ‫َنْ َؽ‬
‫غ‬ ْ ُ ‫َؾ ُ ٌّوو َغ‬
B. Idzgham

Apabila dalam suatu kalimat terdapat Nun Mati


atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf yang

22|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


terkumpul dalam lafal ‫ يَ ْر ِ ُ ْ َا‬, maka hukum bacannya
adalah wajib dibaca idzgham. Dalam hal ini idzgham
terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Idzgham Bighunnah
Idgham Bighunnah adalah apabila dalam
suatu kalimat terdapat Nun Mati atau Tanwin
bertemu dengan salah satu huruf yang empat,
maka hukum bacaannya wajib dibaca Idgham
Bighunnah atau dengung selama 2 harkat / 1 alif.
Hukum Penyebab Huruf Contoh
bacaan
ْ ‫ْ كَ ْو ِ ُلنَّش‬ Bertemunya ‫ي‬ ُ ْ ‫َو ْا َّشُي‬
‫ِإ‬ Nun Mati
Idgham atau tanwin ‫ا‬ ٍ َ ‫ِو ْا ِ ْا‬
Bighunnah dengan
atau salah satu ‫و‬ ً‫َ ْ ً ُو ِ ْن‬
dengung huruf yang
selama 2 empat
‫و‬ ‫ِو ْا َو َ ِا‬
harkat / 1 dalam satu
alif kalimat
Pada kasus ini terdapat pengecualian, bila
mana Nun Mati atau tanwin bertemu dengan salah satu
huruf yang empat dalam satu kalimat, maka tidak boleh
dibaca idzgham bi ghunnah, melainkan wajib dibaca
idhar atau jelas. Seperti pada kalimat: – َ ْ‫ُنْ َي ٌا – َدلُّم ن‬
‫ِ نْ َ ٌا – ِ ْن َ ٌا‬

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |23


b. Idzgham Bila Ghunnah
Apabila Nun Mati atau Tanwin bertemu dengan
salah satu huruf lam ( ) atau ra’ ( ), maka hukum
bacaannya adalah idzgham bila ghunnah, yaitu
dibaca idgham, namun tanpa Ghunnah atau tanpa
dengung.
Hukum Penyebab Huruf Contoh
bacaan
ْ ‫ْ كَ ْو ِ َ قُنَّش‬ Bertemunya
ْ ُ ‫َ ْ ٌ َّشػػ‬
‫ِإ‬ Nun Mati
Idgham atau tanwin
Bila dengan
Ghunnah salah satu
huruf dari
ْ ِ ِّ َ ْ ِ
dua huruf

Selain Idzgham yang dijelskan di atas, Masih


terdapat beberapa hukum idzgham lagi. Tetapi
Idzgham ini berbeda dengan Idzgham yang biasanya
karena hanya sebatas memasukkan huruf yang satu
pada yang lain. Idzgham tersebut antara lain:

a) Idzgham Mutamatsilain
Adalah apabila dalam suatu kalimat
terdapat huruf yang sama, yang pertama mati
sedangkan yang kedua hidup. Maka cara
membacanya ialah dengan meleburkan bunyi
huruf pertama pada huruf kedua.

24|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


Hukum Penyebab Contoh
Idzgham ْ bertemu ِ َ ‫ِ ْ ِ ْ ِ ّ َـ َص‬
Mutamatsil
ain ْ bertemu َ ْ ُ َ ‫َو َ ْد َّش‬
ِ ْ َ ِ َ َ ُ ‫ِ ْ كَ ْو‬ ‫َو ْ َـ ْ ِ ّّل ِ َ َا‬
Terjadi ْ bertemu ِ
idzgham ٍ ‫ِ ْد‬
antara dua
huruf yang ْ bertemu ِ ْ ‫َ ْ ِ ْ ِ ّ ْ َق‬
sama persis

b) Idzgham Mutajanisain
Yaitu memasukkan huruf yang mati kepada
huruf yang berdekatan makhraj dan sifatnya
yang ada sesudahnya

Perhatikan contoh pada tabel di bawah ini:


Hukum Penyebab Contoh
Idzgham bertemu ‫ط‬ ْ َ ِ‫َ َ ْ َّشظ ا‬
Mutajanisain
ِ ْ َ ‫ِ ْ كَ ْو ُ َ َج ِا‬ bertemu َ ُ ‫َ ْ َق َ ْ َّش َؾ‬
bertemu‫ظ‬ ْ ُ َ ‫ِ ْ َّشػ‬
bertemu ‫ي َ ْيَ ْ ٰا ّ ِ ْا‬
bertemu ‫و‬ ً‫ِ ْ َ ْ َّش َـن‬

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |25


c) Idzgham Mutaqoribain
Adalah Memasukkan huruf yang mati
kepada huruf yang sama makhraj tetapi
berbeda sifatnya yang ada sesudahnya.

Hukum Penyebab Contoh

Idzgham
Mutaqoribain
bertemu ُ ‫َ ْ َّش َ َـ ُو‬
ِ ْ َ ِ ‫ِ ْ كَ ْو ُ َ َق‬ bertemu ْ ‫َ َ ْ َ ْ ُ ْق ُّم‬

c. Iqlab
Apabila terdapat Nun Mati atau Tanwin bertemu
dengan salah satu huruf ba’ ( ), maka suara Mim Mati

atau Tanwin tersebut diganti atau dileburkan kepada


suara Ba’. Itulah yang disebut dengan hukum bacaan
Iqlab. Ketika membaca wajib didengungkan selama 2
harkat / 1 alif.
Perhatikan contoh pada tabel di bawah ini:
Hukum Penyebab Contoh
‫َؾ َ ٌا َ ْ َ ٰا ِ ْا‬
Nun Mati atau
Iqlab
Tanwin bertemu
‫ِ ٍ نْ َب َـ َ َ ْ َق َى‬
ْ َِْ dengan ْ ِ ْ ‫ِ ْ َ ْ ِ َيْ ِد‬
‫ِ ْ َ َ ٍ َ ِـ ْ ٍد‬
26|Pembelajaran Tilawatil Qur’an
d. Ikhfa’
Apabila terdapaat Nun Mati atau Tanwin
bertemu dengan salah satu huruf yang berjumlah 15,
maka hukum bacaannya adalah ikhfa’, yakni dibaca
samar disertai dengung selama 2 harkat / 1 alif. Adapun
jumlah hurufnya ialah selain huruf Idhar, Idzgham dan
selain huruf Iqlab, yang terhimpun dalam lafadz:
ْ َ ‫ِ ْ َ َ َن َ ْ َج‬
َ ِ ‫ََش ٌ َ ْد َ ََس ۞ ُ ْو َظ ِ ّ ًب ِ ْ ِ ُقًى َ ْؽ َػ‬
Selanjutnya Ikhfa’dibagi kepada tiga
tingkatan sebagaimana dijelaskan pada tabel
berikut:
NO. PEMBAGIAN HUKUM HURUF CONTOH

‫ت‬ ‫اب‬
‫ىم ٍ تى ى‬
Ikhfa’nya

1
‫اىألى ٍلىى‬ lebih lama
dari ‫د‬ ً َ‫َنْد‬
(tinggi) Ghunnahny
a ‫ط‬ ُ ِ ‫ي َ ْن َع‬
‫ِل‬
Ikhfa’nya
lebih ‫ؽ‬ ‫اؿ‬ ‫ىم ٍ قى ى‬
2 ‫اىأل ٍىد ى‬ pendek
‫َ ْا ََك َا‬
(rendah)
dari
Ghunnahn ‫ؾ‬ ٍ ََ
ya
‫َ آ ٓ ًا َ َّشَث ًج‬
3 ‫اىٍ ىٍك ى ي‬ Ikhfa’ dan
‫َ ْ َجآ ٓ َا‬
Ghunnahn
(perteng
ahan/sed
ya Sama /
sedang
‫َ ْ َ َّش َِّل ْي‬
ang) ً ْ ُ ‫ي َ ْ َ ِ ٍذ‬
H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |27
‫ِ َّشا ْ ِْلا ْ َ َا‬
‫ؿَ َذ ًًب َ ِديْد‬
َ ِْ ِ َ ً َْ
ٍ ‫ُ ْ ِ َر‬
ٍَ ِ َ
Selain hukum ikhfa’ di atas, terdapat pula bacaan
kalimat di dalam Al-Qur’an yang wajib dibaca Ikhfa’
meskipun tidak dihului oleh Mim Mati atau Tanwin.
Inilah yang disebut dengan Ikhfa’ Bi Ma’na Al-Jadid (ikhfa’
dengan makna baru). Hukum ikhfa’ ini terjadi karena
bertemunya dua sukun di akhir bacaan sebuah kalimat
dimana salah satunya bukanlah huruf mad ( ،‫ و‬dan‫)ي‬.
HUKUM SYARAT HURUF CONTOH

ٍ ٍ‫ال ىقل‬
1. Terletak
‫إخفاء بمعنى‬ diakhir ‫ب‬
‫الجديد‬ kata.
(Ikhfa’ 2. Disukun ‫ر‬ ‫ال ى ٍ ٍر‬
Bima’na Al- karena
Jadid) waqof.
3. Didahului ‫ض‬ ‫ض‬
ٍ ‫األ ٍىر‬
Melafalkan
‫احلىٍ ٍل‬
oleh huruf
huruf mati yang ‫ؿ‬
dengan
ً
asli
samar ‫ـ‬ ٍ ٍ‫العل‬
(bukan
(suara lirih) huruf

‫ف‬ ٍ ٍ َّ ‫ال‬
sehingga mad)
suara 4. Huruf
hampir tak tersebut
terdengar tidak ‫م‬ ‫ا ىٍدم‬
ditasydid

28|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


BAB V
HUKUM MIM MATI

Apabila terdapa Mim Mati bertemu dengan salah


satu huruf hijaiyah, maka hukum bacaannya terbagi
menjadi tiga bagian, diantaranya:
A. Idzgham Mimi/ Idzgham Mistlain
Idzgham Mimi/ Idzgham Mistli adalah apabila
terdapat Mim Mati bertemu dengan Mim, maka hukum
bacaannya dibaca dengung selama 2 harkat / 1 alif.
Seperti contoh: ُْْ َ َ َ ُْ َ
B. Ikhfa’ Syafawi
Ikhfa’ Syafawi adalah apabila terdapat Mim Mati
bertemu dengan Ba’, maka hukum bacaannya dibaca
samar dan dengung 2 harkat / 1 alif. Seperti contoh: ْ ِ ْ‫َ ْر ِ ْي‬
ٍ َ ‫ِ ِ َج‬
C. Idzhar Syafawi
Idzhar Syafawi adalah apabila terdapat Mim Mati
bertemu dengan selain Mim dan Ba’, maka hukum
bacaannya dibaca jelas atau terang dan tidak dengan
ghunnah.

Idzhar
Syafawi
Huruf Contoh Kalimat
‫ِ ْظ َى ْ َ َ ِ ْي‬

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |29


‫َْلي َ ْ ِ ُ ْ َا‬
‫ُ ْ ِ ْي ِو‬
ً‫َ ْ َ ا‬
ْ ‫َ ْو َ َ ُق‬
ً‫ن َ ْ َ ُ ْ ُ ُس َب ا‬
‫َ ْو ِؾ ْندَ ه‬
‫َ ُ ْ َ ْ ٌد‬
‫طظ‬
ْ ُ ْ ‫َ ْو َ ْ ُ ْن ِذ‬
‫او‬ ‫عغ‬
ْ ُ َ‫ؿَ َْيْ ِ ْ َو َ َـِن‬
‫ي‬
‫ِ َ ُ ْن ُ ْ ُ ْ ِر ُ ْ َا‬
ً ْ ‫ُ ْ ِر ُ ُ ْ ِظ‬
ْ ُ ُ ُ ُ ْ ُ ْ ِ ‫َآْأ‬
‫َ ُّم ُ ْ ُ َ ِّ ْ َؾنَّش‬
ْ َ ‫َ ْى ِد ُ ْ َ ِ ْي َ َّشر‬
ِ َ‫ؿَ َ ْ ُ ْ ي َ ْ َو تَّشن‬

Pendapat lain mengelompokkan Mim Mati ketika


bertemu dengan huruf fa ( ) atau wawu ( ) kepada‫و‬
30|Pembelajaran Tilawatil Qur’an
Idhar Harshi karena tingkatan idharnya lebih jelas
dari pada ketika bertemu dengan huruf-huruf yang
lain. Dengan demikian, maka pengelompokan Mim
mati ketika bertemu dengan huruf hijaiyah menjadi
empat sebagaimana keterangan tabel berikut:

CONTO
NO. JENIS HUKUM HURUF
H

‫ ٍـ‬Dimasukkan
ٍ ‫إ ٍد ى ٍاـ م ٍػلى ٍ ً إ ٍ ى‬
ً ً ً

‫ـ‬

‫ىكيه ٍ ىما‬
‫ى ى يػ ٍا‬
1
serta dengung

‫ ٍـ‬Disamarkan

‫ىكيه ٍ بىا ًريزٍك ىف‬


‫ب‬
‫اء ى ى ًم إً ٍ ىه ٍار ى ى ًم‬

2 antara
‫ إً ٍ ىه ٍار‬- ‫إً ٍد ى ٍاـ‬
Semua

‫أىنٍػي ٍ تىػ ٍعلى ي ٍ ىف‬


huruf
3 ‫ٍـ‬ Jelas (tanpa hijaiyah
selain

‫ـ‬،‫ب‬
dengung)

‫ ٍـ‬lebih jelas
‫إً ٍ ىه ٍار ى ٍر ً ى‬

ٍ ‫آبى ياؤيه ٍ ىػ يه‬


‫ى يىػ ٍعلى ي ٍ ىف‬

4 dibanding
‫ك‬،‫ؼ‬
‫إً ٍ ىه ٍار ى ى ًم‬

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |31


BAB VI
HUKUM GHUNNAH

A. Ghunnah
Apabila dalam suatu kalimat terdapat “Nun
Tasydid” dan “Mim Tasydid”, maka hukum bacaannya
dibaca Ghunnah atau dengung dengung 2 harkat / 1 alif.
Perhatikan contoh pada tabel di bawah ini:

Hukum Huruf Contoh

ْ ُ‫ِ َّشا َّش َِّل ْي َ ٰا َ ن‬


ْ ‫قُنَّش‬ ‫ّا‬
ُ ‫ِن َّش َ َ ْا‬
Ghunnah
Musyaddadah ‫ِ َّش‬
‫ّو‬
‫َو َ َّش‬

32|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


BAB VII
HUKUM BACAAN
LAM FI’IL, AL, DAN LAM JALALAH

A. Hukum Bacaan Lam Fi’il


Apabila dalam suatu kalimat terdapat Lam Fi’iel,
baik Fi’iel Madhi, Fi’iel Mudhori’atau Fi’iel Amar. Maka
hukum bacaannya terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Dibaca Idhar
Apabila Lam Fi’il bertemu dengan huruf
hijaiyah selain lam dan ra’ maka dibaca idhar/jelas.
2. Dibaca Idzgham
Apabila Lam Fi’il bertemu dengan huruf yang
sama, yang pertama sukun dan yang kedua hidup,
maka dibaca Idzgham. Dalilnya sebagai berikut:
Hukum Bacaan Penyebab Contoh
bertemu dengan

Dibaca Idhar
huruf hijaiyah ‫ُ ْ ن َ َـ ْ – ُ ْ َن‬
selain lam dan
ra’
bertemu dengan
huruf hijaiyah
ِّ َ ْ ُ
Dibaca Idzgham
selain lam dan
ْ ُ‫ُ ْ َي‬
ra’

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |33


B. Hukum Bacaan AL
Apabila dalam suatu kalimat didahului dengan AL
( ْ ), maka hukum pembacaan AL tersebut terbagi

menjadi dua, diantaranya:


a. Al Qomariyah
Apabila dalam suatu kalimat didahului “Al”
yang setelahnya bertemu dengan salah satu huruf
Qomariyah yang 14, maka disebut Al-Qamariyah
yang hukum bacaannya wajib dibaca Idzhar (jelas
atau terang).
Jumlah hurufnya adalah sebagai berikut: ٔ
‫وو ي‬ ‫عغ‬ yang terkumpul dalam

lafal: ْ َ ‫َؾ ِق ْي‬ ْ َ ‫َ ْف ِ َ َّشج َ َو‬


Hukum Huruf Contoh
–ٔ ِ ‫َ ْ ِْلا ْ َ ُا – َ ْ ُ ُ ْو‬
Al-Qomariyah
ْ ‫َ ْ َق َ ِري َّش‬ – ُ ْ ِ ‫َ ْ ِ ُّم – َ ْ َح‬
‫–ع‬ ُ ْ ِ ‫َ ْ َ ْ ِ – َ ْ َـ‬
Wajib dibaca –‫غ‬ ‫َ ْ َل ْ ُ – َ ْ ِ ْي‬
idhar/jelas
– ُ ْ ‫َ ْ َق ِ ُّمي – َ ْ َ ِر‬
‫و–و‬ ُ‫َ ْ ُ ْ ِ ُ – َ ْ َ ِاد‬

34|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


‫–ي‬ ‫َ ْيُ َ َز ْ – َ ْ َ ْ َو‬

b. Al-Syamsyiyah
Apabila dalam suatu kalimat didahului “Al”
yang setelahnya bertemu dengan salah satu huruf
Syamsiyah yang 14, maka disebut Al-Syamsiyah
yang hukum bacaannya wajib dibaca Idzgham
(dimasukkan/dileburkan pada huruf setelahnya).
Jumlah hurufnya adalah sebagai ‫ا‬
‫طظ‬ yang terkumpul dalam lafal:

‫َشيْ ً ِا ْ َ َر ْو‬
ِ َ ْ ُ ِّ ‫ِظ ْ ُ َّش ِ ْ َ ْ ً َ ُ ْز ِ ْ َ ِن َـ ْ ۞ َ ْع ُ ْ َا َػ‬
Hukum Huruf Contoh
–‫ا‬ ُ ‫َ نَّش ْ ُو – َ تَّش َّش‬
– ‫َ ث َّش ِ ُ – َدلَّش ى ُْر‬
As-Syamsiyah – ُ ْ ِ ‫َ َِّّل ْ ُر – َ َّشر‬
ْ َ ‫َ َّشل ْ ِ ُس‬ – ِ ْ ُ ‫ َ ُّم‬- ‫َ َّشزْ َز َ َُل‬
Wajib dibaca
idzgham – ُ‫َ َّشل ْ ِ – َ َّشص َ د‬
‫–ط‬ َ ْ ‫َ ضَّش ْ ُ – َ ِّع ِ ّ ِب‬
–‫ظ‬ ِ ْ ‫َ َّشؼ ِ ْ َ – َ َّش‬

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |35


C. Hukum Bacaan Lam Jalalah/ Lafadz

Apabila dalam suatu kalimat terdapat lafadz ,


maka hukum bacaannya dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu:
a. Dibaca Tafkhim (tebal)
Lafadz dibaca tebal apabila berada setelah huruf

yang berharkat fathah atau dammah.


Hukum Penyebab Contoh

ْ ‫َ ْ ِخ‬ Jatuh setelah huruf ِ ‫َْص‬ُ ْ‫ن‬


berharkat fathah
(tebal)
atau dammah ُ َ ‫ُ ْ ُى‬

b. Dibaca Tarqiq (tipis)


Lafadz dibaca tipis apabila berada setelah huruf

berharkat kasrah.
Hukum Penyebab Contoh

ْ ‫َ ْرِ ي‬ ِ ‫ِ ْ ُْو ِا‬


Jatuh setelah huruf
(tipis)
berharkat kasrah ِ ِ ‫ِ ْ َ ِ ْي‬
c. Boleh dibaca Tafkhim atau Tarqiq
Lafadz dibaca tipis apabila berada setelah huruf
yang dibaca imalah/miring.

36|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


Hukum Penyebab Contoh

ْ ‫ َ ْ ِخ‬/ ْ ‫َ ْرِ ي‬
Jatuh setelah
(boleh huruf yang dibaca ُ َ َ َ ‫َو‬
tebal/tipis)
imalah

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |37


BAB VIII

HUKUM BACAAN RA’

Hukum bacaan Ra’ dalam Al-Qur’an terbagi menjadi


dua bagian diantaranya:
A. Dibaca Tafkhim (Tebal)
Hukum Penyebabnya Contoh

ْ ‫َ ْا َ ْ ِخ‬ Berharakat fathah ً ْ َ ، ‫َ َّش َن‬


(tebal) Berharakat Dammah َ‫ِ ْ ُّم ْو ِ ن‬
Sukun yang didahului ‫ يَ ْر ِ ُـ ْ َا‬، َ َ ْ َ
fathah atau dammah
Sukun yang didahului
hamzah washal
ْ ُ َ‫َ ِو ْ ا‬
Jatuh sesudah kasrah dan
berhadapan dengan huruf
ٍ ‫ ِ ْر َظ‬، ْ َ ‫ِ ْر‬
Isti’la’
Ra’ pada kasus Ikhfa’
Bima’na Al-Jadid yang dua
huruf sebelumnya ‫ َ ْ َ ْ ْر‬، ْ ْ ُ
berharakat fathah atau
dammah.

B. Dibaca Tarqiq (Tipis)


Hukum Penyebabnya Contoh
ْ ‫َ ْا َ ْرِ ي‬ Berharakat kasroh ٍ ُْ ، ٌ ِْ
(tipis) Sukun
kasroh
yang didahului
ْ ّ ِ َ َ ، ‫ِ ْر َؾ ْ َا‬
38|Pembelajaran Tilawatil Qur’an
Berharakat fathah atau
kasrah yang didahului ya’ ٌ ْ ‫ َ ِص‬، ٍ ْ َ
sukun dan dibaca waqof
Ra’ pada kasus Ikhfa’
Bima’na Al-Jadid yang dua ‫ِ ْ ٌر‬
huruf sebelumnya
berharakat kasrah
ketika dibaca
Imalah/miring
َ‫َ ْ رهى‬

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |39


BAB IX

HUKUM BACAAN QALQALAH

A. Pengertian Qalqalah
Qalqalah adalah memantulnya bacaan huruf
tertentu ketika dalam keadaan mati atau sukun karena
ada tekanan yang terjadi sebab pelafalan makhraj dan
sifat yang benar. Dengan demikian, apabila ketika
melafalkan huruf qalqalah dengan makhraj dan sifat
yang tidak benar, maka dengan sendirinya tidak akan
terjadi pantulan apapun.
Dari definisi ini menjadi jelas, bahwa pantulan pada
qalqalah akan benar apabila memenuhi kriteria sebagai
barikut:
1. Terjadi karena pelafalan makhraj dan sifat benar
2. Terjadi Karena adanya tekanan kuat
3. Pantulan tidak boleh menjadi bunyi harakat fathah
Adapun huruf qalqalah yaitu ada 5 yang terkumpul
dalam kalimat:
‫َطْ ُ َ ٍد‬
B. Pembagian Qalqalah
Qalqalah sendiri menurut pengelompokannya
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Qalqalah Sughra
Qalqalah Sughra adalah pantulan yang terjadi
ketika huruf qalqalah tidak berada di akhir kalimat.
Dalam keadaan seperti ini pantulan tidak kuat,
sebatas

40|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


Perhatikan contoh pada tabel di bawah ini:
Hukum Huruf Penyebab Contoh
‫َ ْ َق َ َْل ُ ْق ٰار‬ Huruf
qalqalah
Qalqalah
tidak ً ْ ُ َ ً‫َؾ ْبد‬
Sughra ‫ط‬
(pantulan
berada di َ ْ ‫ َ ْ َ ِـ‬،
ringan) akhir
kalimat

2. Qalqalah Kubra
Qalqalah Kubra adalah pantulan suara yang
terjadi ketika huruf qalqalah berada di akhir kalimat
dan dibaca waqaf. Dalam keadaan seperti ini
pantulannya harus keras sehingga terdengar sangat
jelas.
Perhatikan contoh pada tabel di bawah ini:
Hukum Huruf Penyebab Contoh
‫َ ْ َق َ َْل ُ ْ ٰار‬ Huruf

(Pantulan
qalqalah ، َ ْ ُ ‫َ ُّم‬
lebih kuat)
berada di
‫ط‬ akhir ، ْ ‫ِؾ َق‬
kalimat dan
dibaca
ّ َ ‫َو‬
waqaf

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |41


C. Tingkatan Qalqalah
Berdasarkan posisi huruf qalqalah, sebagaimana
dijelaskan di atas, maka pantulan bacaan qalqalah
dibagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu:
Tingkatan Penjelasan Penyebab Contoh

‫اىلٍ ي ى َّ ى ي‬
Pantulannya Sukun
ringan ditengah
‫ى ٍ هل‬

‫اىلٍ ي ىػ ى ِّ لى ي‬
Pantulannya Sukun
sedang diakhir ٍ ‫ىكقى‬
Sukun di
‫اب‬ ً
akhir, ٍ ‫ىق‬
sesudah Mad
‫اىلٍ ي ىػ َّقلى ي‬
Pantulannya
kuat
Di akhir dan
، ٌ ‫ىكتى‬
bertasydid
ٍ ً‫ب‬
ِّ ‫احلى‬

42|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


BAB X
HUKUM BACAAN MAD

A. Pengertian Mad
Mad adalah memanjangkan bacaan suatu huruf
apabila betemu dengan salah satu huruf mad ( ‫ ي‬،‫ و‬، ).
B. Pembagian Mad
Secara garis besar, Mad terbagi menjadi dua macam,
yaitu mad thabi’i/mad ashli dan mad far’i/cabang.
1. Mad Thabi’i
Mad Thabi’i adalah mad asli yang terjadi ketika
dalam suatu kalimat terdapat fathah diikuti alif,
dammah diikuti wawu sukun dan kasrah diikuti ya’
sukun. Panjang bacaan Mad Thabi’i adalah 1 alif atau
2 harkat.
Berikut penjelasan singkat tentang Mad Thabi’i.
Jenis Hukum Huruf Penyebab Contoh
Sebelumnya
ada lafadz
‫ٍك‬ yang ‫قىاليٍا‬
berharkat
Dibaca panjang 1 alif
‫ مد أ لى‬/‫مد يعي‬

dhommah
atau 2 harkat

Sebelumnya
ada lafadz
‫ٍم‬ yang ‫قًٍي ىل‬
berharkat
kasrah
Sebelumnya
‫ا‬ ada lafadz ‫قى ىاؿ‬
yang

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |43


berharkat
fathah
‫ىم ٍد‬ Dibaca
Huruf-huruf
yang ada
‫ىًٍيعًى‬ panjang 1
alif atau 2
‫ى ٌّيي ى ىه ٍر‬ diper- ‫ه‬
mulaan
ً ‫ى ٍر‬ harkat
surat

2. Mad Far’ie
Mad yang panjangnya melebihi Mad Thobi’ie
dan terbagi menjadi tiga belas macam, diantaranya:
a. Mad Wajib Muttashil
Mad Wajib Muttasil adalah Mad yang
terjadi karena huruf mad bertemu dengan
hamzah dalam satu kalimat. Seperti namanya,
mad ini wajib dibaca panjang 3 Alif atau enam
harakat.
Jenis Hukum Sebab Contoh
Mad Wajib Wajib Huruf mad
Muttasil dibaca bertemu
ْ ِ ‫َ ْد َو‬
panjang dengan ‫ ُ ْ َا‬، ‫َجآ ٓ َا‬
3 alif hamzah
ْ ‫ُ َّش ِص‬
atau dalam ‫ ِ ْ َا‬،
enam satu
harakat kalimat

b. Mad Jaiz Munfashil


Mad Jaiz Munfashil adalah Mad yang terjadi
karena huruf mad bertemu hamzah tidak dalam

44|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


satu kalimat, panjang bacaannya dua sampai
lima harkat.
Jenis Hukum Sebab Contoh
Mad Jaiz Boleh Huruf mad
Munshil dibaca bertemu
َ ‫ِ َ آ ٓ ُ ْ ِز‬
‫َ ْد َج ئِ ْز‬
panjang dengan
mulai
ْ ‫ُ نْ َ ِص‬Dua
hamzah
tidak
َ ‫يَآ ٓ َ ُّم َ َّش َِّل ْي‬
sampai dalam ‫َ ُ ْ ٰا َ ن َّش‬
lima satu
harkat kalimat

c. Mad Shilah
Mad Silah adalah Mad yang terjadi pada
dlamir “hu” (‫ ) ُو‬atau “hi’(‫) ِو‬. Mad Shilah terbagi
menjadi dua bagian:
a. Mad Shilah Qashirah yaitu apabila dlamir itu
bertemu dengan selain hamzah, panjang
bacaannya satu alif atau dua harkat.
b. Mad Shilah Thawilah yaitu apabila dlamir itu
bertemu dengan hamzah. Panjang bacaannya
dua setengah alif atau lima harkat.
Mad Jenis Sebab Contoh
‫َ ْد ِ يْ َ َْل‬ ‫ِن َّشو‘ ُى َ َّش ِ ْ ُؽ‬
‫َ ْد‬ ْ ‫َ ِ ْي َر‬ dlamir
bertemu ْ ِ ‫ْ َـ‬
(Dibaca
‫ِ ي َ َْل‬ panjang
dengan
satu alif
selain
hamzah
ْ ُ‫ِ َر ّ ٖهِو َ َن‬
atau dua
harkat)

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |45


‫َ ْد ِ يْ َ َْل‬ َ َ ْ َ ‘‫َ َّشا َ َا‬
‫ظ ِ يْ َ َْل‬
(Dibaca Dua
panjang setengah
alif atau
‫َو َو ي ُّم َ ِّذ ُ ٖهِو‬
Dua
setengah
alif atau
lima harkat
ِ ْ ِ َ ‫ِ َّشْل ُ ُّم ُ ْـ َت ٍد‬
lima
harkat)
d. Mad ‘Arid Lissukun
Mad ‘Arid Lissukun adalah Mad yang terjadi
karena berhadapan dengan huruf sukun sebab
waqaf. Panjang bacaannya dua sampai enam
harkat.
Hukum Sebab Contoh
Huruf mad
‫َ ْدؿَ ِ ْ ِ ُّم ُ ْا‬ berhadapan
ٌ ْ ‫ َ ِب‬، ‫َ ِ ُدل ْو َا‬
dengan
Dibaca panjang
dua sampai enam huruf sukun ٌ ْ ‫ َ ِص‬،
harkat karena
waqaf

e. Mad ‘Iwad
Mad ‘Iwad adalah Mad yang terjadi karena
waqaf pada tanwin fathah. Panjang bacaannya satu
alif atau dua harkat.
Jenis Hukum Sebab Contoh
Mad ‘Iwad Dibaca
waqaf
ْ َ ْ ‫َ ْد ِؾ‬ panjang
pada
ً ْ ‫َ ِب‬
satu alif

46|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


atau dua
harkat
tanwin
fathah
ً ‫َ ِ ْي‬
ً ْ ِ َ‫ؿ‬
f. Mad Badal
Badal artinya pengganti. Mad Badal adalah
hamzah yang dibaca panjang karena adanya huruf
hamzah yang diganti dengan huruf mad akibat
bertemunya dua hamzah. Panjang bacaannya adalah
satu alif atau dua harkat.
Jenis Hukum Sebab Contoh
ْ َ‫َ ْد َد‬ hamzah
Satu alif yang ْ ُ‫ ٰا َ ن‬asalnya ْ ُ‫َ ْأ َ ن‬
Mad
Badal
atau kedua ‫ ُ ْو ِ َِت‬asalnya ‫ُأ ْ ِ َِت‬
dua diganti
harkat huruf ْ ِ ْ ‫ ٖه يْ ُت‬asalnya ِ ْ ‫اْ ُت‬
Mad ‫ِإ‬
g. Mad Lazim
Mad Lazim artinya Mad yang wajib dibaca pangjang
tiga alif atau enam karakat. Mad ini ada yang
berbentuk huruf (harfy) dan yang berbentuk
kalimat (kilmy). Dilihat dari tingkatan membacanya,
baik yang harfi atau yang kilmi ada yang ringan
(mukhaffaf), juga ada yang berat (mutsaqqal).
Berikut penjelasan singkatnya:
Jenis Bentuk Tingkatan Sebab Contoh
Mad Tidak
ْ ‫ُ َخ َّش‬
lazim
ِ ‫َ ْر‬
bertemu
ٓ ‫ٰا‬
H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |47
‫َ ْد َْل ِ ْو‬ tasydid
Bertemu
ْ ‫ُ ثَقَّش‬
tasydid
ٓ ّ ٓ ‫ٰاظ‬
Mad
ْ ‫ُ َخ َّش‬ badal
bertemu
َ ْ‫ٓ ٰائ‬
ْ ِِْ sukun
ْ ‫ُ ثَقَّش‬ Bertemu ْ ّ ِ ٓ ‫َو َْل ضَّش آ‬
tasydid

h. Mad Tamkin
Mad Tamkin adalah apabila dalam satu
kalimat berkumpul dua huruf mad (ya’). Yang
pertama berharakat kasrah dan bertasydid,
sedangkan yang kedua sukun. Ya’ yang pertama
dibaca panjang satu alif atau dua harkat.
Jenis Hukum Sebab Contoh
Mad Berkumpul
Tamkin dua huruf
ْ ِ ْ َ ‫َ ْد‬ Dibaca
mad (ya’).
Yang pertama
panjang
berharakat ْ ُ ْ ّ‫ُ ِي‬
satu Alif
atau dua
kasrah dan َ ْ ّ ِ ‫َ نَّش ِب‬
Harkat bertasydid,
sedangkan
yang kedua
sukun.

48|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


i. Mad Lin
Mad Lin adalah apabila terdapat huruf mad
wawu atau ya’ yang didahului oleh harakat fathah.
Panjang bacaannya satu alif atau dua harakat.
Jenis Hukum Sebab Contoh
huruf
mad
Dibaca wawu
Mad Lin panjang atau ya’
ْ ِ ‫َ ْد‬ satu Alif yang ‫ ِ َ ْ ِو‬، ٌ ْ َ
atau dua didahului
Harkat oleh
harakat
fathah

j. Mad Farq
Mad Farq adalah bacaan panjang pada hamzah
istifham yang sudah menjadi mad badal karena
bertemu dengan tasydid. Panjang bacaannya adalah
tiga alif atau enam harkat:
Jenis Hukum Sebab Contoh
Mad Farq ِ ‫ُ ْ ٓ َّشَّل َ َرْي‬
ٌ ‫َ ْد َ ْر‬ Hamzah
Asalnya
istifham/
Tiga Alif mad ِ ‫ُ ْ َ َ َّشَّل َ َرْي‬
atau badal
enam yang
Harkat bertemu ٌَْ ُ ٓ ْ ُ
dengan
Asalnya
tasydid
ٌ ْ َ ُ ََ ْ ُ
H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |49
BAB IX

WAQAF, WASHAL DAN IBTIDA’

A. Pengertian Waqof, Washal dan Ibtida’.


Waqaf adalah menghentikan bacaan sebentar
dengan niat untuk melanjutkan bacaan lagi, bukan
berniat untuk meninggalkan bacaan tersebut. Sedngka
Washal adalah menyambungkan bacaan yang satu
dengan yang lainnya karena lebih baik terus daripada
berhenti.
Waqaf bukanlah Saktah dan juga bukan Qatha’.
Saktah adalah berhenti sejenak tanpa bernafas dengan
niat melanjutkan bacaan. Di dalam al-qur’an terdapat
empat tempat saktah, yakni:
﴾۱: ‫َو َ ْ َ ْ َـ ْ َا‘ ِؾ َ ًج ۜ َ ِيّ ً ﴿ ي‬
﴾۵۲: ﴿ ‫ِ ْ َ ْر َ ِد ً ۜ ى ََذ‬
﴾۲٦ : ‫َو ِ ْي َ َ ْ ۜ َ ٍ ﴿ قي‬
﴾١٤ : ‫َ َّشّلَك َ ْ ۜ َ َا ﴿ ملع‬
Qatha’ atau memotong adalah menghentikan bacaan
sama sekali. Apabila sudah memotong suatu kalimat dan
hendak melanjutkan lagi disunnahkan basmalah.
Adapun ibtida’ adalah memulai kembali bacaan Al-
Qur’an setelah diwaqafkan tadi. Baik saat waqaf ataupun
ibtida’ diharapkan waqaf atau ibtida’ dengan cara yang
benar sehingga tidak merusak makna kalimat Al-Qur’an.

50|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


B. Pembagian Waqaf
Secara umum Waqof terbagi menjadi 4, yaitu:
1. ‫ِ ْ ِع َر ِ ْي‬
Artinya waqaf dalam keadaan terpaksa/darurat,
yaitu seseorang yang membaca Al-Qur’an karena
kehabisan nafas, batuk, lupa dan sebagainya
sehingga terpaksa untuk Waqaf. Dalam hal ini
hukumnya boleh berhenti di mana saja sebisanya,
dan wajib mengulang bacaan/kalimat tersebut
kembali dengan syarat tidak merusak makna
kalimat.
2. ‫ِنْ ِت َؼ ِ ْي‬
Artinya menunggu, yaitu seseorang yang
membaca Al-Qur’an berhenti Waqaf sementara,
untuk menghubungkan sebuah kalimat dengan
kalimat lain ketika menghimpun beberapa bacaan
karena adanya perbedaan riwayat. Biasanya hal
tersebut dilakukan saat membaca Qiraah Sab’ah.
3. ‫ِ ْ ِ َب ِ ْي‬
Artinya berhenti karena diuji atau menguji.
Waqaf ini hanya terjadi dalam proses belajar
mengajar di mana bisa saja seorang guru ingin
mencontohkan atau ingin menguji tentang sebuah
bacaan dan lain sebagainya. Begitu juga waqaf ini
dilakukan oleh murid saat diuji atau saat
mencontohkan sebuah bacaan tertentu. Dalam

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |51


kondisi seperti ini diperbolehkan berhenti dan
memulai di mana saja sesuai dengan tujuan
pembelajarannya. Namun, sangat dianjurkan waqaf
dan ibtida’ pada tempat yang benar sehingga tidak
merusak makna.
4. ‫ِ ْ ِ َ ِ ْي‬
Artinya berhenti karena dipilih. Waqaf ini
terjadi dalam kondisi normal, bukan karena faktor-
faktor di atas. Sehingga sangat memungkinkan
untuk memilih waqaf dan ibtida’ pada tempat yang
benar.
Waqaf Ikhtiyaari selanjutnya terbagi menjadi 4
macam, yaitu:
a. Waqaf Tam
Adalah berhenti pada kata yang sempurna
susunan kalimatnya dan tidak berkaitan dengan
kalimat sesudahnya baik lafadz atau maknya.
Waqaf ini bisa terjadi dalam beberapa keadaan:
1) Pada umumnya terdapat diakhir ayat seperti
Waqaf pada kalimat:
ِ ْ‫َ ِ ِ ِا ي َ ْ ِو ِّدلي‬
2) Sebelum habis ayat seperti Waqaf pada:

﴾۲٤ : ‫ َو َ ٰاذ ِ َا ي َ ْ َـ ُ ْ َا ﴿ لمن‬.....‫َو َ َـ ُ ْ ٓ َ ِؾ َّشز َ َ ْى ِيَ َ ِ َّش َْل‬

3) Di pertengahan ayat seperti Waqaf pada:

52|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


‫ َو ََك َا ّلُس ْ َع ُا ِ ْ ِٔلا ْ َ ِا َُذ ْو ًْل‬...... ْ ِ ‫َقَدْ َ َ َّش ِ ْ َؾ ِ َِّّل ْ ِر َ ْـدَ ِ ا َج ٓ َا‬
﴾٤٩ :‫﴿ ر ا‬
4) Terkadang sesudah habis ayat masih
ditambah sedikit, seperti Waqaf pada:
: ‫﴿ ص‬.. ِ ْ َ ْ ‫ َو ًِب‬... َ ْ ِ ‫َوِ َّش ُ ْ َ َت ُ ُّمر ْو َا ؿَ َْيْ ِ ْ ُ ْص ِب‬
﴾۲۷
b. Waqaf Kafi
Adalah berhenti pada susunan kalimat yang
sempurna, tetapi masih berkaitan makna dengan
kalimat sesudahnya. Waqaf ini dianjurkan
berhenti pada perkataan tersebut dan memulai
pada perkataan sesudahnya. Seperti berhenti
pada ‫ َْليُ ْ ِ نُ ْ َا‬,kemudian memulai atau Ibtida’

pada ْ ِ ِ ْ ُ ُ ‫ َ َ َ ُ ؿَ ٰا‬.

Terkadang ada kondisi Waqaf Kafi yang


justeru lebih utama atau lebih kafi, seperti Waqaf
pada ٌ ‫ ِ ْ ُ ُ ْ ِ ِ ْ َ َر‬adalah Kafi. Namun, Apabila
berhenti pada ً ‫ َ َز َ ُ ُ ُ َ َر‬, maka akan lebih

sempurna atau lebih Kafi. Sedangkan berhenti


pada: ‫ِ َ ََكنُ ْ يَ ْ ِذ ُ ْ َا‬ lebih Kafi lagi dari pada

keduanya.

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |53


c. Waqaf Hasan
Adalah berhenti pada susunan kalimat yang
sempurna, tetapi masih berkaitan makna dan
lafadznya dengan kalimat sesudahnya.
Seperti berhenti pada kalimat ‫َ ْ َح ْ دُ ِ ٰا ّ ِلِل‬
kemudian Ibtida’ pada kalimat: َ ْ ِ َ ‫ َ ِ ّ ْ َـ‬.
Kalimat ‫َ ْ َح ْ دُ ِ ٰا ّ ِلِل‬ meskipun merupakan kalimat

yang sempurna, tapi lafadz “Allah” nya berkaitan


maknanya dengan kalimat َ ْ ِ َ ‫َ ِ ّ ْ َـ‬ yang

menjadi sifatnya. Maka hukumnya adalah:


1) Apabila memang termasuk akhir ayat, maka
lebih baik berhenti pada َ ْ ِ َ ‫َ ِ ّ ْ َـ‬ , dan

Ibtida’ atau memulai pada kalimat


selanjutnya, yakni ِ ْ ِ ‫ َ َّشر ْ ٰا ِ َّشر‬.
2) Apabila memang termasuk akhir ayat, maka
boleh berhenti pada ‫َ ْ َح ْ دُ ِ ٰا ّ ِلِل‬ , namun harus

ibtida’ dengan mengulang ‫ َ ْ َح ْ دُ ِ ٰا ّ ِلِل‬untuk


disambung dengan kalimat: َ ْ ِ َ ‫ َ ِ ّ ْ َـ‬.
karena apabila memulai pada kalimat “ ّ ِ َ

َ ْ ِ َ ‫ ْ َـ‬saja termasuk Waqaf Qabih/ Waqaf


buruk.

54|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


d. Waqaf Qabih
Yaitu Waqaf yang jelek karena berhenti pada
susunan kalimat yang tidak sempurna atau
memotong kalimat yang masih berkaitan lafal
dan maknanya dengan kalimat sesudahnya.
Seperti waqaf pada lafal ِ ْ ِ saat membaca ِ ْ ِ
ِ .

Pada keadaan tertentu waqaf Qabih sampai


pada derajat tercela manakala Waqaf dan Ibtida’
bisa menimbulkan makna yang berlawanan
denga ajaran-ajaran Islam. seperti:
﴾٢٦ : ‫﴿ بقر‬..... ‫ِ َّشا َ َْل َ ْ ُس َت ْح ِ ِْي‬
Sesungguhnya Allah tidak malu (Al-Baqarah: 26).
﴾٥١ : ‫ ﴿ مل اد‬.....‫ِ َّشا َ َْل َ ْ ِد ْي‬
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk (Al-
Maidah: 51).
﴾٢٥٧ : ‫ ﴿ بقر‬... ُ ‫َ ُ ِ َ َّش َِّل ْي َ َ َر َو‬
Maka bingunglah orang kafir dan Allah (Al-
Baqarah: 257).

C. Tanda-tanda Waqaf dan Washal


Untuk membantuk para Qari’ dalam menentukan
atau memilih tempat waqaf yang benar, maka
dibuatkanlan tanda waqaf. Penggunaan tanda-tanda
Waqaf dalam Al-Qur’an sangat bervariatif. Terdapat

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |55


beberapa macam tanda Waqaf dan digabung dengan
tanda Washal.
Untuk mempermudah dalam membedakan antara
harus waqaf atau washal, maka disajikanlah table
sebagai berikut:
a) Tanda Waqaf (lebih baik berhenti)

Tanda Nama Fungsinya


‫ط‬ Lebih baik berhenti
Waqaf Muthlaq
daripada terus
‫ىل‬ Lebih baik berhenti
Al Waqfu Aula
daripada terus

Waqaf Lebih baik berhenti, tetapi


Mustahab diteruskan tidak apa-apa.

Boleh berhenti dan boleh


Waqaf Jaiz
terus
‫و‬ Waqaf Lazim Wajib berhenti

‫؞؞‬ Waqaf Boleh berhenti disalah


Mu`anaqah satunya

b) Tanda Washal (lebih baik melanjutkan)

Tanda Nama Fungsinya


Waqaf Boleh berhenti, dan boleh
Murakhkhash diteruskan
Waqaf Boleh berhenti, tapi lebih
Mujawwaz baik diteruskan

56|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


‫ْل‬ Lebih baik diteruskan
Laa Waqfa fiih
daripada berhenti
‫ىل‬ Lebih baik diteruskan
Al Washlu Aula
daripada berhenti
Qiila Alaihil
Lebih baik diteruskan
Waqfu
/ Berhenti sebentar dan
Saktah
‫و‬ tanpa bernafas

D. Larangan Untuk Waqof (berhenti)


Selain tata cera waqaf dan ibtida’ di atas, di
dalam Al-Qur’an terdapat beberapa keadaan dimana
sangat dilarang atau diharamkan untuk waqaf dengan
sengaja pada ayat-ayat tertentu. Pengharaman tersebut
dimaksudkan untuk menghindarkan pembaca dari
kesalahan makna yang bertentangan dengan aqidah
Islam. Apabila hal ini masih dilakukan dengan sengaja
dan mengerti, maka dihukumi murtad (keluar dari
Islam).
Adapun ayat-ayat yang dilarang untuk waqaf
dengan sengaja terdapat dalam tabel berikut ini:

Kalimat Juz Surat Ayat


‫ْ َ َ ْ َ ُا‬ ‫َ َ َّش آ ٓ َ َ آ ٓ َا‬ 1 ْ ‫َ ْ َب َق َر‬ 17

ُْ ْ ُ ُ ُ ُ‫َ َق َ َي‬ 2 ْ ‫َ ْ َب َق َر‬ 243

ٌ ْ ‫َ َ ِق‬ ‫ِ َّشا‬ 4 ‫َ ِ ِ ْ َر ْا‬ 181

‫ُ قُ َر ًًب‬ َ ‫َ َب َـ‬ 6 ْ َ‫َ ْ َ اِد‬ 31

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |57


ِ ُ‫َو َ َ ِ لْْيُ ُ ْ ُ يَد‬ 6 ْ َ‫َ ْ َ اِد‬ 64
ُ ِ َ َ ‫ِ َّشا‬ 6 ْ َ‫َ ْ َ اِد‬ 43

‫َو َ َ َن‬ 7 ْ َ‫َ ْ َ اِد‬ 84

ُ ْ ُ َ‫َو َ َ ِ لْْي‬ 10 ْ َ ْ ‫َ تَّش‬ 30

َ ‫َو َ َ ِ نَّش َص‬ 10 ْ َ ْ ‫َ تَّش‬ 30

ْ ‫َ ِ ْ َ َ ٍ ُ ِب‬ 12 ْ ُ ْ ُ‫ي‬ 80

ّ ِ ‫ْص‬ ِ ْ ُ ِ ْ ُ ْ‫َو َ َن‬ 13 َ ْ ‫ِ ْ َر ِى‬ 22

‫َ ْ يَتَّش ِ ْذ َو َ ًدل َو َ ْ يَ ُ ْ َ ُا‬ 15 ْ ِ‫َ ِ ْ ِ ْ َ ا‬ 111

َ ‫َو ْ َ ِ َؼ ِ َو َّشَّل ِ ِرْي‬ 22 ْ ‫َ ْ َ ْ َز‬ 35

ْ َ‫َ ْ َع َى ْ َبن‬ 23 ْ ‫َ َّشص َّش‬ 153

‫ِ َّشْل َ ْ َ َ َّشّل َو َ َ ْر‬ 30 ْ َ ‫َ ْ َل ِ ُس‬ 24

ٍ ْ ُ ‫ِ َّشا ْ ِٔا ْ َ َا َ ِ ْى‬ 30 ‫ْص‬ ِ ْ ‫َ ْ َـ‬ 2

َ ْ ّ ِ ‫َ َ يْ ٌ ِ ْ ُ َص‬ 30 ‫َ ْ َ ُؾ ْ َا‬ 4

E. Ibtida’
Ibitida’ adalah memulai atau mengulang kembali
bacaan Al-Qur’an setelah diwaqafkan. Ibtida’ bisa saja
terjadi pada suatu kalimat yang terdapat tanda waqaf
atau tidak terdapat tanda waqaf. Sebab itulah penting

58|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


untuk diketahui caranya menentukan ibtida’ yang benar
sehingga terhindar dari kesalahan guna menjaga
kesesuaian makna Al-Qur’an.
Pada umunya, Ibtida’ terbagi menjadi dua
bagian, yaitu:
a) Ibtida’ yang diperbolehkan. Yaitu memulai
bacaan pada kalimat yang bisa
menyempurnakan makna.
b) Ibtida’ yang tidak diperbolehkan. Yaitu memulai
bacaan pada kalimat yang dapat menjadikan
maknanya berubah atau bahkan tidak benar.

Di bawah ini akan dipaparkan sebagian contoh


ibtida’ yang diperbolehkan dan ibtida’ yang tidak
diperbolehkan:
Ibtida’ yang Ibtida’ yang Tidak
Diperbolehkan Diperbolehkan

ِ ْ ِ ‫ِ ْ ِ ِ َّشر ْ ٰا ِ َّشر‬
ْ ِ َ َ ‫ِ َّشا‬
(Dengan menyebut
Nama Allah yang maha (Sesungguhnya Allah
Pengasih lagi maha tiga)
Penyayang)
َ ْ ِ َ ‫َ ْ َح ْ دُ ِ ٰا ّ ِلِل َ ِ ّ ْ َـ‬ ٌ ْ ‫ِ َّشا َ َ ِق‬
(Segala puji bagi Allah (sesungguhnya Allah
tuhan semesta alam) itu faqir)

ِ ْ ِ ‫َ َّشر ْ ٰا ِ َّشر‬ ‫ِ َّشا َ َْل َ ْ ُس َت ْح ِ ِْي‬

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |59


(Yang maha Pengasih lagi (Sesungguhnya Allah
maha Penyayang) tidak malu)

‫ِ َّشا َ َْل َ ْ ِد ْي‬


َ ‫َ ِ ِ ِا ي َ ْ ِو ِّدل ْي‬
(Sesungguhnya Allah
(Yang menguasai hari
tidak memberi
pembalasan)
petunjuk)

60|Pembelajaran Tilawatil Qur’an


DAFTAR PUSTAKA
Abd Fatah, KH. Munawwar et al, (1999). Kamus Al-Bisyri.
Surabaya: Pustaka Progressif.
Al-maliki Syafi’ie, Baghdad (tanpa tahun). Tuhfatul Athfaal
(Terjemah Bahasa Madura). Surabaya: Maktab
‘Ashriyah.
‘Alwi, Moh. Bashori, (1993). Pokok-Pokok Ilmu Tajwid.
Cetakan ke XVI. Malang: Khoodima Ma’hadidiroosah
Al-Qur’aniyah.
Al Barry, M. Dahlan, (1994). Kamus Ilmiah Populer.
Surabaya: ARKOLA.
Faruq, Umar, (1985). Ilmu Tajwid (Terjemah Bahasa
Madura). Surabaya: Mahkota.
Ismail, Nor Munir, (tanpa tahun). Hidayatus Shibyan
(Terjemah Bahasa Madura). Surabaya: Maktab
Muhammad Bin Ahmad Nabhan Waaulaadah.
Ibrahim, T et al, (2008). Pemahaman Al-Qur’an dan Hadist.
Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Mushaf Al-Qur’an (1997), Surabaya: MADKUR.
Mushaf Al-Qur’an (1980), Jakarta: CV. PUSTAKA “AS”.
Pondok Pesantren Rombiya Barat, (2012). Syarat
Kecakapan Ibadah Amaliyah SKIA. Sumenep: PP.
Sumber Emas.
Tajwid Praktis (2008), Attanzil. Pamekasan: Lembaga TK-
TP AL-QUR’AN MAMBAUL ULUM BATA-BATA.
Tim Arbain, (1997). Qur’an Hadist. Sidoarjo: CV. ARBAIN.
Yunus, Mahmud (1995). Kamus Arab- Indonesia. Jakarta:
PT. Wadzuryah.

H. Zainol Hasan & Moh. Afandi |61


FORMAT PENILAIAN
PEMBELAJARAN TILAWATIL QUR’AN
BIDANG PRAKTIK

Nama :
Semester :
JUMLAH NILAI
JUMLAH KET.
PENGURANGAN AKHIR
NO MATERI
SALAH SALAH
JALI KHAFI
1 Makharij Al-Huruf
2 Sifat Al-Huruf
3 Ahkam Nun wa At-Tanwin
4 Ahkamual-Mim As-Sakinah
5 Ahkam Ar-Ra’
6 Ahkam Lam Al-Jalalah
7 Ahkam Lam Fi’il wa Al
8 Ahkam al-Qalqalah
9 Ahkam Al-Mad Wa Al Qashr
10 Ahkam Al-Waqf Wa Al-Ibtida’
FORMAT PENILAIAN
PEMBELAJARAN TILAWATIL QUR’AN
BIDANG PENGUASAAN MATERI
Nama :
Semester :
NILAI
NILAI KETERANGAN
AKHIR
NO MATERI
KURANG
BENAR SALAH
BENAR
1 Makharij Al-Huruf
2 Sifat Al-Huruf
3 Ahkam Nun wa At-Tanwin
4 Ahkamual-Mim As-Sakinah
5 Ahkam Ar-Ra’
6 Ahkam Lam Al-Jalalah
7 Ahkam Lam Fi’il wa Al
8 Ahkam al-Qalqalah
9 Ahkam Al-Mad Wa Al Qashr
10 Ahkam Al-Waqf Wa Al-Ibtida’

Anda mungkin juga menyukai