ustadzaris.com Publishing
Pogung Kidul, Sleman, D.I Yogyakarta
ustadzarispublishing@gmail.com
Mutiara ke-17:
Keutamaan Tarawih & Tahajud
di Bulan Ramadhan
Mutiara Ke-17
Keutamaan Tarawih & Tahajud di Bulan
Ramadhan
[1]
H.R. Al-Bukhari no. 450 dan Muslim no. 533
[2]
Catatan: “Nabi tidak merasakan tidur” maksudnya Nabi tidak tidur
semalam suntuk. Terdapat sebuah hadits dari Ibunda Aisyah x,
beliau mengatakan bahwa Nabi n tidak pernah shalat semalam
suntuk. Hadits ini sekan-akan bertentangan dengan hadits yang
sebelumnya, bahwa Nabi n begadangan semalaman. Yang
dimaksud dengan menghidupkan malam pada hadits pertama di
atas tidak terbatas hanya shalat, melainkan juga membaca al Quran
dan berdzikir, adapun yang ditiadakan oleh Ibunda Aisyah dalam
hadits kedua hanyalah shalat, sehingga kesimpulannya kedua
hadits tersebut tidaklah bertentangan.
Tidak tidur semalam suntuk untuk ibadah itu disebut dengan َأحيااليل
karena:
(1) Hidup di sini tertuju pada orang yang menghidupkan malamnya
dengan ibadah. Orang tersebut tidak tidur, sedangkan tidur
adalah saudaranya kematian, maka saat dia tidak tidur itu
berarti dia hidup dan tidak mati.
(2) Hidup di sini tertuju pada malamnya, karena malam yang tidak
diisi dengan aktivitas adalah malam yang mati, sedangkan
malam yang diisi dengan aktivitas sholat, dzikir dan membaca al
Quran adalah malam yang hidup.
[1]
Catatan: Di dalam Mausu’ah fiqhiyyah Kuwaitiyah terdapat kutipan
yang mengatakan bahwa Umar radhiyallaahu’anhu memerintahkan
di masa beliau agar imam shalat tarawih membaca 30 ayat dalam 1
rakaat, sehingga imam khatam 3 kali selama bulan Ramadhan. Al
Kasani, ulama Mazhab Hanafi mengatakan bahwa apa yang
disampaikan Umar itu adalah suatu yang dianjurkan, dan beliau
Penerbit,