Anda di halaman 1dari 13

Mutiara 17: Keutamaan Tarawih &

Tahajud di Bulan Ramadhan


(Terjemah dan Ta’liq terhadap kitab Majalis Syahri Ramadhan Al Mubarok Karya
Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan ‫)حفظه هللا‬

Penerjemah dan Ta’liq (Catatan):


Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I. ‫حفظه هللا‬
Transkriptor:
M Hanifan Muslim Harsanto
Desain Sampul:
Bayu Prayuda (bayprayuda)
Editor & Layouter:
Tim Transkrip Ustadz Aris Munandar
(ustadzaris.com Publishing)
Diterbitkan oleh:

ustadzaris.com Publishing
Pogung Kidul, Sleman, D.I Yogyakarta
ustadzarispublishing@gmail.com
Mutiara ke-17:
Keutamaan Tarawih & Tahajud
di Bulan Ramadhan
Mutiara Ke-17
Keutamaan Tarawih & Tahajud di Bulan
Ramadhan

Alhamdulillah wa shalatu was salamu ‘ala Rasulillah wa


ba’du,
Shalat tarawih merupakan ibadah khusus yang
terdapat di dalam bulan Ramadhan. Hukum
mengerjakannya adalah sunnah muakkadah, yakni
shalat sunnah yang sangat dianjurkan. Dahulu Nabi
n shalat malam bersama para sahabatnya, namun
akhirnya beliau tidak lagi melakukannya karena
khawatir shalat tersebut dianggap wajib oleh para
sahabat.
Shalat tarawih dikerjakan di awal malam. Akan
tetapi, kaum muslimin menambahi kegiatan dengan
shalat tahajud di akhir malam apabila mulai masuk
10 malam yang terakhir. Shalat yang dilakukan Nabi
n di 20 hari pertama Ramadhan tidak dilakukan
semalam suntuk tanpa ada tidur, namun beliau
bersungguh-sungguh, tidak mengumpuli istri, serta
membangunkan istrinya untuk shalat malam di

Mutiara 17: Keutamaan Tarawih & Tahajud di Bulan Ramadhan


4
dalam 10 hari terakhir Ramadhan. Dalam suatu
riwayat dikatakan bahwa Nabi n menghidupkan
malam-malamnya[1] di 10 malam terakhir Ramadhan.
Dalam riwayat yang lain ditegaskan bahwa Nabi n
tidak merasakan tidur.[2]
Kesimpulannya adalah melaksanakan shalat
tarawih itu hukumnya sunah muakad, dikerjakan

[1]
H.R. Al-Bukhari no. 450 dan Muslim no. 533
[2]
Catatan: “Nabi tidak merasakan tidur” maksudnya Nabi tidak tidur
semalam suntuk. Terdapat sebuah hadits dari Ibunda Aisyah x,
beliau mengatakan bahwa Nabi n tidak pernah shalat semalam
suntuk. Hadits ini sekan-akan bertentangan dengan hadits yang
sebelumnya, bahwa Nabi n begadangan semalaman. Yang
dimaksud dengan menghidupkan malam pada hadits pertama di
atas tidak terbatas hanya shalat, melainkan juga membaca al Quran
dan berdzikir, adapun yang ditiadakan oleh Ibunda Aisyah dalam
hadits kedua hanyalah shalat, sehingga kesimpulannya kedua
hadits tersebut tidaklah bertentangan.
Tidak tidur semalam suntuk untuk ibadah itu disebut dengan َ‫أحيااليل‬
karena:
(1) Hidup di sini tertuju pada orang yang menghidupkan malamnya
dengan ibadah. Orang tersebut tidak tidur, sedangkan tidur
adalah saudaranya kematian, maka saat dia tidak tidur itu
berarti dia hidup dan tidak mati.
(2) Hidup di sini tertuju pada malamnya, karena malam yang tidak
diisi dengan aktivitas adalah malam yang mati, sedangkan
malam yang diisi dengan aktivitas sholat, dzikir dan membaca al
Quran adalah malam yang hidup.

Mutiara 17: Keutamaan Tarawih & Tahajud di Bulan Ramadhan 5


berjamaah di masjid. dan tidak sepatutnya bagi
seorang muslim untuk tidak ke masjid, apalagi
meninggalkannya. Nabi n bersabda, “Barangsiapa
yang shalat malam di bulan Ramadhan[1] karena keimanan
dan mengharap pahala, maka diampuni dosanya yang telah
lewat.”[2] Nabi n juga bersabda, “Barangsiapa shalat di
malam lailatul qadar karena keimanan dan mengharap
pahala, maka diampuni dosanya yang lewat.”[3]
Malam lailatul qadar bukanlah malam yang
sudah dipastikan terjadi di suatu malam tertentu di
malam-malam Ramadhan, namun yang benar adalah
setiap malam dimungkinkan malam tersebut adalah
malam lailatul qadar. Barangsiapa shalat tarawih di
setiap malam Ramadhan maka dia mendapat
jaminan telah melakukan shalat malam di malam
lailatul qadar. Nabi n bersabda, “Barangsiapa shalat
[1]
Catatan: Yang dimaksud dengan sholat malam di bulan Ramadhan
(Qiyam Ramadhan) di sini adalah shalat tarawih, sesuai dengan ijma
fuqaha, sebagaimana yang ada di dalam Mausu’ah fiqhiyyah
Kuwaitiyah jilid 27 tentang shalat tarawih. Ada kutipan perkataan
Khatib Sarbini Asy Syafii yang mengatakan bahwa para ulama
sepakat bahwasanya shalat tarawihlah yang dimaksud dengan
Qiyam Ramadhan yang ada pada hadits di atas.
[2]
H.R. Al-Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031
[3]
H.R. Al-Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174

Mutiara 17: Keutamaan Tarawih & Tahajud di Bulan Ramadhan


6
bersama imam sampai imam selesai maka dicatat untuknya
berdiri dan shalat selama 1 malam.”[1]
Hadits ini merupakan hadits yang menekankan
kepada setiap muslim untuk menghadiri shalat
tarawih dari awal hingga akhir shalat di setiap
malam-malam Ramadhan. Ini juga motivasi agar
shalat tahajud di 10 hari yang terakhir bersama imam
dari awal hingga akhir shalat untuk mendapatkan
pahala yang besar sebagai tambahan kebaikannya
dan menghapus kesalahannya.
Ulama salaf merupakan orang yang bersungguh-
sungguh dalam beramal kebaikan, namun mereka
tetap tidak meninggalkan shalat tarawih dan shalat
tahajud bersama imam karena mereka tahu pahala
yang terkandung di dalamnya. Mereka mengerjakan
shalat tarawih di awal malam dan shalat tahajud di
akhir malam di 10 hari terakhir malam Ramadhan.
Mereka berdiri lama sampai-sampai shalatnya
dilakukan sambil sandaran dengan tongkat karena
lamanya berdiri. Bahkan ada yang mengikat tali di
[1]
H.R. Al-Bukhari no. 2008 dan Muslim no. 759. Catatan: Bukan
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, melainkan
diriwayatkan oleh 4 kitabus sunan: Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, dan
Ibnu Majah.

Mutiara 17: Keutamaan Tarawih & Tahajud di Bulan Ramadhan 7


antara tiang untuk pegangan karena lamanya berdiri.
Mereka tidak bubar dari shalat tarawih maupun
shalat tahajud kecuali saat sudah mendekati fajar,
yakni hampir shubuh, sampai-sampai mereka
khawatir tidak mendapatkan kesempatan makan
sahur. Hal ini merupakan bagian dari antusias
mereka g untuk mendapatkan kebaikan yang ada
di bulan Ramadhan, padahal mereka adalah orang-
orang yang senantiasa bersungguh-sungguh dalam
peribadahan sepanjang tahunnya.
Bagaimana dengan kondisi kita? Adapun kita
punya kecerobohan dan kemalasan banyak
sepanjang tahun. Apabila kita tambahkkan
Ramadhan dengan kemalasan, maka faidah apa yang
akan kita dapatkan?? Sudah seharusnya bagi seorang
muslim untuk tidak melewatkan malam-malam ini,
apalagi shalat tarawih di zaman ini banyak
kemudahan,[1] di antaranya adalah rakaat dan bacaan

[1]
Catatan: Di dalam Mausu’ah fiqhiyyah Kuwaitiyah terdapat kutipan
yang mengatakan bahwa Umar radhiyallaahu’anhu memerintahkan
di masa beliau agar imam shalat tarawih membaca 30 ayat dalam 1
rakaat, sehingga imam khatam 3 kali selama bulan Ramadhan. Al
Kasani, ulama Mazhab Hanafi mengatakan bahwa apa yang
disampaikan Umar itu adalah suatu yang dianjurkan, dan beliau

Mutiara 17: Keutamaan Tarawih & Tahajud di Bulan Ramadhan


8
yang disedikitkan. Ini semua adalah motivasi bagi
makmum untuk hadir, namun ternyata masih banyak
yang tidak shalat tarawih. Hal ini tidak terjadi pada
= berkomentar bahwa di zaman kita “saat ini” yang terbaik bagi imam
adalah membaca dengan bacaan yang disanggupi oleh
makmumnya. Oleh karena itu, hendaknya imam shalat tarawih itu
membaca bacaan yang panjangnya bacaan itu tidak membuat
jamaah kabur dari shalat jamaah, karena memperbanyak jumlah
jamaah lebih utama dari pada memanjangkan jumlah bacaan.
Adapun terkait waktu terbaik shalat tarawih diperselisihkan ulama.
Hanafiyah dan Syafi’iyah berpendapat bahwa shalat tarawih yang
afdhal dilakukan di akhir sepertiga malam pertama atau setelah
separuh malam. Adapun Hanabilah berpendapat bahwa afdhalnya
di awal malam setelah Isya’ karena kaum muslimin di zaman Umar
mengerjakan shalat tarawih di awal malam. Imam Ahmad pernah
mengatakan bahwa kebiasaan kaum muslimin dari generasi ke
generasi sejak zaman Umar mengerjakan shalat tarawih di awal
malam itu lebih beliau sukai.
Al Qolyubi mengatakan bahwa hadits tentang Nabi n mengerjakan
shalat tarawih beberapa malam bersama para sahabat
menunjukkan bahwa shalat tarawih disyariatkan di akhir-akhir
menjelang wafatnya Nabi n karena tidak terdapat hadits yang
menunjukkan beliau shalat tarawih bersama sahabat di
kesempatan kedua. Ini menunjukkan bahwa shalat tarawih
disyariatkan di Ramadhan terakhirnya Nabi n, tahun depannya
beliau sudah meninggal dunia. Tidak ada pula pertanyaan dari
sahabat tentang shalat tarawih, dan Umar mengumpulkan manusia
untuk shalat tarawih di belakang satu imam pada tahun 14 H, sekitar
2 tahun setelah beliau menjadi khalifah, atau Ramadhan kedua
sejak beliau diangkat menjadi khalifah.

Mutiara 17: Keutamaan Tarawih & Tahajud di Bulan Ramadhan 9


seseorang kecuali orang tersebut tidak ingin
mendapatkan kebaikan dan begitu dominannya
kelalaian pada dirinya Apa untungnya meninggalkan
shalat tarawih dan tahajud serta memilih
menghabiskan waktunya untuk ngobrol atau
melakukan hal yang tidak bermanfaat? Padahal di
akhirat nanti ada surga dan neraka, ada hisab, ada
banyak marabahaya. Di sana juga ada timbangan
amal dan lembaran-lembatan catatan amal yang akan
diserahkan besok di hari kiamat. Bagaimana seorang
muslim telantarkan kesempatan ibadah di bulan
Ramadhan yang sangat besar ini?! Kesempatan ini
Allah jadikan sebagai penyelamat dari neraka jika dia
mau menjaganya. Orang yang menelantarkan
kesempatan ini adalah orang yang menelantarkan
dirinya sendiri.
Kita memohon kepada Alllah subhanahu wa
ta’ala agar memberikan taufik kepada kita semua
untuk berkata dan beramal yang baik dan ikhlas. Kita
juga memohon agar kita tidak termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang tercegah dari berbagai
keutamaan amalan-amalan di bulan Ramadhan ini.
Wa Shallallahu ‘ala nabiyina muhammadin wa ‘ala alih
wa shahbihi ajma’in.

Mutiara 17: Keutamaan Tarawih & Tahajud di Bulan Ramadhan


10
Mutiara 17: Keutamaan Tarawih & Tahajud di Bulan Ramadhan 11
Para pembaca sekalian yang dirahmati
Allah,
Bagi Anda yang tertarik menjadi
bagian dari kami dalam proyek-proyek
kebaikan berikutnya, ataupun yang
memiliki karya tulis maupun transkrip
kajian Ustadz Aris Munandar, S.S, M.P.I,
kami membuka pintu selebar-lebarnya.
Kirimkan karya Anda atau hubungi kami:
Email: ustadzarispublishing@gmail.com
Telp/WA: 0878 0382 7752

Penerbit,

Mutiara 17: Keutamaan Tarawih & Tahajud di Bulan Ramadhan


12

Anda mungkin juga menyukai