ABDUL HADI
(PERJUANGAN KH. ABDUL HADI DALAM MERINTIS
PENDIDIKAN ISLAM DI DESA TENGGULI KECAMATAN
BANGSRI KABUPATEN JEPARA )
Disusun Oleh :
Lukman Abdullah
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Lukman Abdullah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN iii
DAFTAR ISI iv
A. Silsilah Keluarga KH. Abdul Hadi 1
B. Perjuangan KH. Abdul Hadi dalam Merintis Lembaga Pendidikan Islam di
Desa Tengguli 3
C. Implementasi Pendidikan Islam dalam Pemikiran KH. Abdul Hadi 6
D. Akhir Hayat KH. Abdul Hadi 10
BIOGRAFI KH. ABDUL HADI
(PERJUANGAN KH. ABDUL HADI DALAM MERINTIS PENDIDIKAN
ISLAM DI DESA TENGGULI KECAMATAN BANGSRI
KABUPATEN JEPARA)
Kiai Haji Abdul Hadi adalah seorang tokoh masyarakat dan seorang guru
agama Islam yang merintis dari titik nol dan memperjuangkan adanya pendidikan
Islam secara formal maupun non formal di Desa Tengguli. Beliau adalah sosok
Kiai kharismatik dan sangat dihormati. Beliau memiliki sifat pekerja keras,
santun, tawadlu’, tidak banyak berbicara, dan memiliki ilmu yang luas. Beliau
sangat dihormati dan disegani oleh para santri dan warga sekitar. Apabila beliau
berjalan di belakang orang lain maka seketika orang-orang yang ada didepannya
akan berhenti untuk mempersilahkan beliau berjalan terlebih dahulu.
1. Fatkhur
2. Abdul Fatah
3. Zulaikhah
3
Budi, Pesantren Raudlatut Tholibin Rembang, www.laduni.id , diakses pada 9 Oktober 2020
jam 21.00 WIB
4
Hasil wawancara dengan Mbah Sumar pada 23 September 2020 pada jam 11:00 WIB
5
Hasil wawancara dengan Mbah Basyar pada 24 September 2020 pada jam 11:00 WIB
4. Muhammad Sulthon
5. Umi Salamah
6. Burdah
7. Sonhaji
8. Abu Yazid
9. Misbah
10. Muhammad As’ad
11. Hidayati
Hasil wawancara dengan K. Sholehan, Ketua Komite MTs. MA NU Tengguli pada 5 Oktober
7
8
Hasil wawancara dengan Mbah Basyar, santri dan pengasuh putra-putra dari KH. Abdul Hadi
pada 22 September 2020 pada jam 11:00 WIB
Di musholla tersebut disediakan ruangan khusus untuk tidur bagi santri pria
yang rumahnya jauh.
KH. Abdul Hadi melakukan proses pendidikan Islam itu secara kontinu
dan menyeluruh. Beliau tidak hanya menyampaikan materi pelajaran sebatas
pada ruang kelas semata. Namun beliau mendidik dan mengajarkan ilmu-
ilmunya di setiap waktu dan dalam setiap interaksinya. Salah satu sumber yang
merupakan santri KH. Abdul Hadi, menuturkan bahwa setiap waktu subuh,
9
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung Pustaka Setiya 1997), ,hlm. 9-10
10
Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. 13, hlm. 86
11
Nadia Ja’far Abdat, Lidia Fuji Rahayu, Konsep Pendidikan Islami Menurut Ahmad Tafsir,
ejournal.uika-bogor.ac.id, diakses pada 15 Oktober 2020 jam 1.17 WIB
beliau membangunkan para santri dengan cara mengibaskan sajadah di atas
kepala para santri dengan mengatakan “ayo shalat…shalat..”. Hal itu
dilakukan beliau dengan lemah lembut kepada setiap santri, tidak ada bentakan
atau paksaan kepada mereka agar mau bangun. Setelah itu kemudian KH.
Abdul Hadi melaksanakan shalat shubuh berjamaah dengan para santri.
Setelah melaksanakan shalat shubuh berjamaah, KH. Abdul Hadi
melanjutkan proses pembelajaran al-Qur’an di Musholla belakang rumah
beliau. Setiap santri mengaji al-Qur’an satu persatu di depan beliau. Beliau
menyimak bacaan al-Qur’an dari setiap santri, beliau akan menepuk kaki santri
sebagai pertanda bahwa bacaannya ada yang keliru. Dengan tepukan itu KH.
Abdul Hadi memberi tanda agar santri dapat mengulangi bacaannya. Dan jika
santri tersebut masih keliru dalam membaca maka baru dicontohkan oleh KH.
Abdul cara membacanya yang benar.12
Dalam hal ini, dapat dipahami bahwa KH. Abdul Hadi adalah sosok
seorang guru dan Kiai yang lemah lembut. Lebih mengutamakan pelaksanaan
pendidikan Islam dengan metode keteladanan dan kasih sayang. Namun itulah
sikap yang dimiliki oleh KH. Abdul Hadi yang justru membuat beliau memiliki
kharisma yang begitu kuat di mata para santrinya. Dalam penuturan sumber
yang merupakan santri dari KH. Abdul Hadi, beliau adalah seorang guru yang
sangat disegani, sehingga jika ada santri atau siswa dalam kelas yang gaduh
lalu mendengar suara derap langkah kaki beliau maka seketika akan berusaha
untuk tenang.13
12
Hasil wawancara dengan Bapak Masrikan, santri KH. Abdul Hadi pada 8 Oktober 2020 pada
jam 19:00 WIB
13
Hasil wawancara dengan Ibu Mus’idah, menantu KH. Abdul Hadi pada 3 Oktober 2020 pada
jam 19:00 WIB
ketaatan siswa kepadanya.14 Tampaknya sifat-sifat Kiai yang mulia itu ada
dalam diri KH. Abdul Hadi sehingga membuat beliau menjadi sosok seorang
yang kharismatik dan berwibawa.
Adapun pendidikan yang diterapkan oleh KH. Abdul Hadi terhadap
keluarga dan anak-anak beliau adalah melalui metode pembiasaan. KH. Abdul
Hadi sangat mengutamakan dan disiplin tentang shalat lima waktu. Beliau
mengawasi betul pelaksanaan shalat lima waktu oleh anak-anaknya. Ketika tiba
waktu maghrib beliau akan mencari anak-anaknya agar berada dalam rumah
dan bersiap untuk shalat dan dilanjutkan mengaji.15 Hal itu menjukkan bahwa
KH. Abdul Hadi senantiasa membiasakan anak-anak untuk melakukan hal-hal
baik terutama dalam pelaksanaan shalat lima waktu. Apa yang dilakukan oleh
KH. Abdul Hadi sebagaimana hadits Rasulullah SAW.
و َفِّر ُق وا َبْيَن ُهم ىِف,اض ِربُو ُهم َعلَْي َه ا ىِف َع ْش ٍر ِِ اَأوالَ َد ُكم بِ َّ ىِف
ْ ْ َ ْ ْ ْ َو, َ الص الَةِ َس ْب ِع س ننْي ْ ْ ُم ُر ْو
)اج ِع (رواه أبوداودِ الْمض
َ َ
Suruhlah anak-anakmu menjalankan shalat di saat umur tujuh tahun,
beri mereka pukulan bila meninggalkan shalat di saat umur sepuluh
tahun, dan pisahkanlah tempat-tempat tidur di antara mereka. (HR. Abu
dawud).16
Benar-benar KH. Abdul Hadi adalah sosok seorang guru tidak hanya
bagi murid-muridnya di madrasah, namun juga seorang ayah dan guru bagi
anak-anak beliau di rumah. Dalam al-Qur’an juga dijelaskan bahwa betapa
pentingnya orang tua untuk menjaga anak-anak dan keluarganya dari api
neraka.
آم نُ وا قُ وا َأ ْن ُف َس َّ
اس
ُ َّود َه ا الن
ُ ُِيك ْم نَ ًار ا َو ق
ُ َأه ل
ْ ُك ْم َو َ يَ ا َأيُّ َه ا ال ذ
َ ِين
َ ون اللَّ هَ َم ا
َأم َر ُه ْم َ ص ُ ِش َد ٌاد اَل َي ْع ِج َار ةُ َع لَ ْي َه ا َم اَل ِئ َك ةٌ غِ اَل ٌظ
َ َو ا حْل
ون
َ ون َم ا يُ ْؤ َم ُر َ َُو َي ْف َع ل
14
Adnan Hasan ShalihBaharits, Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-laki, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1996), hlm. 53
15
Hasil wawancara dengan Bapak K. Muhammad As’ad, putra KH. Abdul Hadi pada 25
September 2020 pada jam 11:00 WIB
16
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai al-Qur’an, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2004), hlm. 63.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. At-Tahrim: 6)17
KH. Abdul Hadi juga merupakan sosok seorang pendidik yang ikhlas.
Ketika menjadi salah satu guru di Madrasah Tsanawiyah yang beliau rintis,
beliau mengajar materi pelajaran tentang Aswaja dengan honor Rp. 1000.
Salah satu sumber yaitu Bapak KH. Sholehan yang saat ini menjabat sebagai
ketua komite MTs. NU Tengguli, pada saat menerima honor dengan jumlah
tersebut, KH. Abdul Hadi selalu menunjukkan sikap dan rasa syukur yang
mendalam kepada Allah SWT. Kepada KH. Sholehan, KH. Abdul Hadi
menuturkan “mulang orak malah ilang, malah tambah”.18Artinya bahwa
seseorang yang mengajarkan ilmunya itu tidak akan menjadikan ilmunya
hilang akan tetapi justru semakin bertambah. Betapa hal itu mencerminkan
keluhuran pribadi KH. Abdul Hadi sebagai seorang guru yang zuhud dan
penuh dengan keikhlasan dalam mengajar.
Hal itu sebagaimana pendapat Moh. Athiyah Al Abrasyi yang
menjelaskan bahwa seorang pendidik Islam itu harus memiliki sifat-sifat
tertentu diantaranya adalah:
1. Memiliki sifat zuhud
2. Tidak mengutamakan materi
3. Mengajar karena mencari keridlaan Allah semata
4. Ikhlas dalam pekerjaannya
5. Pemaaf terhadap siswanya, lapang hati, sabar dan jangan pemarah
6. Mencintai para siswanya sebagaimana mencintai anaknya sendiri.19
Berkaitan dengan adab bagi seorang yang mencari ilmu, kepada Ibu
Muyassarah yang merupakan cucu dari KH. Abdul Hadi, beliau menuturkan
17
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2000), hlm.
448
18
Hasil wawancara dengan Bapak KH. Sholehan, Ketua Komite MTs. MA NU Tengguli pada
jam 10:00 WIB
19
Mohd. Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1970), hlm. 13-139
pesan : “Golek ilmu iku kudu sabar, lan ilingo ojo pisan-pisan ngrasani
Kiai/gurumu mundak ilmumu gak manfaat. Nek kowe manut guru, tawadlu’
insya Allah tembe mburi kepenak uripmu”. 20
Dalam pesan yang mendalam
tersebut, KH. Abdul Hadi memberikan nasihat bahwa seseorang yang
mencari ilmu itu harus memiliki sifat sabar, dan memiliki adab dengan tidak
menggunjing kiai atau gurunya agar tidak menghilangkan kemanfaatan dari
ilmu yang dicari. Selain itu, seorang yang mencari ilmu harus memiliki sifat
taat dan tawadlu’ kepada guru agar kelak mendapatkan kemudahan dalam
menjalani kehidupan.
Dari biografi KH. Abdul Hadi yang berkaitan dengan pemikirian beliau
tentang belajar, tentang mengajar dan keseharian beliau dalam menerapkan
pendidikan Islam dalam keluarga, dapat dipahami bahwa beliau sesorang Kiai
yang menunjukkan keistimewaan dan keteladanan yang luar biasa. Bahwa
beliau adalah seorang Kiai dan sekaligus guru yang bersahaja, sederhana,
zuhud, sabar dan penyayang serta segala sifat mulia lainnya.
KH. Abdul wafat pada Hari Rabu, 27 Rabiul Akhir 1417 H atau
bertepatan dengan 11 September 1996 M. Mbah Sumar menuturkan bahwa
pada hari Rabu siang sebelum KH. Abdul Hadi wafat, beliau masih menjadi
pembicara di pengajian rutinan Rebonan. Setelah waktu shalat isya’ pun
beliau masih mengajar ngaji. Pada waktu malam sekitar jam 12 beliau bangun
dengan niat akan melakukan shalat tahajud. Beliau juga membangunkan
20
Hasil wawancara dengan Ibu Muyassarah, cucu KH. Abdul Hadi pada 14 Oktober 2020 pada
jam 09:00 WIB
21
Hasil Wawancara dengan Mbah Sumar pada 23 September 2020 pada jam 11:00 WIB
Mbah Sholikhah, istri beliau agar melaksanakan sholat juga. Akan tetapi
setelah membangunkan istrinya, beliau wafat.
Abdat, Nadia Ja’far, Rahayu, Lidia Fuji, Konsep Pendidikan Islami Menurut
Ahmad Tafsir, ejournal.uika-bogor.ac.id
Al Abrasyi, Mohd. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1993)
Baharits, Adnan Hasan Shalih, Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-laki,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1996)
Budi, Pesantren Raudlatut Tholibin Rembang, www.laduni.id
Darajat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996)
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro,
2000)
Syarifuddin, Ahmad, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai al-
Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004)
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung Pustaka Setiya 1997)