Anda di halaman 1dari 20

BIOGRAFI KH.

ABDUL HADI
(PERJUANGAN KH. ABDUL HADI DALAM MERINTIS
PENDIDIKAN ISLAM DI DESA TENGGULI KECAMATAN
BANGSRI KABUPATEN JEPARA )

Karya Tulis Ilmiah Santri (LKTIS)


Disusun untuk memenuhi persyaratan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Santri
(LKTIS) Tentang Penulisan Biografi Kiai Jepara Dalam Rangka Hari Santri
Nasional Tahun 2020 dan Harlah Partai Kebangkitan Bangsa Ke-22

Disusun Oleh :

NAMA : LUKMAN ABDULLAH


KELAS : XI IPA

MADRASAH ALIYAH NAHDLATUL ULAMA


TENGGULI BANGSRI JEPARA JAWA TENGAH
TERAKREDITASI A
Alamat: Jl. Raya KH. Abdul Hadi Km. 01, Kode Pos. 59453, Telp. (0291) 772026
e-mail:manu.tengguli@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah swt, yang mana atas


limpahan rahmat dan hidayah-Nya semata, penulis dapat menyelesaikan karya
tulis yang sederhana ini.
Dan shalawat salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw
beserta keluarga dan para sahabatnya. Penulis menyadari bahwa selesainya karya
tulis ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak KH. Sholehan selaku ketua komite MTs. Nahdlatul Ulama Tengguli
yang sekaligus menjadi narasumber
2. Bapak Sonhadi, S.Ag. S,Pd selaku Kepala Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama
Tengguli yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk
mengikuti lomba karya tulis ilmiah ini
3. Ibu Sinta Puspita Yanti, S.Pd.I yang telah memberikan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk memberikan bimbingan kepada penulis
4. Ibu Muyassarah, S.Pd (cucu KH. Abdul Hadi) yang telah berkenan menjadi
narasumber
5. Bapak K. Muhammad As’ad (putra KH. Abdul Hadi) yang telah berkenan
menjadi narasumber
6. Mbah Sumar yang telah berkenan menjadi narasumber
7. Mbah Basyar yang telah berkenan menjadi narasumber
8. Bapak Masrikan, S.Pd.I telah berkenan menjadi narasumber
9. Ibu Mus’idah (menantu KH. Abdul Hadi) telah berkenan menjadi narasumber
10. Rizqi Nur Afifah rekanku yang sama-sama berjuang mengumpulkan data
untuk karya tulis ilmiah ini
11. Kedua orang tuaku yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah SWT
12. Segenap pihak yang telah membantu sampai selesai karya tulis ini yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Walaupun demikian, penulis menyadari bahwa masih begitu banyak
kekurangan dan kelemahan yang ada dalam karya tulis ini. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang konstruktif tetap penulis harapkan. Semoga karya tulis ini dapat
membawa manfaat sehingga mendapat ridlo dari Allah swt. Amin.

Jepara, 17 Oktober 2020


Penulis

Lukman Abdullah
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa


karya tulis ini tidak berisi materi yang telah atau pernah ditulis orang lain atau
diterbitkan. Demikian juga karya tulis ini tidak berisi suatupun pikiran-pikiran
orang lain, kecuali pemikiran dan informasi dari pembimbing, sumber-sumber
yang diwawancarai, dan isi tulisan dalam referensi yang penulis jadikan bahan
rujukan dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Jepara, 17 Oktober 2020


Penulis

Lukman Abdullah
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN iii
DAFTAR ISI iv
A. Silsilah Keluarga KH. Abdul Hadi 1
B. Perjuangan KH. Abdul Hadi dalam Merintis Lembaga Pendidikan Islam di
Desa Tengguli 3
C. Implementasi Pendidikan Islam dalam Pemikiran KH. Abdul Hadi 6
D. Akhir Hayat KH. Abdul Hadi 10
BIOGRAFI KH. ABDUL HADI
(PERJUANGAN KH. ABDUL HADI DALAM MERINTIS PENDIDIKAN
ISLAM DI DESA TENGGULI KECAMATAN BANGSRI
KABUPATEN JEPARA)

Kiai Haji Abdul Hadi adalah seorang tokoh masyarakat dan seorang guru
agama Islam yang merintis dari titik nol dan memperjuangkan adanya pendidikan
Islam secara formal maupun non formal di Desa Tengguli. Beliau adalah sosok
Kiai kharismatik dan sangat dihormati. Beliau memiliki sifat pekerja keras,
santun, tawadlu’, tidak banyak berbicara, dan memiliki ilmu yang luas. Beliau
sangat dihormati dan disegani oleh para santri dan warga sekitar. Apabila beliau
berjalan di belakang orang lain maka seketika orang-orang yang ada didepannya
akan berhenti untuk mempersilahkan beliau berjalan terlebih dahulu.

A. Silsilah Keluarga KH. Abdul Hadi


KH. Abdul Hadi adalah putra asli Desa Tengguli yang lahir pada tahun
1912. Ibunda beliau bernama Asifah dan ayah beliau bernama Abdullah
Marhaban. Mbah Abdullah Marhaban adalah seorang pedagang emas yang
berasal dari Desa Saripan Jepara. Selain berdagang Mbah Abdullah Marhaban
adalah seorang pedakwah agama Islam.1
Orang tua KH. Abdul Hadi memiliki 10 orang putra putri. Dan KH.
Abdul Hadi adalah anak ke-6. Saudara kandung KH. Abdul Hadi antara lain:
1. Sudarwin
2. Raimah
3. Warmi
4. Rukoyyah
5. Jasmi
6. Abdul Hadi
7. Abdul Sukur
8. Tahrir
1
Hasil wawancara dengan Bapak K. Muhammad As’ad, Putra KH. Abdul Hadi pada 25
September 2020 pada jam 11:00 WIB
9. Sutrimah
10. Muhsin
KH. Abdul Hadi masih memiliki silsilah keturunan dengan Syekh
Ahmad Muttamaqin dari Kajen Pati, seorang waliyullah terkemuka yang
sampai sekarang pun makamnya masih begitu banyak diziarahi oleh umat
Islam dari berbagai daerah. Selain itu juga beliau masih memiliki keturunan
dengan Mbah Abdullah Asyik Kiringan Pule. Akan tetapi, KH. Abdul Hadi
tidak mengizinkan putra-putra beliau untuk menelusuri silsilah keluarganya.
Sehingga sampai saat ini tidak ada sumber yang menerangkan secara jelas urut-
urutan silsilah keluarga KH. Abdul Hadi tersebut.
Ayah KH. Abdul Hadi yaitu Mbah Abdullah Marhaban adalah salah
satu tokoh yang pertama melakukan dakwah Islam di Desa Tengguli. Menurut
Bapak Muhammad As’ad, putra KH. Abdul Hadi, mengisahkan bahwa saat
Mbah Abdullah Marhaban baru mulai menyebarkan ajaran Islam, keadaan
masyarakat Desa Tengguli pada waktu itu masih sangat asing dengan ajaran
agama Islam. Saat itu masih banyak terjadi maksiat, tindak kriminal, dan lain-
lain. Untuk itulah, Mbah Abdullah Marhaban berusaha melakukan dakwah
agar masyarakat dapat mengenal agama Islam dan menjalankannya dalam
kehidupan sehari-hari dengan benar.2
Mbah Abdullah Marhaban adalah Petinggi di Desa Tengguli. Bapak
Muhammad As’ad menuturkan bahwa Mbah Abdullah Marhaban pernah
dipanggil oleh gurunya dan dianjurkan untuk menyalonkan diri jadi lurah di
Desa Tengguli. Dan benar saja beliau terpilih menjadi lurah Desa Tengguli.
Hal ini membuat semangat dakwah Mbah Abdullah Marhaban semakin kuat.
Saat menjabat sebagai petinggi Desa Tengguli, Mbah Abdullah Marhaban
mewajibkan agar setiap rumah di Desa Tengguli harus mempunyai padasan
yaitu tempat atau wadah untuk mengambil air wudhu.
Kecintaan terhadap dakwah dan ilmu agama itu mendorong Mbah
Abdullah Marhaban mengirim ketiga putra beliau yaitu KH. Abdul Hadi,
Bapak Abdul Sukur dan Bapak Muhsin untuk belajar ilmu agama di pesantren.
2
Hasil wawancara dengan Bapak K. Muhammad As’ad, putra KH. Abdul Hadi pada 25
September 2020 pada jam 11:00 WIB
KH. Abdul Hadi belajar di Pondok Pesantren Roudhatut Thalibin Rembang,
yaitu pesantren yang didirikan oleh KH. Bisri Mustofa, seorang Kiai yang juga
sekaligus budayawan, muballigh, politisi, orator, dan penulis.3 Beliau adalah
ayah dari Kiai terkenal KH. Mustofa Bisri atau yang lebih dikenal dengan
Gusmus. Dari pesantren inilah KH. Abdul Hadi mendapatkan ilmu-ilmu nya.
Setelah selesai dalam menempuh pendidikannya di pondok pesantren
Roudlatut Thalibin Rembang, KH. Abdul Hadi dinikahkan oleh ayahnya
dengan putri dari Mbah Abdul Karim yang bernama Sholikhah. Rumah Mbah
Abdul Karim atau yang lebih dikenal dengan Mbah Singgang tidak jauh dari
rumah KH. Abdul Hadi. Pernikahan tersebut berlangsung pada tanggal 22
November 1935. Saat menikah, KH. Abdul Hadi berusia 23 tahun sedangkan
istrinya Mbah Sholikah berusia 15 tahun. Mbah Abdul Karim adalah seorang
saudagar kaya raya di desa Tengguli. Menurut penuturan Mbah Sumar ”Mbah
Abdullah Karim turut mondokke Mbah KH. Abdul Hadi karena ingin
menjadikannya sebagai menantu”.4
Setelah menikah, KH. Abdul Hadi kembali menempuh pendidikan di
Pesantren untuk beberapa bulan. Setelah kembali dari pesantren beliau
dibuatkan rumah oleh ayahnya. Kepada KH. Abdul Hadi ayahnya berkata
“kowe wes tak gawakke umah, wes tak golekke bojo” kalimat ini sebagai
isyarat agar KH. Abdul Hadi dapat fokus mengembangkan ilmunya di rumah
tersebut dan memenuhi tanggung jawab sebagai seorang suami.5
Dari pernikahan KH. Abdul Hadi dengan Ibu Sholikhah dikaruniai 11
orang putra putri, adapun putra ke 2 dan ke 3 wafat saat masih anak-anak.
Adapun 9 putra lainnya antara lain yaitu:

1. Fatkhur
2. Abdul Fatah
3. Zulaikhah

3
Budi, Pesantren Raudlatut Tholibin Rembang, www.laduni.id , diakses pada 9 Oktober 2020
jam 21.00 WIB
4
Hasil wawancara dengan Mbah Sumar pada 23 September 2020 pada jam 11:00 WIB
5
Hasil wawancara dengan Mbah Basyar pada 24 September 2020 pada jam 11:00 WIB
4. Muhammad Sulthon
5. Umi Salamah
6. Burdah
7. Sonhaji
8. Abu Yazid
9. Misbah
10. Muhammad As’ad
11. Hidayati

B. Perjuangan KH. Abdul Hadi dalam Merintis Lembaga Pendidikan Islam


di Desa Tengguli
Pada tahun 1950an, KH. Abdul Hadi mulai merintis adanya lembaga
pendidikan Islam dengan sistem yang sangat sederhana di rumah beliau.
Lembaga pendidikan Islam inilah yang kemudian menjadi MI Tamrinussibyan
Tengguli. Dalam setiap harinya, kegiatan pembelajaran berlangsung dua kali,
yaitu pada pagi hari dikhususkan bagi siswa laki-laki dengan waktu
pembelajaran mulai sekitar jam 07.00 WIB dan selesai sekitarjam 11.00 WIB.
Sedangkan waktu pembelajaran bagi siswa perempuan dilaksanakan setelah
waktu dzuhur atau kurang lebih jam 13.00 WIB sampai dengan kurang lebih
jam 16.00 WIB.6
Semakin lama siswa bertambah banyak dan rumah beliau sudah tidak
mencukupi lagi untuk menampung siswa-siswi yang ingin belajar. Maka pada
sekitar tahun 1953 beliau mulai membangun tempat yang dikhususkan untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Bangunan Madrasah Ibtidaiyah tersebut berasal dari bahan gedek


(anyaman bambu) yang sangat sederhana dengan beberapa pengajar antara lain
KH. Abdul Hadi, Mbah KH Ahmad, Mbah Yasin. Adapun tanah yang
digunakan untuk membangun Madrasah Ibtidaiyah tersebut diberikan oleh ayah
6
Hasil wawancara dengan Mbah Basyar, santri dan pengasuh putra-putra KH. Abdul Hadi Pada
23 September 2020 pada jam 11:00 WIB
mertua KH. Abdul Hadi yaitu Mbah Abdul Karim atau yang lebih dikenal
dengan nama Mbah Singgang.

Gambar 1. Gedung MI Tamrinussibyan Tengguli

Setelah merintis berdirinya lembaga pendidikan madrasah Ibtidaiyah


yang pertama di Desa Tengguli, KH. Abdul Hadi memprakarsai berdirinya
Madrasah Tsanawiyah. Pada waktu itu, anak-anak yang telah lulus dari
Madrasah Ibtidaiyah melanjutkan ke tingkat atas maka harus sekolah di daerah
Bangsri. Permasalahannya waktu pulang sekolah dari madrasah Tsnawiyah di
Bangsri tersebut sampai sore hari bahkan malam. Hal ini mengusik hati dan
pemikiran KH. Abdul Hadi karena di antara anak-anak yang sekolah MTs di
Bangsri tersebut ada beberapa yang perempuan. Apalagi mereka pulang dari
sekolah dengan berjalan kaki pada waktu malam hari. Tidak jarang mereka
harus menginap di rumah temannya karena tidak berani pulang ke rumahnya
yang jaraknya cukup jauh.7

Menanggapi permasalahan tersebut, maka pada tahun 1985 KH. Abdul


Hadi melakukan musyawarah dengan warga masyarakat desa Tengguli dan
beberapa Tokoh Desa Tengguli seperti H. Rohmat, H. Ali Mas’udi, H. Zen,
Pak Abdul Latif, K. Abdul Fatah, KH. Ahmad untuk membahas pendirian

Hasil wawancara dengan K. Sholehan, Ketua Komite MTs. MA NU Tengguli pada 5 Oktober
7

2020 pada jam 10:00 WIB


madrasah Tsanawiyah. Dan pada tahun 1986 berdirilah MTs. Nahdlatul Ulama
Tengguli.
MTs. Nahdlatul Ulama Tengguli ini dibangun di atas tanah yang dibeli
dari Mbah Suriyah. Untuk membeli tanah tersebut, KH. Abdul Hadi bersama
dengan tokoh masyarakat menggalang dana untuk pembelian tanahnya dengan
nilai Rp. 10.000 permeter persegi. Kepala MTs. Nahdlatul Ulama Tengguli
yang pertama kali adalah K. Hasyim. Sedangkan KH. Abdul Hadi pada saat itu
mengajar pada mata pelajaran tentang Aswaja.8

Gambar 2. Foto gedung MTs. Nahdlatul Ulama Tengguli

Adapun proses pendidikan non formal yang beliau lakukan adalah


kegiatan pendidikan Islam yang dilaksanakan dirumah beliau. KH. Abdul Hadi
mengajar al-Qur’an kepada anak-anak didik beliau setiap selesai shalat magrib
dan subuh. Anak didik KH. Abdul Hadi yang belajar di rumahnya berasal dari
dukuh-dukuh di Desa Tengguli dan adapula yang berasal dari daerah luar Desa
Tengguli. Karena semakin banyak anak-anak yang berminat untuk belajar
mengaji dengan KH. Abdul Hadi, maka beliau bersama dengan warga desa
Tengguli membangun musholla di belakang kediaman KH. Abdul Hadi.
Musolla tersebut selain digunakan sebagai tempat sholat berjamaah juga
digunakan sebagai tempat belajar al-Qur’an dan juga tempat tinggal para santri.

8
Hasil wawancara dengan Mbah Basyar, santri dan pengasuh putra-putra dari KH. Abdul Hadi
pada 22 September 2020 pada jam 11:00 WIB
Di musholla tersebut disediakan ruangan khusus untuk tidur bagi santri pria
yang rumahnya jauh.

C. Implementasi Pendidikan Islam dalam Pemikiran KH. Abdul Hadi


Mengenai pengertian Pendidikan Islam, Abdurrahman An-Nahlawi
menjelaskan bahwa “pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan
masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai
secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif”.9
Zakiah Daradjat menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan
Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam yaitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama
Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikan ajaran
agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.10
Ahmat Tafsir menjelaskan bahwa pendidikan Islam sebagai bimbingan
yang diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai
dengan ajaran Islam.11
Berdasarkan pada pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa KH.
Abdul Hadi adalah sosok yang telah mengimplementasikan pendidikan Islam
itu tidak hanya dalam teoritis semata tetapi dalam proses kehidupan nyata.
Dimana beliau melakukan bimbingan dan asuhan kepada anak-anak didik agar
dapat memahami, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar.

KH. Abdul Hadi melakukan proses pendidikan Islam itu secara kontinu
dan menyeluruh. Beliau tidak hanya menyampaikan materi pelajaran sebatas
pada ruang kelas semata. Namun beliau mendidik dan mengajarkan ilmu-
ilmunya di setiap waktu dan dalam setiap interaksinya. Salah satu sumber yang
merupakan santri KH. Abdul Hadi, menuturkan bahwa setiap waktu subuh,
9
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung Pustaka Setiya 1997), ,hlm. 9-10
10
Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. 13, hlm. 86
11
Nadia Ja’far Abdat, Lidia Fuji Rahayu, Konsep Pendidikan Islami Menurut Ahmad Tafsir,
ejournal.uika-bogor.ac.id, diakses pada 15 Oktober 2020 jam 1.17 WIB
beliau membangunkan para santri dengan cara mengibaskan sajadah di atas
kepala para santri dengan mengatakan “ayo shalat…shalat..”. Hal itu
dilakukan beliau dengan lemah lembut kepada setiap santri, tidak ada bentakan
atau paksaan kepada mereka agar mau bangun. Setelah itu kemudian KH.
Abdul Hadi melaksanakan shalat shubuh berjamaah dengan para santri.
Setelah melaksanakan shalat shubuh berjamaah, KH. Abdul Hadi
melanjutkan proses pembelajaran al-Qur’an di Musholla belakang rumah
beliau. Setiap santri mengaji al-Qur’an satu persatu di depan beliau. Beliau
menyimak bacaan al-Qur’an dari setiap santri, beliau akan menepuk kaki santri
sebagai pertanda bahwa bacaannya ada yang keliru. Dengan tepukan itu KH.
Abdul Hadi memberi tanda agar santri dapat mengulangi bacaannya. Dan jika
santri tersebut masih keliru dalam membaca maka baru dicontohkan oleh KH.
Abdul cara membacanya yang benar.12
Dalam hal ini, dapat dipahami bahwa KH. Abdul Hadi adalah sosok
seorang guru dan Kiai yang lemah lembut. Lebih mengutamakan pelaksanaan
pendidikan Islam dengan metode keteladanan dan kasih sayang. Namun itulah
sikap yang dimiliki oleh KH. Abdul Hadi yang justru membuat beliau memiliki
kharisma yang begitu kuat di mata para santrinya. Dalam penuturan sumber
yang merupakan santri dari KH. Abdul Hadi, beliau adalah seorang guru yang
sangat disegani, sehingga jika ada santri atau siswa dalam kelas yang gaduh
lalu mendengar suara derap langkah kaki beliau maka seketika akan berusaha
untuk tenang.13

Secara teoritis, Adnan Shaleh Baharits menyatakankan bahwa Kiai


haruslah memiliki kepribadian yang kuat, yang ditunjukkan dengan kemuliaan
akhlaknya dan ketakwaanya kepada Allah SWT. Dengan kemulian akhlak dan
ketakwaannya itu akan muncul dari dirinya suatu kewibawaan dan ketenangan
yang akan melahirkan kemampuan menguasai dan mengatur kelas juga

12
Hasil wawancara dengan Bapak Masrikan, santri KH. Abdul Hadi pada 8 Oktober 2020 pada
jam 19:00 WIB
13
Hasil wawancara dengan Ibu Mus’idah, menantu KH. Abdul Hadi pada 3 Oktober 2020 pada
jam 19:00 WIB
ketaatan siswa kepadanya.14 Tampaknya sifat-sifat Kiai yang mulia itu ada
dalam diri KH. Abdul Hadi sehingga membuat beliau menjadi sosok seorang
yang kharismatik dan berwibawa.
Adapun pendidikan yang diterapkan oleh KH. Abdul Hadi terhadap
keluarga dan anak-anak beliau adalah melalui metode pembiasaan. KH. Abdul
Hadi sangat mengutamakan dan disiplin tentang shalat lima waktu. Beliau
mengawasi betul pelaksanaan shalat lima waktu oleh anak-anaknya. Ketika tiba
waktu maghrib beliau akan mencari anak-anaknya agar berada dalam rumah
dan bersiap untuk shalat dan dilanjutkan mengaji.15 Hal itu menjukkan bahwa
KH. Abdul Hadi senantiasa membiasakan anak-anak untuk melakukan hal-hal
baik terutama dalam pelaksanaan shalat lima waktu. Apa yang dilakukan oleh
KH. Abdul Hadi sebagaimana hadits Rasulullah SAW.

‫ و َفِّر ُق وا َبْيَن ُهم ىِف‬,‫اض ِربُو ُهم َعلَْي َه ا ىِف َع ْش ٍر‬ ِِ ‫اَأوالَ َد ُكم بِ َّ ىِف‬
ْ ْ َ ْ ْ ْ ‫ َو‬, َ ‫الص الَةِ َس ْب ِع س ننْي‬ ْ ْ ‫ُم ُر ْو‬
)‫اج ِع (رواه أبوداود‬ِ ‫الْمض‬
َ َ
Suruhlah anak-anakmu menjalankan shalat di saat umur tujuh tahun,
beri mereka pukulan bila meninggalkan shalat di saat umur sepuluh
tahun, dan pisahkanlah tempat-tempat tidur di antara mereka. (HR. Abu
dawud).16

Benar-benar KH. Abdul Hadi adalah sosok seorang guru tidak hanya
bagi murid-muridnya di madrasah, namun juga seorang ayah dan guru bagi
anak-anak beliau di rumah. Dalam al-Qur’an juga dijelaskan bahwa betapa
pentingnya orang tua untuk menjaga anak-anak dan keluarganya dari api
neraka.

‫آم نُ وا قُ وا َأ ْن ُف َس‬ َّ
‫اس‬
ُ َّ‫ود َه ا الن‬
ُ ُ‫ِيك ْم نَ ًار ا َو ق‬
ُ ‫َأه ل‬
ْ ‫ُك ْم َو‬ َ ‫يَ ا َأيُّ َه ا ال ذ‬
َ ‫ِين‬
َ ‫ون اللَّ هَ َم ا‬
‫َأم َر ُه ْم‬ َ ‫ص‬ ُ ‫ِش َد ٌاد اَل َي ْع‬ ‫ِج َار ةُ َع لَ ْي َه ا َم اَل ِئ َك ةٌ غِ اَل ٌظ‬
َ ‫َو ا حْل‬
‫ون‬
َ ‫ون َم ا يُ ْؤ َم ُر‬ َ ُ‫َو َي ْف َع ل‬
14
Adnan Hasan ShalihBaharits, Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-laki, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1996), hlm. 53
15
Hasil wawancara dengan Bapak K. Muhammad As’ad, putra KH. Abdul Hadi pada 25
September 2020 pada jam 11:00 WIB
16
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai al-Qur’an, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2004), hlm. 63.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. At-Tahrim: 6)17

KH. Abdul Hadi juga merupakan sosok seorang pendidik yang ikhlas.
Ketika menjadi salah satu guru di Madrasah Tsanawiyah yang beliau rintis,
beliau mengajar materi pelajaran tentang Aswaja dengan honor Rp. 1000.
Salah satu sumber yaitu Bapak KH. Sholehan yang saat ini menjabat sebagai
ketua komite MTs. NU Tengguli, pada saat menerima honor dengan jumlah
tersebut, KH. Abdul Hadi selalu menunjukkan sikap dan rasa syukur yang
mendalam kepada Allah SWT. Kepada KH. Sholehan, KH. Abdul Hadi
menuturkan “mulang orak malah ilang, malah tambah”.18Artinya bahwa
seseorang yang mengajarkan ilmunya itu tidak akan menjadikan ilmunya
hilang akan tetapi justru semakin bertambah. Betapa hal itu mencerminkan
keluhuran pribadi KH. Abdul Hadi sebagai seorang guru yang zuhud dan
penuh dengan keikhlasan dalam mengajar.
Hal itu sebagaimana pendapat Moh. Athiyah Al Abrasyi yang
menjelaskan bahwa seorang pendidik Islam itu harus memiliki sifat-sifat
tertentu diantaranya adalah:
1. Memiliki sifat zuhud
2. Tidak mengutamakan materi
3. Mengajar karena mencari keridlaan Allah semata
4. Ikhlas dalam pekerjaannya
5. Pemaaf terhadap siswanya, lapang hati, sabar dan jangan pemarah
6. Mencintai para siswanya sebagaimana mencintai anaknya sendiri.19
Berkaitan dengan adab bagi seorang yang mencari ilmu, kepada Ibu
Muyassarah yang merupakan cucu dari KH. Abdul Hadi, beliau menuturkan

17
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2000), hlm.
448
18
Hasil wawancara dengan Bapak KH. Sholehan, Ketua Komite MTs. MA NU Tengguli pada
jam 10:00 WIB
19
Mohd. Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1970), hlm. 13-139
pesan : “Golek ilmu iku kudu sabar, lan ilingo ojo pisan-pisan ngrasani
Kiai/gurumu mundak ilmumu gak manfaat. Nek kowe manut guru, tawadlu’
insya Allah tembe mburi kepenak uripmu”. 20
Dalam pesan yang mendalam
tersebut, KH. Abdul Hadi memberikan nasihat bahwa seseorang yang
mencari ilmu itu harus memiliki sifat sabar, dan memiliki adab dengan tidak
menggunjing kiai atau gurunya agar tidak menghilangkan kemanfaatan dari
ilmu yang dicari. Selain itu, seorang yang mencari ilmu harus memiliki sifat
taat dan tawadlu’ kepada guru agar kelak mendapatkan kemudahan dalam
menjalani kehidupan.
Dari biografi KH. Abdul Hadi yang berkaitan dengan pemikirian beliau
tentang belajar, tentang mengajar dan keseharian beliau dalam menerapkan
pendidikan Islam dalam keluarga, dapat dipahami bahwa beliau sesorang Kiai
yang menunjukkan keistimewaan dan keteladanan yang luar biasa. Bahwa
beliau adalah seorang Kiai dan sekaligus guru yang bersahaja, sederhana,
zuhud, sabar dan penyayang serta segala sifat mulia lainnya.

D. Akhir Hayat KH. Abdul Hadi


Ketika pada usia senja saat KH. Abdul Hadi dalam kondisi menurun
kesehatannya beliau tetap tekun dalam menjalankan ibadah, meskipun beliau
sudah tidak kuat ambil air wudlu sendiri beliau meminta Mbah Sumar, salah
satu orang yang dekat dengan beliau untuk membantu beliau mengambil air
wudlu.21

KH. Abdul wafat pada Hari Rabu, 27 Rabiul Akhir 1417 H atau
bertepatan dengan 11 September 1996 M. Mbah Sumar menuturkan bahwa
pada hari Rabu siang sebelum KH. Abdul Hadi wafat, beliau masih menjadi
pembicara di pengajian rutinan Rebonan. Setelah waktu shalat isya’ pun
beliau masih mengajar ngaji. Pada waktu malam sekitar jam 12 beliau bangun
dengan niat akan melakukan shalat tahajud. Beliau juga membangunkan
20
Hasil wawancara dengan Ibu Muyassarah, cucu KH. Abdul Hadi pada 14 Oktober 2020 pada
jam 09:00 WIB
21
Hasil Wawancara dengan Mbah Sumar pada 23 September 2020 pada jam 11:00 WIB
Mbah Sholikhah, istri beliau agar melaksanakan sholat juga. Akan tetapi
setelah membangunkan istrinya, beliau wafat.

Gambar 3. Komplek pemakaman keluarga KH. Abdul Hadi

Gambar 4. Kegiatan ziarah bersama siswa MTS-MA NU Tengguli


di makam KH. Abdul Hadi

Demikianlah, tulisan tentang perjalanan hidup dan perjuangan beliau


dalam merintis pendidikan Islam di Desa Tengguli. Semoga Allah senantiasa
merahmati beliau, menerima segala amal kebaikannya, melapangkan kuburnya,
dan memberikan tempat yang indah di sisi-Nya. Alania alfatihah.
DAFTAR PUSTAKA

Abdat, Nadia Ja’far, Rahayu, Lidia Fuji, Konsep Pendidikan Islami Menurut
Ahmad Tafsir, ejournal.uika-bogor.ac.id
Al Abrasyi, Mohd. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1993)
Baharits, Adnan Hasan Shalih, Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-laki,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1996)
Budi, Pesantren Raudlatut Tholibin Rembang, www.laduni.id
Darajat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996)
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro,
2000)
Syarifuddin, Ahmad, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai al-
Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004)
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung Pustaka Setiya 1997)

FOTO KARTU PELAJAR


FOTO-FOTO NARASUMBER
K. MUHAMMAD AS’AD MBAH BASYAR

IBU MUYASSAROH KH. SHOLEHAN

MBAH SUMAR BAPAK MASRIKAN

Anda mungkin juga menyukai