Anda di halaman 1dari 2

Resensi Fiqh Prioritas

Pengarang : Dr. Yusuf Qardhawi


Tebal halaman : 352 halaman

E-book setebal 352 halaman ini membahas prioritas-prioritas bagi seorang


muslim dalam mengarungi kehidupannya. Yang dimaksudkan prioritas adalah
memberikan peringkat atau urutan dengan adil baik dari segi hukum, nilai
maupun pelaksanaannya. Maka pekerjaan atau kegiatan yang harus didahulukan
adalah berdasarkan penilaian syari’ah yang sahih, diberi petunjuk oleh cahaya
wahyu, dan diterangi oleh akal.

Pertama adalah prioritas ilmu atas amal. Menurut beliau bahwa sesungguhnya
ilmu pengetahuanlah yang menjelaskan mana perbuatan yang diterima dan
mana perbuatan yang ditolak; mana perbuatan yang diutamakan dan mana pula
yang tidak diutamakan. Ilmu pengetahuan juga menjelaskan perbuatan yang
benar dan juga perbuatan yang rusak; perbuatan yang dikabulkan dan yang
ditolak; perbuatan yang termasuk sunnah dan perbuatan yang termasuk bid'ah.
Setiap perbuatan disebutkan "harga" dan nilainya, menurut pandangan agama.

Kedua adalah memprioritaskan kualitas atas kuantitas. Yang menjadi perhatian


bukanlah banyak dan besarnya persoalan yang dihadapi, akan tetapi kualitas
dan jenis pekerjaan yang dihadapi. Rasulullah membanggakan orang-orang yang
baik, pekerja keras, serta memberikan manfaatnya kepada orang lain.

Ketiga adalah prioritas pemahaman atas hafalan. Yang sebenarnya diinginkan


oleh Islam adalah pemahaman kita terhadap ajaran agama, dan bukanlah hanya
sekedar belajar agama. Ada tiga tingkatan orang dalam kepahaman ilmu
agamanya. Tingkatan yang paling tinggi adalah orang yang memahami ilmu
pengetahuan, memanfaatkannya, dan kemudian mengajarkannya. Tingkatan
kedua adalah orang yang mempunyai hati yang dapat menyimpan, tetapi tidak
mempunyai pemahaman yang baik dan mendalam pada akal pikiran mereka.
Mereka ini adalah orang-orang yang hafal dan apabila ada orang yang datang
memerlukan ilmu pengetahuan yang dia miliki, maka dia dapat memberikan
manfaat hafalan itu kepadanya. Tingkatan yang ketiga adalah orang-orang yag
tidak memiliki pemahaman dan juga tidak ahli dalam menghafal. Dan bahwa
manusia yang paling tinggi derajanya di sisi Allah dan rasul-Nya ialah orang-
orang yang memahami dan mengerti, setelahnya orang yang menghafal. Harus
diingat bahwa menghafal bukanlah tujuan akhir, akan tetapi menghafal adalah
sarana untuk mencapai maksud yang lainnya.

Keempat adalah prioritas maksud dan tujuan atas penampilan luar. Yang
dimakudkan disini ialah bagaimana kita mengetahui, memahami, menyelami
berbagai tujuan yang terkandung dalam syariah. Kemudian mengetahui rahasia
dan sebab-sebabnya, mengaitkan antara satu sebab dengan sebab yang lain,
mengembalikan bagian-bagian atau cabang ke pokoknya, dan tidak
mengganggu penampakan dari luarnya. Bahwa agama ini tidak mensyari’atkan
sesutau tanpa perhitungan, tetapi dibuatdengan terkandung hikmah yang sesuai
dengan kesempurnaan Allah, ilmu, rahmat, dan kebaikan-nya kepada setiap
makhluk-Nya. Bahwa Allah tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia, syariah
yang kaku, dan tidak berguna.

Kelima adalah prioritas ijtihad atas taqlid. Prioritas ini berhubungan dengan
prioritas diatas, yakni persoalan pemahaman atas hafalan dan maksud dan
tujuan syariah. Seperti yang di tulisakan dalam Al-Qur’an dalam suarat Al-Isra
ayat 36, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya.....” . Ini adalah dasar Ibn Qayyim dalam melarang
melakukan taqlid. Karena perbedaan waktu dan zaman, pengaruh umur,
kematangan atau tempat, para imam ahli ijtihad juga telah banyak melakukan
perubahan terhadap pendapat mereka ketika mereka masih hidup.

Keenam adalah prioritas dan perencanaan pada urusan dunia. Ini adalah
penegasan bahwa pentingnya ilmu dalam urusan dunia.

Anda mungkin juga menyukai