PROFIL QARDHAWI
BERITA TERBARU
FATWA
RESENSI BUKU
Home resensi buku Ringkasan Buku Fiqh Ikhtilaf Yusuf Qardhawi
Ringkasan Buku Fiqh Ikhtilaf Yusuf Qardhawi
Hatta Syamsuddin 15.34 resensi buku
MUKADDIMAH
Wajar jika Islam menghadapi musuh dari luar, sesuai sunnatut tadaafu‘(sunnah
pertarungan) antara ynag haq dan yang bathil. Sebagaimana ketetapan Allah pada surat Al
Furqan 31 yang artinya,“Demikianlah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari
orang-orang yang berdosa.“
Yang perlu dikhawatirkan adalah jika musuh itu datang dari dalam tubuh Islam sendiri,
gerakan Islam yang satu dengan gerakan Islam lainnya. Perbedaan yang terlalu dibesarkan
dan dipermasalahkan dan menimbulkan perpecahan. Oleh sebab itu kita sangat
memerlukan kesadaran yang mendalam mengenai apa yang disebut Fiqhul Ikhtilaf.
PENDAHULUAN
Macam-macam dan sebab ihtilaf atau perselisihan:
A. Faktor akhlaq.
Diantaranya antara lain karena:
- membanggakan diri dan kagum pendapat sendiri
– buruk sangka dan mudah menuduh orang tanpa bukti
– egoisme dan mengikuti hawa nafsu
– fanatik kepada pendapat orang, mazhab atau golongan
– fanatik kepada negeri, daerah, partai, jama’ah atau pemimpin
Kesemuanya ini akhlaq yang tercela dan hal yang mencelakakan. Kita wajib menghindari
sifat-sifat tersebut.
B. Faktor Pemikiran
Timbul karena perbedaan sudut pandang mengenai suatu masalah.
- masalah ilmiah, perbedaan menyangkut cabang syari’At dan beberaa maslah aqidah yang
tidak menyentuh prinsip-prinsip pasti
- masalah alamiah, perbedaan mengenai sikap politik dan pengabilan keputusan atas
berbagai masalah
- masalah politk, perbedaan yang bersifat politis dan fiqhi
- Ikhtilaf fikriah, perbedaan pandangan mengenai penilaian terhadap sebagian ilmu
pengetahuan atau mengenai penilaian terhadap sebagian peristiwa sejarah.
BAGIAN PERTAMA
PERSATUAN ADALAH KEWAJIBAN, PERPECAHAN ADALAH DOSA
I. PERSATUAN ADALAH SUATU KEWAJIBAN ISLAM
Sasaran kerja para da’i dan aktivitas Islam adalah persatuan, ta’liful qulub, kerapihan dan
kekokohan barisan. Kita harus menjauhi perselisihan dan perpecahan serta menghindari
segal hal yang dapat memecahbelah jama’ah. Perselisihan akan menimbulkan kerusakan
pada hubungan baik sesama saudara dan melemahkan agama, ummat dan dunia.
AL Qur’an Surat Ali Imran 100 – 107 merupakan ajakan serius kepada persatuan
pandangan hidup dan kesatuan barisan Muslim diatas landasan Islam. Ayat-ayat tersebut
mengandung:
a. peringatan agar berhati-hati terhadap intrik-intrik orang-orang di luar Islam
b. mengungkapkan bahwa perstauan merupakan buah keimanan dan perpecahan adalah
buah kekafiran.
c. Berpegang teguh pada tali Allah, dari semua pihak merupakan asaaas persatuan dan
kesatuan kaum Muslimin. Tali Allah adalah Islam dan Al Qur’an.
d. Mengingatkan bahwa ukhuwah imaniyah, setelah beraneka permusuhan dan
peperangan Jahiliah, merupakan nikmat terbesar sesuah nikmat iman.
e. Tidak ada sesuatu yang dapat mempersatukan ummat kecuali jika ummat memiliki
sasaran besar dan risalah yang diperjuangkan.. Dan tidak ada sasaran yang lebih besar
selain dakawah kepada kebaikan yang dibawa oleh Islam
f. Sejarah telah mencatat bahwa orang-orang sebelum kita telah berpecah-belah dan
berselisih dalam masalah agama, kemudian mereka binasa, walaupun mereka telah
mendapatkan penjelasan dan pengetahuan dari Allah sebelumnya.
Dalam Al Qur’an dijelaskan mengenai ukhuwah (Al Hujurat 10) dan sejumlah adab dan
akhlak utama (AL Hujurat 11 – 12). Juga sangat mengecam perpecahan (AL An’am 65, Al
An’am 159, Asy Syura 13)
Dalam As sunnah juga banyak sekali menyinggung masalah ini. As sunnah mengajak
kepada kehidupan jama’ah, persatuan, mengecam tindakan nyeleneh dan perpecahaan,
mengajak kepada ukhuwah dan mahabbah. As sunnah mencela permusuhan dan
perselisihan.
"Penyakit ummat sebelum kamu telah menjangkit kepada kalian; kedengkian dan
permusuhan. Permusuhan adalah pencukup, Aku tidak mengatakan mencukur rambut
tetapi pencukur agama. Demi Dzat yang diriku berada di tengahtengahNya, kalian tidak
akan masuk surga sampai kalian beriman dan kalian tidak beriman sampai kalian saling
mencintai."(HR Tirmidzi)
"Bacalah AL Qur’an selama bacaan itu dapat menyatukan hati kalian, tetapi jika kalian
berselisih makan hentikanlah bacaan itu." (HR Bukhari & Muslim)
Jika terjadi perselisihan atau timbul suatu keraguaan maka hendaklah bacaan itu
ditinggalkan dan berpegang teeguh pada yang Muhkam yang akan membawa persatuan.
Hadits itu dan juga hadits lainnya yang semakna menunjukkan bahwa Allah menjamin 2 hal
bagi umat Nabi-Nya, yaitu:
a. Allah tidak akan membinasakan Ummat Nabi SAW dengan bencana yang pernah
ditimpakan kepada ummat-ummat terdahulu
b. Allah tidak akan menguasakan musuh atas mereka sampai kepada batas menindas dan
melenyapkan eksistensi mereka sama sekali.
Permintaan Nabi SAW agar Allah tidak menimpakan perpecahan kepada ummat ini ditolak.
Artinya persoalan tsb diserahkan kepada sunnah kauniyah, sunnah ijtima’iah dan hukum
sebab akibat lainnya. Dalam hal ini ummat ini berkuasa penuh atas dirinya. Allah tidak
memaksakan sesuatu kepadanya dan tidak pula memberi kekhususan.
Semua tergantung dari ummat itu sendiri apakah menyambut perintah Rabbnya, perintah
Nabinya, menyatukan kalimat, merapikan barisan dan berhasil merebut kemenangan atas
musuh Allah. Atau berpecah belah dan dikuasai musuh.
Hadits tersebut tidak mengisyaratkan bahwa perpecahan adalah lazim, karena banyak
justru ayat-ayat Al Qur’an yang melarang mengecam perpecahan.
Sebagian riwayat lain tdak menyebutkan tambahan ,“Semua golongan akan masuk neraka
kecuali satu.“. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, AL Hakim, Ibnu
Majah dan Ibnu Hibban. Akan tetapi perawinya Muhammad bin Amer, dinilai sebagai orang
yang jujur tapi banyak kelemahannya
Sedang hadits yang dengan tambahan, diriwayatkan oleh Abdullah bin Amer, Mu’awiyah,
Auf bin Malik dan Anas ra. Tapi semuanya bersanad lemah.
BAGIAN KEDUA
LANDASAN PEMIKIRAN BAGI FIQHUL IKHTILAF
I. PERBEDAAN MASALAH FURU‘: KEMESTIAN; RAHMAT DAN KELELUASAAN
Upaya penyatuan adalah suatu hal yang tidak mungkin, malahan akan mempeluas
perbedaan itu sendiri dan perselisihan. Upaya-upaya seperti itu hanya menunjukkan
kedunguan. Perbedaan merupakan suatu kemestian dan tidak dapat dihindari.
Ciri lainnya adalah selalu memperbanyak pertanyaan yang hanya akan menghasilak
kesusahan dan kesempitan. Prinsip umum dari shahabiyah ra adalah tashil/memudahkan
dan musamahah/toleransi.
Tindakan mempertentangkan satu ayat dengan ayata yang lin biasanya terjadi karena
mengikuti ayat-ayat mutasyabihat yang bergam penunjukkannya dan nampak secara
lahiriah saling bertentangan. Jika dikembalikan kepada ayat-ayat muhkamat niscaya
pertentangan akan sirna.
Yang penting diingat adalah tidak mengagumi pendapat sendiri dan tidak mencela
pendapat orang lain.
Masalah-masalah ummat yang bisa kita sepakati sangat banyak, sebaiknya kita
bekerjasama menyelesaikannya.
Prinsipnya;
- menghormati pendapat orang lain
- menyadari kemungkinan beragamnya kebenaran
- kesadaran dan kenyataan bahwa berbagai perselisihan yang kita saksikan bukan ttg
hukum syar’i
Rasulullah SAW mengecam takfir ini dalam berbagai haditsnya, salah satu yang
diriwayatkan Ibnu Umar,"Apabila seseorang berkata kepada saudaranya,'wahai si kafir',
maka panggilan itu kembali kepada salah satu jika ia seperti apa yang dikatakan. Tetapi jika
tidak, maka panggilan itu akan kembali kepada yang mengucapkan.“
Dalam hadits lain,“ Barangsiapa menuduh kafir seorang Mu’min maka ia seperti
membunuhnya.“
Sumber : http://catatanhati.blogsome.com/2003/01/20/fiqh-perbedaan/