DAFTAR ISI
1
HR. Imam at-Tarmidzi, No.413. [Abu Isa Imam At-Tarmidzi
berkata, hadis ini hasan]
2
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, Surat Al-Maa‟uun, ayat 4-6. Jilid 9,
hal. 725. [Ibnu Katsir nukil dari Tafsir Ath-Thabari].
13 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Imam Ibn Katsir mengatakan, karena itulah Allah
swt berfirman, bahwa kecelakaan itu, “Bagi orang-
orang yang shalat.” Yaitu mereka melaksanakan
shalat dan konstsiten melaksanakannya, kemudian
mereka lalai dari shalatnya. Baik lalai dari
melaksanakannya secara keseluruhan, sebagaimana
yang dikatakan Ibnu Abbas ra, maupun lalai dari
melaksanakannya pada waktu yang sudah ditetapkan
secara syar‟i, sehingga dia melaksanakan shalatnya di
luar waktu yang semestinya secara keseluruhan,
sebagaimana yang dikatakan oleh Masruq dan Abudh
Dhuha.3
Ibnu Katsir berkata: Lalai di sini mencakup 1)
Lalai dengan tidak mengerjakan di awal waktu,
sehingga mereka selalu atau sering menunda-
nundanya sampai akhir waktu. 2) Lalai dengan tidak
melaksanakan rukun-rukun dan syarat-syaratnya,
menurut cara yang telah ditetapkan.4 3) Lalai dengan
3
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, Surat Al-Maa‟uun, ayat 4-6. Jilid 9,
hal. 726. [Ibnu Katsir nukil dari Tafsir Ath-Thabari].
4
Yaitu tidak shalat sebagaimana Rasulullah saw shalat. Baik
bacaan maupun gerakan. Pembaca jika ingin mencaritahu
apakah shalatnya sesuai dengan shalat Rasulullah saw ataukah
tidak, maka dapat merujuk pada buku-buku sifat shalat
Rasulullah saw seperti yang ditulis Syaikh Al-Bani atau ulama-
ulama Ahlu Sunnah lainnya. Atau bisa langsung merujuk pada
Kitab Sahih Bukhari dan Muslim. Anjuran ini perlu kami
sampaikan, karena shalat yang biasanya kita lakukan diperoleh
melalui kebiasaan orang-tua, sedangkan orang-tua juga
14 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
tidak menjaga kekhusyu‟an dalam shalat. 4) Lalai
dengan tidak merenungkan5 bacaan-bacaan shalat.6
Menurut Ibnu Katsir, orang yang memiliki salah
satu sifat dari sifat-sifat lalai tersebut di atas, maka ia
mendapatkan bagian dari ayat tersebut. Dan orang
yang memiliki semua sifat tersebut di atas, maka
sungguh lengkaplah bagiannya dari ayat tersebut dan
sempurnahlah sifat kemunafikannya. Ini sebagaimana
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa
Rasulullah saw bersabda:
“Demikian itulah shalat orang munafik.
Demikianlah itulah shalat orang munafik. Demikian
itulah shalat orang munafik. Ia duduk7 mengamati
matahari. Sampai pada saat matahari berada di
antara dua tanduk syaitan, maka (barulah) ia bangkit
8
[Yakni shalat tergesah-gesah tanpa thumanina (ketenangan),
bagai burung mematuk makanannya].
9
HR Muslim No.1412. [Di dalam catatan kaki Sahih Tafsir Ibnu
Katsir hadis ini ditulis bernomor 622. Sedangkan di penerbit
Alhamirah yang mengambil dari penerbit Darussalam Riyadh,
bernomor 1412. Sahih Tafisr Ibnu Kastir yang kami gunakan
sebagai referensi adalah terbitan Pustaka Ibnu Katsir Indonesia,
yang menerjemahkan dari Penerbit Darussalam Riyadh].
16 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu
Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan
apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri
dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan
shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka
menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”(QS. An-Nisaa,
4: 142).
Imam Ahmad meriwayatkan dari Amr bin
Murrah, ia berkata, “Kami sedang duduk bersama
Abu Ubaidah, mereka menyinggung riya‟. Lalu
seorang laki-laki ber-kun-yah (nama panggilan) Abu
Yazid berkata, “Aku mendengar Abdullah bin Amr
mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang memperdengarkan amalnya di
hadapan orang lain, maka Allah akan
memperdengarkan amalnya di hadapan pendengar
(dari kalangan) mahluk-Nya. Dan Dia akan
merendahkan dan menghinakannya.”10
Dari tafsir ayat Al-Quran di atas yang berbunyi
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,” jika
10
Musnad Imam Ahmad (II/212). [Ahmad (6509), sanadnya sahih
di atas syarat asy-Syaikhan. Lihat Musnad Imam Ahmad,
tahqiq Syaikh Syuaib al-Arna‟uth dan kawan-kawan, cetakan
Mus-assasah ar-Risalah, Beirut]. Catatan kaki ini milik Sahih
Tafsir Ibnu Katsir-- Surat Al-Maa‟uun, ayat 4-6. Jilid 9, hal.
727-128.
17 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
dicermati tidak ada ulama tafsir baik dari kalangan
sahabat sampai para ulama sesudah mereka,
menafsirkan kata „lalai dari shalatnya‟ dengan makna
maksudnya, „yaitu meninggalkan shalat.” Justru kata
„lalai‟ di sini dimaknai sebagai; orang yang tetap
mengerjakan shalat, namun lalai dalam waktunya,
rukunnya, khusyunya, dan tidak merenungkan bacaan
shalat. Karena jika seseorang meninggalkan shalat,
maka dia dicap murtad. Alhamdulillah, tema ini telah
dibahas berikut ini:
11
Syarah Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi oleh Syaikh Utsaimin,
Hal.53.
19 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Dalam ayat ini, Allah swt mempersaudarakan
seagama, jika seseorang berbuat kezaliman
kemudian bertaubat, melaksanakan shalat,
dan menunaikan zakat. Ingat Allah berfirman:
“Jika mereka bertaubat, melaksanakan shalat
dan menunaikan zakat, maka berarti mereka
itu adalah saudara-saudara kalian
seagama.” Ayat ini sangat jelas maknanya,
tidak perlu membutuhkan penafsiran yang
banyak, serta metode yang rumit untuk
mengerti maknanya. Ayat ini menunjukan
bahwa apabila seseorang tidak melaksanakan
shalat maka dia bukan saudara seagama. Jika
bukan saudara seagama, maka berarti orang
tersebut kafir. Karena orang-orang kafir
bukan saudara seagama, bukan saudara
seiman. Begitu juga dengan menunaikan
zakat. Ayat ini adalah hujjah yang sangat
kuat, tentang kekafiran orang-orang yang
tidak mau melaksanakan shalat.
Ingat, bahwa ayat ini tidak menggunakan
lafadz „mengakui kewajiban‟ shalat,
melainkan menggunakan lafadz
„melaksanakan‟ shalat. Maka kebalikan
daripada „melaksanakan‟ adalah „tidak
melaksanakan‟. Sedangkan jika seseorang
yang mengingkari shalat, maka mereka lebih
12
Sekte Syiah Alawit tersebar di wilayah Syam, yang meliputi
Suriah, Lebanon, Yordania, sedangkan di Palestina, mereka
tidak ada.
21 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Imam Ibnu Katsir berkata, firman Allah:
“Kenapa dia dahulu tidak mau membenarkan
(Al-Quran dan Rasul) dan tidak mau
melaksanakan shalat. Tetapi justru dia
mendustakan (Rasul) dan berpaling dari
kebenaran.” Ini adalah kabar tentang orang
kafir yang dahulu di dunia mendustai
kebenaran dengan hatinya dan berpaling dari
beramal saleh dengan anggota badannya.
Maka itu tidak ada kebaikan baginya, baik
secara lahir maupun bathin.13
Ada poin penting yang perlu disimak di sini,
yaitu Allah swt menyebutkan secara
berurutan, kalimat, “tidak mau membenarkan
(Al-Quran dan Rasul) dan tidak mau
melaksanakan shalat.” Ketahuilah orang-
orang yang jelas tidak membenarkan Al-
Quran dan Rasul adalah orang-orang kafir.
Sudah tentu orang-orang ini tidak mau
melaksanakan semua perintah dan larangan
Allah yang terdapat di dalam Kitabullah, dan
As-Sunnah, termasuk tidak akan
melaksanakan shalat. Maka jika sekiranya
ayat itu Allah cukupkan hanya pada kalimat,
“tidak mau membenarkan (Al-Quran dan
Rasul)” adalah sesuatu yang cukup, karena
13
Sahih Tafir Ibnu Katsir, QS.Al-Qiyamah, 75:31-32. Jilid, 9. Hal.
393.
22 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
itu sudah termaktub di dalamnya orang-orang
kafir yang tidak mau melaksanakan shalat.
Namun tidak demikian bagi Allah, melainkan
Allah swt menambahkan firman-nya, “dan
tidak mau melaksanakan shalat” menunjukan
bahwa ayat ini selain ditujukan kepada orang-
orang kafir, lebih khusus ditujukan kepada
umat Islam yang tidak mau melaksanakan
shalat. Kata yang digunakan di sini adalah
kata „melaksanakan shalat‟, bukan kata
„mengingkari shalat‟. Padahal orang-orang
kafir itu sampai pada tahap mengingkari.
Sedangkan kebanyakan muslim, dia tidak
mengingkari namun tidak mau melaksana
shalat.
Maka kepada setiap umat Islam agar
merenungkan ayat di atas, sebab ayat tersebut
Allah swt menggabungkan orang-orang yang
tidak mau melaksanakan shalat, dengan
orang-orang yang tidak mau membenarkan
Al-Quran dan Rasul. Wallahu‟alam.—kita
mohon petunjuk dan rahmat dari Allah Yang
Maha Agung.
14
HR. Imam Muslim, No.246.
15
HR. Abu Dawud, No.4678. Hadis Sahih.
24 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
adalah al-Kufur. Ada huruf alif dan lam di
depan kata kufur, yang menunjukan bahwa
kekafiran yang dimaksudkan adalah keluar
dari Islam. Syaikh Muhammad bin Salih
Utsaimin rahimahullah, juga menggunakan
hadits ini dan hadits Imam Muslim
sebelumnya sebagai dalil bahwa orang yang
meninggalkan shalat adalah kafir. Insya Allah,
kami akan sampaikan pendapat Syaikh
Utsaminin.
3) Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang
tidak memelihara shalat, maka ia tidak akan
bercahaya, tidak mempunyai hujjah (alasan)
dan tidak akan diselamatkan. Di hari kiamat
kelak ia akan dikumpulkan bersama Qarun,
Fir‟aun, Haman dan Ubai bin Khalaf.”16
Imam Adz-Dzahabi berkata, hadits tersebut
menjelaskan bahwa orang yang meninggalkan
shalat akan dicap orang kafir.17
Kami kira, perkataan Imam Adz-Dzahabi itu
karena, Qarun, Fir‟aun, Haman dan Ubay bin
Khalaf, adalah orang-orang kafir yang
dilaknat oleh Allah swt. Allah swt telah
16
HR. Imam Ahmad, Juz 2. Hal. 169 dan HR. Ad-Darimin, Juz 2.
Hal. 301. [Hadis Sahih; Hadis ini kami kutib dari Kitab Al-
Kabair Imam Adz-Dzahabi, Hal.52, pembahasan peninggalkan
shalat].
17
Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi, hal. 52. Pembahasan
Meninggalkan Shalat.
25 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
memastikan dalam Al-Quran yang suci bahwa
mereka adalah penduduk Neraka, kekal di
dalamnya. Maka jika seseorang dikumpulkan
dengan mereka di Hari Kiamat, menunjukan
orang tersebut merupakan bagian dari mereka,
yakni orang yang dicap sebagai kafir.
Imam Adz-Dzahabi juga berkata, orang yang
mengakhiri shalat dari waktunya (dengan
sengaja-pen) tergolong pelaku dosa besar.
Sedangkan yang meninggalkannya, (satu kali
shalat) sama dengan orang yang berbuat zina
dan tindak kriminal pencurian. Meninggalkan
seluruh shalat (yang lima waktu) secara total
termasuk dosa besar. Apabila hal tersebut
dilakukan berulang kali, maka pelakunya
dianggap telah melakukan dosa-dosa besar,
kecuali jika orang tersebut bertaubat.
Kemudian jika terus-menerus melakukannya,
maka ia termasuk orang-orang yang merugi,
celaka, dan berdosa.18
18
Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi, hal.52-53. Pembahasan
Meninggalkan Shalat. [Di sini Imam Adz-Dzahabi tidak secara
gamblang mencap kafir, hanya menyampaikan akibat dari
meninggalkan shalat. Adapun hadis sebelumnya, Imam Adz-
Dzahabi memberikan pendapat, hadis tersebut menjelaskan
bahwa orang yang meninggalkan shalat akan dicap orang kafir.
Kedua pendapat Adz-Dzahabi dianggap tidak bertentangan, dan
keduanya benar. Insya Alla].
26 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
4) Rasulullah saw bersabda, “Perjanjian antara
kami dan mereka (orang-orang kafir) adalah
shalat. Oleh karena itu, siapa yang
meninggalkan shalat maka sesungguhnya dia
telah kafir.”19
Hadits ini berlaku hingga akhir zaman. Insya
Allah haditsnya akan dijelaskan lebih lanjut
dengan menukil ulang perkataan Syaikh
Utsaimin rahumahullah.
5) Abdullah bin Syaqiq al-Uqaili, berkata,
“Dahulu para sahabat Nabi Muhammad saw
memandang bahwa tidak ada suatu amal yang
jika ditinggalkan menyebabkan kekufuran
selain (meninggalkan) shalat.”20
6) Imam Muslim meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw bersabda, “Kelak, akan
muncul para pemimpin. Kalian akan
mendapati sebagian perbuatan mereka baik
dan sebagian yang lain buruk, sehingga
kalian mengingkarinya. Siapa yang
memahami (kemungkaran itu, lalu dia
mengingkari secara terus terang), berarti dia
telah berlepas diri (dari kemunafikan). Siapa
19
HR. Imam at-Tarmidzi, No.2621. [Abu Isa Imam at-Tarmidzi
berkata, hadis ini hasan sahih gharib]. Hadis ini juga
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An-Nasai, dan Ibnu Hibban].
20
HR. Tarmidzi, No.2622. [Hadis disahihkan oleh Imam at-
Tarmidzi sesuai syarat Imam Bukhari dan Muslim]
27 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
yang mengingkari (dengan hatinya), berarti
dia telah selamat (dari siksaan). Akan tetapi
siapa yang rela dengan kemungkaran itu,
bahkan mengikutinya, (berarti dia tidak
berlepas diri dari kemunafikan dan siksaan).”
Para sahabat bertanya, “Bolehkah kami
memerangi para pemimpin itu?” beliau saw
menjawab, “Jangan, selama mereka masih
mengerjakan shalat.”21
Dalam hadits ini Rasulullah saw menjadikan
shalat sebagai penghalang untuk membunuh.
Rasulullah saw tidak menjadikan kalimat
Syahadat sebagai alasan menolak
memeranginya. Karena memang benar
demikian adanya. Seseorang yang
mengucapkan Syahadat maka pada saat dia
mengucapkan, darahnya menjadi haram.
Adapun jika dia setelah mengucapkan
syahadat namun tidak mengerjakan shalat,
maka persoalannya menjadi lain, juga tidak
mau membayar zakat (jika memenuhi syarat).
Jadi jika dilihat dari lafadz hadits, maka
apabila para pemimpin yang „berwajah dua‟
itu tidak mengerjakan shalat, boleh diperangi.
Karena pada saat itu lah, dia dicap sebagai
kafir. Darahnya halal. Karena seorang muslim
tidak boleh mengangkat senjata kepada
21
HR. Imam Muslim, No.4800, 4801, 4802, 4803, 4804.
28 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
muslim lain. Ini adalah hadits yang kuat,
mengenai kekafiran seseorang yang tidak
mengerjakan shalat.
7) Dari Abu Said al-Khudri, ia berkata, “Ada
seorang lelaki berkata, “Wahai Rasulullah,
bertakwalah kepada Allah?‟ kemudian orang
itu berpaling pergi, lantas Khalid bin Al-
Walid berkata, „Wahai Rasulullah bolehkah
aku memenggal lehernya?‟ beliau saw
berkata, „Jangan! Bisa jadi dia orang yang
masih mengerjakan shalat.”22
Dalam hadits ini juga Rasulullah saw tidak
mmenjadikan kalimat Syahadat sebagai alasan
untuk membunuh lelaki tersebut, melainkan
melaksanakan shalat. Ingat kalimat yang
digunakan Rasulullah adalah „melaksanakan
shalat‟, bukan kalimat „mengakui kewajiban
shalat‟. Sebab orang kafir juga bisa mengakui
bahwa shalat itu wajib bagi umat Islam, tapi
mereka tetap saja kafir. Di sinilah dalilnya
bahwa orang yang meninggalkan shalat bisa
dihunuskan pedang padanya, menunjukan
bahwa orang tersebut telah keluar dari Islam.
22
HR. Imam Al-Bukhari, No.4351, dan HR. Muslim, No.2451,
2452.
29 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Berikut kami sampaikan pendapat para sahabat
dan generasi sesudahnya, tentang orang yang
meninggalkan shalat secara sengaja berarti kafir.
1) Pendapat Umar bin Khattab ra. Abdullah bin
Abbas ra berkata; „Ketika kami menemui
Umar di rumahnya, beliau telah sekarat, dan
terus dalam keadaan demikian sampai pucat
pasi, kemudian ia (Umar) menengadah lalu
bertanya: „Apakah orang-orang telah shalat?‟
Kami menjawab: „Ya.‟ Maka Umar berkata:
„Tidak ada Islam bagi orang yang
meninggalkan shalat.”—Dan di dalam
susunan kalimat yang lain: “Tidak ada bagian
dalam Islam bagi orang yang meninggalkan
shalat.‟—Lalu Umar meminta bejana yang
ada air wudhu, kemudian dia berwudhu dan
shalat.”23
Ibnu Zanjawaih24 berkata, “Ini terjadi di
hadapan para sahabat dan mereka tidak
mengingkari atas apa yang dilakukan oleh
Umar.25
2) Abu Hurairah ra, ia berkata, “Dahulu para
sahabat Rasulullah saw tidak mencap kafir
23
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.545.
24
Adalah ulama perawi hadis yang meriwayatkan kisah ini,
dengan sanad yang baik tersambung sampai pada Ibnu Abbas.
25
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.545.
30 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
(kepada seseorang) apabila meninggalkan
sebuah ibadah, kecuali shalat.”26
3) Abdullah bin Mas‟ud ra, berkata
“Meninggalkan shalat adalah kekafiran.”27
4) Abdullah bin Syaqiq al-Uqaili, berkata,
“Dahulu para sahabat Nabi Muhammad saw
memandang bahwa tidak ada suatu amal yang
jika ditinggalkan menyebabkan kekufuran
selain (meninggalkan) shalat.”28
Ibnu Qayyim menulis dalam kitabnya tentang
Shalat, bahwa Al-Hafizh Abdul Haq Al-Isbili
rahimahullah berkata di dalam kitabnya tentang
shalat: “Sejumlah sahabat radhiallahuanhum, dan
orang-orang setelah mereka memandang kafir
orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja,
karena melalaikannya sampai habis seluruh
waktunya. Di antaranya adalah Umar bin
Khatthab, Muadz bin Jabal, Abdullah bin Mas‟ud,
Abdullah bin Abbas, Jabir dan Abu Darda,
26
HR. Al-Hakim juz 1 hal 7. [Hadis ini bukan berarti meniadakan
orang yang tidak mau membayar zakat. Sebab orang yang tidak
mau membayar zakat juga kafir, atau keluar dari Islam. Jadi
tidak mau shalat dan tidak mau membayar zakat berarti kafir.
27
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS.Maryam:59-60, Jilid 5. Hal.666.
28
HR. Tarmidzi, No.2622. [Hadis disahihkan oleh Imam at-
Tarmidzi sesuai syarat Imam Bukhari dan Muslim]
31 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
demikian pula diriwayatkan dari Ali bin Abu
Thalib karamallahu wajha.29
Para sahabat yang namanya disebutkan di atas,
adalah perkataan mereka yang telah diriwayatkan
dari zaman ke zaman, namun bukan berarti
sahabat yang lain berbeda pendapat dengan
mereka dalam masalah shalat. Justru riwayat
dengan sanad yang baik telah menyebutkan bahwa
tidak ada pertentangan para sahabat yang
memandang kafir orang yang tidak melaksanakan
shalat, di mana pandangan ini telah menjadi ijma
mereka, karena memang begitulah pendapat Al-
Quran dan As-Sunnah.
D. Pendapat Tabi’in dan Generasi Sesudahnya,
tentang Kafirnya orang yang tidak
Melaksanakan Shalat.
1) Muhammad bin Nadhar berkata: “Muhammad
bin Yahya telah menyampaikan hadits kepada
kami, Abu Nu‟man telah menyampaikan
hadits kepada kami, Hammad bin Zaid telah
menyampaikan hadits kepada kami, dari
Ayyub as-Sikhtiany, dia berkata :
„Meninggalkan shalat adalah kufur, tidak ada
perbedaan pendapat di dalamnya.30
29
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.546.
30
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.564.
32 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
2) Ibnu Mubarak berkata, “Barangsiapa yang
menunda shalat sampai habis waktunya
dengan sengaja tanpa udzur, maka sungguh
dia telah kafir.”31
3) Ibnu Mubarak berkata: “Barangsiapa yang
mengatakan „aku tidak akan melakukan shalat
wajib hari ini,‟ maka orang tersebut lebih kafir
dari Himar.”32
4) Yahya bin Ma‟in berkata, “Pernah ditanyakan
kepada Abdullah bin Mubarak:
„Sesungguhnya mereka berpendapat bahwa
orang yang tidak berpuasa dan tidak shalat
setelah ikrar keimanannya, maka dia adalah
seorang mukmin yang sempurna imannya.‟
Maka Abdullah bin Mubarak berkata: „Kami
tidak akan berpendapat seperti pendapat
mereka, barangsiapa yang meninggalkan
shalat dengan sengaja tanpa terdapat halangan
sampai masuk satu waktu shalat ke dalam
shalat yang lain, maka orang itu kafir.”33
5) Ahmad bin Yasar berkata: “Aku pernah
mendengar Shadaqah bin Al-Fadhl (dia
ditanya tentang orang yang meninggalkan
shalat) dia menjawab: “Kafir”. Maka
sipenanya kembali bertanya kepada dia:
31
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.565.
32
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.565.
33
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.565.
33 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
„Apakah istri orang itu menjadi thalaq ba‟in
darinya?‟ Maka Shadaqah menjawab „Di
manakah kufur dan thalaq? Adakah seorang
suami yang menjadi kafir kemudian istrinya
tidak minta thalaq darinya?!”34
6) Al-Qasim bin al-Mukhaimirah,
“Meninggalkan shalat adalah kekafiran.”35
7) Imam Ahmad, berkata, “Orang yang
meninggalkan shalat adalah kafir dan keluar
dari Islam (dicap murtad). Apabila ia tidak
bertaubat dan atau kembali menunaikan
shalat.”36
Ibnu Qayyim menulis dalam kitabnya tentang
Shalat, bahwa Al-Hafizh Abdul Haq Al-Isbili
rahimahullah berkata di dalam kitabnya tentang
shalat, dari kalangan generasi para sahabat yang
memandang kafir orang yang meninggalkan shalat
secara sengaja sampai habis seluruh waktunya,
adalah Abdullah bin Al-Mubarak, Ahmad bin
Hambal, Ishaq bin Rahwaih, Ibrahim bin An-
Nukha‟i, Al-Hakam bin Uyaynah, Ayyub As-
Sikhtiany, Abu Dawud At-Thayalisy, Abu Bakar
34
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.565.
35
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS.Maryam :59-60, Jilid 5. Hal.666
36
Syarah Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi oleh Syaikh Utsaimin,
Hal.53.
34 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
bin Abu Syaibah, dan Abu Khaitsamah Zuhair bin
Harb.37
37
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.546.
35 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Syaikh Muhammad bin Salih Utsaimin
rahimahullah berkata, sesungguhnya masalah ini
(yakni masalah meninggalkan shalat) termasuk di
antara permasalahan yang besar dan banyak
diperselisihkan oleh para ahli ilmu (ulama), baik dari
kalangan salaf (generasi terdahulu) maupun khalaf
(generasi kemudian). Imam Ahmad berkata, “Orang
yang meninggalkan shalat adalah kafir dan keluar
dari Islam (dicap murtad). Apabila ia tidak bertaubat
dan atau kembali menunaikan shalat.” Sedangkan
Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Asy-
Syafi‟i menyatakan bahwa orang yang meninggalkan
shalat dicap orang fasik, tidak termasuk orang kafir.
Akan tetapi para ulama berbeda pendapat. Imam
Malik dan Imam Asy-Syafi‟i mengatakan bahwa
orang yang meninggalkan shalat harus dibunuh
sebagai bentuk hukumannya. Sedangkan Imam Abu
38
Pendapat Syaikh Utsaminin kami kutib dari, Syarah Kitab Al-
Kabair, Imam Adz-Dzahabi, hal.57-63. Pembahasan
Meninggalkan Shalat. Juga kami kutib dari Kitabnya tentang
hukum meninggalkan shalat, yang diterjemahkan Muhammad
Yusuf Harun, dengan editor, Muh. Mu‟inudinillah Basri,
Bakrun Syafi'i Yahya, Muhammadun Abd. Hamid, Fir'adi
Nasruddin. [Kitab Syaikh Utsaimin tentang hukum
meninggalkan shalat yang diterjemahkan Muhammad Yusuf
Harun, bisa didapatkan soft copynya di internet dengan bebas,
dan telah kami cocokan dengan edisi cetaknya yang diterbitkan
penerbit-penerbit di Indonesia. Semoga Allah swt merahmati
saudaraku Muhammad Yusuf Harun dan kawan-kawan, dan
kami semuanya. Amin].
36 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Hanifah berpendapat hanya harus dihukum dan tidak
sampai dibunuh.
Jika masalah ini termasuk masalah-masalah yang
diperdebatkan, maka masalah ini harus dikembalikan
kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya saw,
sebagaimana perintah Allah Ta‟ala di dalam firman-
Nya:
39
HR. Imam Muslim, No.246.
43 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
meninggalkan shalat maka sesungguhnya dia telah
kafir.”40
Sedangkan yang dimaksud dengan kata kafir di
dalam hadits ini adalah kekafiran yang bisa
mengeluarkan pelakunya dari agama Islam. Karena
Nabi saw menjadikan shalat sebagai pemisah antara
orang-orang mukmin dengan orang-orang kafir.
Sudah diketahui bersama bahwa orang-orang kafir
bukan merupakan orang-orang muslim. Oleh karena
itu, barangsiapa yang tidak mau melaksanakan
perjanjian ini, maka ia akan termasuk golongan orang-
orang kafir.
Di dalam kitab Sahih Muslim dari Ummu Salamah
radhiyallahuanha, bahwa Nabi saw bersabda:
“Kelak, akan muncul para pemimpin. Kalian akan
mendapati sebagian perbuatan mereka baik dan
sebagian yang lain buruk, sehingga kalian
mengingkarinya. Siapa yang memahami
(kemungkaran itu, lalu dia mengingkari secara terus
terang), berarti dia telah berlepas diri (dari
kemunafikan). Siapa yang mengingkari (dengan
hatinya), berarti dia telah selamat (dari siksaan).
Akan tetapi siapa yang rela dengan kemungkaran itu,
bahkan mengikutinya, (berarti dia tidak berlepas diri
40
HR. Imam at-Tarmidzi, No.2621. [Abu Isa Imam at-Tarmidzi
berkata, hadis ini hasan sahih gharib]. Hadis ini juga
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An-Nasai, dan Ibnu Hibban].
44 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
dari kemunafikan dan siksaan).” Para sahabat
bertanya, “Bolehkah kami memerangi para pemimpin
itu?” beliau saw menjawab, “Jangan, selama mereka
masih mengerjakan shalat.”41
Kemudian di dalam kitab Sahih Muslim tercantum
sebuah hadits dari Auf bin Malik ra, bahwa Nabi saw
bersabda:
“Sebaik-baik pemimpin adalah para pemimpin yang
kalian cintai dan juga mencintai kalian; para
pemimpin yang kalian doakan dan mendoakan kalian.
Sebaliknya, seburuk-buruk pemimpin adalah para
pemimpin yang kalian benci dan membenci kalian;
para pemimpin yang kalian kutuk dan mengutuk
kalian.” Beliau ditanya, „Wahai Rasulullah, tidakkah
sebaiknya kita melawan mereka dengan pedang
(memerangi mereka)?‟ Maka beliau menjawab,
“Tidak, selama mereka masih menegakkan shalat di
tengah-tengah kalian.”42
Syaikh Utsaimin melanjutkan, maka di dalam
kedua hadits di atas terdapat dalil dibolehkannya
melawan dan memerangi penguasa dengan pedang
apabila mereka tidak menegakkan shalat. Akan tetapi,
tidak diperbolehkan menentang atau memerangi
penguasa, kecuali apabila mereka melakukan
41
HR. Imam Muslim, No.4800, 4801, 4802, 4803, 4804.
42
HR. Imam Muslim, No.4804.
45 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
kekafiran terang-terangan. Sehingga hal ini menjadi
bukti bagi kita di hadapan Allah Ta‟ala. Sebagaimana
hadits dari Ubadah bin Shamit, bahwa:
“Rasulullah saw memanggil kami kemudian kami
berjanji setia (bai‟at) di hadapan beliau. Adapun di
antara isi bai‟at yang beliau wajibkan kepada kami
bahwa kami harus mau mendengar dan taat. Dengan
senang hati maupun terpaksa, dalam suka maupun
duka, dalam keadaan mudah maupun susah. Kami
diperintahkan agar tidak menentang para penguasa.”
Beliau bersabda, “Kecuali jika engkau melihat
kekafiran yang nyata. Maka hal tersebut menjadi
alasan di hadapan Allah.”
Maka atas dasar inilah bahwa perbuatan mereka
yang bisa meninggalkan shalat yang kemudian
dikaitkan oleh Rasulullah saw dengan harus
melakukan perlawanan dengan pedang (perang)
karena merupakan kekafiran yang nyata yang menjadi
bukti di hadapan Allah Ta‟ala kelak.
Tidak ada di dalam Al-Quran maupun As-Sunnah
yang menyatakan bahwa perbuatan meninggalkan
shalat adalah bukan kekafiran atau pelakunya masih
tergolong mukmin. Tujuan dari semua keterangan di
atas menunjukan akan keutamaan tauhid yaitu
mengucapkan dua kalimat syahadat. Yaitu pernyataan
tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah
dan Muhammad adalah utusan-Nya. Sedangkan akibat
46 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
dari semua ini mungkin dalam bentuk keterikatan
dengan keterangan yang ada di dalam keterangan itu
sendiri yang berisi larangan meninggalkan shalat, dan
bisa juga dalam kondisi tertentu seorang muslim
dimaafkan untuk meninggalkan shalat adalah kufur.
Karena dalil-dalil yang menyatakan bahwa orang
yang meninggalkan shalat hukumnya kafir adalah
dalil yang bersifat khusus, dan dalil khusus lebih
didahulukan daripada dalil-dalil yang bersifat umum.
Jika ada pertanyaan, “Bukankah dalil-dalil yang
menunjukan akan kafirnya orang yang meninggalkan
shalat bisa diarahkan kepada orang yang
meninggalkannya karena mengingkari akan
kewajibannya?”
Maka kita jawab, “Hal tersebut tidak bisa
dilakukan.” Sebab dalam hal ini ada dua perkara yang
perlu diperhatikan.
Pertama; Menolak penggambaran yang
diungkapkan oleh Allah (pembuat Syariat) yang
kemudian mengaitkan hukumnya dengan hal tersebut.
Sebab Allah mengaitkan hukum akan kafirnya orang
yang meninggalkan shalat bukan karena adanya
pengingkaran. Kemudian menegaskan persaudaraan
seagama adalah karena berdasarkan ditegakkannya
shalat bukan berdasarkan ikrar akan kewajibannya,
sehingga Allah Ta‟ala tidak mengatakannya, “Jika
bertaubat dan mengikrarkan akan kewajibannya..”
47 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Demikian pula Rasulullah saw tidak mengatakan,
“Pembatas antara seseorang dengan kesyirikan dan
kekafiran adalah pengingkaran akan wajibnya
shalat.” Atau, “Perjanjian antara kami dengan
mereka (orang-orang kafir) adalah pengakuan akan
wajibnya shalat. Maka barangsiapa yang
mengingkari akan kewajibannya sesungguhnya ia
telah kafir.”
Apabila hal seperti ini benar yang dimaksudkan
oleh Allah Ta‟ala dan Rasul-Nya, maka hal ini
merupakan penyimpangan. Karena bertentangan
dengan penjelasan yang dijelaskan oleh Al-Quran.
Allah Ta‟ala berfirman:
43
[Hadis Sahih, diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Abu Hatim
di dalam Kitab Sunannya. Hadis ini juga dinukil oleh Ibnu
Qayyim dalam kitabnya tentang shalat yang diterjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia dengan judul Fiqih Shalat].
50 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
“Mencela seorang muslim adalah kefasikan dan
membunuhnya adalah kekufuran.”
Serta hadits-hadits yang serupa.
Kita jawab: Pertama, bahwa Nabi saw
menjadikan shalat sebagai pembatas yang
memisahkan antara kekufuran dan keimanan. Antara
orang-orang mukmin dan orang-orang kafir. Selain
itu, juga sebagai pembatas yang berfungsi untuk
membedakan objek yang dibatasinya dan
mengeluarkan dari apa yang selainnya. Sehingga dua
objek yang sudah dibatasi akan saling berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya dan tidak bisa masuk
ke dalam hal lainnya.
Kedua, bahwa shalat merupakan salah satu rukun
Islam. Sehingga menyifati orang yang
meninggalkannya dengan sebutan kufur sudah tentu
akan menuntut kekufuran yang akan
mengeluarkannya dari islam (dicap murtad). Karena
ia telah meruntuhkan salah satu tiang agama Islam.
Berbeda dengan memutlakkan kufur atas orang yang
melakukan suatu perbuatan dari perbuatan-perbuatan
kufur.44
44
Maksud Syaikh Utsaimin adalah orang yang melakukan
perbuatan kufur, misalkan mencela nasab dan membunuh, tidak
bisa dituduh kafir dengan kekafiran yang mutlak (benar-benar
51 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Ketiga, dikarenakan masih ada keterangan-
keterangan lain yang menunjukan kufurnya orang
yang meninggalkan shalat dengan kekufuran yang
mengeluarkan pelakunya dari agama. Sehingga wajib
mengarahkan istilah kufur tersebut sesuai dengan
yang ditunjukkan oleh keterangan-keterangan tersebut
agar maknanya sesuai.
Keempat, bahwa ungkapan kufur memiliki
perbedaan. Dalam kasus meninggalkan shalat, Nabi
saw mengatakan, “Pembatas antara seseorang
dengan kesyirikan dan kekufuran.” Maka ungkapan
ini yang disertai dengan huruf alif dan huruf lam,
menunjukan bahwa yang dimaksud dengan kekufuran
di dalam hadits ini adalah kekufuran yang sebenarnya.
Berbeda dengan kata „kufur‟ yang dalam bentuk
„nakirah‟ atau kata „kafara‟ dengan bentuk kata kerja.
Maka yang seperti ini menunjukan kepada suatu
ungkapan bahwa hal ini termasuk kufur atau pada
perbuatan seperti ini terdapat kekufuran. Akan tetapi,
hal tersebut bukanlah kekufuran mutlak yang
mengeluarkan pelakunya dari agama Islam.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di dalam
kitabnya, Iqtidhaa Shiratil Mustaqim, hal. 70
mengenai Sunnah Nabi Muhammad saw, “Ada dua
perkara yang bisa membuat manusia menjadi kufur.”
45
HR. Tarmidzi, No.2622. [Hadis disahihkan oleh Imam at-
Tarmidzi sesuai syarat Imam Bukhari dan Muslim]
54 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Jika ada yang mengatakan; bagaimana menjawab
dalil-dalil yang dipakai oleh orang yang tidak
berpendapat akan kafirnya orang yang meninggalkan
shalat?”
Kita jawab: “Jawabannya adalah bahwa dalil-dalil
tersebut tidak ada padanya yang menunjukan bahwa
orang yang tidak mengerjakan shalat tidak kafir atau
dia masih seorang mukmin, ia akan masuk neraka
atau tidak, dan lain sebagainya. Barangsiapa yang
memperhatikannya, niscaya ia akan mendapatinya
tidak keluar dari empat macam yang disebutkan tadi
yang semuanya tidak bertentangan dengan dalil-dalil
yang dipegang oleh orang-orang yang berpendapat
bahwa meninggalkan shalat adalah kafir.”
Demikianlah ulasan panjang lebar yang disampaikan
Syaikh Utsaimin rahimahullah.
46
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.
Hal.665.
47
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.
Hal.666.
59 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
pada meninggalkan.” Ia (Ibnu Masud) mengatakan,
“(Bila itu maksudnya), maka itu kekafiran.”48
Masruq mengatakan, “Tidaklah seseorang
memelihara shalat lima waktu lantas ditetapkan
termasuk orang-orang yang lalai. Tapi melampaui
batas dalam shalat lima waktu adalah kebinasaan. Dan
melampaui batas terhadapnya itu artinya mengabaikan
shalat pada waktunya.”49
Al-Auza‟i mengatakan dari Ibrahim bi Yazid,
bahwasanya Umar Ibnu Abdul Aziz pernah membaca,
“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti
yang mengabaikan shaat dan mengikuti keinginannya,
maka mereka kelak akan tersesat.” Lalu beliau
berkata: “Pengabaikan mereka itu bukan
meninggalkannya, tetapi mereka mengabaikan
pelaksanaan pada waktunya.”50
Firman-Nya, “Maka mereka kelak akan tersesat.”
Ali bin Abi Thalhah menuturkan dari Ibnu Abbas ra
bahwa artinya kerugian. Sementara Qatadah
mengatakan, artinya keburukan. Sufyan Ats-Tsauri,
48
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.
Hal.666.
49
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.
Hal.666.
50
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.
Hal.666.
60 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Syu‟bah, dan Muhammad bin Ishaq mengatakan dari
Abu Ishaq as-Sabi‟i dari Abu Ubaidah,l dari Abdullah
bin Masud ra, mengomentari firman-Nya,
51
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.
Hal.667.
61 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
disebabkan karena taubat telah menghapus perbuatan-
perbuatan dosa sebelumnya.52
52
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.
Hal.667.
53
HR. Imam Ahmad, No.8493, Hadis Sahih. [Dikutib secara
bebas].
62 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
memperkuat dalil-dalil sebelumnya, khususnya
kepada mereka yang tidak menjaga shalatnya,
sehingga pada subuh hari dia melaksanakan shalat,
saat dzhur tidak, ashar tidak melaksanakan, nanti pada
saat magrib baru dia melaksanakan, kemudian isya
tidak lagi melaksanakan. Maka kondisi imannya tidak
kami temukan kecuali dalam hadits ini.
Ketahuilah konsekuensi dari kekafiran adalah
fatal. Karena darah menjadi halal, harta menjadi halal,
dan bahkan dia harus bercerai dengan sitrinya, jika
istrinya seorang mukmin yang menjaga shalat. Namun
kebanyakan orang tidak mengatahuinya. Sehingga
kehidupan keluarganya menjadi rusak, dan tidak
memiliki iman. Oleh sebab itu, yang kita harapkan,
adalah segeralah bertaubat bagi siapa yang sering
dengan sengaja meninggalkan shalat, karena
sesungguhnya pintu taubat masih terbuka sebelum ruh
mendesak sampai ke tenggorokan, dan segera
melaksanakan shalat, menjaga waktu-waktunya, dan
tidak boleh lalai, apalagi meninggalkannya.
Jika kita mendapati orang yang meninggalkan
shalat, baik lima waktu maupun separuh waktunya,
maka sampaikanlah ancaman Allah swt dan
Rasulullah kepadanya, bahwa meninggalkan shalat
adalah kafir atau benar-benar murtad, karena kita
harapkan dari orang itu agar segera bertaubat dan
mendirikan shalat. Dan jika kita menyebut orang itu
kafir, maka sesungguhnya itu pun benar adanya
63 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
berdasarkan firman, hadits, ijma para sahabat, serta
pendapat para ulama sesudahnya. Karena ini adalah
pendapat yang kuat.
54
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Muddatstsir; 42-44. Jilid 9,
Hal.374.
65 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
20. Barang Siapa yang Tidak Mengerjakan Shalat
Dikumpulkan Bersama Qarun, Fir’aun, Haman
dan Ubai bin Khalaf
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash dari
Nabi saw, sesungguhnya beliau pada suatu hari
menjelaskan tentang shalat, maka beliau bersabda:
“Barangsiapa yang tidak memelihara shalat, maka ia
tidak akan bercahaya, tidak mempunyai hujjah
(alasan) dan tidak akan diselamatkan. Di hari kiamat
kelak ia akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir‟aun,
Haman dan Ubai bin Khalaf.”55
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata, hadits
tersebut menjelaskan bahwa orang yang
meninggalkan shalat akan dicap orang kafir.56
Imam Ubnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah
berkata, sesungguhnya nama keempat orang tersebut
disebutkan, karena mereka adalah pemimpin orang-
orang kafir. Dan di dalam hadits ini terdapat poin
yang sangat indah. Poin itu adalah: sesungguhnya
orang yang senantiasa meninggalkan shalat terkadang
disibukkan oleh hartanya, atau oleh kekuasaannya,
55
HR. Imam Ahmad, Juz 2. Hal. 169 dan HR. Ad-Darimin, Juz 2.
Hal. 301. [Hadis Sahih; Hadis ini kami kutib dari Kitab Al-
Kabair Imam Adz-Dzahabi, Hal.52, pembahasan peninggalkan
shalat].
56
Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi, hal.52. Pembahasan
Meninggalkan Shalat [Hadis ini telah dinukil sebelumnya].
66 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
atau oleh kedudukannya, atau oleh barang
dagangannya.
Ubnu Qayyim melanjutkan, orang yang
meninggalkan shalat karena disibukkan oleh hartanya,
maka dia bersama dengan Qarun. Orang yang
meninggalkan shalat karena sibuk dengan
kekuasaannya, maka dia bersama dengan Fir‟aun.
Orang yang meninggalkan shalat karena disibukan
oleh kedudukannya, maka dia bersama dengan
Hamman. Dan orang yang meninggalkan shalat
karena disibukkan oleh barang dagangannya, maka
dia bersama dengan Ubay bin Khalaf.57
57
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, pembahasan hukum
shalat, hal.541-542.
58
HR. Imam Bukhari, No.553.
67 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin
Umar ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang
yang melewatkan Shalat Ashar, dia seperti orang
yang kehilangan keluarga dan harta bendanya.”59
Wahai saudaraku, bagaimana persaanmu jika tiba-
tiba saja engkau kehilangan keluarga dan seluruh
harta benda kesayanganmu? Tentu engkau akan
sangat sedih. Dengan kesedihan yang yang luar biasa.
Rasulullah saw memberikan perumpamaan itu kepada
orang yang lalai dari shalat Ashar, supaya umat Islam
bisa membandingkan dengan akal dan perasaan
mereka, tentang meninggalkan shalat Ashar.
Semua shalat jika ditinggalkan berakibat fatal.
Bukan hanya shalat Ashar. Ketahuilah, bahwa shalat
Ashar ini, banyak manusia lalai darinya. Seperti juga
shalat Dzuhur, Isya, ataupun Subuh. Manusia
biasanya banyak ke masjid, jika waktu shalat
Maghrib. Namun pada shalat-shalat ini, mereka semua
entah ke mana, meskipun sudah disediakan masjid
dan mushalah di tempat-tempat kerja mereka.
Jawabannya, kebanyakan mereka lalai, karena
kesibukannya dengan dunia, dan kesibukan lainnya,
juga karena malas.
59
HR. Imam Bukhari, No.552.
68 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
23. Subuh dan Isya, Adalah Shalat yang Berat
Bagi Orang Munafik
Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi saw bahwa
shalat yang paling berat menurut orang munafik
adalah shalat Isya dan shalat Subuh. Nabi saw
bersabda, "Seandainya mereka mengtahui apa yang
ada di dalam al-Atamah (Isya) dan al-Fajr
(Subuh)."60
Adapula hadits yang diriwayatkan Imam Muslim
bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya
shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik
adalah shalat Isya dan sahalat Subuh. Seandainya
mereka mengetahui pahala keduanya niscaya mereka
menghadirinya meskipun harus dengan merangkak.
Aku benar-benar ingin menyuruh agar iqamah
dikumandangkan lalu menyuruh seseorang
mengimami orang-orang. Kemudian aku memimpin
beberapa orang untuk pergi bersamaku membawa
beberapa ikat kayu bakar ke orang-orang yang tidak
datang shalat berjamaah untuk membakar rumah-
rumah mereka dengan api.”61
Ada rahasia yang sesungguhnya tersimpan dalam
shalat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw di atas.
Sebenarnya rahasia yang tersimpan itu adalah
60
HR. Imam Bukhari, Bab Mengingat Isya, Kegelapan Malam,
dan Orang yang melihat waktunya masih luas.
61
HR. Imam Muslim, No.1482.
69 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
kenikmatan, bukan hanya di akhirat berupa surga, tapi
juga ada manfaat duniawi yang sangat baik. Misalkan
bagi kesehatan. Hal ini tentu sudah dibuktikan dengan
berbagai penelitian modern sekarang dari bidang
kedokteran, tentang bagaimana udara di subuh hari.
Namun karena hati mereka tertutup oleh hawa nafsu,
sehingga mereka tidak lagi melihat rahasia-rahasia
tersembunyi yang sebenarnya telah diungkapkan
Allah swt sendiri dan Rasul-Nya.
Seseorang yang meninggalkan shalat Isya dan
Subuh termasuk ciri-ciri orang munafik. Sedangkan
ancaman bagi orang munafik adalah Neraka Jahannam
paling bawah. Sebagaiman firman Allah swt beikut
ini:
62
HR. Imam Muslim, No.7167.
71 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
PENUTUP
Alhamdulillahirabbil‟alamin. Segala puji bagi
Allah Ta‟ala, yang telah mengajarkan hamba-Nya
yang bodoh ini baca tulis melalui perantara qalam.
Aku bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah
dengan benar kecuali Allah, dan Muhammad adalah
hamba dan utusan-Nya. Andai saja bukan karena
nikmat, karunia dan taufik-Nya, hamba tidak dapat
menyelesaikan tulisan ini.
Ketahuilah tidak ada satu kitab pun yang lebih
sempurna dari Al-Quran, maka kalian pasti
menemukan kelemahan atau kesalahan dalam tulisan
saya ini, sesungguhnya kesalahan itu dari saya, dan
mungkin perbuatan syaitan. Jika ada di antara tulisan
ini tidak sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah,
maka tinggalkanlah, dan peringatkanlah saya, supaya
saya memperbaikinya. Dan saya memohon ampun
kepada Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Demikian, dan sekali lagi,
Alhamdulillahirabbil‟alamin.