Anda di halaman 1dari 74

1 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................... ..... 2


MUQADDIMAH......................................... 3
1. Amal yang Pertama Dihisab adalah Shalat.. 12
2. Orang Yang Shalat Tapi Celaka.................. 13
3. Dalil-Dalil yang Menyebut
Meninggalkan Shalat Berarti Kafir............... 18
a. Dalil Al-Quran tentang Kafirnya
orang yang tidak Melaksanakan Shalat.... 19
b. Dalil Al-Hadits Rasulullah saw
tentang Kafirnya orang
yang tidak Melaksanakan Shalat.............. 23
c. Pendapat para Sahabat tentang
Kafirnya orang yang tidak
Melaksanakan Shalat................................ 29
Pendapat Tabi‟in dan Generasi
Sesudahnya, tentang Kafirnya orang
yang tidak Melaksanakan Shalat.............. 32
4. Dalil Al-Quran Bahwa Orang yang
tidak Melaksanakan Shalat
Bukan Saudara Seagama............................... 34
5. Pendapat Syaikh Utsaimin
Berdasarkan Al-Quran dan
Hadits: Meninggalkan Shalat Berarti Kafir.. 35
6. Pandangan Terhadap Pendapat
Syaikh Utsaimin....................................... 55
2 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
7. Tafisr Al-Quran Surat Maryam Ayat 59-60... 57
8. Bagaimana dengan Orang Yang
Mengerjakan Shalat Hanya Separuh Waktu?..61
9. Tinggalkan Shalat Masuk Neraka Saqar......... 63
10. Barang Siapa yang Tidak Mengerjakan
Shalat Dikumpulkan Bersama Qarun,
Fir‟aun, Haman dan Ubai bin Khalaf.............. 65
11. Orang yang meninggalkan Sahalat Ashar,
maka Amal Baiknya Sia-Sia ................... 67
12. Orang yang Lalai dari Shalat Ashar
seperti Kehilangan Keluarga dan
Harta Bendanya............................................ 67
13. Subuh dan Isya, Adalah Shalat
yang Berat Bagi Orang Munafik................. 68
PENUTUP.................................................. 72
REFERENSI.............................................. 73

3 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]


MUQADDIMAH

   

Segala puji hanya kepada Allah Ta‟ala. Yang


telah memberi petunjuk kepada orang-orang yang
dikehendaki-Nya. Andai saja bukan karena petunjuk-
Nya, manusia hidup dalam linangan dosa. Andai saja
bukan karena rahmat dan kasih sayang-Nya orang-
orang mukmin tidak akan masuk surga.
Aku bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak
diibadahi dengan haq kecuali Allah, dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Dialah Allah, tiada ilah selain Dia. Mengetahui
yang gaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha
Pengasih, Maha Penyayang. Dialah Allah, tidak ada
ilah selain Dia. Maha Raja Yang Maha Suci, Yang
Maha Sejahtera, Yang Menjaga Keamanan,
Pemelihara Keselamatan, Yang Maha Perkasa, Yang
Mahakuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan.
Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan,
Yang Membentuk Rupa, Dia memiliki nama-nama
4 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih
kepada-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. Segala puji hanya kepada-Nya.
Shalawat dan salam kepada nabi Muhammad
yang tercinta. Juga kepada keluarganya, para sahabat,
dan para ulama. Semoga kaum muslimin selalu berada
dalam lindungan Allah Ta‟ala.
Sesungguhnya Allah swt berfirman:

         

         

      

“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti


yang mengabaikan shalat dan mengikuti
keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat,
kecuali orang yang bertobat, beriman dan beramal
salih, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak
dianiayanya (dirugikan) sedikit pun.” (QS. Maryam,
19: 59-60).
Dengan petunjuk dan rahmat Allah Ta‟ala semata,
hamba menyusun tulisan ini, dengan judul hukum
meninggalkan shalat. Dalilnya adalah Al-Quran dan
Hadits. Semoga orang-orang dapat mengambil

5 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]


pelajaran darinya. Dan hanya kepada Allah Ta‟ala,
hamba memohon pertolongan dan petunjuk-Nya.

Abu Abdillah Fatih Falestin


Jakarta, 1434 H/2013 M.

6 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]


HUKUM MENINGGALKAN SHALAT

Ketahuilah saudaraku, shalat adalah pilar agama.


Jika seseorang meninggalkan shalat, maka akan
celaka. Shalat adalah kebutuhan utama jiwa. Dia tidak
hanya sekedar kewajiban yang disyariatkan kepada
umat Islam. Tapi jauh dari itu, adalah sebagai
penenang jiwa. Seseorang yang hendak menjadikan
jiwanya mutumainnah maka pertama yang harus dia
lakukan adalah mendirikan shalat. Karena Allah swt
berfirman:

         

  

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka


manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (QS. Ar-Ra‟d, 13;28).
Ada „kata‟ penegasan dalam ayat itu yakni,
Ingatlah!.. Kata ini mengandung makna agar selalu
diingat, dan berpegang teguh padanya. Bahwa,
“hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.” Hanya satu-satunya cara agar hati menjadi
menjadi tenang adalah “dengan mengingat Allah”.
Tidak ada cara lain selain cara ini. Jalan lain untuk
7 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
menjadi hati tenang menjadi gugur. Artinya cara-cara
lain itu, hanyalah tipuan.
Sedangkan cara yang paling utama di samping
keutamaan lainnya, dan diwajibkan untuk mengingat
Allah swt adalah melaksanakan shalat. Allah swt
berfirman:

          



“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Rabb


(yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan
dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS.
Thaahaa, 20: 14).
Maka semakin jelas sudah cara seorang hamba
untuk mengingat Allah swt. Shalat ini adalah inti
ibadah. Semua bacaan dalam gerakan shalat adalah
pujian dan doa, juga bacaan Al-Quraan yang Agung.
Sementara di dalam bacaan Al-Quran ada pujian, doa,
peringatan, hukum-hukum, kisah-kisah kaum
terdahulu, dan banyak pelajaran lagi, yang juga telah
dibahas ulama ribuan tahun lalu, dan masih tetap
dibahas sampai sekarang.
Sesungguhnya jiwa itu datang dari langit. Dari
alam malakut (yang didiami para penghuni langit:
malaikat), kemudian ditiupkan kedalam tubuh
8 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
manusia yang tercipta dari tanah. Jiwa ini kemudian
hidup di dunia. Maka itu hal yang paling utama untuk
mensucikan jiwa harus bersumber dari langit. Olehnya
Allah swt memanggil Nabi Muhammad saw untuk
menerima kebutuhan jiwa itu. Nabi saw langsung
dituntun Malaikat Jibril naik ke langit. Ke Sidratul
Muntaha. Dari sana Allah swt memerintahkan untuk
mengerjakan shalat lima waktu. Yang pada
hakekatnya shalat itu untuk mensucikan jiwa manusia.
Selalu mengingat Allah swt, agar jiwanya menjadi
tenang. Manusia yang tidak mengerjakan shalat atau
lalai dari shalatnya, maka dia tidak akan sampai pada
derajat jiwa mutumainah.
Jika seseorang itu musyrik dan kafir, maka
langkah awal untuk mencapai jiwa mutumainnah
adalah mengucapkan sahadat. Kemudian mengerjakan
shalat. Adapun orang-orang yang telah lahir dalam
keadaan Islam, maka untuk mencapai derajat jiwa
mutumainnah dimulai dengan shalat. Seseorang yang
mengaku bahwa dia telah mendapat ketenangan selain
dengan mengingat Allah swt yang diwujudkan dengan
shalat, maka dipastikan ketenangan itu berasal dari
tipu-daya syaitan.
Shalat adalah kewajiban. Amalan shalat tidak ada
tawar menawar. Karena shalat adalah pilar agama.
Jika tidak bisa berdiri maka dilaksanakan dengan cara
duduk, jika tidak bisa duduk maka tidur atau
berbaring. Jika dalam pembaringan tubuh tidak bisa
9 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
lurus, maka laksanakan dengan cara yang lebih mudah
bagimu atau dengan cara engkau sanggupi. Jika dalam
perjalanan, maka dilaksanakan dengan cara qasar atau
jamak. Jika dalam peperangan, maka shalat saat
berperang. Jika lupa menjalankannya maka segera
dilasanakan pada saat mengingat. Jika sengaja
meninggalkannya, maka engkau termasuk orang-
orang yang merugi.
Ada orang-orang yang apabila diperingatkan
untuk bersegara melaksanakan shalat, dia menjawab;
“shalat jangan dipaksakan, harus ikhlas, nanti setelah
hati saya benar-benar ingin baru saya
melaksanakannya.” Dia berargumen dengan kata-kata
ikhlas. Kata dia; “tunggu ikhlas dulu baru
melaksanakan. Jika dipaksakan nanti tidak khusyu.”
Semua argumen atau kata-kata manusia seperti tadi
tertolak. Karena hukum shalat adalah wajib. Jika
wajib, maka harus dilaksanakan secara terpaksa atau
pun sukarela. Allah swt berfirman:

        

   

“Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa


yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan
sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-

10 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]


bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” (QS.A-
Ra‟d, :15).
Allah swt telah memberikan hukum-hukum shalat
dengan segala kemudahannya melalui apa yang
diajarkan oleh Rasulullah saw; di mana jika tidak bisa
berdiri, maka duduk, tidur, qasar, jamak, dan lainnya,
menunjukan bahwa tidak ada toleransi bagi umat
Islam untuk meninggalkan shalat. Maka itu, tidak bisa
berdalih bahwa tunggu ikhlas baru melakasanakan
shalat. Hati tidak akan mencapai ikhlas jika tidak
diasah untuk ikhlas.
Untuk melatih hati menjadi ikhlas dalam
melaksanakan shalat maka harus dimulai dengan
melaksanakan shalat. Karena keikhlasan hati tidak
datang dengan sendirinya, kecuali atas kehendak
Allah swt. Jika terus beralibi dengan menunggu hati
ikhlas, maka ditakutkan keikhlasan dan keinginan
shalat itu justru tidak pernah datang, dan hati menjadi
keras sebagaimana cadas. Bahkan lebih keras daripada
itu. Maka datanglah kepada Allah swt dengan cara
terpaksa ataupun sukarela; berdirilah dan hadapkan
wajahmu kepada Allah swt; dan bersungkur sujudlah,
maka anda akan merasakan kenikmatan yang Allah
swt berikan kepadamu dalam melaksanakan shalat.
Karena shalat adalah sebaik-baik ibadah. Allah swt
berfirman:

11 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]


         

         

    

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu,


yaitu Al Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-
Ankabut, 29: 45).

1. Amal yang Pertama Dihisab adalah Shalat


Rasulullah saw bersabda: “Sungguh amal seorang
hamba yang pertamakali dihisab di Hari Kiamat
adalah shalat. Jika shalatnya baik dia akan beruntung
dan selamat; jika shalatnya tidak baik ada akan
celaka dan merugi. Jika shalat fardhu yang
dilaksanakan kurang sempurna, Rabb Azza Wazallah
berfirman; „Lihatlah apakah hamba-Ku ini pernah
melaksanakan shalat sunnah?‟ Lalu Allah
menyempurnakan kekurangan yang ada pada shalat

12 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]


fardu dengan shalat sunah. Demikianlah seluruh
amal, akan dihisab seperti itu.”1

2. Orang Yang Shalat Tapi Celaka


Allah swt berfirman:

        

   

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,


(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, (yaitu)
orang-orang yang menampak-nampakan (riya).” (QS.
Al-Maa‟uun, 107: 4-5).
Ayat: “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang
yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya,” Menurut Ibnu Abbas ra dan yang lainnya
berkata, „Yakni orang-orang munafik yang
melaksanakan shalat secara terang-terangan, namun
tidak mau melaksanakan ketika tidak dilihat manusia.2

1
HR. Imam at-Tarmidzi, No.413. [Abu Isa Imam At-Tarmidzi
berkata, hadis ini hasan]
2
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, Surat Al-Maa‟uun, ayat 4-6. Jilid 9,
hal. 725. [Ibnu Katsir nukil dari Tafsir Ath-Thabari].
13 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Imam Ibn Katsir mengatakan, karena itulah Allah
swt berfirman, bahwa kecelakaan itu, “Bagi orang-
orang yang shalat.” Yaitu mereka melaksanakan
shalat dan konstsiten melaksanakannya, kemudian
mereka lalai dari shalatnya. Baik lalai dari
melaksanakannya secara keseluruhan, sebagaimana
yang dikatakan Ibnu Abbas ra, maupun lalai dari
melaksanakannya pada waktu yang sudah ditetapkan
secara syar‟i, sehingga dia melaksanakan shalatnya di
luar waktu yang semestinya secara keseluruhan,
sebagaimana yang dikatakan oleh Masruq dan Abudh
Dhuha.3
Ibnu Katsir berkata: Lalai di sini mencakup 1)
Lalai dengan tidak mengerjakan di awal waktu,
sehingga mereka selalu atau sering menunda-
nundanya sampai akhir waktu. 2) Lalai dengan tidak
melaksanakan rukun-rukun dan syarat-syaratnya,
menurut cara yang telah ditetapkan.4 3) Lalai dengan

3
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, Surat Al-Maa‟uun, ayat 4-6. Jilid 9,
hal. 726. [Ibnu Katsir nukil dari Tafsir Ath-Thabari].
4
Yaitu tidak shalat sebagaimana Rasulullah saw shalat. Baik
bacaan maupun gerakan. Pembaca jika ingin mencaritahu
apakah shalatnya sesuai dengan shalat Rasulullah saw ataukah
tidak, maka dapat merujuk pada buku-buku sifat shalat
Rasulullah saw seperti yang ditulis Syaikh Al-Bani atau ulama-
ulama Ahlu Sunnah lainnya. Atau bisa langsung merujuk pada
Kitab Sahih Bukhari dan Muslim. Anjuran ini perlu kami
sampaikan, karena shalat yang biasanya kita lakukan diperoleh
melalui kebiasaan orang-tua, sedangkan orang-tua juga
14 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
tidak menjaga kekhusyu‟an dalam shalat. 4) Lalai
dengan tidak merenungkan5 bacaan-bacaan shalat.6
Menurut Ibnu Katsir, orang yang memiliki salah
satu sifat dari sifat-sifat lalai tersebut di atas, maka ia
mendapatkan bagian dari ayat tersebut. Dan orang
yang memiliki semua sifat tersebut di atas, maka
sungguh lengkaplah bagiannya dari ayat tersebut dan
sempurnahlah sifat kemunafikannya. Ini sebagaimana
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa
Rasulullah saw bersabda:
“Demikian itulah shalat orang munafik.
Demikianlah itulah shalat orang munafik. Demikian
itulah shalat orang munafik. Ia duduk7 mengamati
matahari. Sampai pada saat matahari berada di
antara dua tanduk syaitan, maka (barulah) ia bangkit

mengikuti kebiasaan yang dulu, dan semua yang dulu tidak


belajar langsung dari sumbernya, melainkan hanya mendengar
dari orang. Sementara Islam masuk di Indonesia dengan
ajarannya namun belum sempurna. Karena masih dipengaruhi
oleh budaya Indonesia yang sengaja dicampurkan dengan
agama.
5
Tapi justru memikirkan pekerjaannya, kesibukannya, atau
sesuatu yang berkaitan dengan dunianya.
6
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, Surat Al-Maa‟uun, ayat 4-6. Jilid 9,
hal. 726. [Ibnu Katsir nukil dari Tafsir Ath-Thabari].
7
[Yakni belum bangkit melakukan shalat [Sahih Tafsir Ibnu
Katsir].
15 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
melaksanakan shalat „Ashar lalu mematuk-matuk8
empat rakaat. Ia tidak mengingat Allah dalam
(shalat)nya kecuali sedikit.”9
Sedangkan ayat “(yaitu) orang-orang yang
menampak-nampakan (riya).” Imam Ibnu Katsir
mengatakan, barangkali alasan yang mendorongnya
menunaikan shalat agar dilihat oleh orang lain (riya),
bukan karena mencari ridha Allah swt, sehingga ia
sama saja dengan orang yang tidak shalat secara
keseluruhan.
Allah swt berfirman:

        

        

 

8
[Yakni shalat tergesah-gesah tanpa thumanina (ketenangan),
bagai burung mematuk makanannya].
9
HR Muslim No.1412. [Di dalam catatan kaki Sahih Tafsir Ibnu
Katsir hadis ini ditulis bernomor 622. Sedangkan di penerbit
Alhamirah yang mengambil dari penerbit Darussalam Riyadh,
bernomor 1412. Sahih Tafisr Ibnu Kastir yang kami gunakan
sebagai referensi adalah terbitan Pustaka Ibnu Katsir Indonesia,
yang menerjemahkan dari Penerbit Darussalam Riyadh].
16 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu
Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan
apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri
dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan
shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka
menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”(QS. An-Nisaa,
4: 142).
Imam Ahmad meriwayatkan dari Amr bin
Murrah, ia berkata, “Kami sedang duduk bersama
Abu Ubaidah, mereka menyinggung riya‟. Lalu
seorang laki-laki ber-kun-yah (nama panggilan) Abu
Yazid berkata, “Aku mendengar Abdullah bin Amr
mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang memperdengarkan amalnya di
hadapan orang lain, maka Allah akan
memperdengarkan amalnya di hadapan pendengar
(dari kalangan) mahluk-Nya. Dan Dia akan
merendahkan dan menghinakannya.”10
Dari tafsir ayat Al-Quran di atas yang berbunyi
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,” jika

10
Musnad Imam Ahmad (II/212). [Ahmad (6509), sanadnya sahih
di atas syarat asy-Syaikhan. Lihat Musnad Imam Ahmad,
tahqiq Syaikh Syuaib al-Arna‟uth dan kawan-kawan, cetakan
Mus-assasah ar-Risalah, Beirut]. Catatan kaki ini milik Sahih
Tafsir Ibnu Katsir-- Surat Al-Maa‟uun, ayat 4-6. Jilid 9, hal.
727-128.
17 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
dicermati tidak ada ulama tafsir baik dari kalangan
sahabat sampai para ulama sesudah mereka,
menafsirkan kata „lalai dari shalatnya‟ dengan makna
maksudnya, „yaitu meninggalkan shalat.” Justru kata
„lalai‟ di sini dimaknai sebagai; orang yang tetap
mengerjakan shalat, namun lalai dalam waktunya,
rukunnya, khusyunya, dan tidak merenungkan bacaan
shalat. Karena jika seseorang meninggalkan shalat,
maka dia dicap murtad. Alhamdulillah, tema ini telah
dibahas berikut ini:

3. Dalil-Dalil yang Menyebut Meninggalkan


Shalat Berarti Kafir
Perkara besar yang biasanya disepelekan oleh
orang-orang Muslim adalah meninggalkan shalat
secara sengaja, serta menunda-nunda waktunya,
hingga waktunya selesai. Sengaja meninggalkan
shalat tidak dihubungkan kecuali dengan kekufuran,
kekafiran, syirik, dan azabnya adalah neraka. Maka
jangan pernah menganggapnya sebagai perkara yang
mudah. Karena sifat orang-orang mukmin, adalah
memandang rendah amalannya dan memandang besar
dosa-dosanya. Sifat orang-orang mukmin adalah takut
terhadap Allah swt, bahkan ada yang karena
ketakutannya mereka jatuh sakit dan meninggal.
Ketahuilah seseorang meninggalkan shalat secara
sengaja hingga waktunya selesai, sedangkan ia tidak
18 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
melaksanakannya maka dia benar-benar telah keluar
dari Islam. Banyak ulama yang berpendapat seperti
ini, dengan berlandaskan pada firman dan hadits,
salah satunya Imam Ahmad. Imam Ahmad berkata,
“orang yang meninggalkan shalat adalah kafir dan
keluar dari Islam (dicap murtad). Apabila ia tidak
bertaubat dan atau kembali menunaikan shalat.”11
Maka itu perlu kami menyampaikan dalil sahih
yang menyebutkan bahwa meninggalkan shalat adalah
kafir (murtad).
A. Dalil Al-Quran tentang Kafirnya orang yang
tidak Melaksanakan Shalat.
1) Allah swt berfirman:

      

       

“Jika mereka bertaubat, melaksanakan shalat


dan menunaikan zakat, maka berarti mereka
itu adalah saudara-saudara kalian
seagama.” (QS.At-Taubah, 9:11).

11
Syarah Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi oleh Syaikh Utsaimin,
Hal.53.
19 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Dalam ayat ini, Allah swt mempersaudarakan
seagama, jika seseorang berbuat kezaliman
kemudian bertaubat, melaksanakan shalat,
dan menunaikan zakat. Ingat Allah berfirman:
“Jika mereka bertaubat, melaksanakan shalat
dan menunaikan zakat, maka berarti mereka
itu adalah saudara-saudara kalian
seagama.” Ayat ini sangat jelas maknanya,
tidak perlu membutuhkan penafsiran yang
banyak, serta metode yang rumit untuk
mengerti maknanya. Ayat ini menunjukan
bahwa apabila seseorang tidak melaksanakan
shalat maka dia bukan saudara seagama. Jika
bukan saudara seagama, maka berarti orang
tersebut kafir. Karena orang-orang kafir
bukan saudara seagama, bukan saudara
seiman. Begitu juga dengan menunaikan
zakat. Ayat ini adalah hujjah yang sangat
kuat, tentang kekafiran orang-orang yang
tidak mau melaksanakan shalat.
Ingat, bahwa ayat ini tidak menggunakan
lafadz „mengakui kewajiban‟ shalat,
melainkan menggunakan lafadz
„melaksanakan‟ shalat. Maka kebalikan
daripada „melaksanakan‟ adalah „tidak
melaksanakan‟. Sedangkan jika seseorang
yang mengingkari shalat, maka mereka lebih

20 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]


kafir lagi, sebagaimana orang-orang kafir
Syiah Alawit12, dan sebagian sekte-sekte
Syiah yang lain yang mengingkari shalat,
zakat, puasa, dan ajaran Islam lainnya, serta
mencampur-adukan agama dengan hawa
nafsu mereka.
Orang yang meyakini shalat adalah wajib
sedangkan dia tidak mengerjakannya, berarti
juga kafir. Adapun orang yang mengerjakan
shalat namun mengingkarinya sebagai
kewajiban juga kafir. Kesempurnaan iman
dalam shalat adalah, mengakuinya sebagai
kewajiban, serta menjaganya agar tetap
melaksanakannya lima waktu.

2) Allah swt berfirman:

        

“Kenapa dia dahulu tidak mau membenarkan


(Al-Quran dan Rasul) dan tidak mau
melaksanakan shalat. Tetapi justru dia
mendustakan (Rasul) dan berpaling dari
kebenaran.” (QS.Al-Qiyamah, 75:31-32).

12
Sekte Syiah Alawit tersebar di wilayah Syam, yang meliputi
Suriah, Lebanon, Yordania, sedangkan di Palestina, mereka
tidak ada.
21 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Imam Ibnu Katsir berkata, firman Allah:
“Kenapa dia dahulu tidak mau membenarkan
(Al-Quran dan Rasul) dan tidak mau
melaksanakan shalat. Tetapi justru dia
mendustakan (Rasul) dan berpaling dari
kebenaran.” Ini adalah kabar tentang orang
kafir yang dahulu di dunia mendustai
kebenaran dengan hatinya dan berpaling dari
beramal saleh dengan anggota badannya.
Maka itu tidak ada kebaikan baginya, baik
secara lahir maupun bathin.13
Ada poin penting yang perlu disimak di sini,
yaitu Allah swt menyebutkan secara
berurutan, kalimat, “tidak mau membenarkan
(Al-Quran dan Rasul) dan tidak mau
melaksanakan shalat.” Ketahuilah orang-
orang yang jelas tidak membenarkan Al-
Quran dan Rasul adalah orang-orang kafir.
Sudah tentu orang-orang ini tidak mau
melaksanakan semua perintah dan larangan
Allah yang terdapat di dalam Kitabullah, dan
As-Sunnah, termasuk tidak akan
melaksanakan shalat. Maka jika sekiranya
ayat itu Allah cukupkan hanya pada kalimat,
“tidak mau membenarkan (Al-Quran dan
Rasul)” adalah sesuatu yang cukup, karena

13
Sahih Tafir Ibnu Katsir, QS.Al-Qiyamah, 75:31-32. Jilid, 9. Hal.
393.
22 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
itu sudah termaktub di dalamnya orang-orang
kafir yang tidak mau melaksanakan shalat.
Namun tidak demikian bagi Allah, melainkan
Allah swt menambahkan firman-nya, “dan
tidak mau melaksanakan shalat” menunjukan
bahwa ayat ini selain ditujukan kepada orang-
orang kafir, lebih khusus ditujukan kepada
umat Islam yang tidak mau melaksanakan
shalat. Kata yang digunakan di sini adalah
kata „melaksanakan shalat‟, bukan kata
„mengingkari shalat‟. Padahal orang-orang
kafir itu sampai pada tahap mengingkari.
Sedangkan kebanyakan muslim, dia tidak
mengingkari namun tidak mau melaksana
shalat.
Maka kepada setiap umat Islam agar
merenungkan ayat di atas, sebab ayat tersebut
Allah swt menggabungkan orang-orang yang
tidak mau melaksanakan shalat, dengan
orang-orang yang tidak mau membenarkan
Al-Quran dan Rasul. Wallahu‟alam.—kita
mohon petunjuk dan rahmat dari Allah Yang
Maha Agung.

B. Dalil Al-Hadits Rasulullah saw tentang


Kafirnya orang yang tidak Melaksanakan
Shalat.
1) Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya
yang menghubungkan seseorang dengan
23 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
kemusyirikan serta kekafiran adalah
meninggalkan shalat.”14
Hadits ini menunjukan dalil yang kuat bahwa
seseorang yang meninggalkan shalat dengan
sengaja, maka dia terhubung. Sedangkan
seseorang yang terhubung, maka dia secara
zahir telah terjerumus dalam kelompok yang
dimaksud. Maka itu berhati-hatilah, dan
jangan pernah meninggalkan shalat secara
sengaja. Jika pernah melakukan, maka mulai
sekarang bertobatlah dan segera
melaksanakan shalat.
Dalam hadits ini, kata kufur yang digunakan
oleh Rasulullah saw adalah Al-Kufur. Ada
huruf alif dan lam di depan kata kufur, yang
menunjukan bahwa kafir yang dimaksudkan
adalah sebenar-benar kafir yakni, keluar dari
Islam atau murtad.
2) Rasulullah saw bersabda: “Satu hal yang
menjadi pembeda antara seorang muslim dan
kekafiran adalah meninggalkan shalat.”15
Lafadz hadits ini sebagai penegas untuk hadits
sebelumnya yang diriwayatkan Imam Muslim.
Seseorang yang meninggalkan shalat, tidak
ada bedanya dengan orang-orang kafir. Kata
kufur yang digunakan dalam hadits ini juga

14
HR. Imam Muslim, No.246.
15
HR. Abu Dawud, No.4678. Hadis Sahih.
24 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
adalah al-Kufur. Ada huruf alif dan lam di
depan kata kufur, yang menunjukan bahwa
kekafiran yang dimaksudkan adalah keluar
dari Islam. Syaikh Muhammad bin Salih
Utsaimin rahimahullah, juga menggunakan
hadits ini dan hadits Imam Muslim
sebelumnya sebagai dalil bahwa orang yang
meninggalkan shalat adalah kafir. Insya Allah,
kami akan sampaikan pendapat Syaikh
Utsaminin.
3) Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang
tidak memelihara shalat, maka ia tidak akan
bercahaya, tidak mempunyai hujjah (alasan)
dan tidak akan diselamatkan. Di hari kiamat
kelak ia akan dikumpulkan bersama Qarun,
Fir‟aun, Haman dan Ubai bin Khalaf.”16
Imam Adz-Dzahabi berkata, hadits tersebut
menjelaskan bahwa orang yang meninggalkan
shalat akan dicap orang kafir.17
Kami kira, perkataan Imam Adz-Dzahabi itu
karena, Qarun, Fir‟aun, Haman dan Ubay bin
Khalaf, adalah orang-orang kafir yang
dilaknat oleh Allah swt. Allah swt telah
16
HR. Imam Ahmad, Juz 2. Hal. 169 dan HR. Ad-Darimin, Juz 2.
Hal. 301. [Hadis Sahih; Hadis ini kami kutib dari Kitab Al-
Kabair Imam Adz-Dzahabi, Hal.52, pembahasan peninggalkan
shalat].
17
Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi, hal. 52. Pembahasan
Meninggalkan Shalat.
25 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
memastikan dalam Al-Quran yang suci bahwa
mereka adalah penduduk Neraka, kekal di
dalamnya. Maka jika seseorang dikumpulkan
dengan mereka di Hari Kiamat, menunjukan
orang tersebut merupakan bagian dari mereka,
yakni orang yang dicap sebagai kafir.
Imam Adz-Dzahabi juga berkata, orang yang
mengakhiri shalat dari waktunya (dengan
sengaja-pen) tergolong pelaku dosa besar.
Sedangkan yang meninggalkannya, (satu kali
shalat) sama dengan orang yang berbuat zina
dan tindak kriminal pencurian. Meninggalkan
seluruh shalat (yang lima waktu) secara total
termasuk dosa besar. Apabila hal tersebut
dilakukan berulang kali, maka pelakunya
dianggap telah melakukan dosa-dosa besar,
kecuali jika orang tersebut bertaubat.
Kemudian jika terus-menerus melakukannya,
maka ia termasuk orang-orang yang merugi,
celaka, dan berdosa.18

18
Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi, hal.52-53. Pembahasan
Meninggalkan Shalat. [Di sini Imam Adz-Dzahabi tidak secara
gamblang mencap kafir, hanya menyampaikan akibat dari
meninggalkan shalat. Adapun hadis sebelumnya, Imam Adz-
Dzahabi memberikan pendapat, hadis tersebut menjelaskan
bahwa orang yang meninggalkan shalat akan dicap orang kafir.
Kedua pendapat Adz-Dzahabi dianggap tidak bertentangan, dan
keduanya benar. Insya Alla].
26 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
4) Rasulullah saw bersabda, “Perjanjian antara
kami dan mereka (orang-orang kafir) adalah
shalat. Oleh karena itu, siapa yang
meninggalkan shalat maka sesungguhnya dia
telah kafir.”19
Hadits ini berlaku hingga akhir zaman. Insya
Allah haditsnya akan dijelaskan lebih lanjut
dengan menukil ulang perkataan Syaikh
Utsaimin rahumahullah.
5) Abdullah bin Syaqiq al-Uqaili, berkata,
“Dahulu para sahabat Nabi Muhammad saw
memandang bahwa tidak ada suatu amal yang
jika ditinggalkan menyebabkan kekufuran
selain (meninggalkan) shalat.”20
6) Imam Muslim meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw bersabda, “Kelak, akan
muncul para pemimpin. Kalian akan
mendapati sebagian perbuatan mereka baik
dan sebagian yang lain buruk, sehingga
kalian mengingkarinya. Siapa yang
memahami (kemungkaran itu, lalu dia
mengingkari secara terus terang), berarti dia
telah berlepas diri (dari kemunafikan). Siapa

19
HR. Imam at-Tarmidzi, No.2621. [Abu Isa Imam at-Tarmidzi
berkata, hadis ini hasan sahih gharib]. Hadis ini juga
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An-Nasai, dan Ibnu Hibban].
20
HR. Tarmidzi, No.2622. [Hadis disahihkan oleh Imam at-
Tarmidzi sesuai syarat Imam Bukhari dan Muslim]
27 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
yang mengingkari (dengan hatinya), berarti
dia telah selamat (dari siksaan). Akan tetapi
siapa yang rela dengan kemungkaran itu,
bahkan mengikutinya, (berarti dia tidak
berlepas diri dari kemunafikan dan siksaan).”
Para sahabat bertanya, “Bolehkah kami
memerangi para pemimpin itu?” beliau saw
menjawab, “Jangan, selama mereka masih
mengerjakan shalat.”21
Dalam hadits ini Rasulullah saw menjadikan
shalat sebagai penghalang untuk membunuh.
Rasulullah saw tidak menjadikan kalimat
Syahadat sebagai alasan menolak
memeranginya. Karena memang benar
demikian adanya. Seseorang yang
mengucapkan Syahadat maka pada saat dia
mengucapkan, darahnya menjadi haram.
Adapun jika dia setelah mengucapkan
syahadat namun tidak mengerjakan shalat,
maka persoalannya menjadi lain, juga tidak
mau membayar zakat (jika memenuhi syarat).
Jadi jika dilihat dari lafadz hadits, maka
apabila para pemimpin yang „berwajah dua‟
itu tidak mengerjakan shalat, boleh diperangi.
Karena pada saat itu lah, dia dicap sebagai
kafir. Darahnya halal. Karena seorang muslim
tidak boleh mengangkat senjata kepada
21
HR. Imam Muslim, No.4800, 4801, 4802, 4803, 4804.
28 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
muslim lain. Ini adalah hadits yang kuat,
mengenai kekafiran seseorang yang tidak
mengerjakan shalat.
7) Dari Abu Said al-Khudri, ia berkata, “Ada
seorang lelaki berkata, “Wahai Rasulullah,
bertakwalah kepada Allah?‟ kemudian orang
itu berpaling pergi, lantas Khalid bin Al-
Walid berkata, „Wahai Rasulullah bolehkah
aku memenggal lehernya?‟ beliau saw
berkata, „Jangan! Bisa jadi dia orang yang
masih mengerjakan shalat.”22
Dalam hadits ini juga Rasulullah saw tidak
mmenjadikan kalimat Syahadat sebagai alasan
untuk membunuh lelaki tersebut, melainkan
melaksanakan shalat. Ingat kalimat yang
digunakan Rasulullah adalah „melaksanakan
shalat‟, bukan kalimat „mengakui kewajiban
shalat‟. Sebab orang kafir juga bisa mengakui
bahwa shalat itu wajib bagi umat Islam, tapi
mereka tetap saja kafir. Di sinilah dalilnya
bahwa orang yang meninggalkan shalat bisa
dihunuskan pedang padanya, menunjukan
bahwa orang tersebut telah keluar dari Islam.

C. Pendapat para Sahabat tentang Kafirnya orang


yang tidak Melaksanakan Shalat.

22
HR. Imam Al-Bukhari, No.4351, dan HR. Muslim, No.2451,
2452.
29 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Berikut kami sampaikan pendapat para sahabat
dan generasi sesudahnya, tentang orang yang
meninggalkan shalat secara sengaja berarti kafir.
1) Pendapat Umar bin Khattab ra. Abdullah bin
Abbas ra berkata; „Ketika kami menemui
Umar di rumahnya, beliau telah sekarat, dan
terus dalam keadaan demikian sampai pucat
pasi, kemudian ia (Umar) menengadah lalu
bertanya: „Apakah orang-orang telah shalat?‟
Kami menjawab: „Ya.‟ Maka Umar berkata:
„Tidak ada Islam bagi orang yang
meninggalkan shalat.”—Dan di dalam
susunan kalimat yang lain: “Tidak ada bagian
dalam Islam bagi orang yang meninggalkan
shalat.‟—Lalu Umar meminta bejana yang
ada air wudhu, kemudian dia berwudhu dan
shalat.”23
Ibnu Zanjawaih24 berkata, “Ini terjadi di
hadapan para sahabat dan mereka tidak
mengingkari atas apa yang dilakukan oleh
Umar.25
2) Abu Hurairah ra, ia berkata, “Dahulu para
sahabat Rasulullah saw tidak mencap kafir

23
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.545.
24
Adalah ulama perawi hadis yang meriwayatkan kisah ini,
dengan sanad yang baik tersambung sampai pada Ibnu Abbas.
25
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.545.
30 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
(kepada seseorang) apabila meninggalkan
sebuah ibadah, kecuali shalat.”26
3) Abdullah bin Mas‟ud ra, berkata
“Meninggalkan shalat adalah kekafiran.”27
4) Abdullah bin Syaqiq al-Uqaili, berkata,
“Dahulu para sahabat Nabi Muhammad saw
memandang bahwa tidak ada suatu amal yang
jika ditinggalkan menyebabkan kekufuran
selain (meninggalkan) shalat.”28
Ibnu Qayyim menulis dalam kitabnya tentang
Shalat, bahwa Al-Hafizh Abdul Haq Al-Isbili
rahimahullah berkata di dalam kitabnya tentang
shalat: “Sejumlah sahabat radhiallahuanhum, dan
orang-orang setelah mereka memandang kafir
orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja,
karena melalaikannya sampai habis seluruh
waktunya. Di antaranya adalah Umar bin
Khatthab, Muadz bin Jabal, Abdullah bin Mas‟ud,
Abdullah bin Abbas, Jabir dan Abu Darda,

26
HR. Al-Hakim juz 1 hal 7. [Hadis ini bukan berarti meniadakan
orang yang tidak mau membayar zakat. Sebab orang yang tidak
mau membayar zakat juga kafir, atau keluar dari Islam. Jadi
tidak mau shalat dan tidak mau membayar zakat berarti kafir.
27
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS.Maryam:59-60, Jilid 5. Hal.666.
28
HR. Tarmidzi, No.2622. [Hadis disahihkan oleh Imam at-
Tarmidzi sesuai syarat Imam Bukhari dan Muslim]
31 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
demikian pula diriwayatkan dari Ali bin Abu
Thalib karamallahu wajha.29
Para sahabat yang namanya disebutkan di atas,
adalah perkataan mereka yang telah diriwayatkan
dari zaman ke zaman, namun bukan berarti
sahabat yang lain berbeda pendapat dengan
mereka dalam masalah shalat. Justru riwayat
dengan sanad yang baik telah menyebutkan bahwa
tidak ada pertentangan para sahabat yang
memandang kafir orang yang tidak melaksanakan
shalat, di mana pandangan ini telah menjadi ijma
mereka, karena memang begitulah pendapat Al-
Quran dan As-Sunnah.
D. Pendapat Tabi’in dan Generasi Sesudahnya,
tentang Kafirnya orang yang tidak
Melaksanakan Shalat.
1) Muhammad bin Nadhar berkata: “Muhammad
bin Yahya telah menyampaikan hadits kepada
kami, Abu Nu‟man telah menyampaikan
hadits kepada kami, Hammad bin Zaid telah
menyampaikan hadits kepada kami, dari
Ayyub as-Sikhtiany, dia berkata :
„Meninggalkan shalat adalah kufur, tidak ada
perbedaan pendapat di dalamnya.30

29
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.546.
30
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.564.
32 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
2) Ibnu Mubarak berkata, “Barangsiapa yang
menunda shalat sampai habis waktunya
dengan sengaja tanpa udzur, maka sungguh
dia telah kafir.”31
3) Ibnu Mubarak berkata: “Barangsiapa yang
mengatakan „aku tidak akan melakukan shalat
wajib hari ini,‟ maka orang tersebut lebih kafir
dari Himar.”32
4) Yahya bin Ma‟in berkata, “Pernah ditanyakan
kepada Abdullah bin Mubarak:
„Sesungguhnya mereka berpendapat bahwa
orang yang tidak berpuasa dan tidak shalat
setelah ikrar keimanannya, maka dia adalah
seorang mukmin yang sempurna imannya.‟
Maka Abdullah bin Mubarak berkata: „Kami
tidak akan berpendapat seperti pendapat
mereka, barangsiapa yang meninggalkan
shalat dengan sengaja tanpa terdapat halangan
sampai masuk satu waktu shalat ke dalam
shalat yang lain, maka orang itu kafir.”33
5) Ahmad bin Yasar berkata: “Aku pernah
mendengar Shadaqah bin Al-Fadhl (dia
ditanya tentang orang yang meninggalkan
shalat) dia menjawab: “Kafir”. Maka
sipenanya kembali bertanya kepada dia:

31
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.565.
32
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.565.
33
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.565.
33 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
„Apakah istri orang itu menjadi thalaq ba‟in
darinya?‟ Maka Shadaqah menjawab „Di
manakah kufur dan thalaq? Adakah seorang
suami yang menjadi kafir kemudian istrinya
tidak minta thalaq darinya?!”34
6) Al-Qasim bin al-Mukhaimirah,
“Meninggalkan shalat adalah kekafiran.”35
7) Imam Ahmad, berkata, “Orang yang
meninggalkan shalat adalah kafir dan keluar
dari Islam (dicap murtad). Apabila ia tidak
bertaubat dan atau kembali menunaikan
shalat.”36
Ibnu Qayyim menulis dalam kitabnya tentang
Shalat, bahwa Al-Hafizh Abdul Haq Al-Isbili
rahimahullah berkata di dalam kitabnya tentang
shalat, dari kalangan generasi para sahabat yang
memandang kafir orang yang meninggalkan shalat
secara sengaja sampai habis seluruh waktunya,
adalah Abdullah bin Al-Mubarak, Ahmad bin
Hambal, Ishaq bin Rahwaih, Ibrahim bin An-
Nukha‟i, Al-Hakam bin Uyaynah, Ayyub As-
Sikhtiany, Abu Dawud At-Thayalisy, Abu Bakar

34
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.565.
35
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS.Maryam :59-60, Jilid 5. Hal.666
36
Syarah Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi oleh Syaikh Utsaimin,
Hal.53.
34 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
bin Abu Syaibah, dan Abu Khaitsamah Zuhair bin
Harb.37

14. Dalil Bahwa Orang yang tidak Melaksanakan


Shalat Bukan Saudara Seagama
Allah swt berfirman:

        

     

“Jika mereka bertaubat, melaksanakan shalat dan


menunaikan zakat, maka berarti mereka itu adalah
saudara-saudara kalian seagama.” (QS.At-Taubah,
9:11).
Penjelasan singkat tentang ayat ini telah
dijelaskan sebelumnya. Adapun penjelasan tambahan
yang mendalam, maka ikutilah ulasan Syaikh
Utsaimin berikut ini;

15. Pendapat Syaikh Utsaimin Berdasarkan Al-


Quran dan Hadits: Meninggalkan Shalat
Berarti Kafir38

37
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hal.546.
35 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Syaikh Muhammad bin Salih Utsaimin
rahimahullah berkata, sesungguhnya masalah ini
(yakni masalah meninggalkan shalat) termasuk di
antara permasalahan yang besar dan banyak
diperselisihkan oleh para ahli ilmu (ulama), baik dari
kalangan salaf (generasi terdahulu) maupun khalaf
(generasi kemudian). Imam Ahmad berkata, “Orang
yang meninggalkan shalat adalah kafir dan keluar
dari Islam (dicap murtad). Apabila ia tidak bertaubat
dan atau kembali menunaikan shalat.” Sedangkan
Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Asy-
Syafi‟i menyatakan bahwa orang yang meninggalkan
shalat dicap orang fasik, tidak termasuk orang kafir.
Akan tetapi para ulama berbeda pendapat. Imam
Malik dan Imam Asy-Syafi‟i mengatakan bahwa
orang yang meninggalkan shalat harus dibunuh
sebagai bentuk hukumannya. Sedangkan Imam Abu

38
Pendapat Syaikh Utsaminin kami kutib dari, Syarah Kitab Al-
Kabair, Imam Adz-Dzahabi, hal.57-63. Pembahasan
Meninggalkan Shalat. Juga kami kutib dari Kitabnya tentang
hukum meninggalkan shalat, yang diterjemahkan Muhammad
Yusuf Harun, dengan editor, Muh. Mu‟inudinillah Basri,
Bakrun Syafi'i Yahya, Muhammadun Abd. Hamid, Fir'adi
Nasruddin. [Kitab Syaikh Utsaimin tentang hukum
meninggalkan shalat yang diterjemahkan Muhammad Yusuf
Harun, bisa didapatkan soft copynya di internet dengan bebas,
dan telah kami cocokan dengan edisi cetaknya yang diterbitkan
penerbit-penerbit di Indonesia. Semoga Allah swt merahmati
saudaraku Muhammad Yusuf Harun dan kawan-kawan, dan
kami semuanya. Amin].
36 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Hanifah berpendapat hanya harus dihukum dan tidak
sampai dibunuh.
Jika masalah ini termasuk masalah-masalah yang
diperdebatkan, maka masalah ini harus dikembalikan
kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya saw,
sebagaimana perintah Allah Ta‟ala di dalam firman-
Nya:

         

“Dan apa yang kamu perselisihkan padanya tentang


sesuatu, keputusannya (terserah) kepada Allah.” (QS.
Asy-Syura, 42 :10).
Allah Ta‟ala berfirman:

          

        

“Kemudian jika kamu berebda pendapat tentang


sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu,
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.
An-Nisa, :59).
Dikarenakan masing-masing para ulama yang
berbeda pendapat, pendapatnya tidak bisa dijadikan
37 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
alasan terhadap yang lainnya. Sedangkan masing-
masing dari mereka tidak lebih utama untuk diterima
pendapatnya dari pendapat yang lainnya. Maka
masalah ini wajib dikembalikan kepada Kitabullah
dan Sunnah Rasul-Nya.
Jika kita menyandarkan perselisihan ini kepada
Al-Quran dan As-Sunnah, niscaya kita akan
mendapati bahwa Al-Quran dan As-Sunnah
menjelaskan kekufuran orang yang meninggalkan
shalat dengan kufur besar yang mengeluarkan
pelakunya dari Islam (pelakunya dianggap murtad).
Allah Ta‟ala berfirman:

        

     

“Jika mereka bertaubat, melaksanakan shalat dan


menunaikan zakat, maka berarti mereka itu adalah
saudara-saudara kalian seagama.” (QS.At-Taubah,
9:11).
Allah Ta‟ala berfirman:

38 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]


         

         

      

“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti


yang mengabaikan shalat dan mengikuti
keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat,
kecuali orang yang bertobat, beriman dan beramal
salih, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak
dianiayanya (dirugikan) sedikit pun.” (QS. Maryam,
19: 59-60).
Sisi pendalilan dari ayat kedua (QS. Maryam, 19:
59-60), bahwa Allah berfirman mengenai orang-orang
yang menyia-nyiakan shalat, dan orang-orang yang
mengikuti syahwat dengan firman-Nya, “Kecuali
orang-orang yang bertaubat dan beriman.” Maka
ayat ini menunjukan bahwa mereka pada saat menyia-
nyiakan shalat dan mengikuti syahwat tidak termasuk
orang-orang beriman.
Sedangkan sisi pendalilan pada ayat yang pertama
(QS.At-Taubah, 9:11), yaitu ketika Allah
mensyaratkan adanya persaudaraan antara kita dengan
orang-orang musyrik dengan tiga syarat. Yaitu
bertaubat dari kesyirikan, menegakkan shalat, dan

39 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]


menunaikan zakat. Jika mereka telah bertaubat dari
kesyirikan, tetapi tidak menegakan shalat dan tidak
menunaikan zakat, maka mereka semua bukan
saudara kita. Demikian meskipun telah mendirikan
shalat, tetapi tidak menunaikan zakat, maka mereka
semua bukan saudara kita. Persaudaraan dalam agama
(seagama Islam) tidak akan hilang, kecuali pada saat
seseorang telah murtad dari agamanya. Selain itu,
persaudaraan di dalam agama tidak akan hilang
dengan sebab kefasikan dan kekufuran yang masih
dianggap wajar.
Cobalah anda perhatikan firman Allah
subhaanahu wa ta‟aala dalam ayat qishash karena
membunuh :

         

  

“Maka barang siapa yang diberi maaf oleh


saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti
dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi
maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf
dengan cara yang baik (pula)”. (QS. Al Baqarah, 2:
178).
Dalam ayat ini, Allah Ta‟ala menjadikan orang
yang membunuh dengan sengaja sebagai saudara

40 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]


orang yang dibunuhnya, padahal pidana membunuh
dengan sengaja termasuk dosa besar yang sangat berat
hukumannya, Karena Allah Ta‟ala berfirman:

        

       

“Dan barang siapa yang membunuh seorang mu‟min


dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka
jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka
kepadanya dan mengutukinya serta menyediakan azab
yang besar baginya”. (QS. An Nisa, 4: 93).
Kemudian cobalah anda perhatikan firman Allah
Ta‟ala, tentang dua golongan dari kaum mukmin yang
berperang:

        

         

           

       

  

41 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]


“Dan jika ada dua golongan dari orang orang
mu‟min berperang, maka damaikanlah antara
keduanya, jika salah satu dari dua golongan itu
berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka
perangilah golongan yang berbuat aniaya itu
sehingga golongan itu kembali (kepada perintah
Allah), maka damaikanlah antara keduannya dengan
adil dan berlaku adillah, sesungguhnya Allah
menyukai orang orang yang berbuat adil,
sesungguhnya orang orang mu‟min adalah
bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu…”.(QS. Al Hujurat, 49: 9-10).
Di sini Allah Ta‟ala menetapkan persaudaraan
antara pihak pendamai dan kedua pihak yang
berperang, padahal memerangi orang mukmin
termasuk kekafiran, sebagaimana disebutkan dalam
hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dan periwayat yang lain, dari Ibnu Mas‟ud
radhiallahu „anhu, bahwa Rasulullah shallallahu
„alaihi wasallam bersabda :
“Mencela seorang Muslim adalah kefasikan, dan
memeranginya adalah kekufuran.”
Namun kekafiran ini tidak menyebabkan keluar
dari Islam, sebab andaikata menyebabkan keluar dari
islam maka tidak akan dinyatakan sebagai saudara
seiman. Sedangkan ayat suci tadi telah menunjukkan

42 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]


bahwa kedua belah pihak sekalipun berperang mereka
masih saudara seiman.
Dengan demikian jelaslah bahwa meninggalkan
shalat adalah kekafiran yang menyebabkan keluar dari
Islam, sebab jika hanya merupakan kefasikan saja atau
kekafiran yang sederhana tingkatannya (yang tidak
menyebabkan keluar dari Islam) maka persaudaraan
seagama tidak dinyatakan hilang karenanya,
sebagaimana tidak dinyatakan hilang karena
membunuh dan memerangi orang mukmin.
Syaikh Muhammad bin Salih Utsaimin
rahimahullah berkata, dalil-dalil dari Sunnah
Rasulullah saw tentang kafirnya orang yang
meninggalkan shalat, di antaranya adalah sabda Nabi
saw:
“Sesungguhnya yang menghubungkan seseorang
dengan kemusyirikan serta kekafiran adalah
meninggalkan shalat.”39
Dari Buraidah bin Al-Hushaib ra, ia berkata, “Aku
pernah mendengar Rasulullah saw bersabda:
“Perjanjian antara kami dan mereka (orang-orang
kafir) adalah shalat. Oleh karena itu, siapa yang

39
HR. Imam Muslim, No.246.
43 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
meninggalkan shalat maka sesungguhnya dia telah
kafir.”40
Sedangkan yang dimaksud dengan kata kafir di
dalam hadits ini adalah kekafiran yang bisa
mengeluarkan pelakunya dari agama Islam. Karena
Nabi saw menjadikan shalat sebagai pemisah antara
orang-orang mukmin dengan orang-orang kafir.
Sudah diketahui bersama bahwa orang-orang kafir
bukan merupakan orang-orang muslim. Oleh karena
itu, barangsiapa yang tidak mau melaksanakan
perjanjian ini, maka ia akan termasuk golongan orang-
orang kafir.
Di dalam kitab Sahih Muslim dari Ummu Salamah
radhiyallahuanha, bahwa Nabi saw bersabda:
“Kelak, akan muncul para pemimpin. Kalian akan
mendapati sebagian perbuatan mereka baik dan
sebagian yang lain buruk, sehingga kalian
mengingkarinya. Siapa yang memahami
(kemungkaran itu, lalu dia mengingkari secara terus
terang), berarti dia telah berlepas diri (dari
kemunafikan). Siapa yang mengingkari (dengan
hatinya), berarti dia telah selamat (dari siksaan).
Akan tetapi siapa yang rela dengan kemungkaran itu,
bahkan mengikutinya, (berarti dia tidak berlepas diri
40
HR. Imam at-Tarmidzi, No.2621. [Abu Isa Imam at-Tarmidzi
berkata, hadis ini hasan sahih gharib]. Hadis ini juga
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An-Nasai, dan Ibnu Hibban].
44 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
dari kemunafikan dan siksaan).” Para sahabat
bertanya, “Bolehkah kami memerangi para pemimpin
itu?” beliau saw menjawab, “Jangan, selama mereka
masih mengerjakan shalat.”41
Kemudian di dalam kitab Sahih Muslim tercantum
sebuah hadits dari Auf bin Malik ra, bahwa Nabi saw
bersabda:
“Sebaik-baik pemimpin adalah para pemimpin yang
kalian cintai dan juga mencintai kalian; para
pemimpin yang kalian doakan dan mendoakan kalian.
Sebaliknya, seburuk-buruk pemimpin adalah para
pemimpin yang kalian benci dan membenci kalian;
para pemimpin yang kalian kutuk dan mengutuk
kalian.” Beliau ditanya, „Wahai Rasulullah, tidakkah
sebaiknya kita melawan mereka dengan pedang
(memerangi mereka)?‟ Maka beliau menjawab,
“Tidak, selama mereka masih menegakkan shalat di
tengah-tengah kalian.”42
Syaikh Utsaimin melanjutkan, maka di dalam
kedua hadits di atas terdapat dalil dibolehkannya
melawan dan memerangi penguasa dengan pedang
apabila mereka tidak menegakkan shalat. Akan tetapi,
tidak diperbolehkan menentang atau memerangi
penguasa, kecuali apabila mereka melakukan

41
HR. Imam Muslim, No.4800, 4801, 4802, 4803, 4804.
42
HR. Imam Muslim, No.4804.
45 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
kekafiran terang-terangan. Sehingga hal ini menjadi
bukti bagi kita di hadapan Allah Ta‟ala. Sebagaimana
hadits dari Ubadah bin Shamit, bahwa:
“Rasulullah saw memanggil kami kemudian kami
berjanji setia (bai‟at) di hadapan beliau. Adapun di
antara isi bai‟at yang beliau wajibkan kepada kami
bahwa kami harus mau mendengar dan taat. Dengan
senang hati maupun terpaksa, dalam suka maupun
duka, dalam keadaan mudah maupun susah. Kami
diperintahkan agar tidak menentang para penguasa.”
Beliau bersabda, “Kecuali jika engkau melihat
kekafiran yang nyata. Maka hal tersebut menjadi
alasan di hadapan Allah.”
Maka atas dasar inilah bahwa perbuatan mereka
yang bisa meninggalkan shalat yang kemudian
dikaitkan oleh Rasulullah saw dengan harus
melakukan perlawanan dengan pedang (perang)
karena merupakan kekafiran yang nyata yang menjadi
bukti di hadapan Allah Ta‟ala kelak.
Tidak ada di dalam Al-Quran maupun As-Sunnah
yang menyatakan bahwa perbuatan meninggalkan
shalat adalah bukan kekafiran atau pelakunya masih
tergolong mukmin. Tujuan dari semua keterangan di
atas menunjukan akan keutamaan tauhid yaitu
mengucapkan dua kalimat syahadat. Yaitu pernyataan
tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah
dan Muhammad adalah utusan-Nya. Sedangkan akibat
46 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
dari semua ini mungkin dalam bentuk keterikatan
dengan keterangan yang ada di dalam keterangan itu
sendiri yang berisi larangan meninggalkan shalat, dan
bisa juga dalam kondisi tertentu seorang muslim
dimaafkan untuk meninggalkan shalat adalah kufur.
Karena dalil-dalil yang menyatakan bahwa orang
yang meninggalkan shalat hukumnya kafir adalah
dalil yang bersifat khusus, dan dalil khusus lebih
didahulukan daripada dalil-dalil yang bersifat umum.
Jika ada pertanyaan, “Bukankah dalil-dalil yang
menunjukan akan kafirnya orang yang meninggalkan
shalat bisa diarahkan kepada orang yang
meninggalkannya karena mengingkari akan
kewajibannya?”
Maka kita jawab, “Hal tersebut tidak bisa
dilakukan.” Sebab dalam hal ini ada dua perkara yang
perlu diperhatikan.
Pertama; Menolak penggambaran yang
diungkapkan oleh Allah (pembuat Syariat) yang
kemudian mengaitkan hukumnya dengan hal tersebut.
Sebab Allah mengaitkan hukum akan kafirnya orang
yang meninggalkan shalat bukan karena adanya
pengingkaran. Kemudian menegaskan persaudaraan
seagama adalah karena berdasarkan ditegakkannya
shalat bukan berdasarkan ikrar akan kewajibannya,
sehingga Allah Ta‟ala tidak mengatakannya, “Jika
bertaubat dan mengikrarkan akan kewajibannya..”
47 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Demikian pula Rasulullah saw tidak mengatakan,
“Pembatas antara seseorang dengan kesyirikan dan
kekafiran adalah pengingkaran akan wajibnya
shalat.” Atau, “Perjanjian antara kami dengan
mereka (orang-orang kafir) adalah pengakuan akan
wajibnya shalat. Maka barangsiapa yang
mengingkari akan kewajibannya sesungguhnya ia
telah kafir.”
Apabila hal seperti ini benar yang dimaksudkan
oleh Allah Ta‟ala dan Rasul-Nya, maka hal ini
merupakan penyimpangan. Karena bertentangan
dengan penjelasan yang dijelaskan oleh Al-Quran.
Allah Ta‟ala berfirman:

      

“Dan Kami turunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu


untuk menjelaskan segala sesuatu.” (QS. An-Nahl,
16:89).
Allah Ta‟ala berfirman berdialog dengan Nabi-Nya,
Muhammad saw:

        

“Dan Kami turunkan Al-Quran kepadamu agar


engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka.” (QS. An-Nahl, 16:44).

48 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]


Kedua; Mengambil suatu objek yang tidak
dijadikan oleh Allah (pembuat Syariat) sebagai tempat
bergantungnya suatu hukum dikarenakan
pengingkaran akan wajibnya shalat lima waktu, yang
menjadikan kafir orang yang tidak memiliki alasan
misalnya disebabkan ketidaktahuannya tentang shalat.
Sama saja, apakah ia mengerjakan shalat maupun
tidak. Seandainya ada orang yang melakukan shalat
lima waktu dan melaksanakan semua yang
ditetapkannya seperti syariat-syariatnya, rukun-
rukunnya, kewajiban-kewajibannya, dan sunnah-
sunnahnya, akan tetapi ia mengingkari akan
kewajibannya tanpa adanya udzur tentangnya. Maka
ia dicap telah kafir padahal ia tidak pernah
meninggalkan shalat.
Maka berdasarkan keterangan di atas jelaslah
bahwa mengarahkan nash-nash kepada orang yang
meninggalkan shalat karena mengingkari akan
kewajibannya tidaklah benar. Yang benar bahwa
orang yang meninggalkan shalat (dengan sengaja)
adalah kafir dengan kekafiran yang mengeluarkan
pelakunya dari Islam, sebagaimana yang telah
diriwayatkan oleh Ubadah bin As-Shamit yang
berkata bahwa Rasulullah saw pernah memberikan
nasihat kepada kami:
“Janganlah kalian menyekutukan Allah dengan
sesuatu apa pun, dan janganlah kalian meninggalkan
shalat dengan sengaja. Barangsiapa yang
49 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
meninggalkan shalat dengan sengaja, maka
sesungguhnya ia telah keluar dari agama Islam
(dicap kafir).”43
Sebagimana ini merupakan tuntunan dalam syar‟i,
maka ini juga merupakan tuntunan dalil akal.
Bagaimana mungkin masih ada keimanan bagi
seseorang yang meninggalkan shalat, sedangkan
shalat merupakan tiang agama dan telah datang
perintah untuk mengerjakannya yang menuntut
seorang mukmin yang berakal agar berhati-hati untuk
tidak meninggalkan dan melewatkannya.
Jika ada yang mengatakan: Bisa saja yang
dimaksudkan kufur di dalam meninggalkan shalat
adalah kufur nikmat, bukan kufur dari agama. Atau
bisa juga yang dimaksud adalah kufur yang
tingkatannya masih di bawah kekufuran besar?
Sehingga sama seperti sabda Nabi saw:
“Ada dua perkara yang bisa membuat manusia
menjadi kufur. Pertama mencela nasab (keturunan)
dan kedua meratapi mayit.”
Rasulullah saw bersabda:

43
[Hadis Sahih, diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Abu Hatim
di dalam Kitab Sunannya. Hadis ini juga dinukil oleh Ibnu
Qayyim dalam kitabnya tentang shalat yang diterjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia dengan judul Fiqih Shalat].
50 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
“Mencela seorang muslim adalah kefasikan dan
membunuhnya adalah kekufuran.”
Serta hadits-hadits yang serupa.
Kita jawab: Pertama, bahwa Nabi saw
menjadikan shalat sebagai pembatas yang
memisahkan antara kekufuran dan keimanan. Antara
orang-orang mukmin dan orang-orang kafir. Selain
itu, juga sebagai pembatas yang berfungsi untuk
membedakan objek yang dibatasinya dan
mengeluarkan dari apa yang selainnya. Sehingga dua
objek yang sudah dibatasi akan saling berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya dan tidak bisa masuk
ke dalam hal lainnya.
Kedua, bahwa shalat merupakan salah satu rukun
Islam. Sehingga menyifati orang yang
meninggalkannya dengan sebutan kufur sudah tentu
akan menuntut kekufuran yang akan
mengeluarkannya dari islam (dicap murtad). Karena
ia telah meruntuhkan salah satu tiang agama Islam.
Berbeda dengan memutlakkan kufur atas orang yang
melakukan suatu perbuatan dari perbuatan-perbuatan
kufur.44

44
Maksud Syaikh Utsaimin adalah orang yang melakukan
perbuatan kufur, misalkan mencela nasab dan membunuh, tidak
bisa dituduh kafir dengan kekafiran yang mutlak (benar-benar
51 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Ketiga, dikarenakan masih ada keterangan-
keterangan lain yang menunjukan kufurnya orang
yang meninggalkan shalat dengan kekufuran yang
mengeluarkan pelakunya dari agama. Sehingga wajib
mengarahkan istilah kufur tersebut sesuai dengan
yang ditunjukkan oleh keterangan-keterangan tersebut
agar maknanya sesuai.
Keempat, bahwa ungkapan kufur memiliki
perbedaan. Dalam kasus meninggalkan shalat, Nabi
saw mengatakan, “Pembatas antara seseorang
dengan kesyirikan dan kekufuran.” Maka ungkapan
ini yang disertai dengan huruf alif dan huruf lam,
menunjukan bahwa yang dimaksud dengan kekufuran
di dalam hadits ini adalah kekufuran yang sebenarnya.
Berbeda dengan kata „kufur‟ yang dalam bentuk
„nakirah‟ atau kata „kafara‟ dengan bentuk kata kerja.
Maka yang seperti ini menunjukan kepada suatu
ungkapan bahwa hal ini termasuk kufur atau pada
perbuatan seperti ini terdapat kekufuran. Akan tetapi,
hal tersebut bukanlah kekufuran mutlak yang
mengeluarkan pelakunya dari agama Islam.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di dalam
kitabnya, Iqtidhaa Shiratil Mustaqim, hal. 70
mengenai Sunnah Nabi Muhammad saw, “Ada dua
perkara yang bisa membuat manusia menjadi kufur.”

keluar dari Islam). Hal ini berbeda dengan orang yang


meninggalkan shalat, yakni dicap murtad.
52 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Beliau Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
“Sabda Nabi, “Ada dua perkara yang bisa membuat
manusia menjadi kufur.” Maksudnya adalah dua sifat
ini merupakan bentuk kekufuran yang ada pada diri
manusia. Kedua jenis perbuatan ini merupakan
kekufuran karena keduanya termasuk di antara
perbuatan-perbuatan kufur dan biasa dilakukan oleh
manusia. Akan tetapi, tidak semua orang yang
memiliki salah satu bentuk dari bentuk kekufuran
akan menjadikan dirinya menjadi orang kafir mutlak
sehingga kekafiran benar-benar jelas. Sebagaimana
yang disebutkan tadi, maka sama halnya tidak semua
(orang) yang memiliki salah satu cabang dari cabang-
cabang keimanan menjadikannya seorang mukmin
sampai dirinya memiliki hakikat keimanan. Adanya
perbedaan antara kata kufur yang ma‟rifat (ada alif
lamnya) sebagaimana yang tercantum di dalam sabda
Nabi saw.
“Tidak ada pembatas antara seorang hamba dengan
kemusyrikan dan kekafiran kecuali karena
meninggalkan shalat.”
Maka atas dasar pernyataan seperti ini, mayoritas
para sahabat, bahkan telah meriwayatkan lebih dari
satu mengenai ijma‟nya mereka atas masalah ini.
Abdullah bin Syaqiq al-Uqaili, berkata, “Dahulu para
sahabat Nabi Muhammad saw memandang bahwa
tidak ada suatu amal yang jika ditinggalkan

53 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]


menyebabkan kekufuran selain (meninggalkan)
shalat.”45
Ishaq bin Rahawaih, seorang imam yang terkenal,
berkata, “Ada keterangan dari Nabi saw bahwa orang
yang meninggalkan shalat adalah kafir.” Demikian
pula pendapat para ulama sejak zaman Nabi saw
hingga hari ini menegaskan bahwa orang yang
meninggalkan shalat dengan sengaja tanpa adanya
udzur sampai terlewat waktunya adalah kafir. Ibnu
Hazm menyebutkan bahwa ada riwayat dari Umar,
Abdurrahman bin Auf, Mu‟adz bin Jabal, Abu
Hurairah, dan sahabat-sahabat yang lainnya, ia (Ibnu
Hazm) berkata, “Kami tidak mengetahui pada mereka
adanya perselisihan dengan para sahabat.” Kemudian
Al-Mudziri menukil darinya di dalam Kitab “At-
Targhiib wat Tarhiib” dan dikuatkan oleh para
sahabat seperti Abdullah bin Masud, Abdullah bin
Abbas, Jabir bin Abdillah, dan Abu Darda
radhiyallahuanhum. Kemudian Al-Mudziri
mengatakan, “Dan dari kalangan selain para sahabat,
yakni Imam Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahawaih,
Abdullah bin Mubarak, An-Nakha‟i, Al-Hakam bin
Utaibah, Ayyub as-Sakhtiyani, Abu Dawud ath-
Thayalisi, Abu Bakr bin Abi Syaibah, Zuhri bin Harb
serta lainnya.”

45
HR. Tarmidzi, No.2622. [Hadis disahihkan oleh Imam at-
Tarmidzi sesuai syarat Imam Bukhari dan Muslim]
54 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Jika ada yang mengatakan; bagaimana menjawab
dalil-dalil yang dipakai oleh orang yang tidak
berpendapat akan kafirnya orang yang meninggalkan
shalat?”
Kita jawab: “Jawabannya adalah bahwa dalil-dalil
tersebut tidak ada padanya yang menunjukan bahwa
orang yang tidak mengerjakan shalat tidak kafir atau
dia masih seorang mukmin, ia akan masuk neraka
atau tidak, dan lain sebagainya. Barangsiapa yang
memperhatikannya, niscaya ia akan mendapatinya
tidak keluar dari empat macam yang disebutkan tadi
yang semuanya tidak bertentangan dengan dalil-dalil
yang dipegang oleh orang-orang yang berpendapat
bahwa meninggalkan shalat adalah kafir.”
Demikianlah ulasan panjang lebar yang disampaikan
Syaikh Utsaimin rahimahullah.

16. Pandangan Terhadap Pendapat Syaikh


Utsaimin
Ulasan Syaikh Utsaimin yang didasarkan pada Al-
Quran dan As-Sunnah, yang menyebut meninggalkan
shalat adalah kafir, lebih kuat kebenarannya. Adapun
pendapat lainnya yang tidak mengkafirkan, dan hanya
sebatas pada kufur yang tidak sampai pada kekafiran
mutlak adalah pendapat yang sangat lemah. Orang
yang berargumen dengan dalil-dalil sebagaimana
Syaikh Utsaimin, tidak bisa dikatakan sebagai
55 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
kelompok takfiri (mudah atau suka mengkafirkan
orang), sebab dalilnya kuat dan memang begitu
takwilannya. Bahkan dalam hadits Ubadah bin As-
Shamit, Rasulullah saw langsung secara gamblang
menyebut kekafiran seseorang karena meninggalkan
shalat secara sengaja. Sungguh dalil tentang kekafiran
orang yang meninggalkan shalat terlalu kuat untuk
dilemahkan atau pun dibantah.
Jika ada yang mengatakan, bahwa orang-orang
mengkafirkan orang lain karena meninggalkan shalat,
adalah kelompok takfiri maka dia keliru. Sebab,
sebenarnya yang mengkafirkan bukanlah orang
menakwilkan ayat dan hadits tersebut, tapi ayat dan
hadits tersebut memang memiliki makna sebagaimana
lafadznya. Tuduhan tersebut sama saja dengan kita
telah menuduh Rasulullah saw dan para sahabatnya
sebagai takfiri, sebab argumen mereka memang
seperti itu. Bukankah para sahabat tidak mengkafirkan
orang yang meninggalkan amalan lain, kecuali shalat
dan zakat? Maka jangan sekali-kali menyebut bahwa
mengkafirkan orang yang meninggalkan shalat adalah
sikap terlalu keras. Sebenarnya tidaklah demikian,
justru ini adalah kelembutan karena memperingati
orang lain akan ancamannya yang sangat besar.
Maka kepada siapa saja, agar segeralah shalat,
karena jika anda sering meninggalkan shalat
kemudian memilih pendapat bahwa meninggalkan
shalat tidak termasuk dalam kafir mutlak, maka itu
56 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
pun anda akan mendapat siksa dari Allah swt. Apalagi
telah datang kabar kepadamu bahwa masalah ini
termasuk menggugurkan keislaman seseorang. Maka
ketahuilah, Allah Maha Menepati Janji, dengan
azabnya yang pedih—kami berlindung kepada Allah
swt dari adzab-Nya—. Saudaraku, orang yang setiap
saat mendirikan shalat saja disebut celaka, padahal dia
hanya lalai dari rukun-rukun dan waktu-waktunya,
sebagaimana dalam Al-Quran Al-Maa‟uun ayat 4 dan
5, dan Al-Quran surat Maryam ayat 59 sampai 60.
Lantas bagaimana dengan orang meninggalkan
shalat?
Pendapat Syaikh Utsaimin dan ulama-ulama yang
sepaham dengannya, sesuai dengan Al-Quran dan As-
Sunnah. Karena bukan hanya didukung oleh firman
Allah swt dan Sabda Rasulullah saw, tetapi juga
didukung pendapat para sahabat, dan ulama-ulama
sesudah para sahabat. Bahkan tidak ada salah satu
sahabat pun yang menyebut orang yang meninggalkan
shalat dengan sengaja masih berada dalam millah.
Dan segala puja dan puji hanya bagi Allah Ta‟ala
semata. Semoga Allah swt merahmati mereka semua
dan juga merahmati kita. Dan memasukan kita
semuanya dalam surga-Nya yang abadi. Amin.

17. Tafisr Al-Quran Surat Maryam Ayat 59-60


Allah swt berfirman:
57 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
         

         

      

“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti


yang mengabaikan shalat dan mengikuti
keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat,
kecuali orang yang bertobat, beriman dan beramal
salih, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak
dianiayanya (dirugikan) sedikit pun.” (QS. Maryam,
19: 59-60).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, ketika
Allah swt menyebutkan golongan orang-orang yang
mendapatkan kebahagiaan (yakni dalam QS. Maryam
ayat 58), yaitu para Nabi as dan orang-orang yang
mengikuti mereka sebagai orang-orang yang
melaksanakan berbagai perintah dan ketetapan hukum
Allah, memenuhi kewajiban mereka terhadap Allah,
dan meninggalkan larangan-larangan-Nya, Allah
menyatakan bahwasanya, “Datang setelah mereka,
pengganti.” Maksudnya generasi-generasi lain, “Yang
mengabaikan shalat.” Jika mereka telah mengabaikan
shalat maka kewajiban-kewajiban lainnya lebih
mereka abaikan. Karena shalat adalah tiang dan
tonggak agama serta sebaik-baik amal hamba. Mereka
58 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
mengikuti keinginan nafsu duniawi dan
kesenangannya, dan ridha terhadap kehidupan dunia
serta merasa tenang dengannya. Maka mereka itu
akan mendapatkan kerugian pada Hari Kiamat.46
Al-Auza‟i menuturkan dari Musa bin Sulaiman
dari al-Qasim bin al-Mukhaimirah mengenai firman-
Nya, “Kemudian datanglah setelah mereka,
pengganti yang mengabaikan shalat.” Ia mengatakan,
maksudnya mengabaikan waktu-waktu shalat yang
telah ditetapkan. Seandainya yang dimaksud adalah
meninggalkan (shalat) maka itu merupakan
kekafiran.47
Dari Ibnu Masud ra, bahwasanya ada yang
mengatakan kepadanya, “Sesungguhnya Allah
memperbanyak penyebutan shalat dalam al-Quran
(seperti firman-Nya), “(Yaitu) orang-orang yang lalai
terhadap shalatnya.” (QS.Al-Ma‟uun:5) dan firman-
Nya: “Orang-orang yang memelihara shalatnya.”
Ibnu Masud mengatakan, maksdunya memelihara
waktu-waktunya yang telah ditetapkan.” Mereka
berkata, “Menurut kami maksudnya bukan begitu
(bukan bermakna menyia-nyiakan), melainkan lebih

46
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.
Hal.665.
47
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.
Hal.666.
59 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
pada meninggalkan.” Ia (Ibnu Masud) mengatakan,
“(Bila itu maksudnya), maka itu kekafiran.”48
Masruq mengatakan, “Tidaklah seseorang
memelihara shalat lima waktu lantas ditetapkan
termasuk orang-orang yang lalai. Tapi melampaui
batas dalam shalat lima waktu adalah kebinasaan. Dan
melampaui batas terhadapnya itu artinya mengabaikan
shalat pada waktunya.”49
Al-Auza‟i mengatakan dari Ibrahim bi Yazid,
bahwasanya Umar Ibnu Abdul Aziz pernah membaca,
“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti
yang mengabaikan shaat dan mengikuti keinginannya,
maka mereka kelak akan tersesat.” Lalu beliau
berkata: “Pengabaikan mereka itu bukan
meninggalkannya, tetapi mereka mengabaikan
pelaksanaan pada waktunya.”50
Firman-Nya, “Maka mereka kelak akan tersesat.”
Ali bin Abi Thalhah menuturkan dari Ibnu Abbas ra
bahwa  artinya kerugian. Sementara Qatadah
mengatakan, artinya keburukan. Sufyan Ats-Tsauri,

48
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.
Hal.666.
49
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.
Hal.666.
50
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.
Hal.666.
60 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Syu‟bah, dan Muhammad bin Ishaq mengatakan dari
Abu Ishaq as-Sabi‟i dari Abu Ubaidah,l dari Abdullah
bin Masud ra, mengomentari firman-Nya, 

 beliau berkata lafadz  adalah lembah


Jahannam yang sangat dalam dan baunya menjijikan.
Sedangkan Al-A‟masy mengatakan dari Ziyad dari
Abu „Iyadh mengenai firman-Nya  

“Lafadz  adalah lembah di Jahannam penuh darah


dan nanah.51
Firman-Nya, “Kecuali orang yang bertaubat,
beriman dan mengerjakan kebajikan.” Maksudnya,
kecuali orang yang insyaf dari pengabaiannya
terhadap shalat dai mengikuti keinginan nafsunya.
Sebab Allah pasti menerima taubatnya dan
memberikan akibat yang baik baginya serta
menjadikannya termasuk orang-orang yang mewarisi
surga yang penuh kenikmatan. Maka dari itu Allah
berfirman, “Maka mereka itu akan masuk surga dan
tidak dizalimi (dirugikan) sedikit pun.” Hal itu

51
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.
Hal.667.
61 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
disebabkan karena taubat telah menghapus perbuatan-
perbuatan dosa sebelumnya.52

18. Bagaimana dengan Orang Yang Mengerjakan


Shalat Hanya Separuh Waktu?
Terkait dengan pertanyaan ini, maka kami perlu
menjawab dengan sebuah hadits Rasulullah saw yang
diriwayatkan Imam Ahmad rahimahullah, dalam
Musnadnya. Bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Bersegeralah beramal sebelum datangnya
rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang
gelap gulita. Seorang laki-laki di waktu pagi mukmin
dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore
beriman dan pagi menjadi kafir, ia menjual
agamanya dengan kesenangan dunia.”53
Hadits ini menyangkut dengan segala hal yang
berkaitan dengan kekafiran. Baik kafir yang dapat
mengeluarkan seseorang dari millah. Atau pun hanya
perbuatan kufur. Maka hadits ini juga mencakup di
dalamnya meninggalkan shalat, sebab
meninggalkannya adalah kekafiran yang nyata,
demikian dalil yang kuat. Maka hadits ini seakan-akan

52
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam, 19: 59-60. Jilid, 5.
Hal.667.
53
HR. Imam Ahmad, No.8493, Hadis Sahih. [Dikutib secara
bebas].
62 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
memperkuat dalil-dalil sebelumnya, khususnya
kepada mereka yang tidak menjaga shalatnya,
sehingga pada subuh hari dia melaksanakan shalat,
saat dzhur tidak, ashar tidak melaksanakan, nanti pada
saat magrib baru dia melaksanakan, kemudian isya
tidak lagi melaksanakan. Maka kondisi imannya tidak
kami temukan kecuali dalam hadits ini.
Ketahuilah konsekuensi dari kekafiran adalah
fatal. Karena darah menjadi halal, harta menjadi halal,
dan bahkan dia harus bercerai dengan sitrinya, jika
istrinya seorang mukmin yang menjaga shalat. Namun
kebanyakan orang tidak mengatahuinya. Sehingga
kehidupan keluarganya menjadi rusak, dan tidak
memiliki iman. Oleh sebab itu, yang kita harapkan,
adalah segeralah bertaubat bagi siapa yang sering
dengan sengaja meninggalkan shalat, karena
sesungguhnya pintu taubat masih terbuka sebelum ruh
mendesak sampai ke tenggorokan, dan segera
melaksanakan shalat, menjaga waktu-waktunya, dan
tidak boleh lalai, apalagi meninggalkannya.
Jika kita mendapati orang yang meninggalkan
shalat, baik lima waktu maupun separuh waktunya,
maka sampaikanlah ancaman Allah swt dan
Rasulullah kepadanya, bahwa meninggalkan shalat
adalah kafir atau benar-benar murtad, karena kita
harapkan dari orang itu agar segera bertaubat dan
mendirikan shalat. Dan jika kita menyebut orang itu
kafir, maka sesungguhnya itu pun benar adanya
63 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
berdasarkan firman, hadits, ijma para sahabat, serta
pendapat para ulama sesudahnya. Karena ini adalah
pendapat yang kuat.

19. Tinggalkan Shalat Masuk Neraka Saqar


Allah swt berfirman:

          

"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam (neraka)


Saqar? Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak
termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan
kami tidak pula memberi makan orang miskin.” (QS.
Al-Mudaatstsir, 74: 42-44).
Ini adalah firman Allah swt yang Agung.
Penyebab masuk Neraka Saqar, disampaikan secara
terbuka. Tanpa harus ditafsir dan adanya penjelasan
yang panjang lebar. Karena begitulah ayat-ayat Al-
Quran, ada yang perlu ditafsir hingga jelas maksud,
makna dan tujuannya. Adapula ayat Al-Quran yang
mana Allah swt menyampaikan dengan gaya bahasa
yang lugas. Ibnu Katsir sendiri tidak lagi menafsirkan
ayat ini secara panjang lebar.
Di dalam tafsirnya Ibnu Katsir mengatakan, ini
adalah dialog antara penghuni surga dan penghuni
neraka. Dikatakan, “Penduduk surga yang berada di
64 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
kamar-kamar yang tinggi bertanya kepada para
penghuni neraka yang berada di tempat paling rendah.
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam (neraka)
Saqar? Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak
termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan
kami tidak pula memberi makan orang miskin.” Kami
tidak menyembah Allah swt dan tidak berbuat baik
kepada sesama manusia.54
Ketahuilah, bahwa Neraka Saqar itu dahsyat.
Melalap kulit manusia, dan tidak meninggalkan
manusia, juga tidak membiarkan manusia tanpa
siksaan. Allah swt berfirman:

           

    

“Tahukah kamu apakah (meraka) Saqar itu? Saqar


itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan.
(Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Dan
di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).”
(QS. Al-Mudatstsir, 74: 27-30).

54
Sahih Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Muddatstsir; 42-44. Jilid 9,
Hal.374.
65 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
20. Barang Siapa yang Tidak Mengerjakan Shalat
Dikumpulkan Bersama Qarun, Fir’aun, Haman
dan Ubai bin Khalaf
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash dari
Nabi saw, sesungguhnya beliau pada suatu hari
menjelaskan tentang shalat, maka beliau bersabda:
“Barangsiapa yang tidak memelihara shalat, maka ia
tidak akan bercahaya, tidak mempunyai hujjah
(alasan) dan tidak akan diselamatkan. Di hari kiamat
kelak ia akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir‟aun,
Haman dan Ubai bin Khalaf.”55
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata, hadits
tersebut menjelaskan bahwa orang yang
meninggalkan shalat akan dicap orang kafir.56
Imam Ubnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah
berkata, sesungguhnya nama keempat orang tersebut
disebutkan, karena mereka adalah pemimpin orang-
orang kafir. Dan di dalam hadits ini terdapat poin
yang sangat indah. Poin itu adalah: sesungguhnya
orang yang senantiasa meninggalkan shalat terkadang
disibukkan oleh hartanya, atau oleh kekuasaannya,
55
HR. Imam Ahmad, Juz 2. Hal. 169 dan HR. Ad-Darimin, Juz 2.
Hal. 301. [Hadis Sahih; Hadis ini kami kutib dari Kitab Al-
Kabair Imam Adz-Dzahabi, Hal.52, pembahasan peninggalkan
shalat].
56
Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi, hal.52. Pembahasan
Meninggalkan Shalat [Hadis ini telah dinukil sebelumnya].
66 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
atau oleh kedudukannya, atau oleh barang
dagangannya.
Ubnu Qayyim melanjutkan, orang yang
meninggalkan shalat karena disibukkan oleh hartanya,
maka dia bersama dengan Qarun. Orang yang
meninggalkan shalat karena sibuk dengan
kekuasaannya, maka dia bersama dengan Fir‟aun.
Orang yang meninggalkan shalat karena disibukan
oleh kedudukannya, maka dia bersama dengan
Hamman. Dan orang yang meninggalkan shalat
karena disibukkan oleh barang dagangannya, maka
dia bersama dengan Ubay bin Khalaf.57

21. Orang yang meninggalkan Sahalat Ashar,


maka Amal Baiknya Sia-Sia
Rasulullah saw bersabda: “Orang yang
meninggalkan shalat Ashar maka amal baiknya akan
sia-sia.”58

22. Orang yang Lalai dari Shalat Ashar seperti


Kehilangan Keluarga dan Harta Bendanya

57
Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, pembahasan hukum
shalat, hal.541-542.
58
HR. Imam Bukhari, No.553.
67 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin
Umar ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang
yang melewatkan Shalat Ashar, dia seperti orang
yang kehilangan keluarga dan harta bendanya.”59
Wahai saudaraku, bagaimana persaanmu jika tiba-
tiba saja engkau kehilangan keluarga dan seluruh
harta benda kesayanganmu? Tentu engkau akan
sangat sedih. Dengan kesedihan yang yang luar biasa.
Rasulullah saw memberikan perumpamaan itu kepada
orang yang lalai dari shalat Ashar, supaya umat Islam
bisa membandingkan dengan akal dan perasaan
mereka, tentang meninggalkan shalat Ashar.
Semua shalat jika ditinggalkan berakibat fatal.
Bukan hanya shalat Ashar. Ketahuilah, bahwa shalat
Ashar ini, banyak manusia lalai darinya. Seperti juga
shalat Dzuhur, Isya, ataupun Subuh. Manusia
biasanya banyak ke masjid, jika waktu shalat
Maghrib. Namun pada shalat-shalat ini, mereka semua
entah ke mana, meskipun sudah disediakan masjid
dan mushalah di tempat-tempat kerja mereka.
Jawabannya, kebanyakan mereka lalai, karena
kesibukannya dengan dunia, dan kesibukan lainnya,
juga karena malas.

59
HR. Imam Bukhari, No.552.
68 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
23. Subuh dan Isya, Adalah Shalat yang Berat
Bagi Orang Munafik
Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi saw bahwa
shalat yang paling berat menurut orang munafik
adalah shalat Isya dan shalat Subuh. Nabi saw
bersabda, "Seandainya mereka mengtahui apa yang
ada di dalam al-Atamah (Isya) dan al-Fajr
(Subuh)."60
Adapula hadits yang diriwayatkan Imam Muslim
bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya
shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik
adalah shalat Isya dan sahalat Subuh. Seandainya
mereka mengetahui pahala keduanya niscaya mereka
menghadirinya meskipun harus dengan merangkak.
Aku benar-benar ingin menyuruh agar iqamah
dikumandangkan lalu menyuruh seseorang
mengimami orang-orang. Kemudian aku memimpin
beberapa orang untuk pergi bersamaku membawa
beberapa ikat kayu bakar ke orang-orang yang tidak
datang shalat berjamaah untuk membakar rumah-
rumah mereka dengan api.”61
Ada rahasia yang sesungguhnya tersimpan dalam
shalat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw di atas.
Sebenarnya rahasia yang tersimpan itu adalah
60
HR. Imam Bukhari, Bab Mengingat Isya, Kegelapan Malam,
dan Orang yang melihat waktunya masih luas.
61
HR. Imam Muslim, No.1482.
69 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
kenikmatan, bukan hanya di akhirat berupa surga, tapi
juga ada manfaat duniawi yang sangat baik. Misalkan
bagi kesehatan. Hal ini tentu sudah dibuktikan dengan
berbagai penelitian modern sekarang dari bidang
kedokteran, tentang bagaimana udara di subuh hari.
Namun karena hati mereka tertutup oleh hawa nafsu,
sehingga mereka tidak lagi melihat rahasia-rahasia
tersembunyi yang sebenarnya telah diungkapkan
Allah swt sendiri dan Rasul-Nya.
Seseorang yang meninggalkan shalat Isya dan
Subuh termasuk ciri-ciri orang munafik. Sedangkan
ancaman bagi orang munafik adalah Neraka Jahannam
paling bawah. Sebagaiman firman Allah swt beikut
ini:

          



“Sesungguhnya orang-orang munafik itu


(ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari
neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat
seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. An-Nisaa,
4: 145).
Dan tahukah kamu wahai saudaraku,
sesungguhnya dasar neraka itu sangat dalam.
Kedalamannya 70 tahun batu dijatuhkan dari mulut

70 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]


nereka. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam
Muslim dari Abu Hazim bahwa Abu Hurairah berkata,
“Kami pernah bersama Rasulullah saw, tiba-tiba
beliau mendengar suara keras seperti suara benda
jatuh. Lalu Nabi saw bertanya, „Tahukah kalian suara
apa itu?‟ Kami menjawab, „Allah dan Rasul-Nya lebih
tahu.‟ Beliau bersabda, „Itu adalah suara batu yang
dilemparkan ke neraka 70 tahun yang lalu, sekarang
batu itu baru sampai ke dasar neraka.‟”62
Maka itu Allah swt berfirman:

        

         

   

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu


dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-
Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (QS. At-Tahriim, 66: 6).

62
HR. Imam Muslim, No.7167.
71 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]
PENUTUP
Alhamdulillahirabbil‟alamin. Segala puji bagi
Allah Ta‟ala, yang telah mengajarkan hamba-Nya
yang bodoh ini baca tulis melalui perantara qalam.
Aku bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah
dengan benar kecuali Allah, dan Muhammad adalah
hamba dan utusan-Nya. Andai saja bukan karena
nikmat, karunia dan taufik-Nya, hamba tidak dapat
menyelesaikan tulisan ini.
Ketahuilah tidak ada satu kitab pun yang lebih
sempurna dari Al-Quran, maka kalian pasti
menemukan kelemahan atau kesalahan dalam tulisan
saya ini, sesungguhnya kesalahan itu dari saya, dan
mungkin perbuatan syaitan. Jika ada di antara tulisan
ini tidak sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah,
maka tinggalkanlah, dan peringatkanlah saya, supaya
saya memperbaikinya. Dan saya memohon ampun
kepada Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Demikian, dan sekali lagi,
Alhamdulillahirabbil‟alamin.

72 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]


REFERENSI

1. Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi.


2. Fiqih Shalat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Penerbit
Pustaka As-Sunnah, Indonesia, 2011.
3. Jami‟ At-Tarmidzi, Penerbit Almahira, Indonesia,
2013.
4. Sahih Tafsir Ibnu Katsir, (Peneliti: Syaikh Al-
Mubarakfuri), Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, 2006.
5. Shahih Al-Bukhari, Penerbit Almahira, Indonesia,
2013.
6. Sahih Muslim, Penerbit Almahira, Indonesia, 2013.
7. Sunan Abu Dawud, Penerbit Almahira, Indonesia,
2013.
8. Sunan An-Nasai, Penerbit Almahira, Indonesia,
2013.
9. Sunan Ibnu Majah, Penerbit Almahira, Indonesia,
2013.

73 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]


74 | Hukum Meninggalkan Shalat [Abu Abdillah Fatih Falestin]

Anda mungkin juga menyukai