DISUSUN OLEH:
KATA PENGANTAR...................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
A. Sholat..............................................................................................................6
B. Puasa.............................................................................................................11
C. Haji................................................................................................................14
D. Zakat.............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantias melimpahkan
rahmat dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “fikih ibadah muamalah”.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk
menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang
lebih baik.
Tari Wulandari
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
D. Sholat
1. Pengertian Shalat
Shalat menurut bahasa artinya do’a, sedangkan menurut istilah berarti
ucapan-ucapan dan perbuatan yang didahului dengan takbirotul ikhram dan
diakhiri dengan salam. Adapun kewajiban Shalat itu sendiri berdasarkan QS.
An-Nisa: 103; “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah
Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian
apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana
biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman Semua kaum muslim sepakat bahwa solat
merupakan salah satu dari lima rukun islam yang disebutkan dalam sabda
Rasulullah Saw. “ islam dibangun di atas lima fondasi (rukun)”. Dan
sesungguhnya shalat diwajibkan kepada kaum muslim sehari lima waktu yaitu
sebanyak 17 rakaat. Kewajiban itu tidak gugur bagi semua mukallaf,
melainkan orang yang sudah meninggal dunia.
3. Rukun-Rukun Sholat
Adapun beberapa rukun atau hal yang menjadi syarat syahnya
sholat ada 13, yakni diantaranya :
a) Berdiri
b) Niat
c) Takbiratul ihram
d) Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat
e) dengan thuma'ninah
f) I'tidal dengan thuma'ninah
g) Sujud dua kali dengan thuma'ninah
h) Duduk antara dua sujud dengan thuma'ninah
i) Duduk dengan thu'maninah serta membaca tasyahud akhir dan
j) sholawat kepada nabi
k) berlindung kepada Allah dari siksa jahannam &kubur serta fitnah
hidup dan mati dan kekejian fitnah dajjal
l) Membaca salam yang pertama
m) Tertib (melakukan rukun secara berurutan)
E. Puasa
1. Pengertian Puasa.
Dari segi bahasa : puasa berarti menahan (imsak) dan
mencegah (kaff) dari sesuatu. Menurut syarak (syara’) : puasa berarti menahan
diri dari hal-hal yang membatalkannya dengan niat yang dilakukan oleh orang
bersangkutan pada siang hari, mulai terbit fajar sampai terbenam matahari.
Puasa Ramadhan wajib dikerjakan setelah terlihatnya hilal, atau
setelah bulan Sya'ban genap 30 hari. Puasa Ramadhan wajib dilakukan
apabila hilal awal bulan Ramadhan disaksikan seorang yang dipercaya,
sedangkan awal bulan-bulan lainnya ditentukan dengan kesaksian dua orang
yang dipercaya.
Puasa Ramadhan diwajibkan atas setiap muslim yang baligh (dewasa),
aqil (berakal), dan sanggup untuk berpuasa. Adapun syarat-syarat wajibnya
puasa Ramadhan ada empat, yaitu Islam, berakal, dewasa dan mampu. Para
ulama mengatakan anak kecil disuruh berpuasa jika kuat, hal ini untuk
melatihnya, sebagaimana disuruh shalat pada umur 7 tahun dan dipukul pada
umur 10 tahun agar terlatih dan membiasakan diri.
2. Rukun Puasa
Rukun puasa ialah menahan diri dari dua macam syahwat; yakni
syahwat perut dan syahwat kemaluan. Maksudnya, menahan diri dari segala
sesuatu yang membatalkannya. Dalam hal ini, mazhab Maliki dan Syafi’i
menambahkan satu rukun yang lain, yaitu, berniat yang dilakukan pada
malam hari.
3. Hukum Puasa Romadhon
Puasa pada bulan Ramadhan adalah merupakan salah satu rukun
Islam, Allah Ta’ala berfirman Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.”(QS.Al Baqarah:183)
“Maka barangsiapa diantara kamu melihat bulan itu (Ramadhan),
hendaklah ia berpuasa.” (QS. Al Baqarah:185)
Dari Abu Abdirrahman Abdullah ibnu Umar Ibnul Khaththab
radhiallahu ‘anhuma berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam bersabda: “Islam dibangun diatas lima perkara: bersaksi
bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, menunaikan haji dan puasa
pada bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari , Muslim)
F. Haji
1. Pengertian Haji
Haji (Bahasa Arab: حج, Hajj) adalah rukun (tiang agama) Islam yang
kelima setelah syahadat, salat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji
adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang
mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan
beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang
dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan ibadah
umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah ketika
umat Islam bermalam di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada
tanggal 9 Dzulhijjah, dan berakhir setelah melempar jumrah (melempar batu
simbolisasi setan) pada tanggal 10 Dzulhijjah. Masyarakat Indonesia lazim
juga menyebut hari raya Idul Adha sebagai Hari Raya Haji karena bersamaan
dengan perayaan ibadah haji ini.
Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan
mengunjungi. Menurut etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti
qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara', haji
ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan
amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan temat-tempat
tertentu dalam definisi diatas, selain Ka'bah dan Mas'a(tempat sa'i), juga
Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah
bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa'i, wukuf, mazbit di
Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.
a. Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila
sesorang bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun
menyendirikan umrah. Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah haji.
Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang tersebut
berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji sudah selesai,
maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.
1. Agama Islam
4. Rukun Haji
Rukun haji adalah hal-hal yang wajib dilakukan dalam berhaji yang
apabila ada yang tidak dilaksanakan, maka dinyatakan gagal haji alias tidak
sah, harus mengulang di kesempatan berikutnya
1. Ihram
2. Wukuf
3. Thawaf
4. Sa'i
5. Tahallul
G. Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat adalah sedekah yang wajib dikeluarkan umat Islam menjelang
akhir bulan Ramadan, sebagai pelengkap ibadah puasa. Zakat merupakan
salah satu rukun ketiga dari Rukun Islam.
Secara harfiah zakat berarti "tumbuh", "berkembang", "menyucikan",
atau "membersihkan". Sedangkan secara terminologi syari'ah, zakat merujuk
pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan perhitungan
tertentu untuk orang-orang tertentu sebagaimana ditentukan.
Setiap umat Muslim berkewajiban untuk memberikan sedekah dari
rezeki yang dikaruniakan Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Al-Qur’an.
Pada awalnya, Al-Qur’an hanya memerintahkan untuk memberikan sedekah
(pemberian yang sifatnya bebas, tidak wajib). Namun, pada kemudian hari,
umat Islam diperintahkan untuk membayar zakat. Zakat menjadi wajib
hukumnya sejak tahun 662 M. Nabi Muhammad melembagakan perintah
zakat ini dengan menetapkan pajak bertingkat bagi mereka yang kaya untuk
meringankan beban kehidupan mereka yang miskin.[1]. Sejak saat ini, zakat
diterapkan dalam negara-negara Islam. Hal ini menunjukan bahwa pada
kemudian hari ada pengaturan pemberian zakat, khususnya mengenai jumlah
zakat tersebut.
Pada zaman khalifah, zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil dan
didistribusikan kepada kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu
adalah orang miskin, janda, budak yang ingin membeli kebebasan mereka,
orang yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar. Syari’ah mengatur
dengan lebih detail mengenai zakat dan bagaimana zakat itu harus dibayarkan.
Kejatuhan para kalifah dan negara-negara Islam menyebabkan zakat tidak
dapat diselenggarakan dengan berdasarkan hukum lagi.
2. Macam-Macam Zakat
Zakat terbagi atas dua tipe yakni:
a) Zakat Fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan
Ramadan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok yang
ada di daerah bersangkutan.
b) Zakat Maal (Harta)
Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil
ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing tipe memiliki
perhitungannya sendiri-sendiri.
b. Amil zakat
Sasaran ketiga adalah para amil zakat. Yang dimaksud dengan amil
zakat adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat,
mulai dari para pengumpul sampai kepada bendahara dan para
penjaganya. Juga mulai dari pencatat sampai kepada penghitung yang
mencatat keluar masuk zakat.
c. Golongan muallaf
Yang dimaksudkan dengan golongan muallaf, antara lain adalah
mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat
bertambah terhadap Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atas kaum
Muslimin, atau harapan akan adanya kemanfaatan mereka dalam
membantu dan menolong kaum Muslimin dari musuh.
f. Di jalan Allah
Quran menggambarkan sasaran zakat yang ketujuh dengan firmanNya:
"Di jalan Allah". Sabil berarti jalan. Jadi sabilillah artinya jalan yang
menyampaikan pada ridha Allah, baik akidah maupun perbuatan.
Sabilillah adalah kalimat yang bersifat umum, mencakup seg ala amal
perbuatan ikhlas, yang digunakan untuk bertakkarub kepada Allah, dengan
melaksanakan segala perbuatan wajib, sunat dan bermacam kebajikan
lainnya.
Sedangkan fihak-fihak di luar dari 8 golongan (asnaf) ini tidak
dibenarkan menerima uang dari zakat. Tetapi tidak tertutup fihak-fihak
tersebut menerima bantuan dari infaq. Jadi sasaran zakat lebih spesifik
dari pada infaq.
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah. 2006. Tuntunan Shalat Rasulullah. Jakarta : Akbar Press.
Dr. Abdullah bin Muhammad. Meraih Puasa Sempurna. Jakarta : Pustaka Ibnu Katsir.
Dr. Yusuf al-Qaradhaw. 100 Tanya Jawab Haji, Umroh & Kurban. Jakarta : Gema
Insani.
Sayyid Sabiq. Panduan Zakat (Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah). Jakarta : Pustaka
Ibnu Katsir.
Nogarsyah Moede Gayo, Pustaka pintar haji dan umrah, Inovasi, Jakarta:2003.
Ust. H. Bobby Herwibowo, Lc. & Hj. Indriya R. Dani, S.E., Panduan Pintar Haji &
Umrah. QultumMedia. Jakarta. 2008.
Panduan Pintar Zakat. H.A. Hidayat, Lc. & H. Hikmat Kurnia. QultumMedia.
Jakarta. 2008..