# Rangkuman #
A.Pengertian Filsafat
-Secara etimologis istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani “philein” yang artinya “cinta”
dan “sophos” yang artinya “hikmah” atau “kebijaksanaan” atau “wisdom”.Jadi secara harfiah
istilah “filsafat” mengandung makna cinta kebijaksanaan.
-Keseluruhan arti filsafat dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:
Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian
1.Filsafat sebagai jenis ilmu pengetahuan,ilmu,konsep,pemikiran-pemikiran dari para filsuf pada
zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau sistem filsafat tertentu
2.Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas
berfilsafat.
Filsafat sebagai suatu proses,yang dalam hal ini filsafat diartikan dalam bentuk suatu akftivitas
berfilsafat,dalam proses pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan
metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.
-Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah sebagai berikut:
Metafisika,membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis.
Epistemologi,yang berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.
Metodologi,yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan
Logika,yang berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir.
Etika,berkaitan dengan moralitas,tingkah laku manusia.
Estetika,berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.
Pengertian Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan ,saling bekerja
sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Sistem lazimnya memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a.Suatu kesatuan bagian-bagian
b,Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
c.Saling berhubungan dan saling ketergantungan
d.Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
e.Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
Secara filosofis pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis,dasar
epistemologis,dan dasar aksiologis berbeda dengan sistem filsafat lainnya,misalnya
materialisme,liberalism,pragmatisme,komunisme,idealism dan paham lain filsafat di dunia.
Dasar ontologis pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak
monoplurdis,oleh karena dasar ini juga disebut sebagai dasar antropologis
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologism memiliki hal-hal yang
mutlak,yaitu : susunan kodrat raga dan jiwa. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk
individu dan makhluk social serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri
sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagai suatu Ideologi maka Pancasila memiliki 3 unsur pokok agar dapat menarik loyalitas dari
pendukung nya yaitu :
1. Logos
2. Pathos
3.Ethos
Library of Statistic
Home
Hand Zone
Statistika
Pendidikan
Soal
Tokoh
Aplikasi
Agar mudah dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila, maka Pancasila diterjemahkandalam butir
- butir Pancasila yaitu :
Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Berani membela kebenaran dan keadilan.
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
PERSATUAN INDONESIA :
Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran
dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
Nilai-nilai yang terkadung dalam Pancasila dapat menjadikan kehidupan kita semakin lebih baik.
Jadi kita harus mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengamalan nilai-nilai Pancasila
dapat dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Pancasila dalam lingkungan masyarakat menjadi pondasi dalam menjalankan hak dan kewajiban.
Berikut adalah contoh-contoh pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari :
Dalam mencapai mufakat semua orang berhak untuk mengutarakan pendapatnya masing-
masing
Musyawarah untuk mencapai mufakat harus diliputi oleh semangat kekeluargaan .
Segala suatu hal yang diperdebatkan langsung diselesaikan dengan cara musyawarah
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral .
Mengutamakan kepentingan bersama
Tidak boleh memaksakan kehendak
Orang tua harus mendidik anak-anaknya agar selalu patuh terhadap agama dan hukum
Saling mengingatkan agar taat beribadah
Saling menghormati antar sesama anggota keluarga
Saling menyayangi dan melindungi satu sama lain
Orang tua harus memberikan contoh perilaku yang sesuai dengan norma agama, norma
kesusilaan, norma kesopanan, norma hukum dan adat.
Sebagai orang tua bersikap adil terhadap anak-anaknya, tidak boleh pilih kasih
Anak harus berbakti kepada orang tua
Mengerjakan tugas rumah bersama-sama
ETIKA PANCASILA
Pengertian Etika
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika
umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-
ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaiman kita harus
mengambil sikap bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral (Suseno, 1987).
Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan pelbagai
aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun mahluk sosial (etika
sosial) (Suseno, 1987).
Etika berkaitan dengan pelbagai masalah nilai karena etika pada pokoknya
membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan “tidak susila”,
“baik” dan “buruk”. Sebagai bahasan khusus etika membicarakan sifat-sifat yang menyebabkan
orang dapat disebut susila atau bijak. Kualitas-kualitas ini dinamakan kebajikan yang dilawankan
dengan kejahatan yang berarti sifat-sifat yang menunjukan bahwa orang yang memilikinya
dikatan orang yang tidak susila. Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-
prinsip dasar pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986). Dapat
juga dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan dengan
tingkah laku manusia.
Etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) dalam bentuk tunggal artinya padang
rumput, kebiasaan, adat, watak, dan lain-lain, dan bentuk jamak artinya kebiasaan. Etika berarti
ilmu tentang apa yand biasa dilakukan atau ilmu tentang kebiasaan.
Menurut Dr.H. Hamzah Ya’cub dalam buku etika islam, etika ialah ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan
manusia sejauh dapat diketahui oleh akal pikiran.
Kata yang dekat dengan etika adalah moral, berasal dari bahasa Latin “mores” artinya
adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila. Moral ialah
sesuai ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar. Etika
lebih bersifat teori, sedangkan moral menyatakan ukuran. Sedangkan istilah moralitas adalah
sifat moral yang berkenaan dengan baik dan buruk. Kata yang juga sering dipakai adalah etiket,
artinya sopan santun, sehingga ada perbedaan antara etika dan etiket.
Etika termasuk salah satu cabang filsafat yang mempunyai kedudukan tersendiri. Etika
membahas yang harus dilakukan oleh seseorang karenanya berhubungan dengan yang harus dan
tidak harus atau boleh dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya. Nilai dan norma etis banyak
juga berasal dari agama, sehingga setiap orang yang beragama akan berusaha menjadikan agama
sebagai pedoman nilai dan norma etis dalam kehidupan pribadi dan sosialnnya (Fauzi, 2003).
Etika Pancasila
Etika merupakan cabang ilmu filsafat yang membahas masalah baik dan buruk.
Ranah pembahasannya meliputi kajian praktis dan refleksi filsafat atas moralitas secara
normatif. Kajian praktis menyentuh moralitas sebagai perbuatan sadar yang dilakukan dan
didasarkan pada norma-norma masyarakat yang mengatur perbuatan baik (susila) dan buruk
(asusila). Adapun refleksi filsafat mengajarkan bagaimana tentang moral filsafat mengajarkan
bagaimana tentang moral tersebut dapat dijawab secara rasional dan bertanggungjawab.
Etika Pancasila tidak memposisikan secara berbeda atau bertentangan dengan aliran-
aliran besar etika yang mendasarkan pada kewajiban, tujuan tindakan dan pengembangan
karakter moral, namun justru merangkum dari aliran-aliran besar tersebut. Etika Pancasila adalah
etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik
bukan hanya apabila tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut, namun juga sesuai dan
mempertinggi nilai-nilai Pancasila tersebut. Nilai-nilai Pancasila meskipun merupakan
kristalisasi nilai yang hidup dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa
Indonesia, namun sebenarnya nilai-nilai Pancasila juga bersifat universal dapat diterima oleh
siapapun dan kapanpun.
Rumusan Pancasila yang otentik dimuat dalam Pembukan UUD 1945 alinea keempat.
Dalam penjelasan UUD 1945 yang disusun oleh PPKI ditegaskan bahwa “pokok-
pokok pikiran yang termuat dalam Pembukaan (ada empat, yaitu persatuan, keadilan,
kerakyatan dan ketuhanan menurut kemanusiaan yang adil dan beradab) dijabarkan ke dalam
pasal-pasal Batang Tubuh. Dan menurut TAP MPRS No.XX/MPRS/1966 dikatakan bahwa
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum. Sebagai sumber segala sumber,
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum.
Sebagai sumber segala sumber, Pancasila merupakan satu satunya sumber nilai yang
berlaku di tanah air. Dari satu sumber tersebut diharapkan mengalir dan memancar nilai-nilai
ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan penguasa. Hakikat Pancasila pada dasarnya
merupakan satu sila yaitu gotong royong atau cinta kasih dimana sila tersebut melekat pada
setiap insane, maka nilai-nilai Pancasila identik dengan kodrat manusia. oleh sebab itu
penyelenggaraan Negara yang dilakukan oleh pemerintah tidak boleh bertentangan dengan
harkat dan martabat manusia, terutama manusia yang tinggal di wilayah nusantara.
Pancasila merupakan hasil kompromi nasional dan pernyataan resmi bahwa bangsa
Indonesia menempatkan kedudukan setiap warga negara secara sama, tanpa membedakan antara
penganut agama mayoritas maupun minoritas. Selain itu juga tidak membedakan unsur lain
seperti gender, budaya dan daerah.
Situasi negara Indonesia saat ini begitu memprihatinkan. Begitu banyak masalah
menimpa bangsa ini dalam bentuk krisis yang multidimensional. Krisis ekonomi, politik, budaya,
sosial, hankam, pendidikan dan lain-lain, yang sebenarnya berhulu pada krisis moral. Tragisnya,
sumber krisis justru berasal dari badanbadan yang ada di negara ini, baik eksekutif, legislatif
maupun yudikatif, yang notabene badan-badan inilah yang seharusnya mengemban amanat
rakyat. Setiap hari kita disuguhi beritaberita mal-amanah yang dilakukan oleh orang-orang yang
dipercaya rakyat untuk menjalankan mesin pembangunan ini.
Sebagaimana telah dikatakan bahwa moralitas memegang kunci sangat penting dalam
mengatasi krisis. Kalau krisis moral sebagai hulu dari semua masalah, maka melalui moralitas
pula krisis dapat diatasi. Indikator kemajuan bangsa tidak cukup diukur hanya dari kepandaian
warganegaranya, tidak juga dari kekayaan alam yang dimiliki, namun hal yang lebih mendasar
adalah sejauh mana bangsa tersebut memegang teguh moralitas. Moralitas memberi dasar, warna
sekaligus penentu arah tindakan suatu bangsa. Moralitas dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
moralitas individu, moralitas sosial dan moralitas mondial.
Moralitas individu lebih merupakan kesadaran tentang prinsip baik yang bersifat ke
dalam, tertanam dalam diri manusia yang akan mempengaruhi cara berpikir dan bertindak.
Seorang yang memiliki moralitas individu yang baik akan muncul dalam sikap dan perilaku
seperti sopan, rendah hati, tidak suka menyakiti orang lain, toleran, suka menolong, bekerja
keras, rajin belajar, rajin ibadah dan lain-lain. Moralitas ini muncul dari dalam, bukan karena
dipaksa dari luar. Bahkan, dalam situasi amoral yang terjadi di luar dirinya, seseorang yang
memiliki moralitas individu kuat akan tidak terpengaruh. Moralitas individu ini terakumulasi
menjadi moralitas sosial, sehingga akan tampak perbedaan antara masyarakat yang bermoral
tinggi dan rendah. Adapun moralitas mondial adalah moralitas yang bersifat universal yang
berlaku di manapun dan kapanpun, moralitas yang terkait dengan keadilan, kemanusiaan,
kemerdekaan, dan sebagainya.
Moralitas sosial juga tercermin dari moralitas individu dalam melihat kenyataan sosial.
Bisa jadi seorang yang moral individunya baik tapi moral sosialnya kurang, hal ini terutama
terlihat pada bagaimana mereka berinteraksi dengan masyarakat yang majemuk. Sikap toleran,
suka membantu seringkali hanya ditujukan kepada orang lain yang menjadi bagian
kelompoknya, namun tidak toleran kepada orang di luar kelompoknya. Sehingga bisa dikatakan
bahwa moral sosial tidak cukup sebagai kumpulan dari moralitas individu, namun sesungguhnya
lebih pada bagaimana individu melihat orang lain sebagai manusia yang memiliki harkat dan
martabat kemanusiaan yang sama.
Moralitas individu dan sosial memiliki hubungan sangat erat bahkan saling tarik-
menarik dan mempengaruhi. Moralitas individu dapat dipengaruhi moralitas social, demikian
pula sebaliknya. Seseorang yang moralitas individunya baik ketika hidup di lingkungan
masyarakat yang bermoral buruk dapat terpengaruh menjadi amoral. Kenyataan seperti ini
seringkali terjadi pada lingkungan pekerjaan. Ketika lingkungan pekerjaan berisi orang orang
yang bermoral buruk, maka orang yang bermoral baik akan dikucilkan atau diperlakukan tidak
adil. Seorang yang moralitas individunya lemah akan terpengaruh untuk menyesuaikan diri dan
mengikuti. Namun sebaliknya, seseorang yang memiliki moralitas individu baik akan tidak
terpengaruh bahkan dapat mempengaruhi lingkungan yang bermoral buruk tersebut.
Di dalam Pancasila terdapat nilai-nilai dan makna-makna yang dapat di
implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara garis besar mengandung makna bahwa
Negara melindungi setiap pemeluk agama (yang tentu saja agama diakui di Indonesia) untuk
menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran agamanya. Tanpa ada paksaan dari siapa pun untuk
memeluk agama, bukan mendirikan suatu agama. Tidak memaksakan suatu agama atau
kepercayaannya kepada orang lain. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan
beragama. Dan bertoleransi dalam beragama, yakni saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengandung makna bahwa setiap warga
Negara mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, karena Indonesia berdasarkan atas
Negara hukum. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Bertingkah laku sesuai dengan adab dan norma yang
berlaku di masyarakat.
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia. Mengandung makna bahwa seluruh penduduk yang
mendiami seluruh pulau yang ada di Indonesia ini merupakan saudara, tanpa pernah
membedakan suku, agama ras bahkan adat istiadat atau kebudayaan. Penduduk Indonesia adalah
satu yakni satu bangsa Indonesia. cinta terhadap bangsa dan tanah air. Menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia. Rela berkorban demi bangsa dan negara. Menumbuhkan rasa senasib
dan sepenanggungan.
4. Sila Keempat : Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Mengandung maksud bahwa setiap pengambilan keputusan
hendaknya dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mufakat, bukan hanya mementingkan
segelintir golongan saja yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan anarkisme. tidak
memaksakan kehendak kepada orang lain. Melakukan musyawarah, artinya mengusahakan
putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama. Mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat.
5. Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia. Mengandung maksud
bahwa setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang layak sesuai dengan
amanat UUD 1945 dalam setiap lini kehidupan. mengandung arti bersikap adil terhadap sesama,
menghormati dan menghargai hak-hak orang lain. Kemakmuran yang merata bagi seluruh
rakyat. Seluruh kekayaan alam dan isinya dipergunakan bagi kepentingan bersama menurut
potensi masing-masing. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan
dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara merata. Penghidupan
disini tidak hanya hak untuk hidup, akan tetapi juga kesetaraan dalam hal mengenyam
pendidikan.
Apabila nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir Pancasila di implikasikan di
dalam kehidupan sehari-hari maka tidak akan ada lagi kita temukan di Negara kita namanya
ketidak adilan, terorisme, koruptor serta kemiskinan. Karena di dalam Pancasila sudah tercemin
semuanya norma-norma yang menjadi dasar dan ideologi bangsa dan Negara. Sehingga
tercapailah cita-cita sang perumus Pancasila yaitu menjadikan Pancasila menjadi jalan keluar
dalam menuntaskan permasalahan bangsa dan Negara.
ETIKA
A. Pengertian Etika
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu dimana
dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral.Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis
(practical philosophy).
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan
kita.Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak
jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari
tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.Karena itulah etika
merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan
tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki
sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan
manusia.
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi
penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).
B. Definisi Etika
- Menurut Bertens : Nilai- nilai atau norma – norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
- Menurut KBBI : Etika dirumuskan dalam 3 arti yaitu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk, nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat.
- Menurut Sumaryono (1995) : Etika berkembang menjadi studi tentang manusia berdasarkan
kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia
dalam kehidupan manusia pada umumnya. Selain itu etika juga berkembang menjadi studi
tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui
kehendak manusia.
C. Macam-macam Etika
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya
prilaku manusia :
1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan
prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang
prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal
yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika
normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang
akan diputuskan.
1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara
etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral
dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik
atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang
membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak
dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori
dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya
menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang
dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana
manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada
dibaliknya.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu sama
lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat
manusia saling berkaitan. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik
secara langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis
terhadpa pandangan-pandangana dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat
manusia terhadap lingkungan hidup.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau
terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang paling aktual saat ini
adalah sebagai berikut :
1. Sikap terhadap sesama
2. Etika keluarga
3. Etika profesi
4. Etika politik
5. Etika lingkungan
6. Etika idiologi
D. Manfaat Etika
segalaADA
ETIKA PANCASILA
Pengertian Etika
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika
umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-
ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaiman kita harus
mengambil sikap bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral (Suseno, 1987).
Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan pelbagai
aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun mahluk sosial (etika
sosial) (Suseno, 1987).
Etika berkaitan dengan pelbagai masalah nilai karena etika pada pokoknya
membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan “tidak susila”,
“baik” dan “buruk”. Sebagai bahasan khusus etika membicarakan sifat-sifat yang menyebabkan
orang dapat disebut susila atau bijak. Kualitas-kualitas ini dinamakan kebajikan yang dilawankan
dengan kejahatan yang berarti sifat-sifat yang menunjukan bahwa orang yang memilikinya
dikatan orang yang tidak susila. Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-
prinsip dasar pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986). Dapat
juga dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan dengan
tingkah laku manusia.
Etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) dalam bentuk tunggal artinya padang
rumput, kebiasaan, adat, watak, dan lain-lain, dan bentuk jamak artinya kebiasaan. Etika berarti
ilmu tentang apa yand biasa dilakukan atau ilmu tentang kebiasaan.
Menurut Dr.H. Hamzah Ya’cub dalam buku etika islam, etika ialah ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan
manusia sejauh dapat diketahui oleh akal pikiran.
Kata yang dekat dengan etika adalah moral, berasal dari bahasa Latin “mores” artinya
adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila. Moral ialah
sesuai ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar. Etika
lebih bersifat teori, sedangkan moral menyatakan ukuran. Sedangkan istilah moralitas adalah
sifat moral yang berkenaan dengan baik dan buruk. Kata yang juga sering dipakai adalah etiket,
artinya sopan santun, sehingga ada perbedaan antara etika dan etiket.
Etika termasuk salah satu cabang filsafat yang mempunyai kedudukan tersendiri. Etika
membahas yang harus dilakukan oleh seseorang karenanya berhubungan dengan yang harus dan
tidak harus atau boleh dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya. Nilai dan norma etis banyak
juga berasal dari agama, sehingga setiap orang yang beragama akan berusaha menjadikan agama
sebagai pedoman nilai dan norma etis dalam kehidupan pribadi dan sosialnnya (Fauzi, 2003).
Etika Pancasila
Etika merupakan cabang ilmu filsafat yang membahas masalah baik dan buruk.
Ranah pembahasannya meliputi kajian praktis dan refleksi filsafat atas moralitas secara
normatif. Kajian praktis menyentuh moralitas sebagai perbuatan sadar yang dilakukan dan
didasarkan pada norma-norma masyarakat yang mengatur perbuatan baik (susila) dan buruk
(asusila). Adapun refleksi filsafat mengajarkan bagaimana tentang moral filsafat mengajarkan
bagaimana tentang moral tersebut dapat dijawab secara rasional dan bertanggungjawab.
Etika Pancasila tidak memposisikan secara berbeda atau bertentangan dengan aliran-
aliran besar etika yang mendasarkan pada kewajiban, tujuan tindakan dan pengembangan
karakter moral, namun justru merangkum dari aliran-aliran besar tersebut. Etika Pancasila adalah
etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik
bukan hanya apabila tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut, namun juga sesuai dan
mempertinggi nilai-nilai Pancasila tersebut. Nilai-nilai Pancasila meskipun merupakan
kristalisasi nilai yang hidup dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa
Indonesia, namun sebenarnya nilai-nilai Pancasila juga bersifat universal dapat diterima oleh
siapapun dan kapanpun.
Rumusan Pancasila yang otentik dimuat dalam Pembukan UUD 1945 alinea keempat.
Dalam penjelasan UUD 1945 yang disusun oleh PPKI ditegaskan bahwa “pokok-
pokok pikiran yang termuat dalam Pembukaan (ada empat, yaitu persatuan, keadilan,
kerakyatan dan ketuhanan menurut kemanusiaan yang adil dan beradab) dijabarkan ke dalam
pasal-pasal Batang Tubuh. Dan menurut TAP MPRS No.XX/MPRS/1966 dikatakan bahwa
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum. Sebagai sumber segala sumber,
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum.
Sebagai sumber segala sumber, Pancasila merupakan satu satunya sumber nilai yang
berlaku di tanah air. Dari satu sumber tersebut diharapkan mengalir dan memancar nilai-nilai
ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan penguasa. Hakikat Pancasila pada dasarnya
merupakan satu sila yaitu gotong royong atau cinta kasih dimana sila tersebut melekat pada
setiap insane, maka nilai-nilai Pancasila identik dengan kodrat manusia. oleh sebab itu
penyelenggaraan Negara yang dilakukan oleh pemerintah tidak boleh bertentangan dengan
harkat dan martabat manusia, terutama manusia yang tinggal di wilayah nusantara.
Pancasila merupakan hasil kompromi nasional dan pernyataan resmi bahwa bangsa
Indonesia menempatkan kedudukan setiap warga negara secara sama, tanpa membedakan antara
penganut agama mayoritas maupun minoritas. Selain itu juga tidak membedakan unsur lain
seperti gender, budaya dan daerah.
Situasi negara Indonesia saat ini begitu memprihatinkan. Begitu banyak masalah
menimpa bangsa ini dalam bentuk krisis yang multidimensional. Krisis ekonomi, politik, budaya,
sosial, hankam, pendidikan dan lain-lain, yang sebenarnya berhulu pada krisis moral. Tragisnya,
sumber krisis justru berasal dari badanbadan yang ada di negara ini, baik eksekutif, legislatif
maupun yudikatif, yang notabene badan-badan inilah yang seharusnya mengemban amanat
rakyat. Setiap hari kita disuguhi beritaberita mal-amanah yang dilakukan oleh orang-orang yang
dipercaya rakyat untuk menjalankan mesin pembangunan ini.
Sebagaimana telah dikatakan bahwa moralitas memegang kunci sangat penting dalam
mengatasi krisis. Kalau krisis moral sebagai hulu dari semua masalah, maka melalui moralitas
pula krisis dapat diatasi. Indikator kemajuan bangsa tidak cukup diukur hanya dari kepandaian
warganegaranya, tidak juga dari kekayaan alam yang dimiliki, namun hal yang lebih mendasar
adalah sejauh mana bangsa tersebut memegang teguh moralitas. Moralitas memberi dasar, warna
sekaligus penentu arah tindakan suatu bangsa. Moralitas dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
moralitas individu, moralitas sosial dan moralitas mondial.
Moralitas individu lebih merupakan kesadaran tentang prinsip baik yang bersifat ke
dalam, tertanam dalam diri manusia yang akan mempengaruhi cara berpikir dan bertindak.
Seorang yang memiliki moralitas individu yang baik akan muncul dalam sikap dan perilaku
seperti sopan, rendah hati, tidak suka menyakiti orang lain, toleran, suka menolong, bekerja
keras, rajin belajar, rajin ibadah dan lain-lain. Moralitas ini muncul dari dalam, bukan karena
dipaksa dari luar. Bahkan, dalam situasi amoral yang terjadi di luar dirinya, seseorang yang
memiliki moralitas individu kuat akan tidak terpengaruh. Moralitas individu ini terakumulasi
menjadi moralitas sosial, sehingga akan tampak perbedaan antara masyarakat yang bermoral
tinggi dan rendah. Adapun moralitas mondial adalah moralitas yang bersifat universal yang
berlaku di manapun dan kapanpun, moralitas yang terkait dengan keadilan, kemanusiaan,
kemerdekaan, dan sebagainya.
Moralitas sosial juga tercermin dari moralitas individu dalam melihat kenyataan sosial.
Bisa jadi seorang yang moral individunya baik tapi moral sosialnya kurang, hal ini terutama
terlihat pada bagaimana mereka berinteraksi dengan masyarakat yang majemuk. Sikap toleran,
suka membantu seringkali hanya ditujukan kepada orang lain yang menjadi bagian
kelompoknya, namun tidak toleran kepada orang di luar kelompoknya. Sehingga bisa dikatakan
bahwa moral sosial tidak cukup sebagai kumpulan dari moralitas individu, namun sesungguhnya
lebih pada bagaimana individu melihat orang lain sebagai manusia yang memiliki harkat dan
martabat kemanusiaan yang sama.
Moralitas individu dan sosial memiliki hubungan sangat erat bahkan saling tarik-
menarik dan mempengaruhi. Moralitas individu dapat dipengaruhi moralitas social, demikian
pula sebaliknya. Seseorang yang moralitas individunya baik ketika hidup di lingkungan
masyarakat yang bermoral buruk dapat terpengaruh menjadi amoral. Kenyataan seperti ini
seringkali terjadi pada lingkungan pekerjaan. Ketika lingkungan pekerjaan berisi orang orang
yang bermoral buruk, maka orang yang bermoral baik akan dikucilkan atau diperlakukan tidak
adil. Seorang yang moralitas individunya lemah akan terpengaruh untuk menyesuaikan diri dan
mengikuti. Namun sebaliknya, seseorang yang memiliki moralitas individu baik akan tidak
terpengaruh bahkan dapat mempengaruhi lingkungan yang bermoral buruk tersebut.
1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara garis besar mengandung makna bahwa
Negara melindungi setiap pemeluk agama (yang tentu saja agama diakui di Indonesia) untuk
menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran agamanya. Tanpa ada paksaan dari siapa pun untuk
memeluk agama, bukan mendirikan suatu agama. Tidak memaksakan suatu agama atau
kepercayaannya kepada orang lain. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan
beragama. Dan bertoleransi dalam beragama, yakni saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengandung makna bahwa setiap warga
Negara mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, karena Indonesia berdasarkan atas
Negara hukum. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Bertingkah laku sesuai dengan adab dan norma yang
berlaku di masyarakat.
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia. Mengandung makna bahwa seluruh penduduk yang
mendiami seluruh pulau yang ada di Indonesia ini merupakan saudara, tanpa pernah
membedakan suku, agama ras bahkan adat istiadat atau kebudayaan. Penduduk Indonesia adalah
satu yakni satu bangsa Indonesia. cinta terhadap bangsa dan tanah air. Menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia. Rela berkorban demi bangsa dan negara. Menumbuhkan rasa senasib
dan sepenanggungan.
4. Sila Keempat : Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Mengandung maksud bahwa setiap pengambilan keputusan
hendaknya dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mufakat, bukan hanya mementingkan
segelintir golongan saja yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan anarkisme. tidak
memaksakan kehendak kepada orang lain. Melakukan musyawarah, artinya mengusahakan
putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama. Mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat.
5. Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia. Mengandung maksud
bahwa setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang layak sesuai dengan
amanat UUD 1945 dalam setiap lini kehidupan. mengandung arti bersikap adil terhadap sesama,
menghormati dan menghargai hak-hak orang lain. Kemakmuran yang merata bagi seluruh
rakyat. Seluruh kekayaan alam dan isinya dipergunakan bagi kepentingan bersama menurut
potensi masing-masing. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan
dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara merata. Penghidupan
disini tidak hanya hak untuk hidup, akan tetapi juga kesetaraan dalam hal mengenyam
pendidikan.
Apabila nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir Pancasila di implikasikan di
dalam kehidupan sehari-hari maka tidak akan ada lagi kita temukan di Negara kita namanya
ketidak adilan, terorisme, koruptor serta kemiskinan. Karena di dalam Pancasila sudah tercemin
semuanya norma-norma yang menjadi dasar dan ideologi bangsa dan Negara. Sehingga
tercapailah cita-cita sang perumus Pancasila yaitu menjadikan Pancasila menjadi jalan keluar
dalam menuntaskan permasalahan bangsa dan Negara.
Due to the method this document is displayed on the page, screen readers may not read the
content correctly. For a better experience, please download the original document and view it in
the native application on your computer.
Pembukaan **' +,- aline ketiga! yang antara lain berbunyi) /Atas berkat rahmatA l l a h
ang Maha Kuasa 0./. 'ari bunyi kalimat ini membuktikan bah(a
negaraInd%nesia tidak menganut paham maupun mengandung si#at
s e b a g a i n e g a r a s e k u l e r . Sekaligus menun&ukkan bah(a negara Ind%nesia
bukan merupakan negara agama! yaitu n e g a r a y a n g d i d i r i k a n a t a s l a n d a s a n
a g a m a t e r t e n t u ! m e l a i n k a n s e b a g a i n e g a r a y a n g didirikan atas landasan
Pancasila atau negara Pancasila. b.
dalam negara Ind%nesia tidak b%leh ada pertentangan dalam hal Ketuhanan
ang MahaEsa! dan sikap atau perbuatan yang anti terhadap Tuhan ang Maha
Esa! anti agama. S e d a n g k a n s e b a l i k n y a d e n g a n p a h a m K e t u h a n a n
a n g M a h a E s a i n i h e n d a k n y a di(u&udkan dan dihidupsuburkan
kerukunan hidup beragama! kehidupan yang penuht%leransi dalam batas$batas
yang dii"inkan %leh atau menurut tuntunan agama masing$ masing! agar ter(u&ud
ketentraman dan kese&ukan di dalam kehidupan beragama. *ntuk senantiasa memelihara dan
me(u&udkan 5 m%del kerukunan hidup yang meliputi ) +.
Bidang Keagamaan. Menyangkut bidang keagaaman itu sendiri! masyarakat kita sudah tidak
meyakiniapa yang men&adi tuntunan dan melaksanakan apa yang men&adi tuntutan serta
ke(a&ibanyang sudah disyariatkan sesuai agama dan kepercayaannya masing$masing. ;%nt%h
dalama & a r a n I s l a m b a h ( a s h % l a t (aktu itu adalah (a&ib! dan
s e m u a % r a n g p u n t a h u a p a hukuman serta pahala yang diper%leh! ketika sese%rang itu
melanggar atau melaksanakanapa yang men&adi tuntutan tersebut. Namun tidak
sedikit %rang Islam yang belum bisa melakukan hal yang men&adi tuntutan tersebut. Ini
membuktikan bah(a pengamalan sila pertama ini belum men&i(ai masyarakat itu sendiri.
Sehingga apa yang men&adi
keyakinannya akan terkikis habis %leh perubahan "aman. Hal tersebut baru
merupakan pelaksanaan ibadah secara Hablum Minnallah 2hubungan dengan All%h3!
belum bagaimana pelaksanaan ibadah secara Hablum Minannas 2hubungan dengan
manusia3.'an ini akan mempengaruhi terhada p berbagai pelaksanaan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Keyakinan terhadap Ketuhanan ang Maha Esa ini! men&adikan
kegiatanibadah$ibadah keagamaan kita dapat dirasakan %leh pribadi dan dapat
berman#aat untuk masyarakat luas! yang akan membentuk suatu ketentraman dalam
masyarakat itu sendiri. b.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya
maka manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Iptek) pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreativitas rohani manusia.Unsur jiwa
(rohani) manusia meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohani
manusia dalam hubungan dengan intelektualitas, rasa dalam bidang estetis, dan kehendak dalam
bidang moral (etika). Atas dasar kreativitas akalnya manusia mengembangkan iptek dalam
rangka untuk mengolah kekayaan alam yang sediakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena
itu tujuan essensial dari Iptek adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga Iptek pada
hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh nilai. Dalam masalah ini Pancasila telah
memberikan dasar nilai-nilai bagi pengembangan Iptek demi kesejahteraan hidup manusia.
Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral Ketuhanan dan
kemanusiaan yang adil dan beradab. Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu kesatuan yang
sistematis haruslah menjadi sistem etika pengembangan Iptek.
Pancasila sebagai filsafat ilmu harus mengandung nilai ganda, yaitu:
1. Harus memberikan landasan teoritik (dan normatif) bagi penguasaan dan pengembangan iptek
dan menetapkan tujuannya.
2. Memiliki nilai instrinsik tujuan iptek yang senantiasa dilandasi oleh nilai mental kepribadian
dan moral manusia. Nilai-nilai kualitatif dan normatif secara kategoris harus terkandung dalam
ajaran filsafat. Kualitas dan identitas nilai mental dan kepribadian manusia senantiasa
berhubungan dengan nilai filsafat dan atau agama.
Kedudukan filsafat ilmu harus berasaskan kerokhanian dari sistem keilmuan dan
pengembangannya. Fungsi mental dan moral kepribadian manusia dalam implemantasi iptek
merupakan kriteria yang signifikan suatu keilmuan. Keilmuan harus berorientasi praktis untu
kepentingan bangsa. Selain itu, kebenaran yag dianut epistomologis Pancasila prinsip kebenaran
eksistensial dalam rangka mewujudkan harmoni maksimal yang sesuai taraf-taraf fisiokismis,
biotik, psikis, dan human dalam rangka acuan norma ontologis transedental. Dengan pendekatan
pencerdasan kehidupan bangsa, epsitomologis Pancasila bersifat terbuka terhadap berbagai aliran
filsafat dunia (Dimyati, 2006).
Manusia sebagai makhluk jasmani rohani sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa
sekaligus individu dan makhluk sosial, pada hakikatnya sebagai makhluk homo sapiens
makhluk yang berakal di samping berasa dan berkehendak. Sebagai makhluk yang berakal,
manusia memiliki kemampuan intelektual yang mampu menghasilkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah unsur-unsur yang pokok dalam kebudayaan
manusia, dalam dunia ilmu pengetahuan terdapat dua pandangan yang berbeda yaitu (1)
pendapat yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai, artinya tidak ada sangkut
pautnya dengan moral, dengan etika, dengan kemanusiaan, dengan ketuhanan. (2) pendapat
kedua menyatakan bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya untuk kesejahteraan umat manusia.
Oleh karena itu, ilmu pengetahuan adalah terikat nilai yaitu nilai moral, nilai kemanusiaan, nilai
religious. Bagi Pancasila ilmu pengetahuan itu berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan,
berpersatuan, berkerakyatan, dan beradilan.
Maka dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi moral, etika
serta nilai-nilai religious. Dengan perkataan lain ilmu pengetahuan harus dilandasi etika ilmiah
dan yang paling penting dalam etika ilmiah adalah menyangkut hidup mati orang banyak, masa
depan, hak-hak manusia dan lingkungan hidup. Hal-hal yang perlu ditekankan adalah sebagai
berikut:
1. Risiko percobaan dan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Kemungkinan penyalahgunaannya
3. Kompatibilitas dengan moral yang berlaku
4. Terganggunya sumber daya dan pemerataannya
5. Hak individu untuk memilih sesuatu sesuai dengan dirinya
2.3 Penerapan Nilai Persatuan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK)
Sila persatuan Indonesia mengingatkan kita untuk mengembangkan IPTEK untuk seluruh
tanah air dan bangsa secara merata. Selain itu memberikan kesadaran bahwa rasa nasionalisme
bangsa Indonesia akibat adanya kemajuan IPTEK, dengan IPTEK persatuan dan kesatuan bangsa
dapat berwujud, persaudaraan dan persahabatan antar daerah dapat terjalin. (T. Jacob, 2000;155)
Contoh persoalan atau kebijakan dari nilai persatuan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yaitu adanya media sosial seperti facebook atau twitter
yang dapat menyatukan masyarakat Indonesia untuk membantu warga negara Indonesia yang
membutuhkan bantuan seperti adanya Laskar Sedekah yang menyalurkan sedekah masyarakat
kepada yang berhak untuk menerima. Selain itu, orang-orang yang sudah bersedekah dapat
mengetahui bentuk kegiatan Laskar Sedekah melalui akun media sosial yang mengunggah foto-
foto penerima sedekah. Manfaat lainnya dari penerapan nilai persatuan sebagai dasar
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yakni dapat membuat masyarakat
Indonesia lebih tanggap, contohnya jika terjadi bencana alam di suatu daerah seperti kabut asap
maka informasi-informasi lebih cepat meluas dan menyebar. Sehingga fungsi dari nilai persatuan
sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah memperrmudah
mempersatukan masyarakat Indonesia dalam segala urusan.
2.4 Pengaruh Nilai Kerakyatan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK)
Pengaruh nilai Kerakyatan sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(Iptek) adalah meningkatkan kreatifitas masyarakat Indonesia untuk menghasilkan suatu karya
cipta dalam bidang apapun untuk kesejahteraan warga negara Indonesia. Seorang penemu muda
Ricky Elson contohnya. Beliau dan rekan-rekannya berhasil menciptakan mobil listrik Indonesia
pertama yaitu Tuxuci kemudian dikaji ulang hingga pada tahun 2013 telah muncul mobil
bertenaga listrik Selo. Pada saat ini Ricky Elson pemuda Indonesia berusia 33 tahun tengah
mengembangkan becak listrik dan pembangkit listrik tenaga angin di daerah sumba yang
menjadi pembangkit listrik tenaga angin terbaik di dunia.
Dengan selalu berupaya demi kebangkitan Indonesia dan nilai Kerakyatan sebagai dasar
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), tangan-tangan ahli anak Indonesia
menciptakan ide-ide kreatif yang menghasilkan intelektual properti.
2.5 Manfaat Nilai Keadilan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK)
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, IPTEK didasarkan pada keseimbangan
keadilan dalam kehidupan kemanusiaan. (T. Jacob, 2000;156)
Contoh dari sila kelima ini adalah ditemukannya varietas bibit unggul padi Cilosari dari
teknik radiasi. Penemuan ini adalah hasil buah karya anak bangsa. Diharapkan dalam
perkembangan swasembada pangan ini nantinya akan mensejahterakan rakyat Indonesia dan
memberikan rasa keadilan setelah ditingkatkannya jumlah produksi sehingga pada perjalanannya
rakyat dari berbagai golongan dapat menikmati beras berkualitas dengan harga yang terjangkau.