Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KERAMIK

KARAKTERISTIK TEGANGAN DAN REGANGAN

Disusun oleh :
Ramadhan Putra

(03121405010)

Prastowo Nursubarjo

(03121405009)

Febry Wibowo

(03121405051)

M.Shendy Trias P.

(03121405053)

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, karunia, dan rahmatnya, makalah ini dapat diselesaikan. Penulisan
makalah ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan yang lebih kepada
pembaca khususnya untuk mahasiswa yang sedang melakukan studi di bidang
perkuliahan teknik mesin tentang hubungan perawatan mesin dengan getaran yang
terjadi pada mesin. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak dari masa pencarian data sampai pada penyusunan makalah ini,
sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Karena itu penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang sudah membantu
selama proses pembuatan makalah ini.

DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR............................................................................................i
DAFATR ISI.............................................................................................................II
BAB 1

PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................1
1.2 Permasalahan.........................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................2
1.4 Manfaat..................................................................................2

BAB 2

ISI................................................................................................3
2.1 Pengertian Tegangan..............................................................3
2.2 Macam-macam Tegangan......................................................4
2.2.1 Tegangan Normal......................................................4
2.2.2 Tegangan Tarik..........................................................4
2.2.3 Tegangan Tekan.........................................................5
2.2.4 Tegangan Geser.........................................................6
2.2.5 Tegangan Lengkung..................................................7
2.2.6 Tegangan Puntir........................................................7
2.3 Regangan...............................................................................8
2.4 Kurva Tegangan-Regangan...................................................8
2.5 Hukum Hooke.......................................................................14
2.6 Modulus Elastis.....................................................................14
2.7 Hubungan Tegangan dan Regangan (Hukum Hooke)...........16

BAB 3

KESIMPULAN..........................................................................17

Daftar Pustaka

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai seorang insinyur, salah satu pekerjaan yang harus kita lakukan
adalah menentukan atau memilih kapasitas mesin (energi, gaya, torsi) serta
perkakas dan peralatan yang akan digunakan. Untuk dapat menentukan kedua hal
tersebut kita perlu memprediksi berapa beban eksternal yang diperlukan agar
logam dapat mulai mengalir dan terdeformasi plastis sertabagai mana distribusi
tegangan dan regangan pada permukaan benda kerja maupun perkakas.
Dengan kata lain, kita perlu melakukan analisis untuk dapat memprediksi
beban eksternal yang dibutuhkan serta distribusi regangan dan tegangannya,
sehingga kita dapat menentukan atau memilih kapasitas mesin, perkakas, dan
peralatan yang paling sesuai. Metode-metode analisis yang telah dikembangkan,
pada dasarnya ditujukan untuk membantu pekerjaan insinyur di dalam mendisain
proses pembentukan logam, terutama di dalam menentukan hubungan kinematik
dan batas-batas pembentukan, memprediksi gaya-gaya eksternal atau tegangan
internal.
Dalam setiap pekerjaan yang menggunakan proses permesinan tegangan dan
reganga sangatlah berpengaruh dalam aplikasinya. Dimana proses tegangan dan
regangan adalah suatu metoda untuk melihat karakteristik dari sebuah
pembentukan, dimana kita bisa mengetahui batas elastisitas, yield, tegangan
maksimum serta fraktur atau titik patah pada sebuah pengujian. Oleh karena itu,
dalam makalah yang kami buat ini akan membahas konsep-konsep regangan
dasar. Reganan merupakan salah satu materi yang sangat diperlukan dalam dunia
teknik khususnya teknik mesin.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tegangan dan regangan?
2. Bagaimana kurva tegangan regangan?
3. Bagaimana bunyi hukum Hooke?
4. Apa yang dimaksut modulus elastisitas serta regangan geser?

1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian tegangan dan regangan
2. Memahami Kurva Tegangan Regangan
3. Memahami bunyi hukum hooke
4. Memahami modulus elastisitas serta regangan geser
1.4 Manfaat
1. kita dapat mengetahui konsep dasar tegangan regangan
2. kita dapat mengerti perbandingan kurva tegangan regangan
3. dapat mengetahui batas elastisitas tegangan dan regangan
4. dapat memahami perbedaan regangan geser dan tegangan geser.

BAB 2
ISI

2.1

Pengertian Tegangan
Hukum Newton pertama tentang aksi dan reaksi, bila sebuah balok
terletak di atas lantai, balok akan memberikan aksi pada lantai, demikian
pula sebaliknya lantai akan memberikan reaksi yang sama, sehingga benda
dalam keadaan setimbang. Gaya aksi sepusat (F) dan gaya reaksi (F) dari
bawah akan bekerja pada setiap penampang balok tersebut. Jika kita ambil
penampang A-A dari balok, gaya sepusat (F) yang arahnya ke bawah, dan
di bawah penampang bekerja gaya reaksinya (F) yang arahnya ke atas.
Pada bidang penampang tersebut, molekul-molekul di atas dan di
bawah bidang penampang A-A saling tekan menekan, maka setiap satuan
luas

penampang

menerima

beban

sebesar:

F/A.

Apabila

kita

memperhatikan penampang A-A, umumnya gaya-gaya yang bekerja pada


luasan sangat kecil (infinitesimal areas) pada penampang tersebut
bervariasi dalam besar maupun arah. Gaya dalam merupakan resultan dari
gaya-gaya pada luasan sangat kecil ini. Resultan gaya menentukan
kemampuan suatu material terutama dalam memikul beban (kekuatan)
disamping mempengaruhi sifat-sifat kekakuan maupun stabilitas. Resultan
gaya dan arahnya yang bervariasi dari titik ke titik dinyatakan sebagai
tegangan.

Gambar 2.1 Tegangan yang timbul pada penampang A-A

2.2

Macam-macam Tegangan
Tegangan timbul akibat adanya tekanan, tarikan, bengkokan, dan reaksi.

Pada pembebanan tarik terjadi tegangan tarik, pada pembebanan tekan terjadi
tegangan tekan, begitu pula pada pembebanan yang lain.
2.2.1 Tegangan Normal
Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada benda.
Jika gaya dalam diukur dalam N, sedangkan luas penampang dalam m2, maka
satuan tegangan adalah N/m2 atau dyne/cm2.

Gambar 2.2 Tegangan Normal


2.2.2 Tegangan Tarik
Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali, paku keling, dan
lain-lain. Rantai yang diberi beban W akan mengalami tegangan tarik yang
besarnya tergantung pada beratnya.

Gambar 2.3 Tegangan tarik pada batang penampang luas A

Persamaan tegangan tarik dapat dituliskan:


t=

F Fa
=
A A

Dimana: F= gaya tarik, dan A= luas penampang


2.2.3 Tegangan Tekan
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya F yang saling
berlawanan dan terletak dalam satu garis gaya. Misalnya, terjadi pada tiang
bangunan yang belum mengalami tekukan, porok sepeda, dan batang torak.
Tegangan tekan dapat ditulis:

Gambar 2.4 Tegangan Tekan

2.2.4 Tegangan Geser


Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang
berlawanan arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada
penampangnya tidak terjadi momen. Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi.
Misalnya: sambungan keling, gunting, dan sambungan baut.

Gambar 2.5 Tegangan Geser


Pada gambar di atas, dua gaya F sama besar berlawanan arah. Gaya F bekerja
merata pada penampang A. Pada material akan timbul tegangan geserny, sebesar
s=

gaya dalam
luas penampang

s=

Fmaksimum =

Untuk kontruksi pada paku keling, maka

F N
( )
A m2

2
D
4

Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial F yang bekerja pada
penampang normal dengan jarak yang relatif kecil, maka pelengkungan benda
diabaikan. Untuk hal ini tegangan yang terjadi adalah Apabila pada konstruksi
mempunyai n buah paku keling, maka sesuai dengan persamaan dibawah ini
tegangan gesernya adalah
s=

s=

F
2
D
4
F
2
n D
4

Dimana D = diameter paku keling

2.2.5 Tegangan Lengkung


Misalnya, pada poros-poros mesin dan poros roda yang dalam keadaan
ditumpu. Jadi, merupakan tegangan tangensial. Gambar 20. Tegangan lengkung
pada batang rocker arm.

Gambar 2.6 Tegangan lengkung pada batang rocker arm


F=R A + R B dan b=

Mb
Wb

Mb = momen lengkung
Wb = momen tahanan lengkung
2.2.6 Tegangan Puntir
Tegagan puntir sering terjadi pada poros roda gigi dan batang-batang torsi
pada mobil, juga saat melakukan pengeboran. Jadi, merupakan tegangan
trangensial.

Gambar 2.7 Tegangan puntir


Benda yang mengalami beban puntir akan menimbulkan tegangan puntir sebesar,
M
t= t
Wp
Mt = momen puntir (torsi)
WP = momen tahanan polar (pada puntiran)
2.3

Regangan
Ketika suatu material mengalami tegangan, maka material tersebut juga

akan mengalami perubahan panjang atau volume. Perubahan panjang atau volume
per panjang awal ini lah yang sering disebut regangan. Persamaan regangan dapat
ditulis sebagai berikut;
=

L
Lo
Jadi Perpanjangan per unit panjang disebut regangan normal, dinyatakan

tidak berdimensi, artinya regangan tidak mempunyai satuan. Regangan disebut


regangan normal karena regangan ini berkaitan dengan tegangan normal. Jika
batang mengalami tarik, maka regangannya disebut regangan tarik, yang
menunjukkan perpanjangan bahan. Demikian juga halnya jika batang mengalami
tekan, maka regangannya disebut regangan tekan, dan batang tersebut memendek.
Regangan tarik biasanya bertanda positif dan regangan tekan bertanda negatif.
2.4 Kurva Tegangan-Regangan
Sebagaimana beban aksial yang bertambah bertahap, pertambahan panjang
terhadap panjang gage diukur pada setiap pertambahan beban dan ini dilanjukan
sampai terjadi kerusakan (fracture) pada spesimen. Dengan mengetahui luas
penampang awal spesimen, maka tegangan normal, yang dinyatakan dengan ,
dapat diperoleh untuk setiap nilai beban aksial dengan menggunakan hubungan

P
A

dimana P menyatakan beban aksial dalam Newton dan A menyatakan luas


penampang awal (m2)

Gambar 2.8

Gambar 2.9

Gambar 2.10

Gambar 2.11

O 1 O

Gambar 2.12

Dengan memasangkan pasangan nilai tegangan normal dan regangan


normal , dari data dapat digambarkan dengan memperlakunan kuantitas-kuantitas
ini sebagai absis dan ordinat. Gambar yang diperoleh adalah diagram atau kurva
tegangan-regangan. Kurva tegangan-regangan mempunyai bentuk yang berbedabeda tergantung dari bahannya. Gambar 2.8 adalah kurva tegangan regangan
untuk baja karbon-medium, Gambar 12.9 untuk baja campuran, dan Gambar. 2.10
untuk baja karbon-tinggi dengan campuran bahan nonferrous. Untuk campuran
nonferrous dengan besi kasar diagramnya ditunjukkan pada Gambar. 2.11,
sementara untuk karet ditunjukkan pada Gambar. 2.12.
Kurva tegangan-regangan yang ditunjukkan pada Gb. 2.8 dapat digunakan
untuk mencirikan beberapa karakteristik tegangan bahan. Diantaranya:
a. Batas proporsi (proportional limit)
Ordinat titik P disebut sebagai batas proporsi, yaitu tegangan
maksimum yang terjadi selama tes tarikan sedemikian sehingga tegangan
merupakan fungsi linier dari regangan. Untuk bahan yang kurva tegangan
regangannya menyerupai Gambar. 2.11 maka tidak memiliki batas proporsi

b. Batas elastis (elastic limit)


Ordinat suatu titik yang hampir berimpitan dengan titik P diketahui
sebagai batas elastis, yaitu tegangan maksimum yang terjadi selama tes
tarikan sedemikian sehingga tidak terjadi perubahan bentuk atau deformasi
maupun residu permanen ketika pembebanan dipindahkan. Untuk
kebanyakan bahan nilai batas elastis dan batas proporsi adalah hampir sama
dan sering digunakan sebagai istilah yang saling menggantikan. Pada kasuskasus dimana pemisahan diantara dua nilai ditemukan, nilai batas elastis
selalu sedikit lebih besar daripada batas proporsi.
c. Selang elastis dan plastis (elastic and plastic ranges)
Daerah atau rentang kurva tegangan-regangan yang ditarik dari origin
sampai batas proporsi disebut selang elastis; sedang rentang kurva tegangan
regangan yang ditarik dari batas proporsi sampai titik runtuh (point of
rupture) disebut selang pastis.
d. Titik lelah (yield point)
Ordinat titik Y pada Gambar 2.8, yang dinyatakan dengan yp, dimana
terjadi peningkatan atau pertambahan regangan tanpa adanya penambahan
tegangan disebut sebagai titik lelah dari bahan. Setelah pembebanan
mencapai titik Y, maka dikatakan terjadi kelelahan. Pada beberapa bahan
terdapat dua titik pada kurva tegangan-regangan dimana terjadi peningkatan
regangan tanpa perubahan tegangan. Masing-masing disebut titik lelah atas
dan titik lelah bawah.
e. Tegangan maksimum (ultimate strength, tensile strength)
Ordinat titik U pada Gambar 2.8, ordinat maksimum pada kurva,
diketahui sebagai tegangan maksimum atau tegangan puncak dari bahan.
f. Tegangan putus (breaking strength)
Ordinat pada titik B pada Gambar 2.8 disebut tegangan putus dari

10

bahan.
g. Modulus kekenyalan, keuletan (modulus of resilence)
Kerja yang dilakukan suatu unit volume bahan, seperti misalnya gaya
tarikan yang dinaikkan secara bertahap dari nol sampai suatu nilai dimana
batas proporsional bahan dicapai, disebut sebagai batas kekenyalan. Ini
dapat dihitung sebagai luasan dibawah kurva tegangan regangan dari titik
origin sampai batas proporsional dan digambarkan dengan daerah yang
diarsir pada Gambar. 2.8. Satuan untuk kuantitas ini adalah N.m/m3. Dengan
demikian, modulus kekenyalan adalah kemampuan bahan menyerap energi
pada selang elastisnya.
h. Modulus kekerasan (modulus of toughness)
Kerja yang dilakukan suatu unit volume bahan, seperti misalnya gaya
tarikan yang dinaikkan dari nol sampai suatu nilai yang menyebabkan
keruntuhan didefinisikan sebagai modulus kekerasan. Ini dapat dihitung
sebagai luasan dibawah kurva tegangan-regangan dari origin sampai titik
keruntuhan. Kekerasan bahan adalah kemampuan untuk menyerap energi
pada selang plastis dari bahan.
i. Persentase pengurangan luasan-penampang
Penurunan luasan-penampang dari luasan awal pada bagian patah
dibagi dengan luasan awalnya dikalikan dengan seratus didefinisikan
sebagai persentase pengurangan luasan-penampang. Perlu dicatat bahwa
ketika gaya tarikan bekerja pada suatu batang, luas penampangnya
berkurang, tetapi perhitungan untuk tegangan normal biasanya dibuat pada
basis luasan awal. Kasus ini ditunjukkan pada Gambar 2.8. Ketika regangan
menjadi semakin besar maka sangat penting untuk memperhatikan nilai
luasan penampang melintangnya, dan kalau ini dilakukan maka akan
diperoleh kurva tegangan regangan yang benar. Kurva demikian ditunjukkan
oleh garis putus-putus pada Gambar 2.8.

11

j. Persentase pertambahan panjang (elongation)


Persentase pertambahan panjang didefiniskan sebagai pertambahan
panjang setelah patah dibagi dengan panjang awal dan dikalikan dengan
seratus. Baik persentasi pengurangan luasan-penampang dan pertambahan
panjang merupakan ukuran keuletan atau ductility bahan.

k. Tegangan kerja (working stress)


Karakteristik-karakteristik kekuatan yang telah didiskusikan diatas
dapat digunakan untuk memilih tegangan kerja. Sering suatu tegangan
ditentukan hanya dengan membagi salah satu dari tegangan luluh atau
tegangan puncak dengan suatu bilangan yang disebut faktor keselamatan.
Pemilihan faktor keselamatan didasarkan pada keputusan perancang dan
berdasarkan pengalaman. Faktor keselamatan spesifik kadang-kadang
ditentukan dengan kode-kode rancangbangun.
Kurva

tegangan-regangan

non-linier

bahan

rapuh,

seperti

ditunjukkan Gambar 2.11, memberikan karakteristik beberapa ukuran


kekuatan yang lain yang tidak dapat ditunjukkan oleh kurva teganganregangan linier.
l. Kekuatan lelah (yield strength), sisa regangan
Ordinat pada kurva tegangan-regangan dimana bahan mengalami
perubahan bentuk atau deformasi yang tetap ketika pembebanan
dipindahkan disebut kekuatan atau tegangan lelah bahan. Perubahan bentuk
tetap disini biasanya diambil sekitar 0.0035 mm/mm. Pada Gambar 2.11
perubahan bentuk 1 ditunjukkan pada sumbu regangan dan garis OY
digambarkan sejajar dengan tangen awal kurva dari titik origin. Ordinat Y
menunjukkan kekuatan lelah bahan, disebut juga bukti tegangan (proof
stress).
m. Modulus tangen
Laju perubahan tegangan terhadap perubahan regangan disebut

12

modulus tangen bahan. Ini sebenarnya merupakan bentuk modulus sesaat


(instantaneous) dan dinyatakan dengan Et = d/d.
n. Koefisien ekspansi linier.
Koefisien ekspansi linier didefinisikan sebagai perubahan panjang per
unit panjang suatu batang lurus karena perubahan suhu sebesar 1 derajat dan
biasanya dinyatakan dengan . Nilai koefisien ini adalah independen
terhadap unit panjang tetapi tergantung pada skala suhu yang digunakan.
o. Rasio Poisson
Ketika suatu batang dikenai pembebanan tarik sederhana maka terjadi
penambahan panjang batang pada arah pembebanan, tetapi terjadi
pengurangan dimensi lateral tegaklurus terhadap pembebanan. Rasio
regangan pada arah lateral terhadap arah aksial didefinisikan sebagai rasio
Poisson (Poissons ratio). Dalam buku ini dilambangkan dengan . Pada
kebanyakan logam mempunyai nilai antara 0.25 sampai 0.35.
p. Bentuk Umum Hukum Hooke
Bentuk sederhana hukum Hooke telah diberikan untuk tarikan aksial
ketika pembebanan adalah sejajar dengan sumbu batang, biasa disebut
pembebanan satu arah, uniaksial. Disini hanya deformasi pada arah
pembebanan yang diperhatikan, dan diformulasikan dengan

Untuk kasus yang lebih umum suatu elemen bahan dikenai tiga
tegangan normal yang saling tegaklurus x, y, z, yang masing-masing
diikuti dengan regangan x, y, z. Dengan mempertimbangkan komponenkomponen regangan yang terjadi karena kontraksi lateral karena efek
Poisson pada regangan langsung maka kita peroleh pernyataan hukum
Hooke berikut:
x

1
x ( y z )
E

1
1
y ( x z ) z z ( x y )
E
E

13

q. Kekuatan spesifik
Kuantitas ini didefinisikan sebagai rasio tegangan maksimum terhadap
berat spesifik, yaitu berat per unit volume. Dengan demikian kita peroleh
satuan
N N
/
m
m2 m3

sehingga kekuatan spesifik bahan mempunyai satuan panjang.


Parameter ini sangat bermanfaat untuk perbandingan efisiensi bahan.
r. Modulus spesifik
Modulus spesifik didefinisikan sebagai perbandingan modulus Young
terhadap berat spesifik bahan. Kuantitas ini juga mempunyai satuan
panjang.
2.5

Hukum Hooke
Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang

ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas.
Besarnya gaya Hooke ini secara proporsional akan berbanding lurus dengan jarak
pergerakan pegas dari posisi normalnya. Hubungan linier antara pertambahan
panjang dan gaya aksial yang menyebabkan perambahan panjang, pertama kali
dinyatakan oleh Robert Hooke pada 1678 yang kemudian disebut Hukum Hooke.
Hukum ini menyatakan
E

dimana E menyatakan kemiringan (slope) garis lurus OP pada kurva-kurva


Gambar 2.8, 2.9, dan 2.10
2.6

Modulus Elastisitas
Kuantitas E, yaitu rasio unit tegangan terhadap unit regangan, adalah

modulus elastisitas bahan, atau, sering disebut Modulus Young. Nilai E untuk
berbagai bahan disajikan pada Tabel berikut.

14

Bahan

Aluminium

Berat

Modulus

Tegangan

Koefisien

spesifik

Young

maksimum

ekspansi

KN/m3
Gpa
kPa
10e-6/C
I. Metal dalam bentuk papan, batang atau blok
27
70-79
310-550
23

Rasio
Poisson
0.33

campuran

84

96-110

300-590

20

0.34

Kuningan

87

112-120

230-380

17

0.33

Tembaga

87

210

310-760

13

0.31

Nikel

77

195-210

550-1400

12

0.30

Baja

44

105-210

900-970

8-10

0.33

Titanium
campuran
II. Non-metal dalam bentuk papan, batang atau blok
24
25
24-81
11

Beton
Kaca
Aluminium
oksida

26
48-83
70
5-11
III. Bahan dengan filamen (diameter < 0.025 mm)
38
690-2410
1380025

Barium carbide

450

27600

345

6900

980

7000-20000

Kaca

22

Grafit
Boron epoksi

20000
IV. Bahan komposit (campuran)
19
210
1365

Kaca-S diperkuat

21

66.2

4.5

1900

epoksi
Table 2.1 Sifat-sifat bahan teknik pada 20C
Karena unit regangan merupakan bilangan tanpa dimensi (rasio dua
satuan panjang), maka E mempunyai satuan yang sama dengan tegangan yaitu
N/m2. Untuk banyak bahan-bahan teknik, modulus elastisitas dalam tekanan
mendekati sama dengan modulus elastisitas dalam tarikan. Perlu dicatat bahwa
perilaku bahan dibawah pembebanan yang akan kita diskusikan dalam buku ini
dibatasi hanya pada daerah kurva tegangan regangan.

15

0.23

2.7 Hubungan Tegangan dan Regangan (Hukum Hooke)


Pada kebanyakan bahan teknik terdapat hubungan antara tegangan dan
regangan. Untuk setiap peningkatan tegangan terjadi peningkatan regangan yang
sebanding,sebelum batas tegangan dicapai. Jika tegangan mencapai nilai batas,
hubungan regangan tidak lagi proporsional dengan tegangan. Hubungan
proporsional tegangan dan regangan awalnya dinyatakan oleh Robert Hooke pada
tahun 1678 dan menjadi hukurn Hooke. Pada bahan yang mengikuti hokum
Hooke, beban yang bekerja PA dan PB akan menyebabkan tegangan SA dan SB,
dan perbandingan dua nilai menjadi konstan, yaitu:
SA SB
=
B B
Konstanta ini sekarang dikenal sebagai modulus elastisitas atau modulus Young
(sesudah Thomas Young mendefinisikannya pada 1807). Modulus Young
dinotasikan dengan simbol E dan berlaku untuk tarik atau tekan, dinyatakan
dengan persamaan :
E=

tegangan S
=
regangan

Karena regangan adalah murni angka (tidak mempunyai satuan karena


perbandingan dengan dimensi panjang dengan panjang), maka modulus elastisitas
mempunyai satuan yang sama dengan tegangan, yaitu pascal (Pa) atau megapascal
(Mpa). Untuk umumnya bahan teknik dan alasanan praktis, modulus elastisitas
tekan sama dengan tarik. Pada baja atau bahan tangguh (ductile) lainnya, uji tarik
lebih mudah dilaksanakan daripada uji tekan sehingga modulus elastisitas yang
ada adalah untuk uji tarik. Uji tarik standard digunakan untuk menentukan
modulus elastisitas, sejauh batas tegangan dengan modulus elastisitas adalah
tepat. Nilai modulus elastisitas sangat penting untuk desain pada banyak bahan
keteknikan.

16

17

BAB 3
KESIMPULAN

1. Tegangan adalah resultan gaya dan arahnya yang bervariasi dari titik ke
titik lainnya.
2. Macam-macam tegangan dibagi sebagai berikut; tegangan normal,
tegangan tarik, tegangan tekan, tegangan geser, tegangan lengkung, dan
tegangan puntir.
3. Regangan adalah perbandingan antara perubahan panjang atau volume
dengan panjang atau volume awal
4. Kurva tegangan-regangan bergantung pada bahan itu sendiri.
5. Hal yang dapat diketahui dari kurva tegangan regangan antara lain.
Batas proposional, batas elastis, batas plastis, titik lelah, tegangan
maksimum, dan tegangan putus
6. Pertambahan panjang pegas akan sebanding dengan gaya yang bekerja
pada pegas.
7. Modulus Elastisitas adalah rasio unit tegangan terhadap unit regangan
8. Regangan geser adalah perbandingan antaram perubahann panjang
akibat tegangan geser per panjang awal.

Daftar Pustaka

Anomyous. 2010. Definisi dan Macam-macam Tegangan. http://funny-mytho.


blogspot.co.id/2010/12/definisi-dan-macam-macam-tegangan.html,
diakses tanggal 22 Oktober 2015
Wikipedia. 2013. Hukum Hooke. https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Hooke
diakses tanggal 22 Okttober 2015

Anda mungkin juga menyukai