Disusun oleh :
Ramadhan Putra
(03121405010)
Prastowo Nursubarjo
(03121405009)
Febry Wibowo
(03121405051)
M.Shendy Trias P.
(03121405053)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, karunia, dan rahmatnya, makalah ini dapat diselesaikan. Penulisan
makalah ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan yang lebih kepada
pembaca khususnya untuk mahasiswa yang sedang melakukan studi di bidang
perkuliahan teknik mesin tentang hubungan perawatan mesin dengan getaran yang
terjadi pada mesin. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak dari masa pencarian data sampai pada penyusunan makalah ini,
sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Karena itu penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang sudah membantu
selama proses pembuatan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR............................................................................................i
DAFATR ISI.............................................................................................................II
BAB 1
PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................1
1.2 Permasalahan.........................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................2
1.4 Manfaat..................................................................................2
BAB 2
ISI................................................................................................3
2.1 Pengertian Tegangan..............................................................3
2.2 Macam-macam Tegangan......................................................4
2.2.1 Tegangan Normal......................................................4
2.2.2 Tegangan Tarik..........................................................4
2.2.3 Tegangan Tekan.........................................................5
2.2.4 Tegangan Geser.........................................................6
2.2.5 Tegangan Lengkung..................................................7
2.2.6 Tegangan Puntir........................................................7
2.3 Regangan...............................................................................8
2.4 Kurva Tegangan-Regangan...................................................8
2.5 Hukum Hooke.......................................................................14
2.6 Modulus Elastis.....................................................................14
2.7 Hubungan Tegangan dan Regangan (Hukum Hooke)...........16
BAB 3
KESIMPULAN..........................................................................17
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian tegangan dan regangan
2. Memahami Kurva Tegangan Regangan
3. Memahami bunyi hukum hooke
4. Memahami modulus elastisitas serta regangan geser
1.4 Manfaat
1. kita dapat mengetahui konsep dasar tegangan regangan
2. kita dapat mengerti perbandingan kurva tegangan regangan
3. dapat mengetahui batas elastisitas tegangan dan regangan
4. dapat memahami perbedaan regangan geser dan tegangan geser.
BAB 2
ISI
2.1
Pengertian Tegangan
Hukum Newton pertama tentang aksi dan reaksi, bila sebuah balok
terletak di atas lantai, balok akan memberikan aksi pada lantai, demikian
pula sebaliknya lantai akan memberikan reaksi yang sama, sehingga benda
dalam keadaan setimbang. Gaya aksi sepusat (F) dan gaya reaksi (F) dari
bawah akan bekerja pada setiap penampang balok tersebut. Jika kita ambil
penampang A-A dari balok, gaya sepusat (F) yang arahnya ke bawah, dan
di bawah penampang bekerja gaya reaksinya (F) yang arahnya ke atas.
Pada bidang penampang tersebut, molekul-molekul di atas dan di
bawah bidang penampang A-A saling tekan menekan, maka setiap satuan
luas
penampang
menerima
beban
sebesar:
F/A.
Apabila
kita
2.2
Macam-macam Tegangan
Tegangan timbul akibat adanya tekanan, tarikan, bengkokan, dan reaksi.
Pada pembebanan tarik terjadi tegangan tarik, pada pembebanan tekan terjadi
tegangan tekan, begitu pula pada pembebanan yang lain.
2.2.1 Tegangan Normal
Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada benda.
Jika gaya dalam diukur dalam N, sedangkan luas penampang dalam m2, maka
satuan tegangan adalah N/m2 atau dyne/cm2.
F Fa
=
A A
gaya dalam
luas penampang
s=
Fmaksimum =
F N
( )
A m2
2
D
4
Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial F yang bekerja pada
penampang normal dengan jarak yang relatif kecil, maka pelengkungan benda
diabaikan. Untuk hal ini tegangan yang terjadi adalah Apabila pada konstruksi
mempunyai n buah paku keling, maka sesuai dengan persamaan dibawah ini
tegangan gesernya adalah
s=
s=
F
2
D
4
F
2
n D
4
Mb
Wb
Mb = momen lengkung
Wb = momen tahanan lengkung
2.2.6 Tegangan Puntir
Tegagan puntir sering terjadi pada poros roda gigi dan batang-batang torsi
pada mobil, juga saat melakukan pengeboran. Jadi, merupakan tegangan
trangensial.
Regangan
Ketika suatu material mengalami tegangan, maka material tersebut juga
akan mengalami perubahan panjang atau volume. Perubahan panjang atau volume
per panjang awal ini lah yang sering disebut regangan. Persamaan regangan dapat
ditulis sebagai berikut;
=
L
Lo
Jadi Perpanjangan per unit panjang disebut regangan normal, dinyatakan
P
A
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
O 1 O
Gambar 2.12
10
bahan.
g. Modulus kekenyalan, keuletan (modulus of resilence)
Kerja yang dilakukan suatu unit volume bahan, seperti misalnya gaya
tarikan yang dinaikkan secara bertahap dari nol sampai suatu nilai dimana
batas proporsional bahan dicapai, disebut sebagai batas kekenyalan. Ini
dapat dihitung sebagai luasan dibawah kurva tegangan regangan dari titik
origin sampai batas proporsional dan digambarkan dengan daerah yang
diarsir pada Gambar. 2.8. Satuan untuk kuantitas ini adalah N.m/m3. Dengan
demikian, modulus kekenyalan adalah kemampuan bahan menyerap energi
pada selang elastisnya.
h. Modulus kekerasan (modulus of toughness)
Kerja yang dilakukan suatu unit volume bahan, seperti misalnya gaya
tarikan yang dinaikkan dari nol sampai suatu nilai yang menyebabkan
keruntuhan didefinisikan sebagai modulus kekerasan. Ini dapat dihitung
sebagai luasan dibawah kurva tegangan-regangan dari origin sampai titik
keruntuhan. Kekerasan bahan adalah kemampuan untuk menyerap energi
pada selang plastis dari bahan.
i. Persentase pengurangan luasan-penampang
Penurunan luasan-penampang dari luasan awal pada bagian patah
dibagi dengan luasan awalnya dikalikan dengan seratus didefinisikan
sebagai persentase pengurangan luasan-penampang. Perlu dicatat bahwa
ketika gaya tarikan bekerja pada suatu batang, luas penampangnya
berkurang, tetapi perhitungan untuk tegangan normal biasanya dibuat pada
basis luasan awal. Kasus ini ditunjukkan pada Gambar 2.8. Ketika regangan
menjadi semakin besar maka sangat penting untuk memperhatikan nilai
luasan penampang melintangnya, dan kalau ini dilakukan maka akan
diperoleh kurva tegangan regangan yang benar. Kurva demikian ditunjukkan
oleh garis putus-putus pada Gambar 2.8.
11
tegangan-regangan
non-linier
bahan
rapuh,
seperti
12
Untuk kasus yang lebih umum suatu elemen bahan dikenai tiga
tegangan normal yang saling tegaklurus x, y, z, yang masing-masing
diikuti dengan regangan x, y, z. Dengan mempertimbangkan komponenkomponen regangan yang terjadi karena kontraksi lateral karena efek
Poisson pada regangan langsung maka kita peroleh pernyataan hukum
Hooke berikut:
x
1
x ( y z )
E
1
1
y ( x z ) z z ( x y )
E
E
13
q. Kekuatan spesifik
Kuantitas ini didefinisikan sebagai rasio tegangan maksimum terhadap
berat spesifik, yaitu berat per unit volume. Dengan demikian kita peroleh
satuan
N N
/
m
m2 m3
Hukum Hooke
Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang
ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas.
Besarnya gaya Hooke ini secara proporsional akan berbanding lurus dengan jarak
pergerakan pegas dari posisi normalnya. Hubungan linier antara pertambahan
panjang dan gaya aksial yang menyebabkan perambahan panjang, pertama kali
dinyatakan oleh Robert Hooke pada 1678 yang kemudian disebut Hukum Hooke.
Hukum ini menyatakan
E
Modulus Elastisitas
Kuantitas E, yaitu rasio unit tegangan terhadap unit regangan, adalah
modulus elastisitas bahan, atau, sering disebut Modulus Young. Nilai E untuk
berbagai bahan disajikan pada Tabel berikut.
14
Bahan
Aluminium
Berat
Modulus
Tegangan
Koefisien
spesifik
Young
maksimum
ekspansi
KN/m3
Gpa
kPa
10e-6/C
I. Metal dalam bentuk papan, batang atau blok
27
70-79
310-550
23
Rasio
Poisson
0.33
campuran
84
96-110
300-590
20
0.34
Kuningan
87
112-120
230-380
17
0.33
Tembaga
87
210
310-760
13
0.31
Nikel
77
195-210
550-1400
12
0.30
Baja
44
105-210
900-970
8-10
0.33
Titanium
campuran
II. Non-metal dalam bentuk papan, batang atau blok
24
25
24-81
11
Beton
Kaca
Aluminium
oksida
26
48-83
70
5-11
III. Bahan dengan filamen (diameter < 0.025 mm)
38
690-2410
1380025
Barium carbide
450
27600
345
6900
980
7000-20000
Kaca
22
Grafit
Boron epoksi
20000
IV. Bahan komposit (campuran)
19
210
1365
Kaca-S diperkuat
21
66.2
4.5
1900
epoksi
Table 2.1 Sifat-sifat bahan teknik pada 20C
Karena unit regangan merupakan bilangan tanpa dimensi (rasio dua
satuan panjang), maka E mempunyai satuan yang sama dengan tegangan yaitu
N/m2. Untuk banyak bahan-bahan teknik, modulus elastisitas dalam tekanan
mendekati sama dengan modulus elastisitas dalam tarikan. Perlu dicatat bahwa
perilaku bahan dibawah pembebanan yang akan kita diskusikan dalam buku ini
dibatasi hanya pada daerah kurva tegangan regangan.
15
0.23
tegangan S
=
regangan
16
17
BAB 3
KESIMPULAN
1. Tegangan adalah resultan gaya dan arahnya yang bervariasi dari titik ke
titik lainnya.
2. Macam-macam tegangan dibagi sebagai berikut; tegangan normal,
tegangan tarik, tegangan tekan, tegangan geser, tegangan lengkung, dan
tegangan puntir.
3. Regangan adalah perbandingan antara perubahan panjang atau volume
dengan panjang atau volume awal
4. Kurva tegangan-regangan bergantung pada bahan itu sendiri.
5. Hal yang dapat diketahui dari kurva tegangan regangan antara lain.
Batas proposional, batas elastis, batas plastis, titik lelah, tegangan
maksimum, dan tegangan putus
6. Pertambahan panjang pegas akan sebanding dengan gaya yang bekerja
pada pegas.
7. Modulus Elastisitas adalah rasio unit tegangan terhadap unit regangan
8. Regangan geser adalah perbandingan antaram perubahann panjang
akibat tegangan geser per panjang awal.
Daftar Pustaka