Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERKEMBANGAN EVALUASI PAI


“ Pengukuran Ranah Kognitif Pendidikan Agama Islam ”

Dosen Pengampu:
Dr. H. Mawardi Lubis, M.Pd
Disusun Oleh:
Reno supriyandi : NIM. 1911210165
Zaldi iwan saputra : NIM. 1911210157
Oktavia Muslimah : NIM. 1911210174

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada
baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran
yang benar yaitu agama Islam, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul " Pengukuran ranah kognitif Pendidikan Agama Islam " ini dengan lancar.

Makalah ini ditulis dari berbagai sumber yang berkaitan dengan agama islam
sertainfomasi dari media massa yang berhubungan dengan agama islam, tak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Pendidikan Agama Islam atas
bimbingan dan arahandalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Saya harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai implementasi iman
dan takwa dalam kehidupan modern, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini
masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Bengkulu, 28-April-2021

(Renosupriyandi)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian pengukuran dalam sekolah...........................................................6


B. Pengukuran ranah kognitif dalam PAI...........................................................7
C. Pengukuran ranah pengukuran afektif...........................................................10
D. Pengukuran ranah pemikiran psikomotorik...................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................15
B. Saran...............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan
yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi
sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam
sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom
yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik.

Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi
dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator
dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara
menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi
atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi
penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor).

Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin
dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom
dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu
harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang
melekat pada diri peserta didik, yaitu:

 Ranah proses berfikir (cognitive domain)


 Ranah nilai atau sikap (affective domain)
 Ranah keterampilan (psychomotor domain)

4
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah
yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana defenisi dari pengukuran dalam sekolah?
2. Bagaimana pengukuran ranah pengukuran kognitif dalam PAI ?
3. Bagaimana pengukuran ranah pengukuran afektif ?
4. Bagaimana pengukuran ranah pemikiran psikomotorik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengukuran.
2. Untuk mengetahui pengertian dan sistem pengukuran pada ranah kognitif
3. Untuk memahami pengertian dan sistem pengukuran pada ranah afektif
4. Memahami pengertian dan sistem pengukuran pada ranah kognitif

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pengukuran dalam sekolah

Pengukuran dalam sekolah , maksudnya yang di ukur itu adalah otak siswa
yang kita jumpai. Pengukuran ini Bertujuan untuk mengetahui evaluasi hasil belajar
Pendidikan Agama Islam (PAI). Melalui (penelitian perpustakaan) library research,
evaluasi diketahui dengan menggunakan pengukuran informasi dan informasi hasil
penilaian. Hasilnya diukur dengan memberikan skor (angka). Kemudian, skor
tersebut dinilai dan ditafsirkan oleh aturan tertentu untuk menentukan tingkat
kemampuan pribadi. Selain itu, hasil dari proses penilaian ini selanjutnya dievaluasi
untuk menentukan tingkat pencapaian pribadi atau terprogram.

Secara umum, ada dua teknik penilaian pendidikan, yaitu tes dan non-tes.
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan memanfaatkan sumber berupa data atau
dokumen, penelitian ini menggambarkan bagaimana persiapan instrumen berdasarkan
kognitif, afektif, dan psikomotor evaluasi domain.

Suatu set tes dan non-tes yang baik sebagai pengukur prestasi harus memiliki
kriteria; validitas, kepraktisan, kehandalan, dan ekonomi.

Selanjutnya, analisis tes yang sesuai pada evaluasi pembelajaran Pendidikan


Agama Islam (PAI) terdiri dari tingkat kesukaran soal atau indeks kesulitan, daya
pembeda, analisis pengecoh, analisis homogenitas item soal, dan efektivitas fungsi
opsi.

Istilah pengujian, pengukuran, penilaian, dan evaluasi kadangkadang


digunakan secara bergantian, namun sebagian besar pengguna membuat perbedaan di
antara empat istilah tersebut. Penilaian dan evaluasi lebih bersifat komprehensif yang

6
meliputi pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument)
pengukuran

Pengukuran lebih membatasi kepada gambaran yang bersifat kuantitatif


(angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta didik (learning progress), sedangkan
Penilaian dan evaluasi lebih bersifat kualitatif.

Penilaian dan evaluasi pada hakikatnya juga merupakan suatu proses


membuat keputusan tentang nilai suatu objek.

Pengukuran adalah proses pemberian bilangan atau angka pada objek-objek


atau sesuatu kejadian menurut aturan tertentu (Kerlinger, 1986), pengukuran terdiri
dari aturan aturan tertentu untuk memberikan angka atau bilangan kepada objek
dengan cara tertentu pula sehingga angka itu dapat mempresentasikan dalam bentuk
kuantitatif sifat-sifat dari objek tersebut (Purnomo dan Munadi, 2005: 265-266).
Menurut Allen dan Yen (1979: 2),

pengukuran didefinisikan sebagai penetapan suatu angka terhadap suatu


subjek dengan cara yang sistematik. Jadi pengukuran adalah memberi bentuk
kuantitatif pada subjek, objek atau kejadian dengan memperhatikan aturan-aturan
tertentu sehingga bentuk kuantitatif tersebut betul-betul menunjukkan keadaaan yang
sebenarnya yang diukur.

Pada hasil pengukuran yang berupa angka/skor, objek yang diukur berupa
pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai satu kesatuan yang utuh yang
menunjukkan kualitas perilaku belajar dari peserta didik. Subjek dalam hal ini
menunjuk pada peserta didik, objek menunjuk kepada domain hasil belajar, dan
kejadian ditunjukkan oleh kualitas perilaku belajar peserta didik

Adapun suatu prosedur untuk memberikan angka (biasanya disebut skor)


kepada suatu sifat atau karakteristik tertentu seseorang sedemikian sehingga
mempertahankan hubungan senyatanya antara seseorang dengan orang lain

7
sehubungan dengan sifat yang diukur. Untuk mengukur seseorang menurut batasan
tersebut di atas, perlu :

1. Mengidentifikasi orang yang hendak diukur itu;


2. Mengidentifikasi karakteristik (sifat-sifat khas) orang yang hendak diukur itu ;
dan
3. Menetapkan prosedur yang hendak dipakai untuk dapat memberikan angka-
angka pada karakteristik tersebut.1

B. Ranah pengukuran Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut
Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk
didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam
aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang
yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:

1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali


(recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-
rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk
menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses
berfikir yang paling rendah.

Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang


pengetahuan adalah dapat menghafal surat al-‘Ashar, menerjemahkan
dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi

1
Anas sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Pers, 2003)

8
pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama
Islam di sekolah.

2. Pemahaman (comprehension)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami


sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya
dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian
yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang
setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang


pemahaman ini misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Guru
Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna
kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‘Ashar secara lancar dan
jelas.

3. Penerapan (application)

Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau


menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi
yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses
berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.

Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan


misalnya: Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep
kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik
dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

9
4. Analisis (analysis)

Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan


suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan
mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-
faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah
setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.

Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan


baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa di rumah, di
sekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah
masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.

5. Sintesis (syntesis)

Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari


proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang
memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga
menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk
pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi
daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang
sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang
pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.

6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah


kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu
kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada
beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang
terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

10
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta
didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh
seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-
akibat negatif yang akan menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak
disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa
kwdisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang waji dilaksanakan dalam
sehari-hari.2

C. Pengukuran Ranah Afektif

Hingga dewasa ini, ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih
sulit untuk digarap secara operasional. David Krathwohl beserta para koleganya yang
adalah para pakar dengan reputasi akademik memadai pun mengeluh betapa sulit
mengembangkan kawasan afektif terutama jika dibandingkan dengan kawasan
kognitif. Kawasan afektif seringkali tumpang tindih dengan kawasan kognitif dan
psikomotorik. Teoretik kita bisa membedakannya, praktiknya tidak demikian.

Afek merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa
minat, sikap, motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya. Kita hanya dapat
“memotretnya” melalui perilaku wujud, apakah perkataan atau perbuatan.
Kemunculan perilaku ini bisa menunjukkan 3 kecenderungan atau “arah” (Anderson,
1981): positif, netral, atau negatif. Selain memiliki arah, afek juga memiliki
“intensitas”, artinya perilaku yang dinyatakan dalam tujuan atau kompetensi afektif
haruslah yang mempunyai kemungkinan tinggi (high probability behavior).
Pengukuran afek harus pula menyediakan pernyataan “kondisi” dalam kompetensi
atau tujuannya, yang menunjukkan terjadinya perilaku yaitu berupa sejumlah
preferensi atau pilihan yang disediakan bagi siswa. Siswa bebas memilih. Juga
mengandung pernyataan “kriteria”, apakah kriteria yang terkait dengan jumlah subjek
atau jumlah kegiatan/perilaku. Struktur ranah afektif sebagaimana dikembangkan

2
Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 1996)

11
Krathwohl et al (1964) cukup rumit. Artinya struktur afektif ini unsur-unsurnya
cukup kompleks.

Tidak semua karakteristik afektif harus dievaluasi di sekolah. Beberapa


karakteristik afektif yang perlu diperhatikan (diukur dan dinilai) terkait dengan mata
pelajaran PAI di sekolah adalah sikap, minat, konsep diri, dan nilai (Dikdasmen,
2003). Sikap berhubungan dengan intensitas perasaan positif atau negatif terhadap
suatu objek psikologik (misal kegiatan pembelajaran, atau mata pelajaran). Minat
berhubungan dengan keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek
psikologik, atau pilihan terhadap suatu kegiatan. Konsep diri berhubungan dengan
pernyataan sendiri tentang keadaan diri sendiri, tentang kemampuan diri terkait objek
psikologiknya. Nilai berhubungan dengan keyakinan seseorang tentang keadaan suatu
objek atau kegiatan. Teknik pengukuran afektif dapat dilakukan dengan berbagai
ragam misal:

1. Skala bertingkat (rating scale; suatu nilai yang berbentuk angka terhadap
suatu hasil pertimbangan).
2. Angket (questionaire; sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
siswa).
3. Swalapor (berupa sejumlah pernyataan yang menggambarkan respon diri
terhadap sesuatu).
4. Wawancara (interview; tanya jawab atau dialog untuk menggali informasi
terkait dengan afek tertentu).
5. Inventori bisa disebut juga sebagai interviu tertulis. Dilihat dari banyaknya
jajaran kalimat yang isinya hanya perlu di dijawab dengan tanda check,
inventori dapat disebut checklist (menandai), daftar atau inventarisasi
pribadi, dan lain-lain alat atau teknik nontes.

12
Secara rinci, dalam buku Kurikulum 2004 SMA Pedoman Khusus
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran PAI (2003) dijelaskan, terdapat
8 langkah dalam membuat instrumen sikap dan minat:

1. Memilih ranah (karakteristik) afektif yang akan dinilai, misal minat siswa
terhadap mata pelajaran PAI.
2. Menentukan indikator, misal indikator minat siswa terhadap mapel PAI
meliputi kehadiran di kelas, banyak bertanya, mengumpulkan tugas tepat
waktu.
3. Memilih tipe skala yang digunakan (metode dan tingkat skala
pengukuran).
4. Menelaah instrumen dengan teman sejawat (validasi, judgment).
5. Memperbaiki instrumen.
6. Menyiapkan inventori laporan diri.
7. Menentukan skor inventori.
8. Membuat hasil analisis inventori.3

D. Pengukuran Ranah Psikomotorik

Istilah psychomotor, psikomotor terkait dengan kata motor, sensory-motor,


atau perceptual-motor. Ranah psikomotor erat kaitannya dengan kerja otot yang
menjadi penggerak tubuh dan bagian-bagiannya, mulai dari gerak yang paling
sederhana seperti gerakan-gerakan dalam shalat sampai dengan gerakan-gerakan yang
kompleks seperti gerakan-gerakan dalam praktik manasik ibadah haji. Ada beda
makna antara skills (keterampilan) dan abilities (kemampuan). Keterampilan lebih
terkait dengan psikomotor, sedangkan kemampuan terkait dengan kognitif.

3
Drs. H. Dariyanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta PT. Rineka CIpta, cet. II 2001 Cet III 2005.

13
Pengukuran karakteristik (gerak) dalam ranah psikomotor dilakukan terhadap
proses maupun hasil belajar yang berupa tampilan perilaku atau kinerja. Dalam hal ini
kita bisa menggunakan kriteria atau prinsip-prinsip : kecermatan, inderawi, kreatif,
efektif. Menurut Antony J. Nitko (1994) untuk mengukur gerak motorik ada dua
pendekatan:

1. Pengamatan dan pengukuran pada saat proses berlangsung;


2. Pengamatan dan pengukuran pada hasil dari gerakan motorik. Pendekatan
pengukuran proses memerlukan kecermatan dan konsentrasi serta waktu
yang relatif lama. Sementara pengukuran dengan pendekatan hasil relatif
lebih mudah mengamatinya. Pengukuran karakteristik psikomotor yang
baik adalah menggunakan dua pendekatan tersebut.

Pengukuran karakteristik psikomotor dapat menggunakan beraneka model


instrumen, misal:

1. Checklist (menandai).
2. Identification Test (tes identifikasi)
3. Ranking (urutan).
4. Numerical Scales (skala angka).
5. Graphic Rating Scales (skala rating grafik).

Kesemua model ini menggunakan pendekatan observasi (pengamatan).


Pengamatan terhadap karakteristik psikomotor dilakukan dalam upaya untuk
menemukan kesesuaian teori (materi belajar yang pernah dipelajari) dan tampilan
atau kinerja yang dapat ditunjukkan oleh siswa.

Guru yang melakukan pengukuran karakteristik psikomotor siswa dengan


menggunakan tes tindakan perlu memahami 4 hal : kecepatan, kecermatan, gerak dan
waktu, serta ketahanan dan kemampuan fisik. Keempat hal ini masing-masing dapat
dijabarkan ke dalam 4 jenis tes yaitu : tes kecepatan, tes kecermatan, tes gerak dan
waktu, serta tes ketahanan dan kemampuan fisik.

14
Pengukuran karakteristik psikomotor dengan menggunakan tes tindakan perlu
ditempuh dengan serangkaian langkah sebagai berikut:

1. Identifikasi gerak motorik yang dikehendaki berdasarkan kompetensi


dasar yang relevan, untuk hal ini perlu dibuat kisi-kisi.
2. Tentukan apakah proses atau hasil yang hendak diukur.
3. Membuat butir-butir tes beserta kunci jawaban (poin-poin atau rambu-
rambu jawaban).
4. Tentukan skala pengukurannya, cara penskorannya.
5. Lakukan validasi isi tes.
6. Revisi berdasarkan hasil validasi.
7. Sebelum digunakan, sebaiknya diujicoba kemudian dianalisis.
8. Revisi berdasar hasil ujicoba dan analisis.
9. Hasil tes siap digunakan.4

4
Dr. Nana Sudjana dan Dr. Ibrahim MA (Penelitian dan penilaian pendidikan, Bandung, Sinar Baru,
1989

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatasRanah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan


mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan
berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.

Afek merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa
minat, sikap, motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya. Kita hanya dapat
“memotretnya” melalui perilaku wujud, apakah perkataan atau perbuatan.

Ranah psikomotor erat kaitannya dengan kerja otot yang menjadi penggerak
tubuh dan bagian-bagiannya, mulai dari gerak yang paling sederhana seperti gerakan-
gerakan dalam shalat sampai dengan gerakan-gerakan yang kompleks seperti
gerakan-gerakan dalam praktik manasik ibadah haji. Ada beda makna antara skills
(keterampilan) dan abilities (kemampuan). Keterampilan lebih terkait dengan
psikomotor, sedangkan kemampuan terkait dengan kognitif.

Hasil belajar ranah kognitif, psikomotor, dan afektif tidak dijumlahkan,


karena dimensi yang diukur berbeda. Masing-masing dilaporkan sendiri-sendiri dan
memiliki makna yang sama penting. Ada peserta didik yang memiliki kemampuan
kognitif tinggi, kemampuan psikomotor cukup, dan memiliki minat belajar yang
cukup. Namun ada peserta didik lain yang memiliki kemampuan kognitif cukup,
kemampuan psikomotor tinggi. Bila skor kemampuan kedua peserta didik ini
dijumlahkan, bisa terjadi skornya sama, sehingga kemampuan kedua orang ini
tampak sama walau sebenarnya karakteristik kemampuan mereka berbeda. Selain itu,

16
ada informasi penting yang hilang, yaitu karakteristik spesifik kemampuan masing-
masing individu.

B. Saran

Demikianlah pembahasan makalah mengenai pengukuran ranah afektif,


kognitif dan psikomotor dalam PAI, semoga dapat bermanfaat bagi rekan sekalian.
Pemakalah menyarankan agar rekan sekalian menambah wawasan dalam bidang
evaluasi pendidikan melalui liteatur lain.

Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun


penulisan ini jauh dari sempurna .Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok
kami, karna kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al
insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga
mengucapkan terima kasih atas dosen pembimbing mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran Bapak Dr. H. Mawardi Lubis, M.Pd. Yang telah memberi kami tugas
kelompok demi kebaikan diri kita sendiri dan untuk negara dan bangsa.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anas sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Pers, 2003)


Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara,
1996)
Drs. H. Dariyanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta PT. Rineka CIpta, cet. II 2001 Cet
III 2005.
Dr. Nana Sudjana dan Dr. Ibrahim MA (Penelitian dan penilaian pendidikan,
Bandung, Sinar Baru, 1989

18

Anda mungkin juga menyukai