Dosen Pengampu:
Dr. H. Mawardi Lubis, M.Pd
Disusun Oleh:
Reno supriyandi : NIM. 1911210165
Zaldi iwan saputra : NIM. 1911210157
Oktavia Muslimah : NIM. 1911210174
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada
baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran
yang benar yaitu agama Islam, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul " Pengukuran ranah kognitif Pendidikan Agama Islam " ini dengan lancar.
Makalah ini ditulis dari berbagai sumber yang berkaitan dengan agama islam
sertainfomasi dari media massa yang berhubungan dengan agama islam, tak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Pendidikan Agama Islam atas
bimbingan dan arahandalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Saya harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai implementasi iman
dan takwa dalam kehidupan modern, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini
masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Bengkulu, 28-April-2021
(Renosupriyandi)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan....................................................................................................15
B. Saran...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan
yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi
sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam
sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom
yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi
dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator
dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara
menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi
atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi
penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor).
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin
dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom
dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu
harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang
melekat pada diri peserta didik, yaitu:
4
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah
yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana defenisi dari pengukuran dalam sekolah?
2. Bagaimana pengukuran ranah pengukuran kognitif dalam PAI ?
3. Bagaimana pengukuran ranah pengukuran afektif ?
4. Bagaimana pengukuran ranah pemikiran psikomotorik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengukuran.
2. Untuk mengetahui pengertian dan sistem pengukuran pada ranah kognitif
3. Untuk memahami pengertian dan sistem pengukuran pada ranah afektif
4. Memahami pengertian dan sistem pengukuran pada ranah kognitif
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pengukuran dalam sekolah , maksudnya yang di ukur itu adalah otak siswa
yang kita jumpai. Pengukuran ini Bertujuan untuk mengetahui evaluasi hasil belajar
Pendidikan Agama Islam (PAI). Melalui (penelitian perpustakaan) library research,
evaluasi diketahui dengan menggunakan pengukuran informasi dan informasi hasil
penilaian. Hasilnya diukur dengan memberikan skor (angka). Kemudian, skor
tersebut dinilai dan ditafsirkan oleh aturan tertentu untuk menentukan tingkat
kemampuan pribadi. Selain itu, hasil dari proses penilaian ini selanjutnya dievaluasi
untuk menentukan tingkat pencapaian pribadi atau terprogram.
Secara umum, ada dua teknik penilaian pendidikan, yaitu tes dan non-tes.
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan memanfaatkan sumber berupa data atau
dokumen, penelitian ini menggambarkan bagaimana persiapan instrumen berdasarkan
kognitif, afektif, dan psikomotor evaluasi domain.
Suatu set tes dan non-tes yang baik sebagai pengukur prestasi harus memiliki
kriteria; validitas, kepraktisan, kehandalan, dan ekonomi.
6
meliputi pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument)
pengukuran
Pada hasil pengukuran yang berupa angka/skor, objek yang diukur berupa
pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai satu kesatuan yang utuh yang
menunjukkan kualitas perilaku belajar dari peserta didik. Subjek dalam hal ini
menunjuk pada peserta didik, objek menunjuk kepada domain hasil belajar, dan
kejadian ditunjukkan oleh kualitas perilaku belajar peserta didik
7
sehubungan dengan sifat yang diukur. Untuk mengukur seseorang menurut batasan
tersebut di atas, perlu :
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut
Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk
didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam
aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang
yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
1
Anas sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Pers, 2003)
8
pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama
Islam di sekolah.
2. Pemahaman (comprehension)
3. Penerapan (application)
9
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (syntesis)
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
10
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta
didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh
seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-
akibat negatif yang akan menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak
disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa
kwdisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang waji dilaksanakan dalam
sehari-hari.2
Hingga dewasa ini, ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih
sulit untuk digarap secara operasional. David Krathwohl beserta para koleganya yang
adalah para pakar dengan reputasi akademik memadai pun mengeluh betapa sulit
mengembangkan kawasan afektif terutama jika dibandingkan dengan kawasan
kognitif. Kawasan afektif seringkali tumpang tindih dengan kawasan kognitif dan
psikomotorik. Teoretik kita bisa membedakannya, praktiknya tidak demikian.
Afek merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa
minat, sikap, motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya. Kita hanya dapat
“memotretnya” melalui perilaku wujud, apakah perkataan atau perbuatan.
Kemunculan perilaku ini bisa menunjukkan 3 kecenderungan atau “arah” (Anderson,
1981): positif, netral, atau negatif. Selain memiliki arah, afek juga memiliki
“intensitas”, artinya perilaku yang dinyatakan dalam tujuan atau kompetensi afektif
haruslah yang mempunyai kemungkinan tinggi (high probability behavior).
Pengukuran afek harus pula menyediakan pernyataan “kondisi” dalam kompetensi
atau tujuannya, yang menunjukkan terjadinya perilaku yaitu berupa sejumlah
preferensi atau pilihan yang disediakan bagi siswa. Siswa bebas memilih. Juga
mengandung pernyataan “kriteria”, apakah kriteria yang terkait dengan jumlah subjek
atau jumlah kegiatan/perilaku. Struktur ranah afektif sebagaimana dikembangkan
2
Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 1996)
11
Krathwohl et al (1964) cukup rumit. Artinya struktur afektif ini unsur-unsurnya
cukup kompleks.
1. Skala bertingkat (rating scale; suatu nilai yang berbentuk angka terhadap
suatu hasil pertimbangan).
2. Angket (questionaire; sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
siswa).
3. Swalapor (berupa sejumlah pernyataan yang menggambarkan respon diri
terhadap sesuatu).
4. Wawancara (interview; tanya jawab atau dialog untuk menggali informasi
terkait dengan afek tertentu).
5. Inventori bisa disebut juga sebagai interviu tertulis. Dilihat dari banyaknya
jajaran kalimat yang isinya hanya perlu di dijawab dengan tanda check,
inventori dapat disebut checklist (menandai), daftar atau inventarisasi
pribadi, dan lain-lain alat atau teknik nontes.
12
Secara rinci, dalam buku Kurikulum 2004 SMA Pedoman Khusus
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran PAI (2003) dijelaskan, terdapat
8 langkah dalam membuat instrumen sikap dan minat:
1. Memilih ranah (karakteristik) afektif yang akan dinilai, misal minat siswa
terhadap mata pelajaran PAI.
2. Menentukan indikator, misal indikator minat siswa terhadap mapel PAI
meliputi kehadiran di kelas, banyak bertanya, mengumpulkan tugas tepat
waktu.
3. Memilih tipe skala yang digunakan (metode dan tingkat skala
pengukuran).
4. Menelaah instrumen dengan teman sejawat (validasi, judgment).
5. Memperbaiki instrumen.
6. Menyiapkan inventori laporan diri.
7. Menentukan skor inventori.
8. Membuat hasil analisis inventori.3
3
Drs. H. Dariyanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta PT. Rineka CIpta, cet. II 2001 Cet III 2005.
13
Pengukuran karakteristik (gerak) dalam ranah psikomotor dilakukan terhadap
proses maupun hasil belajar yang berupa tampilan perilaku atau kinerja. Dalam hal ini
kita bisa menggunakan kriteria atau prinsip-prinsip : kecermatan, inderawi, kreatif,
efektif. Menurut Antony J. Nitko (1994) untuk mengukur gerak motorik ada dua
pendekatan:
1. Checklist (menandai).
2. Identification Test (tes identifikasi)
3. Ranking (urutan).
4. Numerical Scales (skala angka).
5. Graphic Rating Scales (skala rating grafik).
14
Pengukuran karakteristik psikomotor dengan menggunakan tes tindakan perlu
ditempuh dengan serangkaian langkah sebagai berikut:
4
Dr. Nana Sudjana dan Dr. Ibrahim MA (Penelitian dan penilaian pendidikan, Bandung, Sinar Baru,
1989
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Afek merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa
minat, sikap, motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya. Kita hanya dapat
“memotretnya” melalui perilaku wujud, apakah perkataan atau perbuatan.
Ranah psikomotor erat kaitannya dengan kerja otot yang menjadi penggerak
tubuh dan bagian-bagiannya, mulai dari gerak yang paling sederhana seperti gerakan-
gerakan dalam shalat sampai dengan gerakan-gerakan yang kompleks seperti
gerakan-gerakan dalam praktik manasik ibadah haji. Ada beda makna antara skills
(keterampilan) dan abilities (kemampuan). Keterampilan lebih terkait dengan
psikomotor, sedangkan kemampuan terkait dengan kognitif.
16
ada informasi penting yang hilang, yaitu karakteristik spesifik kemampuan masing-
masing individu.
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18