Abstrak : Jurnal ini bertujuan untuk menganalisis peran dan pentingnya Pancasila sebagai
ideologi nasional dalam mencapai keselarasan antara tujuan negara dengan tujuan pendidikan
di Indonesia. Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memiliki peran yang sangat penting
dalam membentuk arah dan nilai-nilai pendidikan nasional. Dalam kajian ini, dilakukan
analisis filosofis terhadap tujuan pendidikan di Indonesia dengan menggunakan pendekatan
Pancasila. Penulis menjelaskan bagaimana nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam sila-
sila Pancasila dapat mengarahkan tujuan pendidikan yang sejalan dengan cita-cita bangsa.
Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih baik tentang pentingnya
Pancasila sebagai landasan ideologis dalam merumuskan tujuan pendidikan yang harmonis
dengan tujuan negara.
Abstract : This journal aims to analyze the role and importance of Pancasila as a national
ideology in achieving harmony between state goals and educational goals in Indonesia.
Pancasila, as the foundation of the Indonesian state, has a very important role in shaping the
direction and values of national education. In this study, a philosophical analysis of the goals
of education in Indonesia is carried out using the Pancasila approach. The author explains
how the Pancasila values contained in the Pancasila precepts can direct educational goals
that are in line with the ideals of the nation. The results of this analysis are expected to
provide better insight into the importance of Pancasila as an ideological foundation in
formulating educational goals that are aligned with state goals.
METODE
Metode yang digunakan untuk menyusun artikel ini adalah studi pustaka. Studi
pustaka, yaitu mengkaji sumber-sumber, baik itu buku, artikel, referensi yang berhubungan
dengan filsafat Pancasila dalam pendidikan di Indonesia untuk membentuk bangsa yang
memiliki karakter. Analisis riset sejenis juga dilakukan agar mendapatkan kesimpulan yang
sahih dan tepat.
Nilai-Nilai Pancasila
Nilai adalah gagasan atau konsep tentang apa yang dianggap penting oleh seseorang
dalam hidupnya. Nilainya bisa dalam dua rentang: kognitif dan afektif. Nilai adalah ide, bisa
disebut konsep atau abstraksi (Simon, 1986). Nilai adalah hal-hal yang terkandung dalam hati
nurani seseorang yang memberikan landasan tambahan dan prinsip-prinsip moral yang
merupakan ukuran keindahan dan efisiensi atau integritas hati nurani (potensial). Langkah
pertama dari "nilai" seperti gagasan seseorang, yang mewakili potensi utama seseorang. Nilai
tidak muncul di dunia pengalaman. Itu nyata dalam jiwa manusia. Dalam pernyataan lain,
Simon (1986) menekankan bahwa nilai sebenarnya berarti jawaban yang jujur tetapi benar
untuk pertanyaan "Apa yang Anda benar-benar inginkan".
Teori nilai termasuk dalam bidang estetika dan etika. Estetika bertujuan untuk
mengkaji dan membenarkan pemikiran orang tentang kecantikan atau apa yang
menyenangkan mereka. Misalnya, menanyakan atau menceritakan tentang rambut panjang,
anting laki-laki, nyanyian yang keras dan bentuk-bentuk yang serupa. Pada saat yang sama,
etika berusaha untuk memeriksa dan membenarkan aturan atau perilaku manusia. Pernyataan
etis sering dihasilkan dari pertanyaan yang membedakan antara benar dan salah, baik dan
buruk. Pada intinya, kajian etika adalah kajian moralitas, yaitu pemahaman langsung tentang
apa yang benar dan apa yang salah.
Sejak berdirinya negara, bangsa Indonesia telah bersatu untuk mempertahankan dan
menerima Pancasila sebagai sumber inspirasi, nilai dan moral bangsa. Konsensus bahwa
Pancasila sebagai panutan dalam pembangunan nilai dan moral bangsa merupakan konsensus
normatif, ilmiah dan filosofis. Secara epistemologis, masyarakat Indonesia meyakini bahwa
nilai dan moral yang muncul dari sila Pancasila merupakan hasil sublimasi dan kristalisasi
sistem nilai budaya dan agama bangsa yang kesemuanya bergerak secara vertikal, horizontal,
dan dinamis dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, bangsa dan negara Indonesia ingin
memahami, menghayati, membudayakan, dan mengamalkan Pancasila dalam rangka
menyelaraskan landasan filosofis-ideologis dengan wujud jati diri bangsa yang koheren
secara nyata dan aksiologis. Pekerjaan ini dikembangkan melalui jalur keluarga, komunitas
dan sekolah.
Pertimbangan filosofis yang dikembangkan oleh Notonegoro untuk mengkaji hakikat
nilai-nilai abstrak, nilai-nilai Pancasila, kemudian menjadi titik tolak implementasinya dalam
bentuk konsep praktis subjektif dan objektif. Praktek tersebut secara obyektif adalah praktek
negara atau bidang kehidupan bermasyarakat, deklarasi menjadi seperangkat peraturan yang
disusun secara hirarki berupa pasal-pasal konstitusi, peraturan MPR, undang-undang organik
dan peraturan pelaksanaan lainnya. Praktik subyektif adalah praktik individu, baik sebagai
individu maupun sebagai warga negara atau penguasa, yang perwujudannya berupa perilaku
dan sikap dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang bersumber dari hakikat Ketuhanan,
Kemanusiaan, Bangsa dan Keadilan diterjemahkan dalam etika Pancasila, bahwa sifat dan
keadaan bangsa Indonesia adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, manusia, kebangsaan,
kerakyatan dan keadilan sosial.
Kedua, pandangan tentang pendidikan nasional itu sendiri Secara filosofis, pendidikan
nasional dipandang sebagai pranata sosial yang selalu berinteraksi dengan pranata sosial
lainnya dalam masyarakat. Menurut John Dewey, filsafat pendidikan adalah pelatihan
keterampilan dasar dasar yang mempengaruhi baik daya pikir (intelektual) maupun daya rasa
(emosional) terhadap fitrah manusia, sehingga filsafat juga diartikan sebagai teori pendidikan
secara umum. Brubachen mengklaim bahwa filsafat pendidikan seperti meletakkan kendali
pada kuda dan filsafat dipandang sebagai bunga dan bukan satu-satunya akar pendidikan.
Filsafat pendidikan berdiri bebas dengan keunggulan memiliki kaitan dengan filsafat umum,
meskipun hubungan ini tidak penting, namun ada integrasi antara pandangan filsafat dan
filsafat pendidikan, karena filsafat sering diartikan sebagai teori pendidikan. secara umum
(Arifin, 1993).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang membantu mengembangkan
potensi dan kemampuan anak untuk memperoleh manfaat dari kehidupan sebagai individu
dan sebagai anggota masyarakat. Diyakini bahwa pendidikan memegang peranan penting
dalam keberhasilan tumbuh kembang anak. Berbagai pandangan atau teori tentang
perkembangan manusia dan hasil pendidikan dapat ditemukan dalam sejarah pendidikan
sebagai berikut.
a) Empirik bahwa hasil pendidikan dan perkembangan tergantung pada pengalaman
yang dimiliki peserta didik selama hidupnya. Pengalaman ini didasarkan pada
rangsangan yang tersedia di luar diri sendiri. John Locke menegaskan bahwa anak
yang lahir di dunia ini seperti kertas kosong atau meja yang dilapisi lilin (tabula rasa)
yang di atasnya tidak ada tulisan.
b) Nativisme, sebuah teori yang dikemukakan oleh Schopenhauer yang mengatakan
bahwa bayi dilahirkan dengan sifat baik dan buruk. Mengenai pendidikan, ia
berpendapat bahwa hasil pendidikan dan perkembangan ditentukan oleh sifat-sifat
yang diperoleh sejak lahir. Sekolah ini berpendapat bahwa pendidikan tidak dapat
mencapai tujuan yang diharapkan dari perkembangan siswa. Dengan kata lain, arus
nativisme adalah arus pesimisme dalam pendidikan. Berhasil atau tidaknya
perkembangan anak tergantung pada ukuran dan jenis karakternya.
c) Naturalisme yang dipelopori oleh J.J. Rousseau, mengklaim bahwa semua anak yang
baru lahir memiliki sifat baik dan tidak ada anak yang lahir dengan sifat buruk.
Sekolah ini mengklaim bahwa guru hanya memiliki tugas untuk membiarkan siswa
mengembangkan diri dan membiarkan alam (negativisme). Pendidikan tidak
diwajibkan, tetapi peserta didik diserahkan kepada kodratnya agar sifat-sifat baik
tidak dirusak oleh tangan manusia selama proses pendidikan.
d) Teori Konvergensi yang dikembangkan oleh William Stern berpendapat bahwa anak
dilahirkan dengan sifat baik dan buruk. Hasil pelatihan tergantung pada alam dan
lingkungan. Pendidikan adalah dukungan orang-orang di sekitar siswa untuk
mengembangkan sifat-sifat baik dan mencegah berkembangnya sifat-sifat buruk.
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memegang peranan yang sangat penting
dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa. Indonesia
adalah negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD 1945)
yang menetapkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
pendidikan sebagai satu sistem pendidikan nasional.
KESIMPULAN
Pancasila sebagai ideologi bangsa memiliki peran yang sangat penting dalam
mengarahkan tujuan pendidikan di Indonesia. Nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam
sila-sila mencerminkan aspirasi bangsa untuk mencapai kesejahteraan, keadilan sosial, dan
persatuan. Pancasila menjadi landasan ideologis yang mengarahkan sistem pendidikan
nasional untuk menciptakan manusia Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, dan memiliki
kebangsaan yang kuat.
Dalam upaya menjaga keselarasan antara tujuan negara dan tujuan pendidikan, peran
Pancasila sebagai pedoman moral dan etika sangat penting. Maka, perlu terus ditingkatkan
pemahaman, implementasi, dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam segala aspek
pendidikan, baik di tingkat kebijakan, lembaga pendidikan, maupun dalam proses
pembelajaran di kelas. Dengan demikian, Pancasila akan terus menjadi pemersatu dan
penggerak dalam mencapai tujuan negara dan tujuan pendidikan yang harmonis untuk masa
depan bangsa yang lebih baik.
Pancasila merupakan dasar pandangan hidup bangsa Indonesia yang terdiri dari lima
landasan yang isinya membentuk jati diri bangsa Indonesia. Aturan Pancasila
menggambarkan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi rakyat Indonesia secara
keseluruhan dan menyeluruh. Pancasila juga merupakan filsafat karena merupakan acuan
kognitif-intelektual cara berpikir suatu bangsa yang dapat diintegrasikan ke dalam sistem
filsafat yang kredibel dalam kegiatan ilmiah. Terbentuknya suatu bangsa secara otomatis
mengikuti ideologi bangsa yang dianutnya. Pancasila adalah dasar dan ideologi bangsa
Indonesia, yang berperan dalam kehidupan dan kehidupan bangsa Indonesia dan negara.
Filsafat berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran. Filsafat
pendidikan adalah refleksi yang mendalam, berbasis filosofis tentang pendidikan. Jika misi
Pancasila dikaitkan dengan sistem pendidikan dari sudut pandang filsafat pendidikan, maka
Pancasila adalah visi hidup yang hidup dalam kehidupan sehari-hari bangsa. Oleh karena itu,
sudah sewajarnya sistem pendidikan nasional Indonesia diresapi, berdasarkan dan
mencerminkan jati diri Pancasila. Pancasila merupakan falsafah yang menjadi pedoman
perilaku bangsa Indonesia sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Pendidikan karakter harus
dilandasi oleh nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Kita ingin mewujudkan manusia
Indonesia yang cerdas dan berakhlak mulia, mampu hidup secara individu dan
bermasyarakat, memenuhi hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik, serta
beriman dan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semuanya mengandung falsafah
pendidikan pancasila yang memiliki ciri yaitu terintegrasi, beretika dan religius.
PUSTAKA
Dahlan, M. H. Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2016.
Hadi, Sutrisno. Pendidikan Pancasila: Teori, Metode, dan Praktik. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2016.
Mulyasa, E. Pancasila dalam Pembelajaran: Menanamkan Nilai-nilai Pancasila dalam
Pendidikan Anak Bangsa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017.
Sardiman, A. M. Sardiman, A. M. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2018.
Setiadi, Budi. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka: Filosofi, Kebudayaan, dan Politik.
Yogyakarta: Media Pressindo, 2018.
Soedarsono, Darmanto. Pancasila: Dasar Negara, Ideologi, dan Filsafat. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2016.
Subarsono, A. K. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan: Konsep, Model, dan
Implementasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2018.
Supriadi, Deddy. Pancasila dalam Perspektif Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2017.
Wahid, Abdurrahman. Islam, Demokrasi, dan Keadilan Sosial: Pancasila sebagai
Paradigma. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2017.
Winarno, Budi. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Pancasila. Jakarta: Prenadamedia
Group, 2019.