Anda di halaman 1dari 6

Filsafat Pancasila Dalam

Pendidikan Indonesia Menuju


Bangsa Berkompeten

Filsafat Pancasila Dalam Pendidikan


Indonesia Menuju Bangsa Berkompeten

Abstrak

Filsafat Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, mengandung lima


prinsip utama yang meliputi Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Dalam konteks pendidikan, filsafat Pancasila dapat
diimplementasikan melalui beberapa cara, seperti pendidikan nilai, pembelajaran
berbasis kompetensi, pendidikan inklusif, pendidikan karakter, dan pendidikan
kewarganegaraan. Pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dapat
membantu membentuk siswa yang memiliki etika, moral, dan kesadaran sosial
yang tinggi. Pembelajaran berbasis kompetensi akan mempersiapkan siswa
dengan keterampilan intelektual dan sosial yang diperlukan dalam dunia kerja
dan kehidupan sehari-hari. Pendidikan inklusif akan memastikan akses
pendidikan yang adil dan setara bagi semua individu tanpa diskriminasi.
Pendidikan karakter akan membentuk generasi muda yang memiliki nilai-nilai
positif dan integritas yang kuat. Sedangkan pendidikan kewarganegaraan akan
mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang aktif, memiliki pemahaman
tentang demokrasi, dan terlibat dalam kehidupan sosial dan politik.
Implementasi filsafat Pancasila dalam pendidikan Indonesia diharapkan dapat
menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, beretika, dan berorientasi
pada pengembangan kompetensi siswa, serta membantu mencapai tujuan bangsa
yang berkompeten.

Pendahuluan

Pancasila, dengan lima prinsipnya, menjadi landasan dari cara hidup


masyarakat Indonesia dan mewakili identitas bangsa. Ia memainkan peran
penting dalam membimbing kehidupan masyarakat Indonesia dalam
membangun bangsa dan tata kelola negara. Penyertaan Pancasila sebagai
ideologi dan filsafat negara Indonesia erat kaitannya dengan pengaruh Bung
Karno (Soekarno). Diusulkan oleh Bung Karno pada sidang BPUPKI tanggal 1
Juni 1945, Pancasila dianggap sebagai dasar filosofis atau Weltanschauung
bagi Indonesia yang baru merdeka (Sutrisno, 2006). Ketika sebuah masyarakat
atau negara mengadopsi sebuah filsafat sebagai cara hidup, hal itu menjadi
prinsip panduan yang mendasar bagi semua aspek kehidupan, termasuk
pendidikan.

Pendidikan berfungsi sebagai mekanisme untuk menanamkan dan


menyampaikan nilai-nilai filsafat yang dianut. Pendidikan adalah lembaga yang
menyampaikan sistem norma dan perilaku berdasarkan landasan filosofis yang
dipegang oleh lembaga pendidikan dan para pendidik dalam suatu masyarakat.
Untuk memastikan pendidikan yang efektif dan prosesnya, diperlukan landasan
filosofis dan ilmiah sebagai prinsip normatif dan panduan pelaksanaan (Noor,
1988).

Pancasila, sebagai filsafat dan ideologi bagi bangsa Indonesia,


memberikan dasar untuk mengimplementasikan semua aspek kehidupan,
termasuk pendidikan, bagi rakyat Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi,
pendidikan di Indonesia adalah upaya sadar dan terencana untuk menciptakan
lingkungan belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
untuk aktif mengembangkan potensi kekuatan spiritual, kendali diri,
kepribadian, kecerdasan, karakter mulia, dan keterampilan yang diperlukan
bagi diri mereka sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu,
pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi dan karakter
peserta didik. Dalam konteks ini, prinsip-prinsip Pancasila mencerminkan
bagaimana pendidikan seharusnya dipahami dan diamalkan sesuai dengan
prinsip-prinsip Pancasila.

Karakter, yang didefinisikan oleh Pusat Bahasa Indonesia Kementerian


Pendidikan, meliputi berbagai aspek seperti sifat, hati, jiwa, kepribadian, tata
krama, perilaku, individualitas, disposisi, temperamen, dan sifat-sifat. Karakter
mengacu pada kumpulan sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan
(Musfiroh, 2008). Karakter berasal dari kata Yunani yang berarti "menandai"
atau melambangkan, dan menekankan penerapan nilai-nilai moral melalui
tindakan atau perilaku. Individu yang menunjukkan perilaku negatif seperti
ketidakjujuran, kekejaman, atau keserakahan dianggap memiliki karakter
buruk, sedangkan mereka yang sejalan dengan standar moral dianggap
memiliki karakter mulia.

Pancasila, sebagai sistem filosofis, dapat dipahami melalui pendekatan


ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Secara ontologis, Pancasila
didasarkan pada pemikiran tentang negara, bangsa, masyarakat, dan manusia.
Secara epistemologis, Pancasila bergantung pada pengetahuan dan struktur
logis internal serta implementasinya. Secara aksiologis, Pancasila berakar pada
hierarki, nilai-nilai, dan konsep etika. Dasar ontologis Pancasila sebagai sistem
filosofis dapat diinterpretasikan sebagai kebutuhan dukungan warga negara
terhadap eksistensi negara. Kualitas negara sangat bergantung pada kualitas
warganya, dan kualitas warga negara erat kaitannya dengan pendidikan.
Hubungan timbal balik ini menekankan bahwa landasan pendidikan harus
sejalan dengan landasan negara, yang mewakili hakikat bangsa..

Artikel Konseptual

Pancasila sebagai Landasan Filsafat Pendidikan


Pancasila, dengan lima prinsipnya yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, memiliki makna mendalam
dalam konteks pendidikan. Prinsip-prinsip tersebut mencerminkan nilai-nilai
moral, sosial, dan kebangsaan yang menjadi dasar bagi pembentukan karakter
individu dan masyarakat.

Pendidikan yang Berorientasi pada Pengembangan Potensi

Penerapan filsafat Pancasila dalam pendidikan Indonesia berfokus pada


pengembangan potensi peserta didik. Pancasila menekankan pentingnya
membangun karakter yang kuat, kepribadian yang mulia, dan keterampilan yang
dibutuhkan dalam kehidupan. Pendidikan yang berorientasi pada pengembangan
potensi melibatkan pendekatan holistik yang meliputi aspek spiritual, moral,
intelektual, emosional, dan fisik peserta didik. Dalam konteks ini, pendidikan
bertujuan untuk melahirkan individu yang mandiri, berdaya saing, dan
berkontribusi positif bagi masyarakat dan negara.

Pendidikan yang Menginternalisasi Nilai-nilai Pancasila

Sebagai landasan filosofis, nilai-nilai Pancasila harus diinternalisasi dalam


pendidikan. Pendidikan di Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila
dalam kurikulum, metode pengajaran, dan interaksi di dalam lingkungan belajar.
Peserta didik perlu diberikan pemahaman yang mendalam tentang makna dan
signifikansi nilai-nilai Pancasila serta bagaimana menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila, peserta
didik akan terbentuk menjadi individu yang berintegritas, memiliki rasa
tanggung jawab, dan mampu hidup dalam keragaman.

Pendidikan yang Berbasis Karakter

Salah satu aspek penting dalam penerapan filsafat Pancasila dalam pendidikan
adalah pembentukan karakter yang kuat. Pendidikan yang berbasis karakter
bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi individu yang memiliki nilai-
nilai moral yang tinggi, sikap positif, serta kemampuan menghadapi tantangan
dan konflik dalam kehidupan. Karakter yang baik, seperti jujur, disiplin,
tanggung jawab, dan toleransi, akan menjadi landasan yang kuat dalam
mengembangkan kompetensi peserta didik di berbagai bidang.

Pendidikan yang Mengembangkan Kompetensi

Penerapan filsafat Pancasila dalam pendidikan juga menekankan pentingnya


mengembangkan kompetensi peserta didik. Pendidikan di Indonesia harus
memberikan pemahaman dan keterampilan yang relevan dengan tuntutan zaman.
Kompetensi yang diperlukan meliputi kemampuan berpikir kritis, kreativitas,
komunikasi efektif, kemampuan beradaptasi, dan kolaborasi. Dengan
mengembangkan kompetensi ini, peserta didik akan siap menghadapi tantangan
dunia kerja dan berkontribusi secara aktif dalam pembangunan bangsa.

Penutup

Filsafat Pancasila memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan


Indonesia dalam menciptakan bangsa yang berkompeten. Penerapan nilai-nilai
Pancasila dalam pendidikan membantu membentuk karakter yang kuat,
menginternalisasi nilai-nilai moral dan kebangsaan, serta mengembangkan
kompetensi peserta didik. Melalui pendekatan ini, pendidikan di Indonesia dapat
menghasilkan individu yang berintegritas, berdaya saing, dan berkontribusi
positif bagi masyarakat dan negara. Penting bagi semua pihak terkait, baik
pemerintah, lembaga pendidikan, maupun masyarakat, untuk berkomitmen
dalam menerapkan filsafat Pancasila dalam sistem pendidikan guna mencapai
tujuan tersebut.

Refrensi

[1] Semadi, Y. P. (2019). Filsafat Pancasila Dalam Pendidikan Di Indonesia


Menuju Bangsa Berkarakter. Jurnal Filsafat Indonesia, 2(2), 82-89.
[2] Safitri, R. (2021). Konsep Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. OSF
Preprints, 1-18.

[3] Mudhofir, A. (1996). Pancasila Sebagai Sistem Kefilsafatan. Jurnal Filsafat,


1(1), 9-13.

Anda mungkin juga menyukai