Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
Pancasila merupakan pandangan hidup bagi bangsa Indonesia, di mana setiap nilai
Pancasila menjadi tekad bagi para pahlawan untuk bersatu dalam mengusir penjajah,
meskipun Indonesia mungkin kalah jika dilihat dari segi senjata. Saat ini, kemenangan
Indonesia terbukti karena nilai-nilai Pancasila diimplementasikan dengan baik,
memungkinkan bersatunya kekuatan untuk melawan penjajah. Pancasila juga menjadi
ideologi negara Indonesia karena masyarakat pada masa itu menyadari kekuatan besar yang
dimiliki oleh nilai-nilai Pancasila dan kesesuaiannya dengan karakteristik budaya
Indonesia. Kesadaran masyarakat terhadap kekuatan Pancasila terbentuk karena nilai-nilai
tersebut sejalan dengan kebudayaan, adat istiadat, dan nilai religius yang ada dalam
masyarakat Indonesia. Penjajah pun berusaha untuk menggulingkan Pancasila dari
posisinya, karena mereka menyadari bahwa nilai-nilai Pancasila merupakan tameng yang
kuat dan dapat membimbing bangsa Indonesia menuju kemajuan jika diimplementasikan
dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila pada hakikatnya didasarkan pada Undang – Undang Dasar 1945, serta
bersandar pada hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri, sebagaimana
termanifestasi dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ini bertujuan
menciptakan manusia yang berbudaya dan beradab. Dalam upaya melakukan reformasi di
segala bidang, Indonesia seharusnya mengadopsi sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai
budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, yakni nilai Pancasila yang menjadi landasan
normatif untuk meningkatkan humanisasi, terutama dalam ranah sosial budaya. Dengan
demikian, diharapkan manusia mampu mengembangkan sistem sosial budaya yang
beradab. Berlandaskan sila Persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya perlu
dikembangkan dengan menghormati nilai-nilai sosial dan keberagaman budaya di seluruh
wilayah nusantara, dengan tujuan mencapai rasa persatuan sebagai bangsa. Pengakuan serta
penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa sangat
penting agar mereka merasa diakui dan diterima sebagai warga bangsa. Dengan demikian,
pembangunan sosial budaya diharapkan tidak menyebabkan kesenjangan, kecemburuan,
diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.
Pancasila memberikan pengajaran mengenai nilai-nilai dasar, termasuk nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Ini berarti bahwa nilai-nilai Pancasila
melekat dalam kehidupan setiap individu. Pancasila dianggap sebagai paradigma, yang
berarti bahwa Pancasila berfungsi sebagai sistem nilai referensi, kerangka berpikir, dan
pola berpikir; atau dengan kata lain, sebagai sistem nilai yang menjadi dasar, metode, dan
tujuan bagi mereka yang mengakui nilainya. Penggunaan istilah paradigma tidak hanya
terbatas pada ilmu pengetahuan, tetapi juga merambah ke bidang politik, hukum, sosial,
dan ekonomi. Kemajuan ilmu pengetahuan berkembang pesat seiring dengan
perkembangan zaman, sejalan dengan pola pikir masyarakat yang cenderung menghargai
hal-hal yang dinamis. Semakin banyak penemuan atau riset yang dilakukan oleh manusia,
tidak menutup kemungkinan adanya kelemahan di dalamnya. Oleh karena itu, apa pun yang
dihasilkan atau ditemukan dari penelitian tersebut sebaiknya didasarkan pada nilai-nilai
yang menjadi standar kesetaraan dalam kehidupan bersama, berbangsa, dan bernegara. Sila
Pancasila menjadi acuan utama, dan dengan mengikuti nilai-nilai Pancasila, segala upaya
manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan diharapkan dapat memberikan manfaat
yang besar untuk mencapai tujuan dalam kehidupan bersama, kebangsaan, dan negara
Indonesia, khususnya dalam melaksanakan pembangunan nasional, reformasi, dan
pendidikan.
PEMBAHASAN
Pancasila, yang secara harfiah berarti "lima prinsip," merupakan dasar dan falsafah
negara bagi Republik Indonesia. Konsep ini terwujud dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 dan menjelma menjadi landasan moral, politik, dan sosial bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Pancasila bukan hanya sekadar
seperangkat prinsip politik, melainkan juga mencakup nilai-nilai moral, budaya, dan spiritual
yang menggambarkan identitas dan karakter bangsa Indonesia. Sila pertama dari Pancasila
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ini mendasarkan kehidupan berbangsa dan bernegara
pada pengakuan terhadap adanya Tuhan sebagai sumber moral dan spiritual. Meskipun
Indonesia memiliki keberagaman agama, sila ini menekankan pentingnya keberadaan Tuhan
sebagai perekat dan pendorong untuk menciptakan masyarakat yang bermoral dan beretika.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menjadi sila kedua Pancasila. Prinsip ini mencerminkan
nilai-nilai hak asasi manusia, keadilan sosial, dan perkembangan budaya yang bermartabat.
Dalam konteks ini, masyarakat Indonesia diingatkan untuk menghormati hak asasi manusia,
membangun keadilan sosial, dan mengembangkan budaya yang mencerminkan kedewasaan
dan keberadaban. Persatuan Indonesia, sebagai sila ketiga, menekankan pentingnya persatuan
dan kesatuan di tengah keberagaman suku, agama, ras, dan golongan. Ini menandakan bahwa
meskipun Indonesia kaya akan keberagaman, persatuan tetap menjadi kunci keberlanjutan dan
kekuatan bangsa. Sila ini juga mengajarkan pentingnya menghargai dan memelihara kerukunan
antarwarga negara. Sila keempat adalah Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Prinsip ini menegaskan pentingnya
demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang melibatkan partisipasi rakyat dalam pengambilan
keputusan. Melalui perwakilan, rakyat memiliki kesempatan untuk berkontribusi dalam
pembentukan kebijakan dan keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka. Sila kelima,
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menekankan pada pemerataan dan keadilan
dalam distribusi kekayaan, pendidikan, dan peluang. Pancasila menegaskan perlunya
menciptakan masyarakat yang adil, di mana kesempatan dan hak setiap individu dihormati dan
dijaga. Pancasila juga dapat dipandang sebagai paradigma atau kerangka acuan dalam berpikir
dan bertindak. Sebagai paradigma, Pancasila memberikan arah, landasan, dan pedoman bagi
setiap warga negara Indonesia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pancasila juga
mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang memiliki kekayaan budaya, toleransi, dan
semangat gotong-royong. Adapun pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
Indonesia juga diharapkan bersandar pada nilai-nilai Pancasila. Pancasila memberikan
pandangan holistik terhadap pembangunan ilmu pengetahuan, di mana aspek moral, etika, dan
keberlanjutan menjadi pertimbangan utama dalam penelitian dan inovasi. Selain itu, Pancasila
memainkan peran penting dalam konteks pendidikan. Sebagai landasan moral, Pancasila
membimbing pengembangan karakter peserta didik, menanamkan nilai-nilai kebangsaan, dan
membangun rasa cinta tanah air. Melalui pendidikan, generasi muda diharapkan dapat
memahami, menghargai, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks sosial budaya, Pancasila menjadi dasar bagi pengembangan nilai-nilai kearifan
lokal yang sejalan dengan prinsip-prinsip nasional. Dengan demikian, Pancasila membawa
kesinambungan antara nilai-nilai global dan lokal, menciptakan harmoni dalam keberagaman
budaya Indonesia. Pancasila juga memiliki peran signifikan dalam arena politik dan hukum.
Sebagai panduan moral, Pancasila membimbing pembentukan kebijakan publik dan regulasi
yang mengedepankan kepentingan rakyat. Dalam sistem hukum, Pancasila menjadi dasar dan
sumber norma yang mencerminkan keadilan dan kebenaran. Dalam keseluruhan, Pancasila
bukan hanya sekadar konsep teoretis, melainkan juga sebuah kerangka nilai yang mengalir
dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, memahami dan
menginternalisasi Pancasila menjadi kewajiban setiap warga negara Indonesia untuk mencapai
tujuan bersama dalam membangun bangsa yang berkeadilan, bermartabat, dan bermoral.
Pancasila, yang secara harfiah berarti "lima prinsip," merupakan dasar dan falsafah
negara bagi Republik Indonesia. Konsep ini terwujud dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 dan menjelma menjadi landasan moral, politik, dan sosial bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Pancasila bukan hanya sekadar
seperangkat prinsip politik, melainkan juga mencakup nilai-nilai moral, budaya, dan spiritual
yang menggambarkan identitas dan karakter bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai acuan,
kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir atau jelasnya sebagaisistem nilai yang dijadikan
kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah dan tujuan bagi yang
menyandangnya. Istilah paradigma berasal dari bahasa Latin, yakni paradeigma yang merujuk
pada pola. Thomas Khun pertama kali memperkenalkan istilah paradigma dalam karyanya
yang monumental, Struktur Revolusi Ilmu Pengetahuan. Khun mengartikan paradigma sebagai
sudut pandang mendasar terhadap subjek pokok. Konsep utama yang diusung oleh Khun adalah
memberikan alternatif baru sebagai respons terhadap asumsi yang umumnya diterima oleh
ilmuwan mengenai perkembangan ilmu pengetahuan, yang biasanya dianggap terjadi secara
akumulatif. Pandangan tersebut dianggap Khun sebagai mitos yang perlu dihilangkan.
Sebaliknya, Khun berpendapat bahwa ilmu pengetahuan berkembang melalui revolusi, bukan
secara akumulatif. Dalam pengertian revolusi, Khun menjelaskan bahwa kemajuan ilmu
pengetahuan akan terjadi melalui pergantian paradigma. Paradigma yang lama diganti, baik
secara menyeluruh maupun Sebagian, dengan paradigma baru.
Tindakan ini dilakukan karena Pancasila bukan hanya menjadi dasar negara, tetapi juga
merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia yang memuat nilai-nilai tinggi sesuai dengan
konteks sosial dan budaya bangsa tersebut. Pancasila mencerminkan hasil perjuangan dan
kesepakatan bersama bangsa Indonesia, mencitrakan aspirasi dan tujuan nasional. Penerapan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional terlihat dalam berbagai sektor seperti
ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan. Paradigma nasional
menjadi dasar utama dalam upaya mencapai tujuan nasional melalui pelaksanaan
pembangunan nasional. Paradigma nasional Indonesia terdiri dari beberapa elemen, seperti
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional.
Sejatinya, kesungguhan dalam menjalankan keempat fondasi paradigma nasional tersebut
menjadi jaminan keberhasilan pencapaian tujuan nasional bangsa, termasuk dalam sektor
kesehatan yang menjadi komponen kunci untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
umum. Paradigma nasional juga berfungsi sebagai acuan untuk menilai apakah kondisi
kesehatan masyarakat Indonesia sudah sesuai dengan tujuan nasional atau belum.
2.4 Pengertian Sosial Budaya
Manusia adalah makhluk sosial, di mana manusia itu senang bergaul dan berinteraksi
dengan manusia lain di dalam kehidupan bermasyarakatnya, maupun berinteraksi dengan
lingkungannya. Hidup di masyarakat merupakan manifestasi bakat sosial individu, namun
apabila tidak dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, maka individu yang sesungguhnya berbakat
hidup sosial di dalam masyarakat dan lingkungannya akan mengalami kesulitan apabila suatu
kelak akan berada di tengah-tengah kehidupan sosialnya. Sosial merupakan rangkaian norma,
moral, nilai dan aturan yang bersumber dari kebudayaan suatu masyarakat atau komuniti yang
digunakan sebagai acuan dalam berhubungan antar manusia yang bersifat abstrak dan berisikan
simbol-simbol yang berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan dan berfungsi untuk
mengatur tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota suatu
masyarakat.
Sosial mengacu kepada hubungan antar individu, antarmasyarakat, dan individu dengan
masyarakat. Unsur sosial ini merupakan aspek individu secara alami, artinya telah ada sejak
manusia dilahirkan ke dunia ini. Karena itu aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu
dikembangkan dalam hidup agar menjadi matang. Sosial budaya terdiri dari dua kata yaitu
sosial dan budaya. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI) milik W.J.S
Poerwadarminta, arti kata sosial ialah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau
kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum. Sedangkan
budaya berasal dari kata bodhya yang artinya akal budi. Budaya juga diartikan sebagai segala
hal yang dibuat manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung cinta dan
rasa. Sehingga sosial budaya adalah sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan
manusia dengan pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat.
Pengertian sosial budaya menurut para ahli, Andreas Eppink, Sosial budaya atau
kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang
menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut. Sedangkan menurut James P. Spradley,
Kebudayaan sebagai suatu sistem ide atau gagasan, sistem itu berfungsi sebagai pedoman dan
penuntun masyarakat untuk bersikap dan berperilaku. Terciptanya sebuah kebudayaan bukan
hanya dari buah pikir dan budi manusia, tetapi juga dikarenakan adanya interaksi antara
manusia dengan alam sekitarnya. Sebuah dialektika terjadi di sini, sebab kebudayaan itu ada
karena diciptakan oleh manusia, dan manusia hidup di antara kebudayaan yang diciptakannya
sendiri. Oleh karenanya kebudayaan akan terus ada jika manusia pun ada. Definisi sosial
budaya pun dapat berkembang dan tercipta karena adanya kaitan erat antara kebudayaan dan
sosial itu sendiri. Perubahan kebudayaan bisa saja terjadi akibat adanya perubahan sosial dalam
masyarakat, begitu pula hal yang sebaliknya pun dapat terjadi.
Pancasila, sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia, memiliki peran
yang sangat sentral dalam membimbing dan menentukan arah pembangunan sosial budaya di
negara ini. Konsep Pancasila bukan hanya bersifat politik, melainkan juga mencakup nilai-nilai
moral, budaya, dan spiritual yang membentuk identitas dan karakteristik bangsa. Dalam
konteks ini, Pancasila dianggap sebagai paradigma pembangunan sosial budaya yang
mencerminkan prinsip-prinsip dasar untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan di berbagai
aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam pengembangan sosial budaya pada masa
reformasi ini, kita harus mengangkat nilai – nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar
nilai, yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri. Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik
karena memang pancasila bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal
ini sebagaimana tertuang dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu,
pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu
menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Pembangunan sosial budaya yang
menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan
dengan cita-cita menjadi manusia adil dan beradab.
Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu meningkatkan
derajat kemanusiaannya. Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari tingkat homo
menjadi human. Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan
atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam di seluruh
wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Perlu ada
pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa
Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa. Dengan
demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan,
diskriminasi, dan ketidakadilan sosial. Paradigma-baru dalam pembangunan nasional berupa
paradigma pembangunan berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya perlu
diselenggarakan dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti yang terlibat, di samping
hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan hak asasi individu secara berimbang.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nilai-nilai inti Pancasila seperti keadilan sosial, solidaritas, dan gotong royong dapat
menjadi pedoman yang kuat untuk memandu pembangunan sosial budaya di Indonesia.
Dengan mempertimbangkan Pancasila sebagai landasan filosofis, masyarakat dapat
membangun kerangka yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menciptakan keselarasan
kehidupan sosial dan budaya. Dalam proses pengembangan bidang sosial budaya, penerapan
nilai-nilai Pancasila dapat mendorong berkembangnya program-program yang memperkuat
solidaritas sosial, melindungi hak asasi manusia, dan meningkatkan kekayaan keanekaragaman
budaya Indonesia. Dengan menjadikan Pancasila sebagai paradigma pembangunan di bidang
sosial budaya, Indonesia dapat mewujudkan masyarakat yang adil, harmonis, dan kompetitif
berdasarkan prinsip kebhinekaan dan persatuan. Hal ini akan membantu membangun identitas
nasional yang kuat dan memperkuat posisi Indonesia secara global sebagai bangsa yang
menghormati dan menjaga keberagaman budaya serta memajukan kesejahteraan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Nabila, S., Rahma, S., & Larosa, S. Z. (2023). Pancasila Sebagai Paradigma
Pembangunan Nasional. Jurnal Kewarganegaraan, 7(2), 2230-2238.