Anda di halaman 1dari 20

Metodologi Tafsir oleh Kajian Barat Ignaz Goldziher, Hans Jansen, dan

J.M.S Baljon

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Barat Atas Al-Qur’an)

Dosen Pengampu: Hj. Ibanah Suhrowardiyah Shiam Mubarokah, S., Th.I., M.A.

Disusun oleh:

1. Nurul Hasanah (212104010018)


2. Maslah Datil Ben (212104010039)
3. Maula Nabila Mahrus (212104010012)
4. Zulfa Rohmawati (222104010039)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS


USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM KIAI
HAJI ACHMAD SIDDIQ

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan Rahmat dan HidayahNya,
kamidapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Metodologi Tafsir oleh Kajian Barat Ignaz
Goldziher, Hans Jansen, dan J.M.S Baljon”. Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Kajian Barat Atas Al-Qur’an.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Hj. Ibanah Suhrowardiyah Shiam
Mubarokah, S., Th.I., M.A. Selaku dosen pengampu mata kuliah Kajian Barat Atas Al-Qur’an.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa khususnya kelas Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir 2 yang juga telah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung
dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa banyak kekurangan dan kesalahan dalam segi penulisan maupun
segi bahasa dalam penyusun makalah ini. Dengan adanya kekurangan tersebut kami
mengharapkan kritik dan saran untuk kami dalam menyempurnakan makalah ini. Dan semoga
makalah yang kami susun dapat memberikan wawasan yang lebih baik lagi.

Jember, 26 Februari 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

Contents
BAB 1.........................................................................................................................................................4
Pendahuluan............................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan.....................................................................................................................4
BAB 2...........................................................................................................................................................5
Pembahasan.............................................................................................................................................5
A. Biografi Tokoh............................................................................................................................5
1. Ignaz Goldziher...........................................................................................................................5
B. Pemikiran orientalis terhadap tafsir.............................................................................................8
D. Sikap Terhadap Orientalisme.....................................................................................................13
BAB 3.......................................................................................................................................................15
Penutup..................................................................................................................................................15

3
BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Ilmu Tafsir merupakan sebuah upaya untuk memahami dan menjelaskan makna
dari ayat-ayat Al-Qur’an. Dinamika kegiatan penafsiran terus mengalami perkembangan
dari zaman ke zaman. Banyak sekali para pakar tafsir dari berbagai arah, berusaha
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Begitu pula dengan orang barat, diantara mereka
banyak sekali yang mempelajari ilmu dunia timur tentang bahasanya, sastranya,
peradabannya dan agamanya. Ilmu ini disebut dengan Orientalisme. Berbicara mengenai
Orientalisme, memang masih menjadi topic yang cukup hangat. Dalam Islam sendiri
masih muncul banyak pertanyaan dan keraguan terhadapnya. Ditambah lagi anjuran sikap
tabayyun terhadap orientalisme mulai dari tokoh hingga buah pemikirannya.
Namun, kita harus memberi apresiasi kepeda tokoh orientalisme. Karena, mereka
yang terlahir di wilayah barat, tumbuh dan besar di barat dengan sudi telah mempelajari
kehidupan dan seluk beluk dunia timur. Banyak kaum orientalisme yang memiliki latar
belakang nonIslam, tanpa meninggalkan agama yang mereka yakini, mereka mampu
memahami perihal agama Islam. Pada makalah ini, kami akan membahas tokoh
orientalisme yakni Ignaz Goldziher, Hans Jansen dan J.M.S Baljon, pemikiran tokoh
tersebut dan pandangan ulama’tentang ketiga tokoh tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagimana biografi Ignaz Goldziher, Hans Jansen dan J.M.S Baljon?
2. Bagaimana pemikiran Ignaz Goldziher, Hans Jansen dan J.M.S Baljon?
3. Bagimana pandangan ulama’ terhadap Ignaz Goldziher, Hans Jansen dan J.M.S
Baljon?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui biografi Ignaz Goldziher, Hans Jansen dan J.M.S Baljon
2. Mengetahui pemikiran Ignaz Goldziher, Hans Jansen dan J.M.S Baljon

4
3. Mengetahui pandangan ulama’ terhadap Ignaz Goldziher, Hans Jansen dan J.M.S
Baljon

5
BAB 2
Pembahasan

A. Biografi Tokoh

1. Ignaz Goldziher
Ignaz Goldziher merupakan seorang tokoh orientalis berkebangsaan Hungaria,
yang lahir pada tanggal 22 juni 1850. Ia merupakan tokoh orientalis yang pandai dan
cakap dalam mengkritik kajian keIslaman. Karena keberanian Ignaz Goldziher tersebut,
generasi para orientalis selanjutnya merasa terinspirasi dengannya. Sehingga pada bidang
keIslaman, karyanya menjadi rujukan utama dan buku induk oleh para orientalis1.
Sejak usia 5 tahun Ignaz Goldziher sudah terlatih menalaah kitab-kitab klasik
seperti kitab Hebrew (Kitab perjanjian lama agama Yahudi). Pada Usia 8 tahun Ignaz
Goldziher mempelajari kitab Talmud (Catatan tentang diskusi para rabi yang berkaitan
dengan hukum Yahudi, etika, kebiasaan dan sejarah) 2, dan pada usia 12 tahun Ignaz
Goldziher telah menerbitkan sebuah karya yang berjudul The Origins and Classificatio of
the Hebrew Prayer. Pada usia 18-20 tahun, Ignaz Goldziher melanjutkan fokus kajiannya
dalam bahasa Arab dan Yahudi di kota Berlin, Jerman. Ia berguru pada Friedrich
Dieterich dan Emil Reduger.3 Di kota tersebut Ignaz Goldziher mengalihkan kajiannya
pada persoalan yang berhubungan dengan sejarah antara agama yahudi dan agama Islam.
Ia berguru kepada braham Geiger dan Moritz Steinschneider.
Selama 1 tahun Ignaz Goldziher belajar di kota berlin, kemudian pada tahun 1869
ia pindah di Universitas Leipzig. Salah satu guru besar yang mengajar di Universitas
tersebut adalah Fleisser, yang merupakan tokoh Orientalis dan termasuk pakar ilmu
Filologi. Pada tahun 1870 Ignaz Goldziher memperoleh gelar Doktor dengan judul
disertasi “Penafsir Taurat yang Berasal dari Tokoh Yahudi Abad Tengah”.
Setelah memperoleh gelar Doktoral tingkat pertama, Ignaz Goldziher kembali ke
kota asalnya yakni Budapest, Hungaria. Disana ia ditunjuk sebagai asisten guru besar di

1
Ecky Syahrullah, “KRITIK ATAS KRITIK IGNAZ GOLDZIHER TENTANG QIRĀ’ĀT,” AL ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur’an 3,
no. 2 (August 19, 2017): 122, https://doi.org/10.47454/itqan.v3i2.674.
2
“Talmud,” n.d., https://id.m.wikipedia.org/wiki/Talmud#:~:text=Talmud%20(bahasa%20Ibrani%3A%20%D7%AA
%D7%9C%D7%9E%D7%95%D7%93),%2C%20etika%2C%20kebiasaan%20dan%20sejarah.
3
Ecky Syahrullah, “KRITIK ATAS KRITIK IGNAZ GOLDZIHER TENTANG QIRĀ’ĀT,” 112.

6
universitas Budapest pada tahun 1872. Akan tetapi tidak berselang lama, Ignaz Goldziher
diutus oleh kementrian Ilmu Pengetahuan untuk meneruskan pendidikannya di Wina dan
Leiden. Pada tahun 1873-1874 ia pindah ke Kairo kemudian dilanjutkan menuju Suriah
dan Palestina.
Selama menetap di Kairo, ia bertukar kajian dengan para ulama’ di Universitas
Al-Azhar. Kemudian, Ignaz Goldziher dikenalkan dengan Dor Boy (Edouard Dor)
seorang pejabat Inspektur Jendral Madrasah pada masa Khodive ismail di Mesir 4. Dor
Bey memperkenalkan Ignaz Goldziher kepada Riyad Pasha, seorang menteri Pendidikan
Mesir. Ignaz Goldziher memperkenalkan dirinya sebagai Ignaz al-Maghyar (Ignaz dari
Hungaria) dan mengaku dirinya adalah Muslim. Usaha yang dilakukan Ignaz Goldziher
dengan maksud agar bisa belajar di Universitas al-Azhar. Kegigihan dan semangat
akhirnya Ignaz Goldziher menjadi murid beberapa masyayikh al-Azhar seperti, Syaikh
al-Asmawī, Syaikh Mahfudz al-Maghribī, Syaikh Sakka dan beberapa Syaikh al-Azhar
lainnya.
2. Hans Jansen
Hans Jansen memiliki nama asli Johannes Juliaan “Hans” Hansen, lahir pada
tanggal 17 November 1942 di Amsterdam, Belanda. Ia merupakan seorang politikus dan
sarjana Islam kontemporer Belanda. Orangtuanya merupakan anggota gereja reformasi
ortodoks. Hans Jansen memulai pendidikannya dengan mempelajari Teologi, akan tetapi
beralih ke Bahasa Arab dan Semiotik. Kemudian Ia lulus dan mendapat gelar Doktor di
bidang Bahasa Arab dari Universitas Leiden, Belanda pada tahun 1972.
Lulus dari Universitas Leiden, Hans Jansen bekerja di Mesir sebagai Direktrur
Dutch Institute di Kairo5. Sekembalinya ke Belanda, ia menjadi asisten professor di
Universitas Leiden dan Groningen. Kemudian, pada tahun 2003-2008 ia diangkat sebagai
professor pemikiran Islam Kontemporer di Universitas Utrecht6. Hans Jansen juga

4
Cucu Setiawati, Kajian Orientalis Ignaz Goldziher tentang Hadis dan Sunnah, Joernal Of Qur’an And Hadith
Studies, Vol.7 No.2, (July – December 2018), 154.
5
Mahfudhin, “J.J.G. Jansen: Tafir Klasik Tak Punya Nilai Substansial Di Era Modern,” n.d.,
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi2-
OjoqcWEAxX6R2wGHc4PAZ0QFnoECCIQAQ&url=https%3A%2F%2Fibtimes.id%2Fj-j-g-jansen-tafir-klasik-tak-punya-
nilai-substansial-di-era-modern%2F&usg=AOvVaw0pEpEJQtlbC5O-vlgfqsyy&opi=89978449.
6
Riza Muhammad, Nalar Kritis Tafsir Reformatif Muhammad Abduh Perspektif Johannes Juliaan Gijsbert
Jansen”Hans Jansen”, Hal.8.

7
diangkat menjadi Dewan Penasehat Nasional untuk pembangunan, serta aktif dengan
kegiatan social bersama Palang Merah.
Kemudian Hans Jansen menikah dengan Eefje van Santen putri dari seorang
politikus komunis yang bernama Joop van Santen. Pernikahan antara Hans Jansen dengan
Eefje Van Santen tidak bertahan lama. Kemudian ia menikah dengan istri keduanya dan
dikaruniai 3 anak. Pada tanggal 5 Mei 2015, tepat di umurnya yang ke 72 tahun ia
menghembuskan nafas terakhirnya, ia terkena gangguan pada jaringan otak.
3. J.M.S Baljon
J.M.S Baljon memiliki nama lengkap Johannes Marinus Simon Baljon. Lahir
pada tanggal 13 Januari 1836 di Rotterdam. Ayahnya bernama Simon Albertus yang
merupakan seorang Akuntan. J.M.S Baljon memulai pendidikannya di kampng
halamannya sendiri. Kemudian, pada tanggal 23 September 1879 ia menempuh
pendidikan di Uiversitas Utrecht, Belanda. Ia mendapat gelar Doktor pada tanggal 14 Mei
1884 dengan judul disertasi “De tekst der brieven van Paulus aan de Romeinen,
Corinthiërs en Galaten als voorwerp van de conjecturaalcritiek beschouwd”. Atau Teks
surat-surat Paulus kepada jemaat di Roma, Korintus dan Galatia, sebagai subjek yang
dianggap kritik yang dituduhkan)7.
Pada tahun 1884 J.M.S Baljon menjadi seorang pendeta di Nederhermert,
Belanda. Kemudian, pada tahun 1888 dalam penugasan yang sama ia ditempatkan di
Almelo. Pada tahun 1895, ia menjabat sebagai guru besar Ensiklopedia teologi, Sastra
Kristen dan Eksegesis (menjelaskan suatu kata, kalimat, paragraf, atau keseluruhan kitab
dengan memimpin keluar pengertian sebenarnya (seperti yang dimaksudkan si penulis)
dari suatu teks8.)
Pada tahun 1904 J.M.S Baljon diangkat sebagai rektor di Universitas Utrecht.
Selain itu ia juga diangkat sebagai Ksatria Singa Belanda yang merupakan sebuah
penghargaan bagi orang terkemuka di Belanda, seperti jenderal, menteri, wali kota,
professor, dan ilmuwan.

7
Mahfudhin, “J.M.S Baljon: Tafsir Al-Qur’an Harus Bisa Digiring Ke Corak Epistemologis Zaman,” n.d.,
https://ibtimes.id/j-m-s-baljon-tafsir-al-quran-harus-bisa-digiring-ke-corak-epistemologis-zaman/.
8
Iwan Setiawan Tarigan, “Eksegesis Dan Penelitian Teologis,” n.d., 86,
http://e-journal.iakntarutung.ac.id/index.php/cultivation.

8
B. Pemikiran orientalis terhadap tafsir
1. Ignaz Goldziher
Al-Quran merupakan salah satu target utama kajian orientalis barat dalam
menghancurkan islam. Ignaz Goldziher merupakan seorang orientalis yang dalam
mengkaji al-Quran dan penafsirannya banyak diacu oleh orientalis setelahnya. 9 Ignaz
Goldziher dalam mengkaji islam memiliki tujuan mencermarkan aqidah islam dan
meragukan al-Quran. Ignaz Goldziher mengatakan bahwa islam merupakan agama
serapan dari agama lain, selanjutnya diolah menjadi sebuah cerita sejarah. Di lihat dari
latar belakang Ignaz Goldziher yang lahir dari keluarga yahuni. Islam menurut Ignaz
Goldziher lebih cenderung dekat pada agama yahudi (yudaisme). 10 Ignaz Goldziher
dalam meragunakan al-Quran menulis buku yang diterjemahkan dalam bahasa arab
berarti Madzhahib Tafsir al-Islami. Buku Madzhahib Tafsir al-Islami Ignaz Goldziher
mengatakan bahwa “kitab keluaran merupakan sumber kalimat-kalimat Al-Quran” yang
artinya ajaran dari al-Quran bersumber dari kitab samawi. 11 Pada salat diawali dengan
berdiri kemudian takbir dan bacaannya, menurut Ignaz Goldziher salat memiliki
persamaan dengan agama Kristen seperti sujud, sujud dan wudhu. Zakat merupakan amal
sukarela, kemudian islam meresmikannya secara formal.12
Ignaz Goldziher mengatakan “Tidak ada kitab perundang-undangan (tasyri’) yang
diakui oleh kelompok keagamaan dengan pengakuan teologis bahwa ia dalah teks yang
diturunkan atau diwahyukan, dimana pada masa awal peredaran (transmisi)-nya, teks
tersebut datang dalam bentuk yang kacau dan tidak pasti sebagaimana yang kkita
temukan dalam al-quran.” Terkait al-quran terdapat perbedaan dalam bacaan (qiraat) dan
penafsirannya memiliki ketidak konsistenan.13 Perbedaan bacaan atau qiraat menurut
Ignaz Goldziher terjadi akibat tidak adanya titik dalam al-Quran, sehingga pembaca
memiliki kewenangan sesuai keinginannya. Perbedaan qiraat ini menimbulkan dan
kekacauan al-Quran, serta tidak konsisten dalam penulisan al-Quran14
9
Nazar Fadli, “ORIENTALISTS AND THEIR STUDY OF THE QUR’AN,” Jurnal Ilmiah Teunuleh 1, no. 2 (28 Desember
2020): 85, https://doi.org/10.51612/teunuleh.v1i2.25.
10
“kajian-orientalis-thd-al-quran-hadis.pdf,” t.t., 66.
11
“MENYOAL KRITIK IGNAZ GOLDZIHER TERHADAP AL-QUR’AN DALAM KITAB MAZHAHIB AL-TAFSIR AL-ISLAMI,”
t.t., 135.
12
Fadli, “ORIENTALISTS AND THEIR STUDY OF THE QUR’AN,” 86.
13
“MENYOAL KRITIK IGNAZ GOLDZIHER TERHADAP AL-QUR’AN DALAM KITAB MAZHAHIB AL-TAFSIR AL-ISLAMI,”
t.t., 136-137.
14
Fadli, “ORIENTALISTS AND THEIR STUDY OF THE QUR’AN,” 87.

9
Ignaz Goldziher dalam pandangannya terhadap al-Quran bersifat polemis dan
skeptis. Namun Ignaz Goldziher berjasa dalam memetakan kegiatan penafsiran yang
dilakukan oleh mufasir. Ignaz Goldziher membagi 5 mahzab tafsir dalam islam yakni
tradisionalis, dogmatis, mistik, sectarian dan modern, tiga mahzab pertama sejalan
dengan tipologi keilmuan umat islam yaitu tafsir bil riwayah, tafsir bil dirayah,
interpretasi dua isyarah. Sedangkan sktarian dan modernis merupakan tambahan dari
tipologi keilmuan islam.15
a. Tafsir bil riwayah/ bil ma’tsur
Bil ma’tsur, Ignaz Goldhizer membatasi penafsiran hanya pada masa nabi dan
sahabat. Banyaknya perbedaan bacaan pada masa ini, menurut Ignaz Goldziher hal ini
terjadi sebab usaha yang dilakukan mufasir untuk menjaga dan melestarikan al-
Quran. Selanjutnya memiliki implikasi yang sangat jauh dalam memahami dan
memaknai al-Quran.
b. Tafsir bil diryah/ bil ra’yi
Bil ra’yi meliputi aliran akidah (teologis), tasawuf, dan politik keagamaan (sekte
keagamaan). Pada masa ini hanyak berkutat pada permasalahan teologi yakni masih
berpegang pada riwayat nabi Muhammad SAW, namun generasi ini mengalami
perpecahan yakini penyimpangan dari riwayat dan naql. Perpecahan ini pertama kali
terjadi oleh sekelompok kaum satu mahzab (mu’tazilah).
c. Tafsir era kebangkitan islam
Pada masa perkembangan keilmuan islam muncul lah pemikiran-pemikiran baru. Hal
ini menurut pandangan Ignaz Goldziher, penafsiran al-Quran mengikuti tradisi
keilmuan yang beragam dan mengabaikan tujuan dasar islam untuk kemajuan rasional
dan kemajuan sosial, terkecuali tradisi keilmuan tersebut disebabkan karena adanya
pengaruh keagamaan yang keliru. Ini artinya pemikiran baru ini dengan melihat
bagaimana interaksi al-Quran seiring dengan perkembangan zaman. Beberapa tokoh
yang memiliki pemikiran baru seperti Ahmad Khan, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan
Muhammad Abduh.16
2. J.M.S Baljon

15
Fadli, 85–86.
16
Muhammad, “Mazhab Tafsir Ignaz Goldziher,” t.t., https://www.scribd.com/document/65558799/Mazhab-
Tafsir-Ignaz-Goldziher.

10
Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat, menuntun para mufasir untuk
menyesuaikan tafsirannya dengan zaman. Dalam buku Tafsir Quran Muslim Modern
karya J.M.S Baljon bertujuan untuk membuktikan bahwa tafsir quran sudah jauh lebih
modern dan J.M.S Baljon termotivasi pada buku Ignaz Goldziher yang berjudul Der
Islamiche Modernimus Und Seine Koranuslegung.17 Islam pada abad ke-19 dan abad ke-
20 mengalami kemunduran, sedangkan pada masa itu karekteristik barat yang progresif
dan islam yang statement. Hal ini menurut J.M.S Baljon merupakan bukan suatu
ketidakwajaran. Islam seharusnya mampu memberikan perubahan signifikan terhadap
peradabannya.
Dalam buku J.M.S Baljon, ia berpendapat bahwa orang yang pertama kali
menafsirkan al-Quran modern adalah Ahmad Khan. J.M.S Baljon mengatakan“in the
expose’s of the commentary it is clear that the writer wobbles between past and present,
and strives to keep the best elements of both and to bring about a harmonious synthesis
between the range of thought of ulama and modernists. On the one hand nowhere does he
try to modernize certain koranic instruction which to all appearance have lost their
rasion d’etre in modern life neither is he glorifying reason and desiring to represent
islam as the most rational religion in the world.”18 Ini artinya dengan adanya tafsir quran
modern masyarakat india mampu menampilkan agama yang rasional. Selain memperoleh
keberadaan islam, tasir quran modern ini juga memberikan realitas yang ada.
3. Hans Jansen
Menafsirkan al-Quran berhubungan dengan latar belakang penulis dan pemikiran
penulisnya. Maka diperlukan pemetaan tafsir, sebab modernisasi pemikiran islam yang
terus berkembang. Hans Jansen kemudian memilih mesir sebab Muhammad Abduh
merupakan pembaharu renovasi dalam kajian al-Quran. Alasan lainnya sebab ada seorang
wanita mufasir pertama. Awal kajian al-Quran Hans Jansen pada mufasir Muhammad
Abduh. Tafsir Muhammad Abduh menurut Hans Jansen adalah suatu yang orisinil dan
memiliki pembaharuan didalamnya. pemetaan tafsir menurut Hans Jansen terbagi
menjadi 3 yakni:

17
“kajian-orientalis-thd-al-quran-hadis.pdf,” t.t., 72.
18
J. M. S. Baljon, “A Modern Urdu Tafsir,” Die Welt des Islams 2, no. 2 (1952): 10,
https://doi.org/10.2307/1569042.

11
a. Tafsir al-ilmi, yakni penafsiran al-Quran dengan mengadopsi ilmu pengatahuan
modern
b. Tafsir lughawi, yakni tafsir yang diperuntukan untuk memahami al-Quran
c. Tafsir Adabi al-ijtima’I, yakni tafsir berdasarkan keadaan sosial masyarakat 19
C. Pandangan Ulama’ Terhadap Ignaz Goldziher, Hans Jansen dan J.M.S Baljon
1. Kritik terhadap pemikiran Ignaz Goldzhier
Ignaz goldzhier berpendapat bahwa Al-Qur’an dan Qiraat lahir dari teks.
Goldzhier memiliki pemahaman demikian karena adanya adopsi studi kritik bible yang ia
terapkan pada alquran sehingga ia beranggapan bahwa Al-Qur’an sama dengan bible
yakni lahir dari teks. Selain itu Goldzhier mengatakan bahwa para ulama yang menyusun
ilmu qiraat tidak berdasarkan isnad yang benar-benar diteliti. Menurutnya perbedaan
qiraat dalam Al-Qur’an bersumber dari karakteristik penulisan bahasa arab kuno yang
tidak mempunyai titik dan harakat sehingga berakibat pada bacaan yang tidak sama.
Goldzhier juga mengatakan bahwa ada kekacauan dalam Alqur’an.
a) Pandangan M. Musthafa A’zami
A’zami membantah pendapat goldzhier yang mengatakan bahwa alqur’an dan qiraat
lahir dari teks dengan memberi pemahaman bahwa antara teks Alqur’an dan proses
pembacaannya serta pewahyuannya adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, dan
ilmu qiraat yang benar diperkenalkan oleh Rasullah saw sendiri. A’zami juga
berpendapat bahwa keragaman bacaan sangat diperlukan agar memudahkan orang
yang tidak bisa berdialog bahasa arab quraishi. Menurutnya, dialog yang digunakan
rasulullah saw semasa di Mekkah mulai sirna ketika beliau berada di madinah. Dengan
meluasnya islam pada suku bangsa dan dialog yang baru mengakibatkan bahasa kaum
quraish sulit dipertahankan.
b) Pandangan Al-Qadi
Dalam karyanya alqiraat fi nazr al-muqtashirin wa al-mulhidin, Al-qadi
mengatakan bahwa pendapat Goldzhier tidak memberikan pengaruh pada variasi
bacaan yang telah ada semenjak dahulu dan juga telah diyakini mutawatir oleh
ulama muslim. Alqadi juga mengkritik pemahaman Goldzhier yang mengatakan

19
Abu Bakar Abu Bakar, “PEMIKIRAN TAFSÎR MESIR MODERN J.J.G JANSEN (Telaah atas Karya J.J.G.Jansen The
Interpretation of The Koran in Modern Egypt),” AL-IHKAM: Jurnal Hukum & Pranata Sosial 6, no. 1 (31 Agustus
2013): 4–5, https://doi.org/10.19105/al-lhkam.v6i1.297.

12
bahwa terdapat kekacauan dalam alqur’an. Alqadi mengatakan bahwa sangat
mustahil jika didalam alqur’an ada kekacauan.
2. Kritik terhadap pemikiran J.M.S. Baljon:
a) Fokus pada aspek historis dan filologis:
 Baljon dikritik karena terlalu fokus pada aspek historis dan filologis dalam
menafsirkan Al-Qur'an. Hal ini dikhawatirkan dapat menggeser fokus dari makna
teologis dan spiritual ayat-ayat Al-Qur'an.
 Baljon juga dianggap kurang memperhatikan tradisi tafsir Islam klasik. Hal ini
dikhawatirkan dapat menghasilkan tafsir yang tidak kontekstual dan tidak sesuai
dengan tradisi Islam.
b) Pandangan yang terlalu kritis terhadap Islam
 Baljon dikritik karena dianggap terlalu kritis terhadap Islam dan sering
menyamakannya dengan agama-agama lain. Hal ini dikhawatirkan dapat
menimbulkan bias dalam penelitiannya tentang Islam.
 Baljon juga dianggap kurang memahami kompleksitas Islam dan sering membuat
generalisasi yang tidak akurat.

c) Pengaruh pemikirannya
 Pemikiran Baljon dianggap memiliki pengaruh besar pada orientalis Barat
lainnya, yang kemudian menghasilkan tafsir Al-Qur'an yang bias dan tidak
objektif.
 Pemikiran Baljon juga dianggap berkontribusi pada munculnya gerakan modernis
Islam yang ingin mereformasi tradisi tafsir Islam klasik.
Selain kritikan-kritikan di atas, berikut beberapa kritikan lain yang perlu
dipertimbangkan:
1. Asumsi Baljon tentang superioritas Barat:
Baljon dikritik karena terkesan berasumsi bahwa budaya dan pemikiran Barat
superior dibandingkan dengan budaya dan pemikiran Islam. Hal ini dikhawatirkan
dapat memunculkan bias dan etnosentrisme dalam penelitiannya.
2. Kurangnya dialog dengan Muslim:

13
Baljon dikritik karena kurang melakukan dialog dengan Muslim dalam penelitiannya
tentang Islam. Hal ini dikhawatirkan dapat menghasilkan tafsir yang tidak sensitif
terhadap konteks dan pengalaman Muslim.
3. Kritik terhadap pemikiran Hans Jansen
a) Fokus pada pemikiran Islam kritis:
Jensen dikritik karena terlalu fokus pada pemikiran Islam kritis dan kurang
memperhatikan aliran-aliran Islam lainnya, seperti sufisme dan mistisisme. Hal ini
dikhawatirkan dapat memberikan gambaran yang tidak seimbang tentang Islam.
b) Pendekatan yang kritis:
Jensen dikritik karena sering menggunakan pendekatan yang kritis terhadap Islam,
yang dianggap bias dan tidak objektif. Hal ini dikhawatirkan dapat menimbulkan
prasangka dan stereotip negatif tentang Islam.
c) Kurangnya pemahaman konteks:
Jensen dikritik karena kurang memahami konteks sosial dan politik di mana
pemikiran Islam berkembang. Hal ini dikhawatirkan dapat menghasilkan analisis
yang tidak akurat dan menyesatkan.
d) Generalisasi yang berlebihan:
Jensen dikritik karena sering membuat generalisasi yang berlebihan tentang Islam
dan Muslim. Hal ini dikhawatirkan dapat mengaburkan keragaman dan kompleksitas
Islam.

D. Sikap Terhadap Orientalisme


Orientalis barat melakukan kajiannya berawal dari keraguan dan berakhir pada
keraguan pula. Pandangan Ignaz Goldziher terhadap al-Quran tidak didasari dengan iman,
meskipun telah disajikan bukti-bukti, tetap saja mereka akan menolaknya. Gagasan-gagasan
orientalis tidak boleh sepunuhnya terpercaya sebab maksud dan tujuannya dalam memecah
belahkan islam. Namun orientalisme berjasa dalam melakukan penelitan dan menemukan
ilmu yang selama ini masih digunakan. Ignaz Goldziher, J.M.S Baljon, dan Hanz Jansen
merupakan orientalis yang berjasa dalam metodologi tafsir al-Quran. Di antaranya metode
tafsir bil ma’tsur, bil ra’yi, ilmi, lughawi, dan adabi al-ijtimai.

14
15
BAB 3

Penutup
A. kesimpulan
Berbicara mengenai Orientalisme, memang masih menjadi topic yang cukup
hangat. Dalam Islam sendiri masih muncul banyak pertanyaan dan keraguan terhadapnya.
Ditambah lagi anjuran sikap tabayyun terhadap orientalisme mulai dari tokoh hingga
buah pemikirannya. Namun, kita harus memberi apresiasi kepeda tokoh orientalisme.
Karena, mereka yang terlahir di wilayah barat, tumbuh dan besar di barat dengan sudi
telah mempelajari kehidupan dan seluk beluk dunia timur. Adapun tokoh orientalis yang
dibahas pada materi makalah ini adalah Ignaz Goldziher, Hans Jansen dan J.M.S Balyon.
1. Ignaz Goldziher

Ignaz Goldziher merupakan seorang tokoh orientalis berkebangsaan Hungaria,


yang lahir pada tanggal 22 juni 1850. Ia merupakan tokoh orientalis yang pandai dan
cakap dalam mengkritik kajian keIslaman. Karena keberanian Ignaz Goldziher tersebut,
generasi para orientalis selanjutnya merasa terinspirasi dengannya. Ignaz Goldziher dalam
mengkaji islam memiliki tujuan mencermarkan aqidah islam dan meragukan al-Quran.
Ignaz Goldziher mengatakan bahwa islam merupakan agama serapan dari agama lain,
selanjutnya diolah menjadi sebuah cerita sejarah. Namun Ignaz Goldziher berjasa dalam
memetakan kegiatan penafsiran yang dilakukan oleh mufasir. Ignaz Goldziher membagi 5
mahzab tafsir dalam islam yakni tradisionalis, dogmatis, mistik, sectarian dan modern, tiga
mahzab pertama sejalan dengan tipologi keilmuan umat islam yaitu tafsir bil riwayah,
tafsir bil dirayah, interpretasi dua isyarah. Sedangkan sktarian dan modernis merupakan
tambahan dari tipologi keilmuan islam.

Adapun salah satu kritik yang ditujukan kepada Ignaz Goldziher ialah A’zami,
A’zami membantah pendapat goldzhier yang mengatakan bahwa alqur’an dan qiraat lahir
dari teks dengan memberi pemahaman bahwa antara teks Alqur’an dan proses
pembacaannya serta pewahyuannya adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, dan ilmu
qiraat yang benar diperkenalkan oleh Rasullah saw sendiri. A’zami juga berpendapat

16
bahwa keragaman bacaan sangat diperlukan agar memudahkan orang yang tidak bisa
berdialog bahasa arab quraishi.

2. J.M.S Balyon

J.M.S Baljon memiliki nama lengkap Johannes Marinus Simon Baljon. Lahir
pada tanggal 13 Januari 1836 di Rotterdam. Ia merupakan guru besar Ensiklopedia
teologi, Sastra Kristen dan Eksegesis (menjelaskan suatu kata, kalimat, paragraf, atau
keseluruhan kitab dengan memimpin keluar pengertian sebenarnya (seperti yang
dimaksudkan si penulis) dari suatu teks. 1904 J.M.S Baljon diangkat sebagai rektor di
Universitas Utrecht. Selain itu ia juga diangkat sebagai Ksatria Singa Belanda.

Dalam buku Tafsir Quran Muslim Modern karya J.M.S Baljon bertujuan untuk
membuktikan bahwa tafsir quran sudah jauh lebih modern dan J.M.S Baljon termotivasi
pada buku Ignaz Goldziher yang berjudul Der Islamiche Modernimus Und Seine
Koranuslegung. Islam pada abad ke-19 dan abad ke-20 mengalami kemunduran,
sedangkan pada masa itu karekteristik barat yang progresif dan islam yang statement. Hal
ini menurut J.M.S Baljon merupakan bukan suatu ketidakwajaran. Islam seharusnya
mampu memberikan perubahan signifikan terhadap peradabannya. Kritik terhadap
pemikiran J.M.S. Baljon:

a) Fokus pada aspek historis dan filologis.


b) Pandangan yang terlalu kritis terhadap Islam.

c) Pengaruh pemikirannya.
3. Hans Jansen
Hans Jansen memiliki nama asli Johannes Juliaan “Hans” Hansen, lahir pada
tanggal 17 November 1942 di Amsterdam, Belanda. Ia merupakan seorang politikus dan
sarjana Islam kontemporer Belanda. Hans Jansen bekerja di Mesir sebagai Direktrur
Dutch Institute di Kairo. Sekembalinya ke Belanda, ia menjadi asisten professor di
Universitas Leiden dan Groningen. Kemudian, pada tahun 2003-2008 ia diangkat sebagai
professor pemikiran Islam Kontemporer di Universitas Utrecht. Hans Jansen juga
diangkat menjadi Dewan Penasehat Nasional untuk pembangunan, serta aktif dengan
kegiatan social bersama Palang Merah. Awal kajian al-Quran Hans Jansen pada mufasir

17
MuhammadAbduh. Tafsir Muhammad Abduh menurut Hans Jansen adalah suatu yang
orisinil dan memiliki pembaharuan didalamnya. pemetaan tafsir menurut Hans Jansen
terbagi menjadi 3 yakni:
a) Tafsir al-ilmi, yakni penafsiran al-Quran dengan mengadopsi ilmu
pengatahuan modern.
b) Tafsir lughawi, yakni tafsir yang diperuntukan untuk memahami al-
QuranTafsir.
c) Adabi al-ijtima’I, yakni tafsir berdasarkan keadaan sosial masyarakat.

Gagasan-gagasan orientalis tidak boleh sepunuhnya terpercaya sebab maksud dan


tujuannya dalam memecah belahkan islam. Namun orientalisme berjasa dalam melakukan
penelitan dan menemukan ilmu yang selama ini masih digunakan. Ignaz Goldziher, J.M.S
Baljon, dan Hanz Jansen merupakan orientalis yang berjasa dalam metodologi tafsir al-
Quran. Di antaranya metode tafsir bil ma’tsur, bil ra’yi, ilmi, lughawi, dan adabi al-ijtimai.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar, Abu Bakar. “PEMIKIRAN TAFSÎR MESIR MODERN J.J.G JANSEN (Telaah atas
Karya J.J.G.Jansen The Interpretation of The Koran in Modern Egypt).” AL-IHKAM:
Jurnal Hukum & Pranata Sosial 6, no. 1 (31 Agustus 2013): 1–10.
https://doi.org/10.19105/al-lhkam.v6i1.297.

Baljon, J. M. S. “A Modern Urdu Tafsir.” Die Welt des Islams 2, no. 2 (1952): 95.
https://doi.org/10.2307/1569042.

Ecky Syahrullah. “KRITIK ATAS KRITIK IGNAZ GOLDZIHER TENTANG QIRĀ’ĀT.” AL


ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur’an 3, no. 2 (19 Agustus 2017): 118–38.
https://doi.org/10.47454/itqan.v3i2.674.

Fadli, Nazar. “ORIENTALISTS AND THEIR STUDY OF THE QUR’AN.” Jurnal Ilmiah
Teunuleh 1, no. 2 (28 Desember 2020): 81–95. https://doi.org/10.51612/teunuleh.v1i2.25.

Iwan Setiawan Tarigan. “Eksegesis Dan Penelitian Teologis,” t.t. http://e-


journal.iakntarutung.ac.id/index.php/cultivation.

“kajian-orientalis-thd-al-quran-hadis.pdf,” t.t.

Mahfudhin. “J.J.G. Jansen: Tafir Klasik Tak Punya Nilai Substansial di Era Modern,” t.t.
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi2-
OjoqcWEAxX6R2wGHc4PAZ0QFnoECCIQAQ&url=https%3A%2F%2Fibtimes.id
%2Fj-j-g-jansen-tafir-klasik-tak-punya-nilai-substansial-di-era-modern
%2F&usg=AOvVaw0pEpEJQtlbC5O-vlgfqsyy&opi=89978449.

———. “J.M.S Baljon: Tafsir Al-Qur’an Harus Bisa Digiring ke Corak Epistemologis Zaman,”
t.t. https://ibtimes.id/j-m-s-baljon-tafsir-al-quran-harus-bisa-digiring-ke-corak-
epistemologis-zaman/.

“MENYOAL KRITIK IGNAZ GOLDZIHER TERHADAP AL-QUR’AN DALAM KITAB


MAZHAHIB AL-TAFSIR AL-ISLAMI,” t.t.

Muhammad. “Mazhab Tafsir Ignaz Goldziher,” t.t.


https://www.scribd.com/document/65558799/Mazhab-Tafsir-Ignaz-Goldziher.

“Talmud,” t.t. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Talmud#:~:text=Talmud%20(bahasa%20Ibrani


%3A%20%D7%AA%D7%9C%D7%9E%D7%95%D7%93),%2C%20etika%2C
%20kebiasaan%20dan%20sejarah.

19
20

Anda mungkin juga menyukai