Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AHKAMUTTAJWID

DOSEN PENGAMPU : HUSNUL KHOTIMAH, M.Pd.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
AHMAD FAIQ HAIDAR 2281131874
HENDRO ADISUSAN 2281131852
MUSA ZAINUDDIN 2281131876
RAHMI NARULITA 2281131896
IKA RESMIATI 2281131857

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadiran Alloh SWT atas limpah rahmat dan karunia-Nya
sehinnga kami kelompok 2 dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam kami
curahkan kepada baginda kita, Nabi Muhammad SAW mudah mudahan kita semua selalu
terlimpah syafaat nya.

Kami sebagai mahasiswa sangat berterimakasih kepada dosen pembimbing Ibu Husnul
khotimah.M.Pd. yang telah membimbing kami selama ini. Kami kelompok 2 menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk para pembaca umumnya dan khususnya untuk kami pemakalah

Brebes, 1 maret 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Rumusan masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan penulis ............................................................................. 1

BAB 11 PEMBAHASAN

A. Pengertian tajwid ........................................................................ 2


B. Objek kajian ilmu tajwid............................................................ 4
1. Hukum Nun Mati dalam Tanwin ........................................ 5
2. Hukum bacaan Mim Mati .................................................... 7
3. Hukum Nun, Mim Tasdid ..................................................... 8
4. Dua Hukum Tajwid Alif Lam dalam Alquran ................... 8
5. Hukum bacaan Mad .............................................................. 9
BAB 111 PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 12
B. Saran .............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Tajwid adalah sebuah ilmu tentang kaidah serta cara – cara membaca Al-Qur’an
dengan sebaik – baiknya. Memelihara bacaan Al-Qur’an dari kesalahan dan perubahan serta
memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca merupakan tujuan dari Ilmu Tajwid. Belajar
Ilmu Tajwid hukumnya fardhu kifayah, sedang membaca Al-Qur’an dengan baik (sesuai
dengan Ilmu Tajwid) hukumnya fardhu ‘Ain. Banyak dalil wajib mewajibkan mempraktekan
tajwid dalam setiap pembacaan Al-Qu’an.

Salah satunya adalah “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan / tartil (bertajwid)”
[Q.S Al-Muzzammil (73):4]. Salah satu ayat ini sudah jelas bahwa Allah SWT memerintahkan
Nabi SAW untuk membaca Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu
memperindah penucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).

Pengenalan Ilmu tajwid untuk anak-anak tingkat madrasah ataupun setara dengan SD
sudah diajarkan, namun permasalahannya adalah siswa kurang memperhatikan guru saat
mengajar dikarenakan Ilmu Tajwid ini susah dan membosankan untuk dipelajari. Seperti yang
diketahui bersama permasalahan ini disebabkan karena kurangnya motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu sangatlah penting bagi para guru dalam menemukan
metode-metode yang efektif untuk meningkatkan motivasi siswa-siswi mereka.

B. Rumusan Masalah
1. Membaca Al-Qur’an dengan bertajwid dan tidak bertajwid
2. Objek kajian ilmu tajwid
3. Hukum bacaan ilmu tajwid

C. Manfaat
1. mengetahui cara membaca Al-qur’an yang benar dengan bertajwid
2. mengetahui tentang tajwid
1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tajwid

Secara bahasa, kata tajwid merupakan bentuk mashdar dari kata jawwada yang berarti
memperbaiki/memperindah (at tahsin). Sedangkan menurut istilah, tajwid adalah:

‫إخراج كل حرف من مخرجه وإعطاءه حقّه ومستحقّه من الصفات‬

“Mengucapkan setiap huruf dari tempat keluarnya serta memberikan haq dan mustahaq
dari sifat-sifatnya”.

Haq huruf adalah sifat-sifat yang lazim pada huruf seperti hams, jahr, syiddah,
rakhawah, dll. Sedangkan mustahaq huruf adalah sifat-sifat huruf yang tidak tsabit padanya
yang sekali-kali ada dan sekali-kali tidak ada. Di antaranya sifat tarqiq yang muncul dari sifat
istifal atau sifat tafkhim yang muncul dari sifat isti’la, ikhfa, mad, qashr, dll.

Menurut as-Suyuthi, tajwid adalah hiasan bacaan, yaitu memberikan kepada setiap
huruf hak-haknya dan urutan-urutannya serta mengembalikan setiap huruf kepada makhraj dan
asalnya, melunakkan pengucapan dengan keadaan yang sempurna, tanpa berlebih-lebihan dan
memaksakan diri.

Oleh karena itu, ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang pemenuhan haq
dan mustahaq huruf meliputi tempat keluar huruf (makhraj) dan sifat-sifatnya. Sebenarnya, tata
cara pembacaan al-Qur`an sesuai dengan haq dan mustahaq huruf telah termaktub dalam al-
Qur`an Surah al-Isra ayat 106:

“Dan al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi
bagian.”

Ayat tersebut menunjukkan adanya tata cara atau sifat tertentu dalam membaca al-
Qur`an yang telah diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad Saw dan kemudian dirangkum
oleh para ulama, hingga mereka mengistilahkannya dengan ilmu tajwid. Selain ilmu tajwid,

2
ilmu tentang tata cara membaca al-Qur`an dikenal juga dengan nama fannut tartil dan
haqqut tilawah.

Urgensi pembacaan al-Qur`an dengan tajwid dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu,
pertama, adanya riwayat yang memerintahkan untuk membaca al-Qur`an dengan tajwid,
sebagaimana yang dikutip oleh as-Suyuthi dalam kitab ad-Dani bahwa Ibn Mas’ud berkata:
Bacalah al-Qur`an dengan tajwid. Kedua, menjaga lidah dari lahn (kesalahan) ketika membaca
al-Qur`an. Sebab, ulama menganggap bacaan tanpa tajwid sebagai lahn (kesalahan). Lahn ada
dua macam yaitu jali dan khafi. Arti lainnya dari ilmu tajwid adalah melafazkan, membunyikan
dan menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan dalam ayat Al-
Quran. Menurut para Ulama besar menyatakan bahwa hukum bagi seseorang yang mempelajari
tajwid adalah Fardhu Kifayah, yakni dengan mengamalkan ilmu tajwid ketika memabaca Al-
Qur’an dan Fardhu ‘Ain atau wajib hukumnya baik laki-laki atau perempuan yang mu’allaf
atau seseorang yang baru masuk dan mempelajari Islam dan KitabNya.

Mengenal, mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid berserta pemahaman akan ilmu
tajwid itu sendiri merupakan hukum wajib suatu ilmu yang harus dipelajari, untuk menghindari
kesalahan dalam membaca ayat suci Al-Quran dan melafazkannya dengan baik dan benar
sehingga tiap ayat-ayat yang dilantunkan terdengar indah dan sempurna.

Berikut ini ada dalil atau pernyataan shahih dari Allah SWT yang mewajibkan setiap
HambaNya untuk membaca Al-Quran dengan memahami tajwid, diantaranya :

1. Dalil pertama di ambil dari Al-Quran. Allah SWT berfirman dalam ayatNya yang
artinya “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)”[QS:Al-Muzzammil
(73): 4]. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad
untuk membaca Al-Quran yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah
pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).

2. Dalil kedua diambil dari As-Sunnah ( Hadist ) yang diriwayatkan oleh Ummu
Salamah r.a.(istri Nabi Muhammad SAW), ketika beliau ditanya tentang bagaimana bacaan Al-
Quran dan sholat Rasulullah SAW, maka beliau menjawab: ”Ketahuilah bahwa Baginda
S.A.W. Sholat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian
Baginda kembali sholat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi
yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh.

3
Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah S.A.W. dengan
menunjukkan (satu)

bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu.” (Hadits 2847 Jamik
At-Tirmizi).

3. Dalil ketiga diambil dari Ijma atau pendapat para ulama besar Islam. Yakni
kesepakatan para ulama yang dilihat dari zaman Rasulullah SAW hingga sampai saat ini, yang
menyatakan bahwa membaca Al-Quran dengan ber-Tajwid merupakan hukum atau sesuatu
yang fardhu dan wajib.

B. Objek Kajian Ilmu Tajwid

Secara umum, pokok bahasan ilmu tajwid adalah lafadz-lafadz al-Qur`an. Oleh karena
itu, ilmu tajwid merupakan ilmu yang berhubungan dengan al-Qur`an yang memiliki
karakteristik tersendiri. Dengan mempelajari ilmu tajwid, maka akan mengurangi celah
kesalahan dalam membaca al-Qur`an. Selain itu, dengan menggunakan tajwid akan
mengantarkan kepada pembacaan al-Qur`an secara tartil sebagaimana yang telah diperintahkan
Allah Swt dalam Surah al-Muzzammil ayat 4:

“Dan bacalah al-Qur`an itu dengan perlahan-lahan.”

Menurut Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah, kata rattala dan tartilterambil dari
kata ratala yang berarti serasi dan indah, sehingga tartil al-Qur`an adalah membaca al-Qur`an
dengan pelahan-lahan sambil memperjelas huruf-huruf berhenti dan memulai (ibtida`)
sehingga pembaca dan pendengarnya dapat memahami dan menghayati kandungan pesan-
pesannya.

Lebih terperinci lagi ada tiga cara membaca al-Qur`an. pertama, tahqiq, yaitu
memberikan kepada setiap huruf hak-haknya, seperti menyempurnakan mad,
menyempurnakan harakat dengan tidak memberikan sukun kepada huruf yang berharakat,
mengeluarkan huruf sesuai dengan tempatnya, dll. Ulama qiraah yang membaca dengan cara
ini adalah Hamzah dan Warasy. Kedua, hadr, yaitu bacaan cepat dengan tetap menjaga dan
memperhatikan kaedah-kaedah tajwid dengan cermat, dan hendaknya seorang qari berhati-hati
dari memotong huruf mad, menghilangkan suara ghunnah, atau ikhtilas (membaca sebagian)
harakat. Ulama qiraah yang menggunakan cara ini adalah Ibn Katsir dan Abu Ja’far.

4
Ketiga, tadwir, yaitu bacaan yang sedang/tengah antara tahqiq (perlahan) dan cepat
(hadr). Inilah yang diriwayatkan dari kebanyakan imam qiraah. Perlu diketahui, dari tiga
tingkatan tersebut, istilah tartil mencakup seluruhnya.

Membaca al-Qur`an dengan tartil menurut beberapa ulama dianjurkan (mustahab) guna
mentadabburi ayat-ayat al-Qur`an, khususnya bagi ‘ajami (non Arab) yang tidak mengetahui
makna al-Qur`an. Bahkan, sebenarnya bukan hanya untuk ‘ajami saja, tetapi untuk semua umat
Islam, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Qudamah bahwa para ulama sepakat
mentartilkan dan membaguskan bacaan al-Qur`an adalah sunah.

1. Hukum Nun Mati dalam Tanwin


Hukum tajwid bacaan nun mati atau sukun dan tanwin bertemu dengan 28 huruf
hijaiyah itu ada yang mengatakan 4 dan 5 , kalau di dalam kitab Syifaul Jinan
(Hidayatusshibyan) itu disebutkan ada 5 sedangkan di kitab tuhfatul athfal itu ada 4. Dan jika
sobat ditanya seseorang atau menjawab soal ujian tes , ada berapakah hukum nun mati dan
tanwin itu ? sobat bisa menjawab 4 atau 5 , itu tergantung dari kitab yang sobat pelajari , jika
nanti sobat disalahkan , nanti sobat bisa menjelaskan apa alasanya tadi.
Sebenarnya hukum bacaan nun sukun dan tanwin itu antara kitab syifaul janan dan kitab
tuhfatul athfal itu hampir sama, cuman letak perbedaanya ada pada bagian idghom , dalam
kitab Syifâ’al-Jinân fî Tarjamah Hidâyah al-Shibyân karangan simbah Ahmad Muthahhar ibn
Abdurrahman al-Maraqi al-Samarani pengasuh pondok futuhiyyah mranggen idgham dihitung
2 yaitu idgham bighunnah dan idghom billaghunnah jadi totalnya ada 5 , sedangkan di kitab
tuhfatul athfal idgham cuman ada 1 ( tapi nanti di perinnci lagi jadi 2 ) jadi karena idghamnya
cuman di sebutkan 1 totalnya ada 4.

Setelah kita mengetahui perbedaanya , langsung saja mari kita cari tahu pengertian
hukum bacaan nun mati dan tanwin satu persatu beserta dengan contohnya. Dalam membaca
Al-Qur’an kita tidak boleh membacanya dengan sembarangan, salah baca dikit saja, maka
artinya pun juga berbeda. Maka dari itu kita perlu ilmu yang namanya ilmu tajwid, salah satu
ilmu tajwid adalah tentang hukum bacaan nun sukun atau nun mati serta tanwin bertemu
dengan ke 28 huruf hijaiyah , yaitu sebagai berikut :

5
a. Pengertian dan Contoh Idzhar Halqi

Idzhar adalah Apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf halqi
yakni : hamzah, kha, kho’, ‘ain, ghain , ha ( ‫ ) ء ه ح خ ع غ‬maka hukum bacaannya adalah idzhar
halqi yang berarti harus dibaca terang dan jelas seperti contoh idzhar dibawah ini :

.‫غفُ ْو ٌر َحلِي ٌم‬


َ , ُ‫ مِ ْنه‬, َ‫من أ َمن‬

b. Pengertian dan Contoh Idghom bighunnah

Idgham bighunnah adalah Apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah
satu huruf ya’, nun, mimi, danwawuu ‫ م‬،‫ و‬،‫ ن‬،‫ ي‬maka hukum bacaannya disebut idghom
bighunnah ( ‫ (إدغام ِبغُنَّة‬yang berarti harus dibaca dengan dimasukkan atau ditasydidkan kedalam
salah satu huruf yang empat itu dengan suara mendengung. Seperti contoh dibawah ini :

‫ َم ْن َمنَ َع‬, ‫ م ِْن نُ ْو ٍر‬, ‫َم ْن َيقُ ْو ُل‬

c. Pengertian dan Contoh Bacaan Idghom Bilaghunnah

Idgham Billaghunnah adalah Apabila ada nun sukun dan tanwin bertemu dengan salah
satu huruf lam ) ‫( ل‬dan ra )‫( ر‬maka hukum bacaannya adalah idghom bila ghunnah )‫(إدغام بالغنًة‬
yang membacanya dengan cara memasukkan dengan tanpa mendengung. Seperti contoh
dibawah ini :

‫ َم ْن لَ ْم‬, ‫مِ ْن َربِ ِه ْم‬

d. Pengertian Bacaan Iqlab dan Contohnya

Iqlab Apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ ) ‫ (ب‬maka hukum
bacaannya adalah iqlab (‫ ) ِإقالب‬yang membacanya dengan cara huruf nun atau tanwin itu dibalik
atau ditukar menjadi suara mim. Seperti contoh iqlab berikut :

ٍ‫ ك َِر ٍام بَ َر َرة‬, ‫صي ٌْر‬


ِ َ‫سمي ٌع ب‬

6
e. Pengertian Ikhfa’ Haqiqi Beserta Contoh

Ikhfa’ Apabila ada nunu sukun atau tanwin bertemu dengan huruf yang 15 di bawah ini
maka hukum bacaannya adalah Ikhfa’ haqiqi yang cara membacanya adalah samar-samar
antara idghom dan idzhar. Huruf Ikhfa’ yang 15 antara lain :

‫تثجدذزسشصضطظفقك‬

Contoh Ikhfa’ :

َ ُ‫ أ َ ْنف‬, ‫ ِم ْنكُم‬, ‫ع‬


‫س ُك ْم‬ ٍ ‫مِ ْن ُج ْو‬

2. Hukum bacaan Mim Mati )‫) ْم‬


Hukum mim mati merupakan salah satu dari ilmu tajwid sebagaimana halnya
hukum nun mati. Mim mati atau mim sukun apabila bertemu dengan salah satu huruf
hijaiyah maka memiliki tiga hukum bacaan, yaitu ikhfa syafawi, idghom mimi dan
idhar syafawi.
a. Ikhfa Syafawi
Ikhfa syafawi adalah menyembunyikan atau menyamarkan huruf mim.
Hukum bacaan disebut ikhfa syafawi apabila mim mati atau mim sukun bertemu
dengan huruf ba. Adapun cara membacanya harus dibunyikan samar-samar dibibir
dan didengungkan. Contoh: Mim mati bertemu huruf ba,: َ‫ َو َما لَ ُه ْم ِبذَلِك‬Mim mati
bertemu huruf ba’: ‫ار ٍة‬
َ ‫ت َْر ِم ْي ِه ْم ِبحِ َج‬
b. Idghom Mimi ‫اِدْغَا ٌم مِ يمِي‬
Hukum bacaan disebut idgham mimi apabila mim sukun bertemu dengn
mim yang sejenis. Cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap
atau ditasydidkan dan wajib dibaca dengung. Idgham mimi sering pula disebut
idgham mitslain atau idgham mutamatsilain (idgham yang hurufnya serupa atau
sejenis) Contoh: Mim mati bertemu huruf mim : ِ‫ َو َما لَ ُه ْم ِمنَ للا‬Mim mati bertemu
huruf mim : َ‫ا ِْن كُ ْنت ُ ْم ُمؤْ مِ نِيْن‬
c. Idhar Syafawi ‫شفَ ِوي‬ َ ‫ار‬ ْ ‫ا‬
ْ ‫ِظ َه‬
Idhar syafawi artinya apabila mim mati bertemu dengan salah satu huruf
hijaiyyah selain huruf mim dan ba’, maka hukum bacaannya disebut idhar syafawi.

7
Cara membacnya bunyi mim disuarakan dengan terang dan jelas tanpa
berdengung
di bibir dengan mulut tertutup. Huruf-huruf idhar stafawi jumlahnya ad 26
huruf, yaitu: ‫ا ـ ت ـ ث ـ ج ـ ح ـ خ ـ د ـ ذ ـ ر ـ ز ـ س ـ ش ـ ص ـ ض ـ ط ـ ظ ـ ع ـ غ ـ ف ـ ق ـ ك‬
‫ـ ل ـ ن ـ وـ ھ ـ ي‬

3. Hukum Nun, Mim Tasdid

Ketika ada nun dan mim di tasdid wajib dibaca ghunnah /berdenggung..

ٰ ‫ا َّمامن إِ َّن‬
Contohnya: ‫ّللا‬

4. Dua Hukum Tajwid Alif Lam dalam Alquran


➢ Alif Lam Syamsiah ) ‫ ( الشمسية‬atau juga sering disebut dengan istilah Idgham Syamsiah
yaitu bagian dari hukum Alif Lam Ta’rif yang berlaku ketika ada huruf Alif-Lam
)‫(ال‬ketemu dengan satu dari 14 (empat belas) huruf hijaiyah yang masuk ke dalam
Huruf Syamsiah, yaitu

‫ت‬,‫ث‬,‫د‬,‫ذ‬,‫ر‬,‫ز‬,‫س‬,‫ش‬,‫ص‬,‫ض‬,‫ط‬,‫ظ‬,‫ل‬,‫ن‬

Contoh : ‫الرحْ َم ُن‬


َّ

➢ Alif lam Qomariah

Sebaliknya untuk alif lam qomariah adalah hukum bacaan tajwid yang terjadi bila alif
lam sukun )‫ (ال‬bertemu dengan salah satu huruf qamariah. Bacaannya ditandai dengan huruf
alif lam pada suatu ayat memiliki harakat sukun atau mati.
Huruf-huruf qamariah terdiri dari 14 yakni ( ‫ ي‬،‫ ه‬،‫ و‬،‫ م‬،‫ ك‬،‫ ف‬،‫ غ‬،‫ ع‬،‫ خ‬،‫ ج‬،‫ ب‬،‫( أ‬
Cara membaca hukum alif lam qomariah adalah bacaannya wajib diizharkan. Izhar memiliki
arti dibaca dengan jelas. Berikut contohnya dalam Al-Qur’an.
Contoh Bacaan Alif Lam Qomariah dalam Al-Qur’an QS Al-Humazah Ayat 4
َ ‫ ك ََّال لَي ُۡۢۡنبَذَ َّن فِى ۡال ُح‬dibaca Kalla layum ba zanna fil hutamah
‫ط َم ِة‬

Alasan: alif lam bertemu huruf ha ‫ح‬

8
5. Hukum bacaan Mad

Mad menurut bahasa adalah tambahan atau panjang. Mad, menurut istilah ulama
tajwid dan ahli bacaan (ahli qiraat) adalah memanjangkan suara bacaan huruf Al-Qur’an
disebabkan adanya huruf “Mad” sesuai aturan-aturan yang berlaku. Hukum Mad terbagi
dua bagian :

a. Mad Ashli/Thabi’i

Definisi Mad Asli atau Mad Thob’i adalah memanjangkan bacaan di karenakan ada
huruf Mad dan tidak ada sebab yang dapat mengubah keasliannya. Diberi nama Mad Thobi’i
karena madnya berlaku sesuai tabi’at aslinya, sehingga disebut juga dengan “Mad Asli” .
Ukuran panjangnya adalah 2 harakat/ketukan. Huruf Mad yaitu ‫ ي‬،‫ ا‬،‫ و‬dan akan berlaku bila
huruf wawu mati sebelumnya berharokat dlommah, sedangkan Alif sebelumnya berharokat
fathah, dan ya sebelumnya berharokat kasroh. Contohnya: َ‫ ُم ْف ِل ُح ْون‬,‫الرحِ ي ِْم‬
َّ , ِ‫َمالِك‬

b. Mad Far’i

Mad far’i berarti mad cabang yang merupakan kebalikan dari mad ashli. Menurut istilah
dan ilmu tajwid mad far’i adalah mad yang terdapat huruf hamzah atau sukun setelahnya. Imam
Sulaiman al-zamjuri mengatakan :

ٍ ُ‫س َببْ َك َه ْم ٍـز أ َ ْو سُك‬


َ ‫ـون ُم ْس َج‬
‫ـال‬ َ • ‫علَـى‬
َ ‫ـوف‬ ُّ ‫َواآلخ َُر ا ْلف َْرعِـ‬
ٌ ُ‫ي َم ْوق‬

Artinya: “Dan yang lainnya mad far’i terjadi karena adanya sebab seperti hamzah atau
sukun mutlaq. Pengertian di atas didapati bahwa apabila mad bertemu hamzah atau sukun maka
dikategorikan mad far’i.” (kitab Tuhfah Al-Athfal)

Mad far’i terdiri dari 14 macam, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Mad Wajib Muttashil.

Mad wajib muttashil adalah bacaan mad thabi’i yang bertemu dengan hamzah di dalam
satu kata, dengan panjang bacaan 6 harakat (3 alif). Ciri dari mad wajib muttashil adalah adanya
garis melengkung tebal, tanda ini hampir mirip seperti pedang, letaknya berada di atas huruf
Mad Thobi’i ataupun terletak di antara Huruf hijaiyah Mad Thobi’i dan huruf hijaiyah Hamzah.
Contohnya: ‫علَ ْي ِه ْم‬
َ ‫س َوا ٌء‬
َ , ِ‫س َمآء‬
َّ ‫ ُحنَفَآ َء – ال‬.

9
2. Mad Jaiz Munfashil

Mad munfashil adalah mad dan hamzah terpisah atau mad yang bertemu hamzah di lain
kata. Dikatakan mad jaiz munfashil apabila huruf mad thobi’i bertemu dengan huruf hijaiyah
Alif )‫ (ا‬tetapi tidak dalam satu kata. Ciri dari mad jaiz munfashil adalah biasanya diberikan
tanda berupa garis tipis melengkung pada bagian huruf mad thobi’i atau antara huruf mad
thobi’i atau alif. Cara membaca mad jaiz munfashil adalah boleh dibaca panjang 2, 4, atau 6
harakat. Contohnya: ‫ ك ََّال ِإذَا‬,‫للا‬
ِ ‫ت ُ ْوب ُْوا ِإلَى‬

3. Mad Shilah Thawil

Mad Shilah Thawilah yakni hukum bacaan mad yang terjadi apabila “ha dhamir”
berada diantara dua huruf berharakat dan sesudahnya bertemu dengan huruf hamzah. Cara
membacanya adalah dibaca 2 sampai 5 harokat. Contohnya: ‫ َوأَنَّهُ ِإلَ ْي ِه‬-‫َمالَهُ أ َ ْخلَدَهُ – ِع ْندَهُ ِإ َّّل‬

4. Mad Shilah Qashiroh

Mad Shilah Qashiroh adalah apabila huruf “ha dhamir” berada diantara dua huruf yang
berharakat dan sesudahnya tidak ada hamzah. Adapun cara membacanya dibaca panjang dua
harakat. Contohnya: َ‫َّل ت َأ ْ ُخذُهُ – إِنَّهُ كَان‬

5. Mad Badal

Mada badal adalah mad yang dikarenakan ada hamzah, yaitu huruf mad terletak setelah
hamzah atau bacaan mad yang terdapat pada hamzah. Mad badal terjadi apabila terjadi apabila
ada 2 huruf hamzah, dimana huruf hamzah yang pertama berharakat sedangkan huruf hamzah
yang ke-2 disukun (mati), maka hamzah yang ke-2 diganti dengan alif, wawu, dan ya’. Contoh:
Apabila huruf mad sebagai pengganti dari hamzah: ‫ أ ُ ْوتُوا – إِيْـ َمانًا‬Posisi keduanya bergantian,
seperti َ‫ي َُرا ُء ْونَ – ُمت َّ ِكئِيْن‬

6. Mad Iwad

Mad Iwad ialah mad yang terjadi apabila pada akhir kalimat terdapat huruf yang
berharakat fathah tanwin dan dibaca waqof (berhenti). Cara bacanya dibaca panjang dua
َ ‫َم ًاّل لُبَدًا – َوقَا َل‬
harakat (1 alif). Contohnya: ‫ص َوابًا‬

7. Mad Lazim Harfi Mukhaffaf

Yakni huruf fawatihus suwar yang apabila dipecah terdiri dari 3 huruf dan ditengahnya
huruf mad. 10
ْ ‫س ْل نَ َق‬
Adapun huruf mad lazim harfi mukhaffaf jika dikumpulkan ada 8 yakni ‫ـص‬ َ ‫َك ْم‬
َ ‫ع‬
dan apabila huruf tersebut dipecah maka ‫ ق‬،)‫ ن (نُ ْو ْن‬،)‫(ّل ْم‬
َ ‫ ل‬،)‫ س ( ِسي ْْن‬،)‫عي ْْن‬
َ ( ‫ ع‬،)‫ م ( ِم ْي ْم‬،)‫َاف‬
ْ ‫ك (ك‬
)ْ‫صاد‬ ْ َ‫(ق‬. Adapun huruf mad ini terdiri dari lima, yaitu :‫ ح – ي – ط – ھ – ر‬Contohnya: ‫ن‬
َ ( ‫ ص‬،)‫اف‬
‫– يس – كهيعص – حم – عسق‬

8. Mad Lazim Harfi Musyba’

Yaitu Mad yang biasanya ada pada awal permulaan surat dalam al-Qur’an. Adapun
hurufnya terdiri dari 8, yakni. ‫ ن – ق – ص – ع – س – ل – ك –م‬Adapun cara bacanya dibaca 6
harakat. Contohnya: ‫ص – حق‬

9. Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi

Yakni mad yang terjadi apabila huruf mad thobi’i bertemu dengan huruf yang bersukun
dalam satu kata. Adapun cara membacanya adalash 6 harakat. Contohnya: ‫آألنَ َوقَ ْد كُ ْنت ُ ْم ِب ِه‬
… َ‫ت َ ْست َ ْع ِج ُلون‬

10. Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi

Yakni mad yang terjadi apabila huruf mad thobi’i bertemu dengan huruf yang
bertasydid dalam satu kata. Ciri dari mad ini biasanya terdapat tanda garis lengkung tebal
seperti pedang. Cara membacanya di baca panjang 6 harakat (3 alif). Contohnya: – َ‫َو َّلالض َِّآليْن‬
ُ‫صآ َّخه‬
َّ ‫مِ ْن دَآبَّ ٍة – ال‬

11. Mad Arid Lissukun

Yakni mad yang terjadi apabila mad thobi’i bertemu dengan huruf hidup dalam satu
kalimat dan dibaca wakaf. Cara membacanya dibaca 2, 4 atau 6 harakat. Contohnya: – َ‫ت َ ْعبُدُون‬
ْ ‫نَ ْست َ ِع‬
‫ي‬

12. Mad Lin

Yakni mad yang terjadi apabila setelah huruf lin terdapat huruf sukun baru karena di
wakafkan. Adapun huruf lin yakni ‫ و‬sukun atau ‫ ي‬sukun yang huruf sebelumnya berharakat
ِ ‫ھذَا ا ْلبَ ْي‬
fathah. Contohnya: ٍ‫ت – ِم ْن خ َْوف‬

13. Mad Tamkin

Yakni mad yang terjadi apabila terdapat huruf ‫ ي‬berganda. Dimana ‫ ي‬yang
pertama bersimbol ‘tasydid kasroh’, dan ‫ ي‬yang kedua bersimbol sukun/mati.

11
Dengan syarat apabila ia tidak diikuti lagi dengan huruf hidup yang dimatikan (karena
ada di akhir bacaan). Karena jika demikian maka akan berubah menjadi mad arid lissukun.
Contohnya: َ‫مِنَ النَّبِيِيْنَ – فِي ْاأل ُ ِميِين‬

14. Mad farqi

Yakni mad yang terjadi apabila mad badal bertemu dengan huruf yang bertasydid. Mad
farqi digunakan untuk membedakan hamzah pertanyaan atau Mad Istifham (pertanyaan). Cara
membacanya dibaca 6 harakat. Contohnya: ‫قُ ْل آلذَّك ََري ِْن‬, ‫آَّللُ أَذِنَ لَكُ ْم‬
َّ ‫قُ ْل‬

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setiap muslim di wajibkan membaca Alquran secara baik dan benar . oleh sebab itu
setiap muslim diwajibkan belajar memahami tatacara dalam membaca Alquran/ ilmu tajwid.
Ilmu tajwid yaitu ilmu yang membahas tentang tatacara membaca Alquran dengan baik dan
benar, yang berisi tentang cara membaca, kapan bacaan harus di baca panjang , pendek ,
berdengung , jelas , samar-samar dan dimana harus berhenti, Serta mengetahui makharijul
huruf yang benar dan tepat. Mengenal, mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid berserta
pemahaman akan ilmu tajwid itu sendiri merupakan hukum wajib suatu ilmu yang harus
dipelajari, untuk menghindari kesalahan dalam membaca ayat suci Al-Qur’an dan
melafazkannya dengan baik dan benar sehingga tiap ayat-ayat yang dilantunkan terdengar
indah dan sempurna.

B. SARAN

Bacalah Alquran dengan menggunakan ilmu tajwid dan dalam membacanya haruslah
tartil tidak usah terlalu terburu-buru. Karena dapat merusak makna dari bacaan Alquran.

12

i
i
DAFTAR PUSTAKA

AL Quran. Semarang: NURCAHAYA.

Almaraqi, A. M. Thuhfathul Athfal. Semarang: KARYATA PUTRA.

Bastha, M. M. Fathul Mannan. Surabaya: Al ikhsan.

Nabhani, S. B. Syifaul Jinnan. Surabaya: Al asriyah.

Suhaemi, M. Ilmu Tajwid. Surabaya: KARYA UTAMA.

13

Anda mungkin juga menyukai