Anda di halaman 1dari 4

Objek Kajian Ilmu Tajwid

Objek kajian ilmu tajwid terbagi menjadi tiga macam, yaitu:


a) Tajwidul huruf
Tajwidul huruf adalah pembahasan tentang perbaikan huruf dari segi makhroj dan
sifat-sifatnya. Masing-masing huruf hijaiyyah memiliki nama tempat di mana ia
dilafalkan, inilah yang dimaksud dengan makhorijul huruf. Selain itu, huruf hijaiyyah
pun memiliki suara yang berkarakter saat dilafalkan dari makhrojnya, dan inilah yang
disebut dengan sifatul huruf. Ketika mempelajari bab ini maka akan ditemukan bahwa
ada beberapa huruf yang datang dari makhroj yang sama namun berbeda dalam
sifatnya.
Setiap huruf hijaiyyah harus dilafalkan sesuai dengan makhroj dan sifatnya, karena
kesalahan dalam pengucapan huruf hijaiyah dari sisi ini akan menimbulkan perbedaan
atau perubahan makna. Berikut ini bahasan yang ada dalam tajwidul huruf:
Makhorijul Huruf
1. Al-Jauf 2. Al-Halq 3. Al-Lisan 4. Asy-Syafatan 5. Al-Khoisyum

Sifatul Huruf
1. Al-Hams, 2. Asy-Sidah, 3. Al-Isti’la, 4. Al-Itbaq, 5. Sifat-sifat
Al-Jahr Ar- Al-Istifal Al-Infitah lainnya
Rikhowah

b) Tajwidul Kalimah
Tajwidul kalimah adalah pembahasan yang menyangkut kata perkata, membahas
hubungan antar huruf dengan huruf lainnya ketika saling bertemu, seperti ketika nun
sukun bertemu dengan huruf wawu, mim sukun bertemu dengan huruf jim, dan lain
sebagainya, maka di sini akan diketahui bahwa ada huruf yang harus dibaca jelas
(idzhar) dan terkadan ada huruf yang harus di baca samar (ikhfa). Termasuk pula ada
huruf yang mesti di baca panjang dan yang tidak. Bahasan ini termasuk ke dalam
aspek kesempurnaan membaca Al-Quran. Adapun pembahasan tajwidul kalimah
diantara lain yaitu idzhar, idgom, iqlab, ikhfa dan mad.
c) Tajwidul Jumlah
Tajwidul jumlah adalah pembahasan yang menata susunan kalimat agar tetap terjaga
kaitan lafazh (I’’rob) dan juga kaitan maknanya. Pembahasan ini seputar waqaf dan
ibtida. Menjadi salah satu aturan yang telah ditetapkan oleh para ulama ketika
membaca Al-Quran adalah tidak boleh menghela nafas di tengah bacaan. Apabila
nafas habis di tengah-tengah membaca Al-Quran maka hendaknya ia berhenti, inilah
yang disebut dengan waqaf. Ketika bacaan terhenti pada suatu kalimat/kata, maka
memulainya kembali disebut dengan ibtida.
Pada saat melakukan waqaf ataupun ibtida maka aturannya adalah tidak boleh waqaf
atau ibtida di sembarang tempat (kalimat/kata), karena akan menimbulkan kesalahan
seperti I’rab yang tidak tepat dan juga kerusakan makna. Oleh karena itu, bagi siapa
saja yang ingin membaca dan mempelajari Al-Quran hendaknya mempelajari waqaf
dan ibtida, supaya terhindar dari kesalahan-kesalahan ketika berhenti dari bacaan atau
ketika hendak memulai bacaannya kembali.
Keutamaan Mempelajari Ilmu Tajwid
Mempelajari ilmu tajwid merupakan bentuk upaya menjaga orisinalitas Al-Quran dari
sisi cara bacanya, sehingga mempelajari ilmu tajwid memiliki keutamaan yang sangat
besar, ia merupakan ilmu yang sangat mulia yang mempelajari tata cara baca
kalamullah ta’ala. Berikut ini beberapa keutamaan mempelajari ilmu tajwid:
a) Mematuhi perintah Allah ta’ala
‫َو َرتِّ ِل القُرْ َءانَ تَرْ تِياًل‬

“dan bacalah Al-Quran itu dengan tartil.” Q. S. Al-Muzzammil: 4


b) Menggapai keistimewaan dari Allah ta’ala
‫ِإ ّن هللاَ يُ ِحبُّ َأن يَ ْق َرَأ القُرْ َءانَ َك َما ُأ ْن ِز َل‬
“Sesungguhnya Allah mencintai bacaan Al-Quran sebagaimana diturunkan.” H. R.
Khuzaimah
c) Meneladani Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam
Ya’la bin Mamlak bertanya kepada Ummu Salamah tentang sifat bacaan Nabi ‫ﷺ‬, lalu
Ummu Salamah menyifati bacaan Nabi ‫ ﷺ‬dengan
‫قِ َرا َءةً ُمفَس ََّرةً َحرفًا َحرفًا‬
“bacaan yang jelas terperinci huruf demi hurufnya.” H. R. Nasa’i
Ketiga dalil tentang keutamaan mempelajari ilmu tajwid di atas sangat cukup untuk
menunjukkan betapa mulianya ilmu tajwid, sekaligus menjadi motivasi masyarakat
muslim untuk bersemangat dalam mempelajari ilmu tajwid.
Pengajaran Ilmu Tajwid di Masyarakat
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, membaca Al-
Quran sudah menjadi salah satu rutinitas yang dilakukan baik secara individu maupun
berjamaah. Namun demikian, masih banyak diantara masyarakat yang tidak faham
ilmu tajwid, sehingga bacaan Al-Quran yang dilantunkan tidak sebagaimana
mestinya. Pada tahun lalu, tepatnya di tahun 2022 DMI (Dewan Masjid Indonesia)
memberikan pernyataan bahwa 65 persen Umat Islam di Indonesia masih buta huruf
Al-Quran, sama sekali belum bisa membaca Al-Quran. Jika 65 persen masyarakat
muslim masih buta huruf Al-Quran, maka persentase masyarakat yang tidak tahu ilmu
tajwid tentunya lebih banyak, karena orang yang sudah mampu membaca Al-Quran
belum tentu mengetahui ilmu tajwid. Oleh karena itu, pengajaran ilmu tajwid di
masyarakat sangatlah diperlukan, baik di kalangan masyarakat yang sudah mampu
membaca Al-Quran maupun di masyarakat yang masih buta huruf Al-Quran.
Pada saat ini pengajaran ilmu tajwid di masyarakat mulai marak, pengajarannya
dibuat semenarik mungkin dengan berbagai macam metode yang menjadi andalan
masing-masing pengajar. Dari sekian banyaknya sample pengajaran ilmu tajwid di
masyarakat, pada makalah ini penulis akan memaparkan pengajaran ilmu tajwid di
masyarakat yang ada di sebuah komunitas di kota Garut.
Komunitas Langit (KL) adalah satu komunitas yang mewadahi masyarakat pecinta
Al-Quran untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bacaan Al-Qurannya, juga
menambah dan menguatkan hafalan Al-Qurannya, serta mentadabburi makna-makna
Kalamullah untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Komunitas ini berdiri
sejak tahun 2015 sampai saat ini, tempatnya di Rumah Makan Bungo Tanjung lantai
II, Jl. Pramuka komplek ruko IBC depan masjid IC.
Di komunitas ini lebih dari 60 orang setiap priodenya yang terdiri dari berbagai
jengjang usia, mulai usia SD sampai lansia antusias mengikuti pembelajaran ilmu
tajwid secara teori dan praktek. Berikut ini gambaran pembelajaran ilmu tajwid di
komunitas langit untuk masyarakat:

Pembelajaran tajwid dilaksanakan sepekan sekali dengan durasi waktu 120 menit, di
mana 60 menit pertama untuk mempelajari teori ilmu tajwid, dan 60 menit kedua
untuk praktek. Jadi, terdapat dua sesi pembelajaran setiap pekannya. Sebagaimana
tertera di dalam silabus, pembelajaran tajwid berlangsung selama 16 pertemuan atau
selama 4 bulan dengan dua kali ujian sebagai bentuk evaluasi.
Ada dua metode yang digunakan dalam pembelajaran tajwid di komunitas ini.
Pertama metode bandongan atau disebut juga dengan metode pengajian sentral,
metode ini digunakan dalam sesi pertama yakni pada saat memberikan materi-materi
ilmu tajwid. Lalu pada sesi kedua pada saat praktek metode yang digunakan ialah
metode talaqi, yaitu guru membaca murid menirukan, sebagaimana Jibril ‘alaihi salam
membaca lalu Rosulullah ‫ ﷺ‬menirukan.
Kegiatan pembelajaran tajwid ini didedikasikan untuk masyarakat, tak heran jika
pembelajaran di komunitas ini gratis. Pembelajaran tajwid yang terbilang sederhana
ini memberikan manfaat bagi masyarakat dari berbagai kalangan, seperti anak
sekolah, mahasiswa, ibu rumah tangga, bapak-bapak pekerja, guru, dan lainnya.
Setelah selesai mengikuti pembelajaran tajwid dan dinyatakan lulus oleh pembimbing
maka masyarakat mampu melafazhkan ayat-ayat Al-Quran sebagaimana mestinya
sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid.

Daptar Pustaka
Ghanim Qadduri, asy-Syarhul Wajiz ‘ala al-Muqaddimati al-Jazariyyah, Cetakan 1,
2009. Markaz Ad-Dirasat wa Al-Ma’lumat Al-Quraniyyah
http:/almustari.blongspot.com/pengertian-tajwid-dan-objek-kajiannya.html?m
http:/langit7.id/read/keutamaan-ilmu-tajwid-penjaga-lidah-tak-terpleset-lafalkan-
kalam-allah.
Makalah, Metode Pengajaran Klasik, 2022. STAI Persis Garut

Anda mungkin juga menyukai