Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur‟an merupakan pedoman, petunjuk bagi umat Islam baik dalam
kehidupan di dunia lebih-lebih dalam kehidupan akhirat nanti.Maka setiap mukmin
yang mempercayai Al-Qur‟an mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap
kitab suci itu.Diantaranya kewajiban dan tanggung jawab itu ialah mempelajari dan
mengajarkannya.Belajar dan mengajarkan Al-Qur‟an adalah kewajiban suci lagi
mulia.
Dalam membaca Al-Qur‟an tentunya tidak lepas dari yang namanya ilmu
tajwid, karena ilmu tajwid termasuk ilmu terpenting yang harus diketahui setiap
muslim. Tanpa memahami ilmu ini seorang muslim pasti kesulitan dan melakukan
banyak kesalahan dalam membaca Kitabullah, Al-Qur‟an. Agar kegiatan membaca
kita minim dari kesalahan kita harus mengetahui ilmu tajwid dengan cara
mempelajarinya.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Posisi Al-Qur’an dalam Islam ?


2. Bagaimana Hukum membaca Al-Qur’an ?
3. Apa saja Keutamaan membaca Al-Qur’an ?
4. Apa pengertian Hukum Ilmu Tajwid ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui bagaimana posisi Al-Qur’an dalam Islam.
2. Untuk Mengetahui bagaimana hokum membaca Al-Qur’an.
3. Untuk Mengetahuiapa saja keutamaan dalam membaca Al-Qur’an.
4. Untuk Mengetahui pengertian dari hukum ilmu tajwid

Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mapel

Yelliza Gusti, S.Pd., M.Pd Drs. Alizar


NIP.197306182005012006 NIP.196506222014111001

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Posisi Al – Qur’an dalam Islam


Al-Qur’an dalam islam memiliki kedudukan yang sangat tinggi dari seluruh
ajaran islam. Al-Qur’an sebagai sumber utama dan pertama sehingga semua umat islam
menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya.
Adapun beberapa kedudukan Al-Qur’an dalam islam diantaranya:
1. Al-Qur’an sebagai sumber berbagai disiplin ilmu ke islaman disiplin ilmu yang
bersumber dari Al-Qur’an di antaranya adalah yaitu:
a. Ilmu tauhid (teologi)
b. Ilmu hukum
c. Ilmu tasawuf
d. Ilmu sejarah islam
e. Ilmu pendidikan islam1
2. Al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT yaitu seluruh ayat Al-Qur’an adalah wahyu
Allah. Tidak ada satu katapun yang datang dari perkatan atau pikiran nabi.
Kitabul naba wal akhbar (berita dan kabar) artinya, Al-Quran merupakan khabar
yang di bawa nabi yang datang dari Allah dan di sebarkan ke manusia. Minjahul
hayah (pedoman hidup), sudah seharusnya setiap muslim menjadikan Al-Qur’an
sebagai rujukan terhadap setiap problema yang dihadapi. Dan sebagai salah satu
sebab masuknya orang arab ke agama islam pada zaman Rasulullah dan masuknya
orang-orang sekarang dan yang akan datang.
3. Al-Qur’an sebagai suatu yang bersifat abadi artinya, Al-Qur’an itu tidak akan
terganti oleh kitab apapun sampai hari kiamat baik itu sebagai sumber hukum,
sumber ilmu pengetahuan dan laain-lain.2
4. Al-Qur’an sebagai sumber hukum islam, seluruh mazhab sepakat Al-Qur’an sebagai
sumber utama dalam Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam menetapkan hukum,
dalam kata lain bahwa sumber hukum dalam berhujjah. Al-Qur’an termasuk dalam
mushaf, artinya bahwa setiap wahyu Allah yang lafaz dan maknanya berasal dari-
Nya itu termaktub dalam mushaf (yang telah dibukukan)

1
Deparemen agara RI. Al-Qur’an dan sunnah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2000) hal 70
.
2
Abuddin nata, Al-Qur’an dan hadist, (Jakarta : PT Grafindo Persada. 1996) hal 58.

2
5. Al- Qur’an adalah sumber daru segala sumber ajaran islam. Kitab suci menempati
posisi yang bukan saja dalam perkembangan dan pegembangan ilmu-ilmu ke
islaman, tetapi juga merupakan inspirator dan pemandu gerakan-gerakan umat
islam sepanjang empat belas abad lebih sejarah pergerakan umat ini.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menafsurkan ayat-ayat A-Qur’an
diantaranya adalah metode tafsir Al-Aqli Al-ijtihadi atau yang lebih dikenal dengan
sebutan tafsir bil al-ra’yi (tafsir berdasarkan pikiran) tafsir ini juga disebut tafsir bi al-
aqli tafsir bil al-dirayah (tafsir berdasarkan pengetahuan)m atau tafsir bi al-ma’qul..
tafsir ini sering digunakan oleh para musafir untuk melegetimasi mazhabnya sesua
dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan
mazhabnya. Sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan mazhab nya.3
Dengan Al-Qur’an Allah telah membukakan mata yang buta, telinga yang tuli
dan hati yang lalai. Bila dibaca dengan benar, dipahami secara mendalam setiap kalimat
dan kata-katnya, tidak keluar dari batas-batasnya, melaksanakan perintah-perintah yang
ada di dalam nya, menjauhi larangan-larangan nya, menerapkan prinsip-prinsip dan nilai
terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat, maka akan menjadikan umat islam merasa
aman, tentram dan bahagia dunia akhirat.4
B. Hukum Membaca Al-Qur’an
Al-Qur‟an merupakan pedoman, petunjuk bagi umat Islam baik dalam kehidupan
di dunia lebih-lebih dalam kehidupan akhirat nanti.Maka setiap mukmin yang
mempercayai Al-Qur‟an mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap kitab suci
itu.Diantaranya kewajiban dan tanggung jawab itu ialah mempelajari dan
mengajarkannya.Belajar dan mengajarkan Al-Qur’an adalah kewajiban suci lagi mulia.
Sebelum membaca Al-Qur’an, hendaklah mengetahui tata cara menyambung dan
memutus bacaan pada suatu tempat yaitu : saat membaca Isti’adzah, Basmalah, dan Awal
surat. Cara menyambung dan memutus bacaan pada kedua tempat tersebut sangat perlu
diketahui, agar dapat membaca Al-Qur’an dengan tertib dan tidak jatuh pada kekeliruan
karena menerapkan cara yang tidak dibolehkan.
1. Isti’adzah
 Isti’adzah dan ta’awudz artinya memohon perlindungan kepada Allah SWT.
 Hokum membaca Isti’adzah bagi seseorang yang akan memulai membaca Al-Qur’an
adalah sunnah.

3
M. Quraish shihab, Membumikan Al-Qur’an , (Bandung: penerbit mizan, 1992) hal 94
4
M. Ali hasan, Studi Islam, Al-Qur’an Dan As-Sunnah (,Jakarta:PT Raja Grafindo persada, 2000). Hal 87

3
 Apabila kamu membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada
Allah dari setan yang terkutuk.
 Kalimat bacaan Isti’adzah

Adapun cara membaca Isti’adzah ada dua yaitu Jahr dan Sirri.

1) Jahr, bacaan yang keras dan dapat didengar orang lain.


2) Sirri, bacaan yang pelan dan hanya dapat didengar oleh pembacanya saja.
2. Basmalah
 Basmalah biasanya dibaca sesudah Isti’adzah dan Basmalah adalah tanda memulai
surat baru atau awal surah.
 Kalimat bacaan basmalah.

Allah SWT telah mensyariatkan kepada orang yang membaca Al-Qur’an untuk
mengetahui dan menetapkan tata cara membaca Al-Qur’annul karim, dimana pertama kali
Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad saw untuk membaca Al- Qur’annul karim,
sebagaimana firmannya :

Ayat ini mengandung atri bahwa dalam membacaAl- Qur’annul karim, kita harus
membacanya dengan tumaninah dan tadabbur (memperhatikan isinya) dan membacanya
secara terus-menerus, yaitu pembaca tarqiq dan dibaca tebal (tafkhim) bilamana bacaan
itu termasuk bacaan tafhkim. Juga bacaan pendek apabila bacaan itu pendek, yang dibaca
panjang dipanjangkan, yang dibaca jelas (izh-har) maka harus dibaca dengan jelas, yang
dibaca dengung maka harus dibaca dengung, yang dibaca samar(ikhfa) maka haus

4
disamarkan. Dan huruf yang dibaca harus sesuai dengan tempat keluarnya (makhharijul-
huruf) dan janganlah mencampurkan antara yang satu dan yang lainnya.5

Dalam membaca Al-Qur‟an tentunya tidak lepas dari yang namanya ilmu tajwid,
karena ilmu tajwid termasuk ilmu terpenting yang harus diketahui setiap muslim. Tanpa
memahami ilmu ini seorang muslim pasti kesulitan dan melakukan banyak kesalahan
dalam membaca Kitabullah, Al-Qur‟an. Agar kegiatan membaca kita minim dari
kesalahan kita harus mengetahui ilmu tajwid dengan cara mempelajarinya. Karena itulah
ilmu ini selalu dipelajari secara antusias oleh setiap generasi muslim, secara turun
temurun.

Adapun pendapat ulama lainnya dalam memahami anjuran membaca Al-Qur’an wajib
membaca Isti’adzah terlebih dahulu.Maka apabila meninggalkan bacaan Isti’adzahketika
hendak memulai membaca Al-Qur’an, hukumnya berdosa.

Dalam mempelajari Al-Quran, bukan hanya memperhatikan isinya atau artinya saja,
tetapi perlu juga membacanya dengan secara tartil (teratur dan benar). Karena apabila
salah pembacaannya akan salah juga dalam pengartiannya. Secara hukum, apabila seorang
pembaca Al-Quran salah membacanya, ia akan menjadi dosa bagi pembacanya. Walaupun
tidak mempelajari ilmunya tetap membacanya harus teratur dan benar, karena dihukum
fardhu ‟ain (kewajiban yang berhubungan dengan individu).Tetapi untuk mempelajari
Ilmu Tajwid hukumnya fardhu Kifayah (kewajiban yang berhubungan dengan banyak
orang).

Mempelajari Al-Qur’an tentunya kita harus belajar kepada ahlinya atau seorang guru
yang mahir agar ilmu yang kita dapatkan benar dan sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan didalam Al-Qur’an. Seperti halnya yang telah disampaikan Syaikh Salim bin
Ied al-Hilal ketika menjelaskah hadist Ustman, “Pembaca Al-Qur’an yang tidak berguru
tidak akan sanggup membacanya (dengan benar) karena didalamnya berhubungan dengan
tajwid, hukum-hukum dan ilmu-ilmu lainnya, semua itu membutuhkan bimbingan seorang
guru. Karenaitu, beliau (Nabi Muhammad SAW) menganjurkan kita agar mempelajarinya
dari ahlinya, dan menganjurkan orang yang telah mempelajarinya agar
mengajarkannya.Tentu hal tersebut sangat bergantung pada orang yang mengajarinya.

5
Siti Pramitha Retno Wardhani, Sukses Membaca Al-Qur’an Dengan Tartil, (Diandra Kreatif), Hal. 9-23.

5
Agar membaca al-Qur’an dapat memberikan manfaat berupa tadabbur, pengaruh pada
hati dan keistiqamahan dapat ditunaikan sebagaimana ynag ditunaikan oleh Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya yang paling mulia. Untuk itu maka harus
diperhatikan adab-adab dan hokum-hukumnya, serta berkomitmen dengan itu semua
sebelum maupun pada saat membacanya. Yaitu sebagai berikut :

1) Keikhlasan niat karena Allah Ta‟ala:


Seorang pembaca al-Qur‟an al-Karim seharusnya mengikhlaskan niatnya,
melepaskan diri dari semua tujuan-tujuan dunia, mencari pahala dan balasan dari
Allah Tabaraka wa Ta‟ala, serta mewaspadai riya‟ dan kekaguman pada diri sendiri,
karena membaca adalah salah satu amalan manusia mukallaf yang untuk keabsahan
dan diterimanya di sisi Allah dipersyaratkan untuk mengikhlaskan niat karena
berharap dapat melihat Wajah-Nya yang Mahamulia,
2). Mengamalkan al-Qur’an
Yaitu dengan menghalalkan yang halalnya, mengharamkan yang haramnya,
berhenti pada larangannya, menjalankan perintahnya, mengamalkan yang
muhkamnya, mengimani yang mutasyabihnya serta menegakkan batasan-batasan dan
membaca huruf-hurufnya dengan tepat.
Terdapat larangan yang keras dan ancaman yang tegas terhadap orang yang
dikarunia oleh Allah (kemampuan menghafal) al-Qur’an namun tidak
mengamalkannya.
2) Memuliakan dan mengagungkan al-Qur’an
Seorang pembaca al-Qur’an al-Karim sepatutnya memperhatikan ketika ia
sedang membaca Kitabullah Ta‟ala hal-hal yang sejalan dengan keagungan dan
kemuliaan al-Qur‟an, agar ia dapat merasakan bahwa ia sedang bermunajat kepada
Allah Tabaraka wa Ta‟ala dan bahwa Allah juga sedang memanggilnya. Hendaknya
ia juga menjauhi segala sesuatu yang dapat mengurangi adab bermunajat (pada Allah
itu), seperti tertawa, berbicara, mempermainkan tangan, melihat hal yang melalaikan
atau yang tidak boleh dilihat, dan yang semacamnya.

3) Membaca al-Qur’an dalam keadaan suci


Disunnahka bagi seorang pembaca al-Qur‟an untuk berada dalam keadaan
berwudhu dan suci, karena ini juga merupakan bukti pengagungan al-Qur’an.

6
4) Memiliki waktu yang tepat
Membaca al-Qur’an al-Karim boleh dilakukan di setiap waktu, dan tidak ada
yang dimakruhkan jika disebabkan waktu itu sendiri. Namun di sana terdapat
beberapa waktu yang lebih memiliki prioritas di mana Allah lebih dekat kepada
hamba-hambaNya dan curahan rahmatNya turun kepada mereka. Tentu saja yang
paling utama adalah di dalam shalat, kemudian di sepertiga akhir malam di waktu
sahur, kemudian membacanya di waktu malam, lalu membacanya di waktu subuh,
lalu di sisa waktu siang lainnya.
5) Memilih tempat yang tepat
Membaca al-Qur’an disunnahkan dilakukan di tempat yang bersih lagi terpilih,
dan karena itulah sekelompok ulama menyunnahkan agar membaca al-Qur’an
dilakukan di masjid karena ia adalah tempat yang mengumpulkan kebersihan dan
kemuliaan tempat.
Dan alangkah baiknya jika seorang muslim mengkhususkan satu sisi di
rumahnya yang ia bersihkan dari berbagai penghalang, hal-hal yang menyita perhatian
dan mengganggu, jauh dari suara ribut, teriakan, obrolan duniawi, dan permainan
anak-anak.
6) Membaca cepat seperti membaca syair
Adapun membaca al-Qur‟an dengan cepat sambil tetap memperhatikan
hukum-hukum dan kecepatan membaca yang alami serta tidak memberatkan, maka
ini tidak termasuk dalam larangan ini.Bahkan membaca seperti ini termasuk jenis
membaca yang disyariatkan.
7) Duduk dengan baik dan menghadap kiblat
Seorang qari‟ harus berada dalam posisi duduk yang tepat dan baik untuk
menunjukkan penghambaannya kepada Allah, serta membuktikan kerendahan dan
ketundukannya kepada-Nya; agar ia dapat lebih terbantu untuk mengambil manfaat
dengan membaca al-Qur‟an.
Al-Qurthuby rahimahullah mengatakan:

“Disunnahkan agar ia duduk dengan tegak jika ia di luar shalat dan tidak
dengan bersandar.

8) Membaca ta‟awudz saat mulai membaca al-Qur’an


Disunnahkan bagi seorang pembaca al-Qur‟an untuk membaca ta‟awudz
sebelum membaca al-Qur‟an, sebagai pelaksanaan terhadap firman-Nya:

7
“Maka apabila engkau membaca al-Qur‟an, maka mohon perlindunganlah
kepada Allah dari syetan yang terkutuk.”(al-Nahl: 98) .

Maka dalam membaca al-Qur‟an tidak hanya bagaimana bisa membacanya


hingga berkali-kali, tanpa disertai pemahaman terhadap apa yang dibaca. Sebab
membaca dengan tartil dan tadabbur meskipun kadar bacaan lebih sedikit itu jauh
lebih utama daripada membaca dengan cepat dan jumlah yang dibaca lebih banyak.
Karena tujuan terbesar dari membaca al-Qur’an adalah pemahaman dan tadabbur.

Ini adalah perintah dari Allah Ta‟ala terhadap hamba-hambaNya melalui lisan
Nabi-Nya Shallallahu „Alaihi wa Sallam, apabila mereka ingin membaca al-Qur‟an,
hendaknya mereka memohon perlindungan kepada Allah dari syetan.6

C. Keutamaan Membaca Al-Quran


a) Al-Quran sebagai petunjuk bagi umat manusia

‫اّنَهَذ ا اْلُقْر آَن ِيْهِد ي ِلَّلِتي ِهَي َأْقَو ُم َو ُيَبِّش ُر اْلُم ْؤ ِمِنيَن اَّلِذ يَن َيْع َم ُلوَن الَّصاِلَح اِت َأَّن َلُهْم َأْج ًرا َك ِبيًرا‬

Artinya: Sesungguhnya Al-qura’an ini memberikan pentunjuk kepada( jalan )


yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mu’min yang
mengerakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.( Q.S Al-Isra’
ayat :9)

Alquran diturunkan kepada nabi Muhammad SAW memberikan petunjuk


kejalan yang baik yaitu ajaran islam dan memberikan kabar gembira pada orang-
orang mukmin yang beramal shaleh, berupa pahala dan ganjaran yanh besar di sisi
Allah SWT. All-qur’an selalu memberi petunjuk yang paling baik dalam
menyelesaikan masalah-masalah damn paling utama adalah perkara dalam agama
islam dan alquran memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman yang
senantiasa melakukan amal shalih.

b) Membaca Al Quran adalah perdagangan yang tidak pernah merugi

‫اَّلِذ يَن َيْتُلوَن ِكَتاَب ِهَّللا َو َأَقاُم وا الَّص اَل َة َو َأْنَفُقوا ِمَّم ا َر َز ْقَناُهْم ِس ًّر ا َو َع اَل ِنَيًة َيْر ُجوَن ِتَج اَر ًة َلْن‬
‫َتُبوَر ِلُيَو ِّفَيُهْم ُأُجوَر ُهْم َو َيِز يَد ُهْم ِم ْن َفْض ِلِه ِإَّنُه َغ ُفوٌر َش ُك وٌر‬

6
Mahmud Al-Dausary, Membaca Al-Qur’an : Adab dan Hukumnya, Ruang Kata Imprint, Hal. 24-27.

8
Artinya : sesungguhnya orang-orang yang selalu membacakitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebagaian rezeki yang kami anugerahkan kepada
mereka dengan diam-diamdan terang-terangan , mereka itu mengharapkan perniagaan
yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala dan
menambah kepada mereka dari karunia.Nya. sesungguhnya Allah Maha Pengampun
dan Maha Mensyukur.( Q.S. Fathir: 29-30)

Dapat kita ketahui apabila orang-orang selalu membacanya, memplajari kitab


Allah yakni mereka mendirikan shlat dan mereka melaksanakannya secara rutin dan
memeliharanya( dan menafkahkan sebagain dari rezekinya yang Allah Berikan. Ada
beberap hikmah QS. Fathir ayat 29-30 manusia hendaklah setiap hari melaksanakan
transaksi dunia dan akirat, bisnis perdagangan yang tidak akan rugi adalah membaca
Al-Qur’an, mendirikan shalat dan infak. 7Apabia melaksanakan bisnis dan tidak rugi
perniagaaan bisnis dan traknsaksi harus dengan landasan Al-Qur’an.

c) Al-Quran sebagai obat penawar dan rahmat

‫َ َو ُنَنِّز ُل ِم َن اْلُقْر آِن َم ا ُهَو ِش َفاء َو َر ْح َم ٌة ِّلْلُم ْؤ ِمِنيَن َو َال َيِز يُد الَّظاِلِم يَن‬

Artinya: dan kami turunkan dari Alqur’an satu yang menadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang yang beriman dan AlQur’an itu tidaklah kepada orang
–orang zalim.( Q.S Al-Isra’: 82)

Al-Qurthubi menjelaskan ada beberap pendpata dalam menafsirkan kata


syifa’’ pada ayat tersebut pertama alqura’an dapat menad terapi bagi iwa seseorang
yang dalam kondisi kebodohan dan keraguan. Yang edua al qur’an membuka jiwa
seseorang yang tertutup dan menyembuhkan jiwa yang rapuh dengan membaca
alquran juga menjadi terapi untuk menyebumhkan penyakit jasmani.

Bila seseorang menuntut ilmu bukan karena Allah dan tujuan hidupnya bukan
mencari ridha Allah, kondisi ini akan mengakibatkan kerusakan, penyakit jasmani dan
rohani jadi obat penawar yang digunakan untuk mengobati kedua penyaki adalah
dengan membaca serta mengamalkan isi Al-Qur’an, alquran mengarahakan jalan
terbaik untuk memaksimalkan eksistensinya, mengembangkan karakter baiknya dan
menjadikan kebahagian dunia akhirat.

7
Hamdani ihsan. Filsafat Pendidikan Islam,( Bandung: Pustaka Setia: 2001), Hal 24

9
d) Dalil Hadist tentang Keutamaan Membaca Al-Quran

Adapun di antara keutamaan membaca al-Qur`an dari sunnah


Rasulullah SAW adalah:

a) Menjadi manusia yang terbaik:

"Dari Utsman bin 'Affan rad, dari Nabi saw, beliau bersabda:

‫َخ ْيُر ُك ْم َم ْن َتَع َّلَم ْالُقْر آَن َو َع َّلَم ُه‬

Artinya: sebaik-baiknya kamu adalah otang yang memplaari Al-Quran dan


mengajrkannya.( HR. Al-Bukhari)

b) Kenikmatan yang tiada bandingnya:

Dari Abdullah bin Umar RA, dari Nabi, beliau bersabda:

‫َالَح َس َد ِإَّال ِفى اْثَنْيِن َر ُجٌل آَتاُه ُهللا اْلُقْر آَن َفُهَو َيُقْو ُم ِبِه آَناَء الَّلْيِل َو آناء الَّنَهاِر َو َر ُجٌل آَتاُه ُهللا‬
‫َم اًال َفُهَو ُيْنِفُقُه آنَاَء الَّلْيِل َو آنَاَء الَّنَهاِر‬
Artinya: tidak boleh ghitbah( menginginkan sesuatu yang dimiliki orang
lain ) kecuali dalam dua hal: ( pertama) orag yang diberikan Allah SWt keahlian
tentang Al-Qur’an maka dia melaksanakannya( membaca dan mengamlaknnya)
malam dan siang hari . dan seseotang diberi Allah SWT kekayaan harta, maka ia
infakkan sepanjang hari dan malam( Mutafaqun Alaih).8

c) Al-Quran sebagai pemberi Syafaat

Dari Abu Umamah al-Bahili RA, ia berkata, 'Saya mendengar


Rasulullah SAW bersabda:

‫ِاْقَر ُؤ ْو ا اْلُقْر آَن َفِإَّنُه َيْأِتي َيْو َم اْلِقَياَم ِة َش ِفْيًعاِ َألْص َح اِبِه‬

Artinya: baca Al-qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari


kiamat memberi syafaat bagi ahlinya(yaitu orag yang memvbacanya,
mempelajari dan mengamalkannya).(HR. Muslim).

8
Zeid Husein Al-Hamid, Ringkasan Ihya Ushuluddin,( jakarta: Pustaka amani, 2007) Hal 116

10
Dalam hadis diatas dapat kita ketahui bahasannya etiap individu yang
membaca alquran dengan memahami dan mengamalkannya akan diberikan
syafaat atau pertolongan bagi ummat manusia yang dapat menerapakan anjuran
untuk mengamalkan isi al-qur’an .

d) Pahala berlipat ganda

Dari Ibnu Mas'ud rad, ia berkata, 'Rasulullah SAW bersabda:

‫ َالَأُقْو ُل ألم َح ْر ٌف َو لِكْن َأِلٌف‬,‫َم ْن َقَر َأ َح ْر ًفا ِم ْن ِكَتاِب ِهللا َفَلُه ِبِه َحَس َنٌة َو اْلَح َس َنُة ِبَع ْش ِر َأْم َثاِلَها‬
‫َح ْر ٌف َو َالٌم َح ْر ٌف َو ِم ْيٌم َح ْر ٌف‬.

Artinya: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari alqur’an, maka


untuknya satu kebaikan dan satu kebaikan dilipat gandakan dengan sepuluh kali
lipat , saya tidak mengatakan alif laam miim’ satu huruf , akan tetapi alif adalah
satu huruf laam satu huruf dan miim satu huruf” .( HR. At-Tirmidzi).

e) Dikumpulkan bersama para malaikat

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, 'Nabi Muhammad SAW


bersabda:

‫ َو اَّلِذ ي َيْقَر ُأ اْلُقْر آَن َو َيَتَتْعَتُع ِفْيِه َو ُهَو َع َلْيِه َش اٌّق َلُه‬,‫الَم اِهُر ِباْلُقْر آِن َم َع الَّس َفِر اْلِكَر اِم اْلَبَر َرِة‬
ِ‫َأْج َر ان‬

Artinya: Orang yang membaca al-qur’an dan ia mahir dalam membacanya


maka ia dikumpulkan bersama para malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan
orang yang membaca al-quran dan ia masih terbata-batas dan merasa berat dalam
membacanya maka ia mendapat dua pahala(Muttafaqun ‘alaih).

Inilah sebagain dari anjurandan keutamaan membaca alqur’an dan yang perlu
diingat bahwa pahala membaca Al-Qur’an diperoleh bagi siapapun yang
membacanya, walaupun tidak memahami makna dan tafsirnya. Apabila dapat
memahaminya pahala tentunya lebih baik banyak pahalnya , sebagain ulama
menyebutkan beberapa hikmah keistimewaan membaca Al-Qur’an yang pahalnya
bisa diperoleh diantaranya:

11
1) Sebagai faktor penting untuk menjaga keutuhan dan keaslian al-Qur`an dari
perubahan dan campur tangan manusia, seperti yang menimpa kitab-kitab
sebelumnya.
2) Membentuk persatuan kaum muslimin secara bahasa, memperkuat persatuan
agama, dan memudahkan sarana komunikasi di antara mereka serta memperkokoh
barisan mereka.
3) Sebagai langkah pertama bagi pembaca al-Qur`an untuk tadabbur, memahami dan
mengamalkan al-Qur`an.9

Berdasarkan anjuran-anjuran dan keutamaan-keutamaan di atas, para salaf sangat


bersungguh-sungguh dalam memperbanyak membaca al-Qur`an dan menghapalnya,
karena mengharapkan keutamaan dan pahala ini, serta karena cinta terhadap Kitabullah
dan mendapatkan kenikmatan dengan membacanya. Imam Abdurrahman al-Auza'i
rahimahullah berkata: “Ada lima perkara yang selalu dipegang para sahabat nabi dan
para tabi'in yang mengikuti langkah mereka dalam kebaikan: Selalu bersama jama'ah
kaum muslimin, mengikuti sunnah, memakmurkan masjid, membaca al-Qur`an dan jihad
fi sabilillah.

D. Pengertian Ilmu Tajwid


Tajwid menurut lughat (etimologi) adalah mendatangkan atau membaca
dengan baik. Sedangkan menurut istilah (terminologi) adalah Ilmu yang dengannya kita
dapat mengetahui bagaimana cara mengucapkan huruf-huruf Al-Qur’an, baik tebal
tipisnya, panjang pendeknya (mad-qosnya), sifat-sifatnya, serta cara membacanya
dengan baik. Dapat dielaskan bahwa ruang lingkup tajwid berkenaan dengan melafalkan
huruf-huruf hijaiyah dan bagaimana tata cara melafalkan huruf-huruf tersebut sebaik-
baiknya. Apabila salah satu huruf dilafalkan sebagaimana tata caranya, maka fungsi
tajwid sebagai ilmu memperbaiki tata cara membaca Al-Qur’an.

Apabila hal tersebut diabaikan, maka dapat menjeremuskan seseorang pada


perbuatan haram atau dimakruhkan. Misalnya berhenti pada kalimat yang haram waqaf,
jika tuntunan ini diabaikan menjadi perubahan makna atau arti yang menyalahi tujuan
makna aslinya. Jadi dapat kita simpulakn bahawa ilmu Tajwid adalah ilmu yang berguna
untuk mengetahui bagaimana cara melafalkan huruf yang benar dan dibenarkan, baik
berkaita dengan sifat, mad dan sebagainya.

9
Sumantri jambari, Kedahsyatan Membaca Al-Qur’an.( Jakarta Selatan: PT Kawah Media. 2012)hal. 68

12
a. Faedah (Kegunaan) Ilmu Tajwid
Faedah mempelajari Ilmu Tajwid adalah Untuk mencapai kebenaran
semaksimal mungkin dalam membaca Al Qur’an sesuai yang diterima dari Nabi
Muhammad SAW.
b. Hukum Mempelajari Tajwid
Hukum mempelajari Ilmu Tajwid adalah Fardu Kifayah, yaitu
kewajiban yang boleh diwakilkan oleh sebagain orang muslim saja. Namun
praktek pengalamannya fardu ain yaitu kewajiban yang harus dilakukan oleh
seluruh pembaca Al-Quran dan kaum muslimin dan muslimat yang sudah
mukallaf.

c. Macam-macam Hukum lmu Tajwid

1). Hukum bacaan nun mati (‫ ) ن‬atau tanwin

Nun mati/tanwin apabila bertemu dengan huruf-huruf hijaiyyah


hukum bacaannya ada empat macam, yaitu: Idzhar, idgham, iqlab dan ikhfa

a. Idzhar ( ‫) إْظَهار‬
Idzhar artinya jelas atau terang. Apabila ada nun mati/tanwin (/
‫ ) ٌ ٍ ً ْن‬bertemu dengan salah satu huruf halqi hukum bacaannya disebut
idzhar.

Huruf-huruf halqi itu ada enam yaitu: ‫ا ح خ ع غ ھ‬

b. Idzhar Syafawi ( ‫)ِاْظَهاْر َشَفِو ِّي‬

Idzhar syafawi artinya apabila mim mati bertemu dengan salah


satu huruf hijaiyyah selain huruf mim dan ba’, maka hukum
bacaannya disebut idhar syafawi. Cara membacanya bunyi mim
disuarakan dengan terang dan jelas tanpa berdengung di bibir dengan
mulut tertutup.

c. Idgham ( ‫) ِاْد َغاٌم‬

Idgham artinya memasukkan atau melebur. Apabila nun mati


atau tanwin bertemu salah satu huruf dari huruf ‫ ي ن م و ل ر‬maka
wajib dibaca idgham, cara membacanya seolah mentasydidkan nun

13
mati/tanwin ( ‫ ْن‬/ ً ٍ ٌ ) ke dalam huruf hidup sesudahnya. Sehingga
bunyi nun mati atau tawin tidak terdengar sama sekali.

Idgham terbagi menjadi tiga macam, yaitu: idgham bighunnah


dan idgham bila ghunnah.

a) Idgham bighunnah ( ‫) ِاْد َغاٌم ِبُغَّنٍة‬

Idgham bighunnah artinya memasukkan atau melebur dengan dengung


(ghunnah) yaitu bila nun mati atau tanwin bertemu salah satu huruf idgham
bighunnah yang empat yaitu:

Hukum bacaannya wajib dibaca berdengung (bighunnah) dengan


meleburkan suara nun mati/tanwin ke dalam huruf yang ada di depannya.

b) Idgham bilaghunnah ( ‫)ِاْد َغاٌم ِبَال ُغَّنٍة‬

Idgham bilaghunnah artinya memasukkan atau melebur tanpa


berdengung. Apabila nun mati atau tnwin bertemu dengan salah atu huruf
idgham bilaghunnah yaitu ‫ل ـ ر‬

Hukum bacaannya tidak boleh berdengung tetapi wajib melebur nun


mati/tanwin ke dalam huruf sesudahnya.

c) Idghom Mimi ( ‫)ِاْد َغاٌم ِم يِم ي‬

Hukum bacaan disebut idgham mimi apabila mim sukun bertemu dengn
mim yang sejenis. Cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim
rangkap atau ditasydidkan dan wajib dibaca dengung. Idgham mimi sering
pula disebut idgham mitslain atau idgham mutamatsilain (idgham yang
hurufnya serupa atau sejenis)

Contoh:

Mim mati bertemu huruf mim : ‫َو َم ا َلُهْم ِم َن ِهللا‬

1. Iqlab ( ‫) اقالب‬

14
Iqlab artinya membalik atau mengganti. Apabila nun mati/tanwin
bertemu dengan huruf ‫ب‬, maka hukum bacaannya disebut iqlab. Cara
membacanya adalah bunyi nun mati/ tanwin berubah menjadi bunyi mim (
‫ )ْم‬Huruf iqlab hanya satu yaitu huruf ‫ب‬

2. Ikhfa ( ‫)ِاْخ َفاٌء‬

Ikhfa artinya menyamarkan/menyembunyikan bunyi nun mati atau


tanwin. Maksudnya bunyi nun mati/ tanwin dibaca samar-samar antara jelas
dan dengung, serta cara membacanya ditahan sejenak. Hukum bacaan
disebut ikhfa apabila nun mati/tanwin bertemu dengan salah satu huruf
ikhfa yang jumlahnya ada 15 yaitu:

‫تـثـجـدـذـز–سـشـصـضـطـظـفـقـك‬

3. Ikhfa Syafawi ( ‫)ِاْخ َفاء َش َفِو ّي‬

Ikhfa Syafawi adalah menyembunyikan atau menyamarkan huruf


mim.Hukum bacaan disebut ikhfa syafawi apabila mim mati atau mim
sukun bertemu dengan huruf ba ( ‫)ب‬. Adapun cara membacanya harus
dibunyikan samar-samar di bibir dan didengungkan.

Contoh:

Mim mati bertemu huruf ba’ : ‫َتْر ِم ْيِهْم ِبِح َج اَرٍة‬

2) Hukum bacaan Qalqalah


Secara basahasa arti Qalqalah yaitu getaran suara, adapun secara
istilah qalqalah berati menyembunyikan huruf yag bertanda sukun(mati)
dengan suara yang lebih ditekan lagi dari makhraj hurufnya. Jumlah huruf

qalqalah ada 5 yaitu: ‫ب‬ ‫د ق ج ط‬.

15
Adapun macam-macam qalqalah diantaranya:

a. Qalqalah Kubra
Qalqalah kubra adalah salah satu huruf qalqalah berharkat mati/
sukun tidak asli yang disebabkan adanya wakaf cara membacanya lebih
jelas dan memantul.
b. Qalqalah Sughra
Qalqalah sughra adalah salah satu huruf qalqalah berharkat mati/
sukun asli yang disebabkan adanya wakaf cara membacanya lebih jelas
dan memantul.
3. Hukum bacaan Lam
Ada dua macam hukum bacaan lam diantaranya:
1) Lam Mufakhamah adalah
Lam mufakhamah adalah apabila lam dalam ‫ ل‬dan ‫ا‬

‫ِهلل‬didahului oleh harakat fathah atau dhommah maka harus dibaca


tebal.
2) Lam muraqqah
Lam mufakhamah adalah apabila lam dalam ‫ ل‬dan
‫ِهللا‬didahului oleh harakat fathah atau dhommah maka harus dibaca tipis
4. Hukum bacaan Ra’
Adapun macam-maca Hukum bacaan Ra’ diatanya:
1) Ra’ mufakhamah
Ra’ mufakhamah adalah Ra’ yang dibaca tebal, Ra dibaca tebal
apbila memenuhi syarat-syarat yang harus dipenuhi seperti: Ra’
berharkat fathah, dhommah, Ra’ berharkat sukun sedangkan huruf
sebelumnya berharkat fathah atau dhommah
2) Ra’ muraqqah
Ra’ muraqqah adalah Ra’ yang dibaca tipis, Ra dibaca tebal
apbila memenuhi syarat-syarat yang harus dipenuhi seperti: Ra’
berharkat kasrah, Ra’ berharkat sukun sedangkan huruf sebelumnya
berharkat kasrah namun setelah Ra’ bukan huru isti’la.

16
5. Hukum Bacaan Mad
Kata mad berasal dari bahasa Arab yang berarti memanjangkan
sedangkan menurut istilah , mad berarti memanjangkan huruf hijaiyah
sesuai dengan sifat dan syaratnya masing-masing. Adapun macam-macam
mad diantaranya:
1) Mad Thabi’i
Adalah bacaan huruf hijaiyah yang dipanjangkan secara biasa
atau sering disebut mad pokok, cara membacanya yaitu dipanangkan
satu alif( 2 harkat) disebut mad Thabi’i apabila terdapat hal-hal
berikut:
 Jika ١ ada jatuh sesudah harkat fathah
 Jika ‫ و‬ada jatuh sesudah harkat dhommah
 Jika ‫ ي‬ada jatuh sesudah harakat kasrah
2) Mad Far’i
Mad Far’i adalah semua mad selain mad Thabi’i karena
bersumber dari mad thabi’i maka disebut mad Far’i yang mempunyai
arti mad cabang. Adapun macam- macam dari mad Far’i diantranya:
a) Mad wajib Muttashil
Adalah bacaan mad thabi’i yang bertemu dengan huruf
hamzah dalam satu kata, panjang bacannya yaitu 3 alif( 6 harkat).
b) Mad Jaiz munfashil
Adalah bacaan mad thabi’i yang bertemu dengan huruuf
hamzah tetapi tidak dalam satu kata, panjang bacannya yaitu 2 1/2
alif( 5harkat).
c) Mad Layyin
Adalah apabila ada salah satu huruf hijaiyah yang berharkat
fathah sebelum waw sukun atau ya sukun.
d) Mad Aridil Lis Sukun
Adalah jika ada bacaan mad thabi;i bertemu dengan huruf
hijaiyah hidup yang dibaca mati/ tanda wakaf, panjang bacannya 1
alif atau 2,3 alif.

17
e) Mad Iwadi
Adalah apabila ada huruh hijaiyah yang berharkat
fathahtanwin yang dibaca wakaf diakhir kalimat panjang bacannya
1 alif( 2 harkat). 10

BAB III

10
Guru, Bina Karya. Bina Belajar Al-Qur’an Hadits untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI. (Jakarta: Erlangga. 2009)

hal 78

18
PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Quran adalah satu-satunya kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai pedoman
hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Sudah jelas diterangkan di
dalam Al-Quran itu sendiri bahkan banyak juga dalam hadis nabi yang menyatakan
keutamaan-keutamaan mempelajari Al-Quran semua itu menuju kepada kebahagiaan manusia
baik di dunia maupun di akhirat.

Mempelajari Al-Quran tidak lah sama seperti mempelajari pelajaran umum lainnya, Al-
Quran merupakan Imam dari segala ilmu karena di dalamnya mengandung dasar ajaran Islam
baik yang menyangkut, tauhid, ibadah maupun muamalah. Oleh karenanya untuk
mempelajari Al-Quran harus disertai dengan adab yang benar sesuai dengan tuntunan Islam,
sehingga dengan mempelajarinya akan dinilai ibadah oleh Allah SWT dan menghasilkan
manfaat-manfaat lainnya yang akan kita rasakan baik saat di dunia maupun di akhirat kelak.

Ilmu Tajwid adalah sebuah ilmu tentang kaidah serta cara – cara membaca Al-Qur’an dengan
sebaik – baiknya. Memelihara bacaan Al-Qur’an dari kesalahan dan perubahan serta
memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca merupakan tujuan dari Ilmu Tajwid.
Belajar Ilmu Tajwid hukumnya fardhu kifayah, sedang membaca Al-Qur’an dengan baik
(sesuai dengan Ilmu Tajwid) hukumnya fardhu ‘Ain. Banyak dalil wajib mewajibkan
mempraktekan tajwid dalam setiap pembacaan Al-Qu’an.

kita juga dianjurkan menghapalnya dan menjaga hapalan tersebut agar jangan terlupakan,
karena hal itu merupakan salah satu bukti nyata bahwa Allah SWT berjanji akan menjaga al-
Qur`an dari perubahan dan penyimpangan seperti kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya

B. Saran dan kritikan

Di bagian ini, tak ada yang kami akan ucapkan, kecuali mengingatkan bagi diri kami
sendiri juga bagi saudara kami seiman-seislam, mari menjadikan Al-Quran sebagai teman
akrab kita, karena Al-Quran lah yang akan jadi penerang hidup dan mati kita nanti.

DAFTAR PUSTAKA

19
Guru, Bina Karya. 2009. Bina Belajar Al-Qur’an Hadits untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas
VI. Jakarta: Erlangga.

Sumantri jambari, 2012 Kedahsyatan Membaca Al-Qur’an.( Jakarta Selatan: PT Kawah


Media)

Hamdani ihsan. 2001. Filsafat Pendidikan Islam,( Bandung: Pustaka Setia)

Zeid Husein Al-Hamid, 2007. Ringkasan Ihya Ushuluddin ( Jakarta: Pustaka amani)

Mahmud Al-Dausary, Membaca Al-Qur’an : Adab dan Hukumnya, Ruang Kata Imprin

Siti Pramitha Retno Wardhani, 2015 Sukses Membaca Al-Qur’an Dengan Tartil, Diandra
Kreatif

M. Quraish shihab, 1992. Membumikan Al-Qur’an , (Bandung: Mizan, )


M. Ali hasan, 2000 Studi Islam, Al-Qur’an Dan As-Sunnah, (Jakarta:PT Raja Grafindo
persada)

Deparemen agara RI. 2000. Al-Qur’an dan sunnah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.)
Abuddin nata, 1996. Al-Qur’an Dan Hadist, (Jakarta : PT Grafindo Persada. )

20

Anda mungkin juga menyukai