Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Alquran

Dosen Pengampu : Ahmad Saifudin, S.Th.I.,M.Hum

SEJARAH TANDA BACA ALQURAN

Oleh : Nur Azizah (21010138)


Sumarni (21010122)

A. Latar Belakang
Alquran sebagai mukjizat terbesar Nabi Saw terbukti hingga detik ini Alquran
masih menjadi referensi utama bagi umat Islam, karena tidak sedikitpun lafadz-lafadz
Alquran dapat dirubah oleh berbagai kalangan umat. Nama, tulisan, sejarah bahkan
cetakan Alquran selalu disajikan dengan berbagai ragam kreasi akan tetapi tidak
menghilangkan atau merubah isi dan kandungan yang ada dalam Alquran, sehingga
keorisionilan Alquran menjadi saksi bahwa Alquran merupakan kalamullah yang abadi
hingga kiamat kelak.
Pada akhir abad ini Alquran selalu menjadi perdebatan hangat kaum
orientalisdan muslim itu sendiri tentang keabsahan Alquran sebagai wahyu Ilahhi,
banyak kaum muslim yang mengambil hukum dan memahami Alquran secara
tekstualnya saja, sehingga banyak pemahaman yang disalah artikan. Problematika
seseorang tentang Alquran dapat ditarik kemungkinan bermula dari berbagai aspek
sejarah, perkembangan maupun cara pemaknaan.
Dalam menanggapi berbagai persoalan tentang Alquran tentu sudah adanya
penjelasan yang disampaikan melalui karya tulis, mauidhoh hasanah dan lain
sebagainya. Semua cara tersebut sudah difikirkan oleh para Ulama dan Akademisi
religius terdahulu yang sudah melakukan tentang survei penelitian terhadap bidang yang
diampu dan dikuasainya. Oleh sebab itu banyak diantara orang yang membuat kericuhan
disebabkan kurangnya pengalaman maupun ilmu pengetahuan, dikarenakan kebiasaan
orang yang suka menyerap ilmu dengan cara instan tanpa mengetahui perjuangan dan
latar belakang pembahasan.
Sejarah Alquran tidak hanya dipelajari oleh ahl Quran semata, melainkan perlu
dipelajari dan diketahui oleh seluruh umat Islam, hal ini disebabkan demi mengurangi
kesalah pahaman seseorang terhadap Alquran dan menjadikan umat Islam semakin
menghargai sehingga dapat mencintai Alquran melalui sejarah, isi dan kandungan yang
tertera dalam Alquran. Sejarah Alquran mulai dijelaskan sangat perinci dalam berbagai
bentuk karya tulis, konten vidio,info grafis maupun podcast. Dalam meningkatkan
kualitas literasi perkembangan zaman tentang sejarah Alquran, penulis mencoba

1
Sejarah Alquran
Dosen Pengampu : Ahmad Saifudin, S.Th.I.,M.Hum

memaparkan sedikit penjelasan tentang sejarah tanda baca Alquran dengan tujuan
menjawab berbagai pertanyaan yang sering dilontarkan oleh kalangan muslim
kontemporer. Pembahasan ini menjadi menarik dikarenakan tanda baca Alquran
mengalami dinamika perbedaan dalam mencapai predikat tanda baca yang sah, seperti
yang dapat kita temui dalam berbagai macam Alquran yang beredar disekitar
lingkungan terdekat. Semoga dengan adanya literatur yang disajikan dapat menjadi
bahan dalam menambah pengetahuan dan wawasan dalam mendalami ilmu tantang
Alquran.

B. Pengertian
Tanda baca atau yang sering disebut dengan dhabth, secara etimolongi dhabth
adalah tercapainya perkara dengan tujuan menjaga sesuatu. Sedangkan secara
terminilogi, dhabth adalah ilmu yang dimaksudkan untuk memberi pengertian tentang
maksud sebuah huruf, baik harakat, sukun, tasyjid, mad dan sebagainya. 1 Tidak
memperhatikan tanda baca dalam membaca Alquran tentu menjadi sebab kesalahan
dalam membaca Alquran, karena ketika salah melafalkan huruf dapat memnjadikan
kesalahan makna yang tekandung didalamnya.2

C. Sejarah
Awal masa islam berdiri, tulisan arab itu tidak ada tanda baca sama sekali.
Karena belum ada minat dari orang arab untuk memperbaikinya. Sebab pada masa itu,
tempat tinggal mereka masih nomaden jadi mereka sibuk berpindah tempat daripada
memikirkan tulisan. Bahkan sejarah bangsa arab tidak tertulis dengan jelas, karena
mereka tidak membiasakan diri umtuk mencatat peristiwa-peristiwa penting yang
terjadi.3 Orang arab pada zaman itu, susah untuk bersatu karena mereka hidup dengan
bersuku-suku, ketika dalam satu sukunya saling menguatkan tetapi mereka juga saling
merendahkan suku antar lain sehingga sering terjadi peperangan. Selain itu sebagian
besar dari mereka juga juga buta huruf, jadi mereka mengandalkan hafalan mereka
sebagai talak ukur kecerdasan seseorang.4

1
Jumroni Ayyana, Tanda Baca Dalam Al-Qu’an Studi Prebandingan Mushaf Standar Indonesia
Dengan Mushaf Madinah, 2016. hlm 60.
2
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Humaniora, 2022, hlm. 121.
3
Fatimah Batu Bara, Proses Pemberian Titik (Nuqtoh) Pada Huruf-Huruf Al-Qur’an Oleh Abu Asswad
Ad-Duali, BS Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018. hlm 66.
4
Ibid., hlm. 67.

2
Sejarah Alquran
Dosen Pengampu : Ahmad Saifudin, S.Th.I.,M.Hum

Walaupun seperti itu, orang arab juga memiliki kebiasan yang baik seperti
memuliakan tamu, menepati janji ksatria dan berani. Adapun kebiasaan yang sangat
unik yaitu menyalurkan informasi dari mulut kemulut. Syair dan pantunlah yang
menjadi kebanggaan mereka, karena dengan membuat pantun dan syair mereka bisa
berhayal semaunya sebagai ungakapan perasaan yang mereka alami. 5 Karena
sedikitnya peminat menulis, maka hanya beberapa karya yang ditempel di ka’bah,
itupun tulisan yang terbuat dari emas dan yang sudah diteliti layak untuk di tempatkan
di ka’bah sebagai bentuk penghormatan. Namun tradisi menempel tulisan ini terputus
ketika islam datang karena banyak orang islam yang bisa membuat kaligrafi maka
syair-syair arab sudah tidak digunakan lagi. Tulisan yang digunakan pada masa itu,
yaitu abad ke 7 M adalah tulisan yang sangatlah sederhana karena disitu hanyalah ada
garis tanpa ada titik sama sekali.6

Dulu mushaf utsmani yang dikirim ke kota kufah, dan kota lainya itu hampir 40
tahun masih berbentuk gundul. Persoalan tersebut tidak menjadi masalah bagi orang
arab karena mereka terbiasa membaca gundul dan mampu meletakkan fungsi sesuai
makna walapun tulisan berbentuk gundul. Tidak adanya tanda baca pada penulisan arab
tentu sangat bahaya dimana dikhawatirkan akan terjadi salah baca, karena islam
semakin luas sampai wilayah non-arab seperti syam, iran, irak, palestina dan Israel. 7
Namun setelah Islam berkembang luas hingga keluar Jazirah Arab dan bangsa Arab
mulai berinterkasi dengan bangsa lain, munculah berbagai problematika bahasa original
dan kesalahan dalam pembacaan Alquran, meski hal ini bermula dari kalangan non
Arab akan tetapi lama kelamaan akan meraba ke bangsa Arab juga. Inilah yang
menyebabkan kehawatiran penguasa Umawiyah terhadap autentitas Alquran ketika
penulisan Ustmani masih dalam keadaan gundulan tanpa baris dan harokat.

Adapun Ulama yang berperan dalam perumusan tanda baca ini diantaranya
Ubaidillah bin Ziyad bin Abihi yang menjabat sebagai Gubernur Bashrah dan Al-Hajjaj
bin Yusuf As-Saqifi yang menjabat sebagai Gubernur Iraq. Ubaidillah
menyumbangkan ide dengan menambahkan 2000 alif pada ayat Alquran yang lafalnya
terdapat huruf ilat. Selain itu beliau juga meminta tolong terhadap Abu Aswad Ad-
Dua’aly sebagai pakar nahwu untuk berperan dalam pemberian harokat pada Alquran.

5
Ibid., hlm. 68.
6
Ibid., hlm. 69.
7
Ibid., hlm. 70.

3
Sejarah Alquran
Dosen Pengampu : Ahmad Saifudin, S.Th.I.,M.Hum

Jasa yang diberikan Abu Aswad berupa titik dengan warna merah pada akhir lafadz. 1)
Fathah: satu titik diatas huruf. 2) Kasroh: satu titik dibawah huruf. 3) Domah: satu titik
pada samping kiri huruf. 4) Sukun: dua titik diatas huruf. Akan tetapi usulan Abu
Aswad belum menjawab 100% perbedaan pada huruf Alquran, misalkan fa dan qof.
Kemudian Al-Hajjaj meminta terhadap dua murid Abu Aswad (Nasr bin Asim dan
Yahya bin Amir) untuk menyempurnakan karangan Abu Aswad. Mereka
menambahkan alif kecil pada tiap sudut huruf yang bentuknya sama.

Setelah sekian lama (Daulah Umawiyah-awal Abasiyah) tanda baca karangan


kedua murid Abu Aswad yaitu Nasr bin Asim dan Yahya bin Amir digunakan, ternyata
dianggap kurang efisien juga, sehingga menimbulkan Al-Hajjaj memerintahkan pakar
bahasa arab masyhur Khalil bin Ahmad Arrahidi untuk menyempurnakan tanda baca
tersebut, sehingga terbentuknya harokat seperti yang sering kita jumpai dalam Alquran.
Sehingga penulisan ini berakhir pada sekitar akhir abad 3M.8

Faktor lain yang mengharuskan adanya tanda baca yaitu karena orang non-arab
mulai berdomisili di arab, banyak orang asing yang datang serta kegiatan perdangan
antara arab dan non-arab. Awal islam masuk bacaan al-qu’an hanya bergantung dengan
adanya nukilan dan pendengaran. Tetapi, semakin kesini kesalahan dalam membaca
semakin melebar baik itu dari non arab maupun dari arab sendiri. Hal tersebut
menjadikan bahasa arab tidak murni lagi karena telah telah tercampur dengan bahasa
asing.9

D. Ruang linkup tanda baca


1. Harakat
Harokat ada 3 yaitu fathah, dhummah, dan kasroh:
a. Fathah berbentuk seperti alif yang terbentang dari kanan ke kiri, dan berada
diatas huruf hidup. Bentuk seperti itu bertujuan untuk membedakan dengan alif.
Ide ini di gagas oleh al-Khalil Ibnu Ahmad al- farahidi.10

8 Athaillah, Sejarah Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm.321-329.


9
Fatimah Batu Bara, Proses Pemberian Titik (Nuqtoh) Pada Huruf-Huruf Al-Qur’an Oleh Abu Asswad
Ad-Duali, BS Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018. hlm 71.
.
10
Jumroni ayyana, tanda baca dalam al-quran studi prebandingan mushaf standar Indonesia dengan
mushaf Madinah, 2016. hal 72.

4
Sejarah Alquran
Dosen Pengampu : Ahmad Saifudin, S.Th.I.,M.Hum

b. Dhummah, al-Kharraz menyebutkan bahwa dhummah terbuat dari wawu. Ada


beberapa masalah dalam pembauatan dhummah. Yang pertama yaitu masalah
peletakan, Abu Zitha ar berpendapat bahwa ada 3 pilihan dalam peletakan yaitu
diatas huruf hidup, didepan huruf, dan ditulis seperti wawu. Tapi yang paling
populer adalah diletakkan diatas yang kemudian digunakan masyarakat.
Masalah yang kedua yaitu pembuangan bulatan yang ada diatas. Menurut ulama
Masyriq bulatan diatas tidak perlu dibuang, sedangkan menurut Al-Magharini
bulatan diatas harus dibuang supaya menyerupai huruf dal. 11
c. Kasrah terbuat dari ya’ yang dibalik kebelakang dan ekornya diletakkan
dibawah. Namun menurut perkataan ulama’ Masyiq dan Maghrib kepala pada
huruf ya’ harus dibuang agar menyerupai fathah.
2. Tanwin
Menurut ulama’ dhabth tanwin adalah nun dalam sebuah kata, setelah kalimat
sempurna maka baru ada tanwin. Makanya disebut dengan tanwin untuk
membedakan penulisanya.12 Adapun bentuk-bentuk tanwin ada 2 yaitu:
a. Tarkib
Bentuk tanwin tarkib yaitu posisi tanda tanwin dan huruf sejajar atau
saling bertumpukan. Alasan membuat tanda ini adalah karena makhraj dan
sifat huruf halqi dan tanwin sangat beda jauh. Saat tanwin bertemu dengan
huruf halqi maka hukum melafalkanya dalah jelas (izhar). Dikarenakan
jauhnya kedua makhraj maka tanda baca ini mengisyaratkan kalau keduanya
saling berjauhan makhraj.13
b. Itba’
Jika tanwin bertemu dengan huruf selain huruf izhar, misalkan idgham
maka hukum tanwin adalah itba’ yaitu posisi harakat yang berurutan. Tanda
ini digunakan sebagai isyarat ketepatan idham dan tanbih (peringatan)
bahwa tanwin dimasukkan ke huruf setelahnya dengan keseluruhan
sehingga tanwin menyerupai huruf setelahnya.14
3. Tanda sukun

11
Ibid., hlm. 73.
12
Ibid., hlm. 74.
13
Ibid., hlm. 75.
14
Ibid., hlm. 76.

5
Sejarah Alquran
Dosen Pengampu : Ahmad Saifudin, S.Th.I.,M.Hum

Ada banyak perdebatan ulama’ tentang sukun, menurut Sebagian ulama berkata
bahwa huruf mati tidak perlu diberi tanda, sebagai isyarat bahwa itu adalah huruf
mati. Tapi Sebagian ulama’ berkata bahwa perlu dberi tanda yaitu seperti tanda
bulatan yang diletakkan diatas secara terpisah. Lalu kesepakatan ulama bahwa
huruf mati juga harus diberi tanda yaitu sukun.15
Ada beberapa filosofi tentang sukun, menurut ahli matematika sukun berasal
dari huruf 0 yang menandakan tidak ada bacaaan. Sedangkan menurut al-Khalil
sukun terbuat dari kepala dari huruf ja yang mempunyai arti jazem yaitu pasti.
Maksudnya adalah terputusnya harokat dengan huruf.16
4. Tanda tasydid
Menurut ulama’ dhabt huruf yang bertasjid tidak membutuhkan tanda. Menurut
Al-khalili simbol tasydid terbuat dari huruf sin yang tidak ada titiknya dan
diletakkan diatas. Menurut ulama’ Madinah dan Andalusia berpendapat bahwa
tasydid itu terbuat dari dal yang berdiri tegak. Dan yang umum digunakan sampai
sekarang yaitu pendapat al-khalili.17
5. Tanda panjang (mad)
Mad adalah bacaan yang mengandung tanda Panjang, mad ada ketika ada yang
berharakat dhummah lalu bertemu dengan wawu mati, ada hururf berharakat fathah
bertemu dengan alif, ada huruf berharakat kasrah bertemu dengan ya’ mati dan garis
panjang yang membentang diatas menandakan panjangnya lebih dari 2 harokat. 18
6. Hamzah
Abu amr’ dan Abu daud berpendapat bahwa bentuk hamzah itu seperti titik.
Kalau Ibnu Dusturiah beperndapat bahwa hamzah tidah memilki tanda karena
beratnya pengucapan. Akhirnya pendapat pertamalah yang ditarjih oleh Al-kharaz,
yaitu titik hitam adalah bentuk hamzah. Waktu demi waktu bentuk ini semakin tidak
relevan, lalu diganti dengan huruf ‘ain. Ternyata diganti huruf ain juga
membingungkan untuk membedakan huruf ‘ain dan hamzah. Akhirnya al-Khalil
ibnu Ahmad al-Farahidi berpendapat diganti dengan kepala huruf ‘ain saja supaya

15
Ibid., hlm. 78.
16
Ibid., hlm. 79.
17
Ibid., hlm. 82.
18
Ibid., hlm. 82.

6
Sejarah Alquran
Dosen Pengampu : Ahmad Saifudin, S.Th.I.,M.Hum

lebih gampang untuk dibedakan, dan pendapat itu disetujui hingga digunakan
sampai sekarang.19
7. Hamzah washal
Ulama berpendapat hamzah washal juga harus diberi tanda, walaupun hamzah
washal hilang ketika didahului oleh huruf yang hidup. Kebanyakan ulama maghribi
mengggunakan tanda garis membentang, lalu Ad-daini memperindah dengan
mengubahnya menjadi bulatan yang bolong ditengahnya. Namun menurut ulama’
masyriq seperti huruf dal yang terbalik, tapi ada sebagian yang berpendapat bahwa
bentuknya seperti kepala huruf shad, lalu pendapat ini lah yang diambil. Adapun
posisi menurut ulama’ al-maghribi berada diatas sebelum harokat fathah dan berada
dibawah sebelum harokat kasrah.20
8. Ikhtilas, isymam dan imalah.
a. Ikhtilas adalah suatu ibarat cepatnya dalam membunyikan harakat, ada
Sebagian yang mendengarkan tidak ada harokat padahal itu ada.21
b. Isymam adalah memonyongkan bibir sebagai isyarat tercampurnya dhummah
pada sukun,22
c. Imalah adalah mengucapkan fathah dengan mendekati kasrah.23
9. Peletakan tanda huruf yang dibuang
Huruf yang banyak dibuang adalah huruf illat yaitu wawu, alif dan nun. Lalu
yang sedikit dibuang adalah huruf mim. Jika ada huruf yang sejenis yang pertama
mati dan yang kedua asli atau itu menunjukkan jama’, tanda bacanya ada dua
pilihan yaitu menampakkan huruf yang dibuang dan tidak menampakkannya. 24
10. Tanda huruf tambahan
Huruf tambahan adalah huruf yang gugur secara pelafalan dan tulisan.
Penambahan huruf ini bertujuan untuk memperkuat atau sebagai isyarah kalau ada

19
Ibid., hlm. 85-86.
20
Ibid., hlm. 88.
21
Ibid., hlm. 88.
22
Adriana Iswah, Perubahan Bunyi Pada Bacaan-bacaan Gharib dalam Alquran Menurut Tinjauan
Fonologi Arab, OKARA, jurnal Bahasa dan sastra, 2017 hlm. 62.
23
Mas’ulil Munawaroh, Argumentasi Bacaan Gharib dan Musykilat, Yayasan ahmar cendekia
Indonesia, November 2019.Hal 70.
24
Jumroni ayyana, tanda baca dalam al-quran studi prebandingan mushaf standar Indonesia dengan
mushaf Madinah, 2016. hal 91.

7
Sejarah Alquran
Dosen Pengampu : Ahmad Saifudin, S.Th.I.,M.Hum

bacaan versi lain. Huruf tambahan biasanya berbentuk bulatan kecil yang berada
diatas. Huruf-huruf tamabahan diantaranya yaitu:
a. Alif
(1) Alif yang bersandingan dengan hamzah 25
Contoh: ‫أوال اذبحته‬
(2) Alif yang bersanding dengan ya’ 26
ٓ ْ‫َو ِجا‬
Contoh: ‫ى َء َي ْو َمئِذ‬
(3) Alif yang bergandengan dengan wawu diakhir kata 27
Contoh: ‫قالوا‬
b. Huruf ya
(1) Ditambah setelah hamzah yang berharakat kasrah dan tidak didahului
oleh alif
(2) Ditambah setelah harakat kasrah sebelumnya
(3) Ditambah setelah ya’ mati
c. Al-wawu28

E. Kesimpulan
Setelah mempelajari sejarah tanda baca Alquran dapat disimpulkan bahwa
tanda baca Alquran tidak semudah itu ditulis, karena dalam tanda baca tersebut
mempunyai makna tersirat dari apa yang hanya tampak secara tulisan saja. Adapun
Ulama yang berperan dalam pembentukan tanda baca tersebuat diantaranya: Ubaidillah
bin Ziyad, AL-Hajjaj bin Yusuf, Abu Aswad, Nasr bin Asim, Yahya bin Amir, Khalil
bin Ahmad al Farahidi. Adapun akhir penulisan tanda baca ketika daulah Abasiyah
berlangsung.
Sejarah ini penulis sajikan dengan tujuan agar akademisi kontemporer
mengetahui bahwa dalam Alquran tidak hanya membahas hukum semata, melainkan
berbagai sejarah yang terkandung dalam tiap huruf maupun harokatnya. Ketika sudah
mengetahui latar belakang hingga proses terbentuknya sebuah hal, tentu dapat
menumbuhkan rasa cinta terhadap Alquran. Karena seseorang tidak akan mencintai
apapun kecuali telah mengetahui dan mengenalnya.

25
Ibid., hlm. 95.
26
Ibid., hlm. 95.
27
Ibid., hlm. 96.
28
Ibid., hlm. 98.

8
Sejarah Alquran
Dosen Pengampu : Ahmad Saifudin, S.Th.I.,M.Hum

F. Daftar Pustaka

Athaillah. Sejarah Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pela. 2010.

Ayyana, Jumroni. Tanda Baca Dalam Alquran Studi Perbandingan Mushaf Standar

Indonesia Dengan Mushaf Madinah. 2016.

Fatimah Batu Bara. Proses Pemberian Titik (Nuqtoh) Pada Huruf-Huruf Al-Qur’an

Oleh Abu Asswad Ad-Duali. BS Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakart. 2018.

Iswah, Adriana. Perubahan Bunyi Pada Bacaan-Bacaan Gharib Dalam Al-Qur’an

Menurut Tinjauan Fonologi Arab. OKARA, Jurnal Bahasa Dan Sastra. 2017.

Izzan Ahmad. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Humaniora.

2011.

Munawaroh, Mas’ulil Argumentasi Bacaan Gharib Dan Musykilat. Yayasan Ahmar

Cendekia Indonesia. 2019.

Anda mungkin juga menyukai