Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH AL'QURAN

(SEJARAH AL-QUR'AN PADA ERA UTSMAN BIN AFFAN)

BAPA ABDULLAH LEWO


Sekolah Tinggi Agama Islam Syubbanul Wathon Magelang
Email: ayahbungsu19@gmail.com

PENDAHULUAN

Di dalam Islam terdapat berbagai sumber ajaran salah satunya dan paling utama adalah Al-
Qur'an. Al-Qur'an merupakan sumber hukum Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dan beliau wajib menyampaikan wahyu tersebut kepada umatnya, sebagai pedoman hidup
bagi seluruh umat Islam yang ada di dunia.

Adakah orang Muslim yang tidak mengenal dengan kata Al-Qur'an? Tidak ada yang tidak
mengerti dengan kata Al-Qur'an semua orang mengerti apa itu Al-Qur'an tidak hanya orang-orang
muslim yang mengerti tetapi bahkan orang-orang non-muslim juga mengerti apa itu Al-Qur'an.
Al-Qur'an merupakan pedoman hidup setiap muslim, petunjuk bagi manusia (hudallinnas) yang
memuat dasar-dasar prinsip dalam segala persoalan kehidupan manusia. Al-Qur'an juga
memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syari'ah, akhlak dan sebagainya dengan
jalan meletakkan dasar-dasar prinsipil mengenai persoalan-persoalan tersebut. Seperti dalam
firman Allah surat an-Nahl:44:

"(Mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab.


Dan Kami turunkan Ad-Dzikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan"1

SEJARAH PENYUSUNAN AL-QUR'AN DI ERA UTSMAN BIN AFFAN

Utsman bin Affan dipilih oleh masyarakat melalui baiat sebagai khalifah ketiga. Dalam
pemerintahannya, umat Islam sibuk melibatkan diri dalam medan jihad yang membawa Islam ke
arah utara yaitu Azerbaijan dan Armenia. Setelah wilayah kekuasaan Islam semakin luas, dan para
qurra' (penghafal Alquran) pun tersebar di berbagai wilayah dan di setiap wilayah itu biasanya

1
M.Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur'an, hal 33.
ada yang mempelajari qira'at (baca'an) ayat dari qari' yang dikirim kepada mereka. Pembacaan
Al-Qur'an yang mereka (qurra') bawakan itu berbeda-beda relevan dengan perbedaan huruf-huruf
yang dengannya Al-Qur'an diturunkan. Apabila mereka berkumpul di dalam suatu pertemuan atau
di suatu medan peperangan, sebagian dari mereka merasa heran dengan perbedaan qira'at ini.
Namun terkadang sebagian yang lain merasa puas karena mengetahui bahwa perbedaan-perbedaan
itu, semuanya di sandarkan kepada Rasulullah. Akan tetapi keadaan demikian ternyata tidak dapat
membendung adanya keraguan di benak generasi-generasi baru yang tidak berjumpa dengan
Rasulullah, sehingga terjadilah pembicaraan tentang bacaan mana yang sesuai yang diajarkan
Rasulullah. Akhirnya akan menimbulkan permusuhan dan perbuatan dosa. Fitnah seperti ini tentu
harus segera diselesaikan.

Ketika penyerbuan Armenia dan Azerbaijan dari penduduk Irak, termasuk Hudzaifah bin Al-
Yaman. Ia melihat banyak perbedaan dalam cara-cara membaca Al-Qur'an. Sebagian bacaan itu
bercampur dengan ketidakfasihan, masing-masing dari mereka mempertahankan dan berpegang
pada bacaannya, serta menentang setiap orang yang menyalahi bacaannya dan puncaknya mereka
saling mengkafirkan.2 Melihat kenyataan seperti ini sahabat Hudzaifah segera menghadap Utsman
dan melaporkan kepadanya apa yang telah dilihatnya. Ustman berpendapat bahwa sebagian
perbedaan itu juga terjadi pada orang-orang yang mengajarkan qira'at kepada anak-anak. Lalu
anak-anak itu akan tumbuh sedang diantara mereka terdapat perbedaan dalam qira'at3.

Anas meriwayatkan, bahwa Hudzaifah bin Al-Yaman suatu ketika datang kepada Utsman,
dan bercerita bahwasannya ia pernah ikut serta dalam peperangan melawan penduduk Syam
bagian Armenia dan Azerbaijan bersama dengan penduduk Irak. Ia sangat terkejut terhadap umat
Islam saat itu yang berbeda dalam qira'at. Kemudian dia berkata kepada Utsman, "Selamatkanlah
umat ini sebelum mereka terlibat dalam perselisihan mengenai Al-Qur'an sebagaimana
perselisihan antara orang-orang Yahudi dan Nasrani". Utsman kemudian mengirimkan surat
kepada Hafshah, "Sudilah kiranya engkau kirimkan kepada kami lembaran-lembaran yang
bertuliskan Al-Qur'an itu, kami akan menyalinnya menjadi beberapa mushaf, setelah itu kami akan
mengembalikannya".

2
manna al-qaththan,pengantar studi ilmu al-qur'an, hal 163.
3
ibid.
Adanya perbedaan dalam bacaan Al-Qur'an sebenarnya bukan hal yang baru sebab 'Umar
sudah mengantisipasi bahaya perbedaan ini sejak zaman pemerintahannya4. Dengan mengutus Ibn
Mas'ud ke Irak, setelah Umar diberitahukan bahwa dia mengajarkan Al-Qur'an dalam dialek
Hudail5. (sebagaimana Ibn Mas'ud mempelajarinya), dan 'Umar tampak naik pitam:

ٔ ٫ ‫كتب إىل إبن َمساعوود إن اق وُرانن َنَ بلسسارَن َقري‬


‫فرقرى اقنرس‬ َ ‫ ٔان عمر‬٫ ‫وقد ٔاخر َج ٔابو داود من طريق كعب االنصاري‬
.6"‫ ال بسغة ه َذيل‬٫ ‫بلسغَة َقري‬

"Al-Qur'an telah diturunkan dalam dialek Quraisy, (‫ )قريش‬maka ajarkanlah menggunakan


dialek Quraish, bukan menggunakan dialek Huzdail”

Kodifikasi Al-Qur’an era khalifah Utsman didorong oleh situasi yang berbeda dari situasi
yang dihadapi khalifah Abu Bakar, yaitu banyaknya penaklukan kota-kota dan sebaran umat Islam
di berbagai kota-kota yang jauh7. Selain itu, kebutuhan umat Islam yangtelah menyebar di berbagai
penjuru negeri terhadap kajian Al-Qur’an mengharuskan kerja-kerja kodifikasi Al-Qur’an di era
Utsman bin Affan RA. Sedangkan setiap penduduk mengambil qiraah dari sahabat rasul yang
cukup terkenal di daerah tersebut dan sering kali telah mengalami kekeliruan karena faktor
geografis. Penduduk Syam membaca Al-Qur’an dengan qiraah Ubay bin Ka’ab. Penduduk Kufah
membaca Al-Qur’an dengan qiraah Abdullah bin Mas’ud. Selain mereka membaca Al-Qur’an
dengan qiraah Abu Musa Al-Asy’ari. Perbedaan versi ini membawa konflik di tengah masyarakat8.

PEMBENTUKAN PANITIA SERTA PENYALINAN MUSHAF

Langkah dalam penyusunan atau penulisan kembali Al-Qur'an, dengan acuan utama mushaf
Abu Bakar, Utsman membentuk sebuah team yang terdiri dari empat orang sahabat terbaik dan

4
M. M. Al-A'zami. The History Of The Qur'anic Text From Revelation To Compilation. (Jakarta: Gema
Insani Press, 2005), hal 97.
5
Ibid.
6
Ibn hajar, fathul baari, ix:9, kutipan Abi Dawud.
7
As-Shabuni, 2016: 60
8
Manahilul Irfan fi Ulumil Qur’an, hal 205.
terpercaya untuk melaksanakan tugas suci ini.Ketua team yaitu Zaid bin Tsabit, Anggota Abdullah
bin Zubair, Sa'id bin Al-Ash dan Abdurrahman ibn Al-Harits ibn Hisyam.9

Riwayat lain (Ibn Sirin, W. 110 H.) : Ketika Utsman hendak memutuskan untuk menyatukan
( ‫ )جمع‬Al-Qur'an, dia mengumpulkan panitia yang terdiri dari dua belas orang dari suku Quraish
dan Anshar. Di antara mereka adalah Ubayy bin ka'ab dan Zaid bin Tsabit.

Utsman kemudian mengirimkan utusan kepada Hafshah untuk meminjam mushaf Abu Bakar
yang ada padanya, dan Hafshah pun mengirimkan lembaran-lembaran mushaf itu kepada Utsman.
Kemudian Utsman memerintahkan kepada Zait bin Tsabit Al-Anshari, Abdullah bin Az-Zubair,
Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Lalu ia memerintahkan kepada
mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, jika terjadi perbedaan antara Zaid dengan
ketiga orang Quraisy itu, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraisy, karena Al-Qur'an turun dalam
dialek bahasa mereka.

Dalam penyusunan penulisan yang dilakukan Zaid dan para anggota panitia, ternyata ada
sebuah ayat dari surat Al-Ahzab yang sebelumnya terdapat dalam mushaf resmi itu catatannya
sudah hilang. Kemudian dicarilah ayat itu oleh para sahabat di dalam catatan-catatan pribadi
mereka, akhirnya ayat itupun ditemukan pada Khuzaimah al-Anshari. Di dalam Shahih al-Bukhari
dikatakan bahwa sebuah ayat dari surat al-Ahzab telah hilang sewaktu kami sedang menyalin
mushaf padahal aku telah mendengar Rasulullah membacanya, setelah itu kami cari ayat itu dan
kami temukan ayat itu pada Khuzaimah ibn Tsabit al-Anshari 10 . (Ayat tersebut adalah al-
Ahzab:23).

Mereka melaksanakan tugas itu hingga selesai. Langkah selanjutnya adalah verifikasi
penyusunan-penyusunan tersebut dengan suhuf dari Hafsah. Kemudian salinan mushaf itu pun
dibacakan di hadapan Utsman."‫[ ”ثم قر ٔىت على الصحةبة بين يدي عثمان‬Dibacakan kepada sahabat di
depan Utsman].11

9
H.Yunahar Ilyas, Ulumul Qur'an,hal 88.
10
H.A.Athaillah, Sejarah al-Qur'an,hal 254.
11
M.M. Al-A'zami, The History Of The Qur'anic Text, hal 105
Setelah mereka menyalinnya menjadi beberapa mushaf, Utsman kemudian mengembalikan
lembaran-lembaran asli itu kepada Hafsah. Dengan selesainya penyusunan atau penyalinan ini,
Utsman kemudian mengirimkan salinan-salinan mushaf itu ke beberapa kota. Menurut beberapa
laporan mushaf-mushaf itu di kirim ke empat kota: Kufah, Basrah, Suriah dan yang satu lagi di
simpan di Madinah. Riwayat lain menambahkan Mekkah, Yaman dan Bahrain. Ad-Dani lebih
cenderung menerima laporan ( riwayat ) pertama.12 Profesor Shauqi Daif percaya bahwa delapan
naskah telah dibuat, karena Utsman mengambil satu untuk dirinya sendiri. Untuk menguatkan
pendapat ini, kita tahu bahwa Khalid bin Ilyas telah membuat perbandingan antara mushaf Utsman
dan yang di sediakan untuk Madinah, oleh karena itu delapan tempat yang di kirimkan nya mushaf
lebih masuk akal13. Al-Ya'qubi seorang sejarawan Syi'ah berkata bahwa Utsman mengirim Mushaf
ke Kufah, Basra, Madinah, Mekkah, Mesir, Suriah, Bahrain, Yaman, dan al-Jazirah, kesemuanya
adalah sembilan. Ini sebagai bukti bahwa selama proses penyalinan mushaf ini, beberapa orang
menulis beberapa salinan lagi untuk kegunaan mereka masing-masing.

Kemudian Utsman juga menulis surat ke seluruh daerah yang berisi:" Aku telah melakukan
begini dan begitu. Aku telah menghapus apa yang ada pada ku, maka hapuslah apa yang ada pada
mu.14 Utsman memerintahkan kepada seluruh masyarakat agar harus membakar mushaf-mushaf
pribadi mereka jika berbeda dengan mushaf milik nya.

KESIMPULAN

Dari materi di atas dapat di simpulkan bahwa: Al-Qur'an atau Kalam Allah yang benar-benar
terjaga. Seperti firman nya: "Sesungguhnya, Kami-lah yang menurunkan Alquran dan Kami pula
yang menjaganya.'' (Al-Hijr:9). Salah satu bentuk penjagaan Allah terhadap Al-Qur'an adalah
melalui kisah yang ada pada era Utsman dan para sahabat. Proses panjang yang di lalui Utsman
dan para Sahabat akhirnya membuahkan hasil yang begitu hebat ( besar).

12
Ibid
13
Ibid
14
Manna al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an,hal 165.
Kesungguhan upaya yang di lakukan oleh Utsman dan para Sahabat-Sahabat yang lain sangat
berhasil dan sukses. Hal itu bisa kita lihat dari beberapa cara: pertama, tidak ada Mushaf di provinsi
muslim kecuali mushaf Utsmani yang telah menyerap ke darah daging mereka; dan kedua, Mushaf
atau kerangka teks mushafnya dalam jangka waktu empat belas abad tidak bisa dirusak.

DAFTAR PUSTAKA

M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an, (Jakarta: Mizan Media Utama),2006.


Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005).
M.Al-A'zami, The History Of The Qur'anic Text, (Jakarta: Gema Insani Prcss,2005).
M Abdul Azhim Az-Zarqani, Manahilul Irfan fi Ulumil Qur'an, (Kairo: Darul hadits, 2017).
Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur'an, (Yogyakarta, Itqan Publishing,2014).
H.A. Athaillah, Sejarah Al-Qur'an,( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010).

Anda mungkin juga menyukai