PENDAHULUAN
baca dan tulis di kalangan masyarakat Arab, khususnya pada awal masa Islam,
masyarakat yang pandai menulis pada saat itu tidak lebih dari belasan orang. Hal
ini karena jarangnya alat tulis dan ketidakmampuan menulis yang menyebabkan
“ummi” karena tidak dapat membaca dan menulis. Mereka juga dikenal sebagai
bangsa yang memiliki daya hafalan yang kuat serta mampu menghafal ratusan
1
M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 5 (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2013), h. 20.
2
M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1997), h. 72.
1
2
ribu syair, mengetahui hitungan dengan baik, dan hafal jalur pertalian nasab di
luar kepala.3
Hal senada juga dilakukan oleh para sahabat. Sebagian mereka belajar al-
Qur’an dari Nabi, berdasarkan hafalan dan tulisan. Walaupun kuatnya hafalan
para sahabat dan masyarakat saat itu, tidak berarti membuat Rasulullah Saw lupa
akan pentingnya baca-tulis. Hal ini terbukti pada saat turunnya wahyu. Beliau
secara rutin memanggil para penulis wahyu tersebut. “... Zaid bin Ṡābit
turun....”4
masa itu penulisan al-Qur’an sudah tersedia ke dalam bentuk tulisan, meskipun
masih tercecer dalam berbagai bentuk seperti di kulit binatang, pelepah kurma,
Namun, pada masa Nabi belum ada upaya untuk melakukan kodifikasi al-Qur’an.
Selain karena wahyu masih turun, juga belum adanya kebutuhan yang mendesak
menggantikannya. Pada masa ini terjadi kekacauan yang ditimbulkan oleh orang-
3
Enang Sudrajat, “Pentashihan Mushaf al-Qur’an di Indonesia,” Jurnal Ṣuḥuf, vol. 6, no.
1 (2013): h. 60.
4
M. Mustofa al-A’zami, Sejarah Teks al-Qur’an dari Wahyu sampai Kompilasi, jilid 1.
Penerjemah Sohirin Solihin, dkk. (Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 73.
5
Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah: Kajian Atas Ilmu
Rasm,” (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, 2017),
h. 2.
6
M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 5, h. 28.
3
seorang Nabi baru.7 Saat itu, Abū Bakar mengambil inisiatif untuk melawan
dinyatakan 500 orang. Dari peristiwa itulah menggerakan hati ‘Umar bin al-
Khaṭṭāb untuk meminta kepada Khalifah Abū Bakar agar al-Qur’an dikumpulkan
dan ditulis dalam satu mushaf. Sebab, ‘Umar khawatir akan hilangnya al-Qur’an
Pada awalnya, Abū Bakar menolak usulan ‘Umar bin al-Khaṭṭāb dengan
berkata, “Wahai ‘Umar, bagaimana saya melakukan sesuatu yang tidak pernah
dilakukan oleh Rasulullah Saw?” Namun ‘Umar tetap bersikukuh dan menjawab,
“Demi Allah, hal ini (pengumpulan al-Qur’an) adalah baik.” Dan ‘Umar selalu
berusaha meyakinkan Abū Bakar dengan usulannya, hingga pada akhirnya Abū
Bakar menyetujui usulan tersebut dan menunjuk Zaid bin Ṡābit sebagai ketua tim
7
M. M. al-A’zami, Sejarah Teks al-Qur’an; Dari Wahyu sampai Kompilasi (Jakarta:
Gema Insani, 2014), h. 35.
8
Zainal Arifin, “Mengenal Rasm Usmani: Sejarah, Kaidah, dan Hukum Penulisan al-
Qur’an dengan Rasm Usmani”, Jurnal Ṣuḥuf, vol. 5, no. 1 (2012): h. 4.
9
Mannā’ al-Qaṭṭān, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, jilid, 1. Penerjemah Aunur Rafiq el-
Mazni (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005), h. 158.
10
M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 5, h. 28.
11
Zainal Arifin, “Mengenal Rasm Usmani: Sejarah, Kaidah, dan Hukum Penulisan al-
Qur’an dengan Rasm Usmani,” Jurnal Ṣuḥuf, h. 5.
4
al-Khaṭṭāb. Pada periode inilah, mushaf zaman Khalifah Abū Bakar disalin dalam
Ḥafṣah juga dikenal sebagai orang yang pandai membaca dan menulis.12
bin ‘Affān. Pada masa ini, Islam mengalami banyak perkembangan. Wilayah
Islam semakin luas, dan kebutuhan umat untuk mengkaji al-Qur’an juga semakin
meningkat. Para qurra’ ditugaskan ke berbagai daerah untuk menjadi imam dan
mushaf al-Qur’an di zaman ‘Uṡmān bin ‘Affān bermula ketika Hużaifah bin al-
penduduk Syam dan Irak dalam penaklukan Armenia dan Azerbaijan. Ia merasa
cemas dengan pertengkaran yang terjadi diantara penduduk dari Syam dan Irak
Abū Bakar), kami akan menyalinnya ke dalam beberapa mushaf, kemudian kami
12
M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 5, h. 29.
13
M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 5, h. 29.
5
‘Uṡmān, kemudian ‘Uṡmān memerintahkan kepada Zaid bin Ṡābit, Sa‘ad bin al-
‘Āṣ, ‘Abdullāh bin al-Zubair, dan ‘Abdurraḥmān bin Ḥāriṡ untuk menyalinnya ke
kelompok itu: “Jika kalian berbeda pendapat dengan Zaid bin Ṡābit mengenai al-
mushaf yang telah mereka salin ke setiap daerah, dan ia memerintahkan agar
Islam, persoalan kembali muncul pada masa dinasti Bani Umayyah. Masalah
tersebut tidak lagi menyangkut penulisan al-Qur’an, namun justru hanya terkait
tanda diakritik al-Qur’an. Tepatnya pada masa Marwān ibn al-Ḥakam. Pada masa
itu, Marwān bermaksud meminta ṣuḥuf Abū Bakar yang disimpan oleh Ḥafṣah
binti ‘Umar untuk dimusnahkan dengan cara dibakar. Dia beralasan bahwa
Mushaf Usmaniyah sudah ada, dan dengan keberadaan ṣuḥuf itu, dikhawatirkan
14
Mannā’ al-Qaṭṭān, Mabāḥiṡ fī ‘Ulūm al-Qur’ān (Riyāḍ: Mansyūrāt al-‘Aṣr al-Ḥdīṡ,
1393 H/ 1973 M), h. 129.
15
Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani:Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia
dan Mushaf Madinah Saudi Arabia dalam Perspektif al-Dānī dan Abū Dawūd (Jakarta:
Azzamedia, 2018), h. 40.
6
rasm usmani. Sebagian ulama berpendapat bahwa rasm mushaf bersifat tauqīfī
dengan alasan bahwa “...Para penulis wahyu merupakan para sahabat yang
ditunjuk dan dipercaya oleh Nabi, sehingga pola penulisannya bukan atas ijtihad
para sahabat. Hal ini dikarenakan, para sahabat tidak mungkin melakukan
tauqīfī, melainkan ijtihādī atau sebuah bentuk tulisan yang disetujui oleh Khalifah
bersifat istilāḥī, yakni mereka membolehkan menulis mushaf selain dengan rasm
‘Uṡmāni.17
Madinah dan selanjutnya masuk ke daerah timur seperti Turki, India, Persia,
hingga Afrika. Salah satu wilayah Timur Tengah yang menggunakan kaidah rasm
Kerja (MUKER) Ulama Ahli al-Qur’an pada tahun 1984 M. Surat Keputusan
memiliki tiga macam, yaitu: 1) Mushaf Standar Usmani untuk orang awas, 2)
16
M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 5, h. 94.
17
Eva Nugraha, “Konsep al-Nabī al-Ummī dan Implikasinya pada Penulisan Rasm,”
Jurnal-Refleksi, vol. 13, no. 2 (April 2012): h. 277 -278.
18
Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah,” h. 7.
7
tunanetra. Keputusan ini sebagai pedoman dalam mentashih al-Qur’an serta para
penerbit di Indonesia.19
al-Qur’an Jakarta.20
adalah peran jamaah haji yang membawa al-Qur’an cetakan dari Madinah, dimana
dalam peredarannya tidak melalui tanda tashih dari LPMQ.21 Walaupun Mushaf
Indonesia dan Mushaf Madinah adalah pada kata ابصارهم.22 Dalam Mushaf Standar
Indonesia, tetap menggunakan huruf alif diantara huruf ṣad dan ra’. Sedangkan
dalam Mushaf Madinah, membuang huruf alif diantara huruf ṣad dan ra’, dan
19
Muhammad Shohib dan Zainal Arifin Madzkur, Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an
Standar Indonesia, jilid 1 (Jakarta: LPMA Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
Republik Indonesia, 2013), h. 12.
20
Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah,” h. 91
21
Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah,” h. 91
QS. al-Baqarah/2: 7. اب َع هظ ْي ٌم ختم اهلل علَى قُلُو ِبههم وعلَى َسَْعه ه م وعلَى أَب ه ه
ٌ صا هرهم غ َش َاوةٌ َّوََلُم َع َذ َ ُ َ ََ
22
َ ْ ََ ْ ََ
23
Mushaf al-Qur’an Departemen Agama R.I., yang di terbitkan oleh Penerbit Fa. Menara
Qudus pada mushaf edisi revisi 16 Mei 1974 M/ 23 Rabi’ul Akhir 1394 H., h.3. Dan Mushaf
Madinah terbitan Mujamma’ Malik Khādim al-Ḥaramain al-Syarīfaini al-Malik Fahd liṭṭabā’t al-
Muṣḥaf pada mushaf edisi tahun 1439 H., h. 3.
8
Indonesia, dengan tetap meletakkan huruf alif antara huruf ra’ dan ṭa. Sedangkan
dalam Mushaf Madinah, dengan membuang huruf alif antara huruf ra’ dan ṭa, dan
Dari latar belakang diatas, penulis hendak mengkaji lebih dalam perbedaan
rasm usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf Madinah,
dengan judul Kajian Ilmu Rasm Usmani dalam Mushaf Standar Indonesia dan
Mushaf Madinah.
a. Pembatasan Masalah
penelitian ini hanya pada dua kajian; Pertama, studi kajian rasm usmani dalam
Mushaf al-Qur’an Departemen Agama R.I., yang di terbitkan oleh Penerbit Fa.
Menara Qudus pada mushaf edisi revisi 16 Mei 1974 M/ 23 Rabi’ul Akhir 1394
Syarīfaini al-Malik Fahd liṭṭabā’t al-Muṣḥaf pada mushaf edisi tahun 1439 H.
Kedua, hanya pada aspek rasm usmaninya saja, bukan pada harakat dan tanda
diakritiknya.
ini adalah mushaf yang disalin dari Mushaf Turki.Dan Mushaf Turki ini
didasarkan informasi bahwa mushaf ini kurang lebih 99% berasal dari teks al-
Qur’an Usmani. Karena mushaf asli yang distandarkan Khalifah ‘Uṡmān, dewasa
ini tidak akan ditemui sebab mushaf ini musnah bersama dengan terbunuhnya
Khalifah ‘Uṡmān dan jikapun ada itu duplikat orang-orang terdahulu.26 Dan
Mushaf terbitan Menara Kudus ini juga mushaf yang telah distandarkan oleh
Rasm usmani yang dimaksud disini adalah batang tubuh tulisan atau
huruf-huruf al-Qur’an yang ditulis dengan menafikan tanda titik dan diakritiknya.
Sebab, titik dan diakritik telah menjadi ilmu sendiri didalam kajian ilmu ḍabṭ28.29
Sedangkan fokus kajiannya, terletak pada rasm yang terdapat dalam surah
al-Baqarah. Surah al-Baqarah adalah surah ke-2 dalam al-Qur’an. “…Surah ini
terdiri dari 286 ayat, 6.221 kata, dan 25.500 huruf dan tergolong surah Madaniah.
Surah ini dinamai al-Baqarah yang artinya sapi betina sebab di dalam surah ini
26
Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah,” h. 10.
27
Mushaf al-Qur’an Departemen Agama R.I., yang di terbitkan oleh Penerbit Fa. Menara
Qudus, pada halam terakhir mushaf sebelum lembaran asmā al-ḥusna.
28
Yaitu harakat, tanda baca atau tanda diakritik pada al-Qur’an. Untuk istilah di luar
pembahasan al-Qur’an biasanya lebih dikenal dengan sebutan syakl. Lihat Zainal Arifin Madzkur,
Perbedaan Rasm Usmani, h. 320.
29
Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 16.
10
kepada Bani Israil (ayat 67-74).”30 Adapun alasan penulis mengambil surah ini
karena, merupakan surah dengan jumlah ayat terbanyak dan surah terpanjang
didalam al-Qur’an.
b. Rumusan Masalah
permasalahan yang penulis anggap dapat dijadikan kajian utama pada pembahasan
2. Apa saja faktor penyebab perbedaan antara rasm dalam Mushaf Standar
C. Tujuan Penelitian
2. Untuk mengetahui faktor penyebab perbedaan antara rasm dalam Mushaf al-
D. Manfaat Penelitian
30
https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Baqarah diakses pada tanggal 11 Desember
2018, pukul 13. 40 WIB.
11
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
E. Kajian Pustaka
Kajian tentang rasm usmani pada dasarnya, bukan kajian pertama dalam
yang serupa, akan tetapi tidak menggunakan arah dan fokus pembahasan yang
sama dengan penulis. Diantara hasil tinjauan pustaka terkait mushaf al-Qur’an
Standar Indonesia, Mushaf Madinah, dan kajian ilmu rasm yang ditinjau dari
Eva Nugraha dalam skripsinya yang berjudul, Kaidah Rasm Utsmani Pada
bahwa penulisan Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia merujuk pada kaidah rasm
usmani, namun jika dilihat pada penerapannya terdapat beberapa hal yang tidak
31
Eva Nugraha, “Kaidah Rasm Utsmani pada Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia,”
(Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Bandung, 1995)
12
sesuai dengan apa yang dikaidahkan. Apalagi jika dibandingkan dengan mushaf
usmani terbitan dari luar negeri. Dari hasil kesimpulannya penulis menyebutkan
menyebutkan dengan isitlah Kaffatan dan Kaffatan bil Istisna, namun pada
menyebutnya dengan istilah Tarotan dan Tarotan bil Istisna wal Ikhtilaf.
dalam Bahasa Indonesia dengan judul Sejarah Teks al-Qur’an dari Wahyu sampai
Kompilasi32 yang diterjemahkan oleh Sohirin Solihin dan Ugi Suharto. Buku ini
sejarahnya. Buku ini juga sebagai bantahan bagi para orientalis yang mengkritik
Asep Saefullah menulis dalam jurnalnya Aspek Rasm, Tanda Baca, dan
Kaligrafi pada Mushaf-mushaf Kuno Koleksi Bayt al-Qur’an dan Museum Istiqlal
jakarta,33 kesimpulan dalam tulisan ini bahwa dalam aspek rasm, mushaf-mushaf
kuno koleksi Bayt al-Qur’an dan Museum Istiqlal pada umumnya menggunakan
rasm imla’i atau qiyasi. Rasm imla’i tampaknya menjadi gejala umum, sehingga
32
Muhammad Mustafa al-A’zami, The History The Qur’ānic text From Revelation to
Complication dialih bahasakan Sejarah Teks al-Qur’an dari wahyu sampai Kompilasi, jilid 1.
Penerjemah Sohirin Solihin, dkk. (Jakarta: Gema Insani, 2005)
33
Asep Saefullah, “Aspek Rasm, Tanda Baca, dan Kaligrafi pada Mushaf-mushaf Kuno
Koleksi Bayt al-Qur’an dan Museum Istiqlal jakarta,” Jurnal Ṣuḥuf, vol. 1, no. 1 (2008): h. 87-
110.
13
hanya satu dua mushaf saja yang menggunakan rasm usmani. Ini menandakan
bahwa tradisi rasm usmani dalam tradisi penulisan mushaf di Indonesia masa lalu
bukanlah gejala umum. Oleh karena itu, perlu pendalaman lebih lanjut tentang
rasm imlai’i yang merupakan gejala umum dalam tradisi penulisan mushaf di
Indonesia.
penyebaran qira’at ‘Asim riwayat Hafs. Selain kualitas sanad dan kemudahan
qira’at, faktor lain yang turut menyebabkan meluasnya qira’at ‘Asim adalah
faktor kekuasaan. Jejak qira’at ini bisa dilihat melalui penerbitan al-Qur’an di
untuk mentashih semua mushaf yang akan dicetak. Usaha lainnya dilakukan oleh
34
Mustofa, “Pembakuan Qira’at Aṣim Riwayat Ḥafṣ dalam Sejarah dan Jejaknya di
Indonesia,” Jurnal Ṣuḥuf, vol. 4, n. 2 (2011): h. 221-245.
35
Enang Sudrajat, “Pentashihan Mushaf al-Qur’an di Indonesia,” Jurnal Ṣuḥuf, vol. 6, no.
1 (2013): h. 59-81.
14
Rasm Kata Berkaidah Ḥażf al-Ḥurūf ,36 tulisan ini secara garis besar
Madinah dengan fokus pada juz 7, juz 14 dan juz 24. Perbandingan dilakukan
pada kata yang mengandung kaidah ḥazf al-ḥuruf (membuang huruf). Kajian yang
hal rasm memiliki kedekatan dengan Mushaf Pakistan dengan riwayat ad-Dānī,
Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah (Kajian atas Ilmu Rasm),37
dalam skripsi ini penulis membandingkan antara Mushaf Standar Indonesia dan
Mushaf Madinah dengan mengacu pada Mushaf Standar Usmani terbitan Turki.
Yang mana menurut penulis dari data yang didapatkan, mushaf Turki ini kurang
lebih 99% berasal dari teks al-Qur’an Usmani. Fokus kajian penulis membahas
Mungkin dalam judul penelitian, penulis dan judul skripsi ini memiliki
kesamaan namun, dalam fokus kajian tentu berbeda. Didalam skripsi ini, Atifah
ingin melihat diantara dua mushaf yaitu Mushaf al-Qur’an Standar Usmani
Indonesia dan Mushaf Madinah yang paling mendekati kepada mushaf usmani
dengan acuan kepada Mushaf Turki. Adapun dalam fokus kajian penelitannya,
36
Abdul Hakim, “Perbandingan Rasm Mushaf Standar Indonesia, Mushaf Pakistan, dan
Mushaf Madianah Analisa Rasm Kata Berkaidah Ḥażf al-Ḥurūf,” Jurnal Ṣuḥuf, vol. 10, no. 2
(Desember 2017): h. 371-386.
37
Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah: Kajian Atas Ilmu
Rasm,” (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negaeri Tulungagung,
2017)
15
Atifah membahas kepada rasm dan ḍabṭ (tanda diakritik). Sedangkan fokus kajian
penulis dalam penilitian ini hanya terfokus pada kajian rasm usmaninya saja. Dan
perbedaan lainnya, dalam fokus surah yang diambil Atifah yaitu al-Qur’an surah
al-Qiyamah ayat 1-40 sedangkan penulis mengambil contoh al-Qur’an surah al-
Adapun hasil dari penelitian Atifah menurut penulis tidak cukup kuat
Standar Indonesia. Karena, contoh yang dijadikan fokus kajiaanya terlalu sedikit,
Dalam hasil penelitiannya disebutkan perbedaan rasm usmani dan ḍabṭnya bahwa
Mushaf Madinah memiliki dua perbedaan kata dengan Mushaf Standar Usmani
Mushaf Standar Usmani. Menurut penulis hasil yang dilakukan Atifah terlalu
sempit. Bisa jadi jika dibahas pada surah-surah yang lain, Mushaf Standar
Mushaf Madinah. Jika fokus Atifah ingin mencari mushaf mana yang lebih
lain. Sehingga hasilnya lebih nampak secara jelas dan signifikan manakah mushaf
Usmani Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf Madinah Saudi Arabia
dalam Perspektif al-Dānī dan Abū Dawūd. Penulis merupakan staf Lajnah
Buku yang berasal dari penelitian disertasi ini ditulis dengan tujuan untuk
16
Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf Madinah Saudi Arabia dalam
perspektif dua mazhab rasm usmani yakni Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dawūd.
Dalam aspek penelitian Zainal Arifin hanya terfokus perbedaan penulisan rasm
usmani dalam al-Qur’an dalam bab ḥażf al-ḥurf yaitu membuang huruf. 38
Dalam penelitian ini penulis menjadikan buku Zainal Arifin diatas sebagai
data sekunder penulis. Adapun kesamaan penulis dengan penelitian Zainal Arifin
Indonesia dengan Mushaf Madinah. Namun dalam fokus kajian dengan penulis
tentu berbeda. Zainal Arifin membandingkan rasm usmani hanya terfokus pada
kaidah ḥażf alif saja. Sedangakan penulis ingin melihat pada semua kaidah rasm
dan memisah kata). Adapun dalam fokus surah Zainal Arifin yaitu semua surah
didalam al-Qur’an 30 juz. Sedangkan fokus penulis hanya mengambil surah al-
dalam jurnalnya yang berjudul Legalisasi Rasm ‘Uthmānī dalam Penulisan al-
38
Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani: Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia
dan Mushaf Madinah Saudi Arabia dalam Perspektif al-Dānī dan Abū Dawūd (Jakarta:
Azzamedia, 2018)
39
Zainal Arifin Madzkur, “Legalisasi Rasm ‘Uthmānī dalam Penulisan al-Qur’ān,” Jurnal
Ṣuḥuf, vol. 1, no. 2 (Desember 2012): h. 215-236.
17
prinsipnya, pembacaan Al-Qur'an tidak hanya mengacu pada tulisan teks, tetapi
juga pada jalur riwayatnya. Dalam jurnalnya yang lain Zainal Arifin Madzkur
juga menulis beberapa judul artikel yang menjadi kajian pustaka penulis,
diantaranya:
Qur’an dengan Rasm Usmani,40 sedangkan dalam tulisan ini penulis ingin melihat
usmani memiliki tiga kategori, yaitu sesuai secara utuh (muwāfaqah tasrīkhiyah),
lainnya, Kajian Ilmu Rasm Usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar Usmani
Indonesia,41 pada tulisan ini penulis ingin menjawab sikap skeptis sebagian
dengan melihat kaidah rasm yang lainnya. Beberapa tulisan pada umumnya hanya
terfokus pada satu kaidah yaitu, dalam kaidah hażf al-ḥuruf (membuang huruf).
40
Zainal Arifin, “Mengenal Rasm Usmani: Sejarah, Kaidah, dan Hukum Penulisan al-
Qur’an dengan Rasm Usmani,” Jurnal Ṣuḥuf, vol. 5, no. 1 (2012): h. 1-18.
41
Zainal Arifin, “Kajian Ilmu Rasm Usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar Usmani
Indonesia,” Jurnal Ṣuḥuf, v. 4, no. 1 (2013): h. 35-58.
18
Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah khususnya dalam surah al-
Baqarah.
F. Metodologi Penelitian
sumber-sumber primer dan sekunder dalam ilmu rasm usmani, studi ilmu-ilmu al-
Saudi Arabia. Serta penulis juga menggunakan internet research, untuk mencari
terbitan oleh Penerbit Menara Qudus pada mushaf edisi revisi 16 Mei 1974 M/ 23
Rabi’ul Akhir 1394 H. Mushaf Madinah terbitan Mujamma’ Malik Khādim al-
Maṣāḥif Ahli al-Amṣār karya Abū ‘Amr ‘Uṡmān Ibn Sa‘īd al-Dānī, Mukhtaṣar al-
Tabyin li Hija’ al-Tanzil karya Abū Daud Sulaimān Ibn Najah, Perbedaan Rasm
Usmani Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf Madinah Saudi Arabia
dalam Perspektif al-Dānī dan Abū Daūd karya Zainal Arifin Madzkur, dan buku-
buku lain, skripsi, thesis, jurnal, artikel dari penelitian terdahulu yang mengambil
2. Analisis Data
a. Deskriptif-analisis
penelitian, analisa dan klasfikasi. Selain menyajikan data, peneltian ini juga
Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf Madinah dalam kajian ilmu rasm.
b. Analisis Hitoris
c. Analisis Komparatif
42
Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1994), hlm. 138-
139.
20
sistematis dan utuh. Jadi, teknik dokumentasi tidak hanya mengumpulkan data
G. Sistematika Penulisan
sumber penelitian dalam skripsi ini yakni, Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia
dan Mushaf Madinah. Dalam bab ini berisi dua sub bab: Pertama, Mushaf al-
43
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, cet. 14 (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2010), h. 274-275.
21
Indonesia. Kedua, defenisi Mushaf Madinah yang berisi tentang pembahasan latar
Madinah.
kepada lima sub bab: Pertama, defenisi rasm ‘uṡmāni. Kedua, sejarah dan
Keempat kaidah-kaidah rasm ‘uṡmāni. Kelima pola dan kedudukan menulis al-
Standar Indonesia dan Mushaf Madinah dalam penulisan rasm. Adapun dalam bab
ini berisikan tiga sub bab diantaranya: Pertama, persamaan rasm usmani dalam
rasm usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf Madinah.
Ketiga, faktor penyebab perbedaan rasm usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar
Bab V merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari