PENDAHULUAN
1
Abdul Ghofur Amin, Rasm Al-Qur’an: Penulisan Al-Qur’an
Kemudian Abu Bakar Ra. memerintahkan Zaid bin Tsabit Ra. untuk
mengemban tugas yang sangat berat tersebut, yaitu membukukan Al-Qur’an. Ketika
Abu Bakar Ra. memanggilnya dan mengatakan “Zaid, engkau adalah seorang penulis
wahyu kepercayaan Rasulullah, dan engkau adalah pemuda cerdas yang kami
percayai sepenuhnya.Untuk itu aku minta engkau dapat menerima amanah untuk
mengumpulkan ayat-ayat Alquran dan membukukannya.” Zaid Ra. tidak pernah
menduga mendapat amanah seperti itu “Demi Allah, mengapa engkau akan lakukan
sesuatu yang tidak Rasulullah lakukan? Sungguh ini pekerjaan berat bagiku.
Seandainya aku diperintahkan untuk memindahkan sebuah bukit, maka hal itu
tidaklah seberat tugas yang kuhadapi kali ini.” Jawab Zaid Ra. namun akhirnya
setelah musyawarah yang ketat, Abu Bakar Ra. dan Umar Ra. dapat meyakinkan Zaid
Ra. beserta sahabat yang lainnya bahwa pembukuan Al-Qur’an ini merupakan
langkah yang baik (Nasrudin, 2015).
2
Yakni bukan produk manusia, tetapi merupakan sesuatu yang ditetapkan berdasarkan wahyu
Allah, yang Nabi sendiri tidak memiliki otoritas untuk menyangkalnya.
berkata, “Haram hukumnya menyalahi khat Utsmani dalam soal wawu, alif, ya`
atau huruf lainnya. (As-Suyuti, 1978)”
3. Sebagian ulama lainnya
Sebagian lainnya dari mereka berpendapat bahwa Rasm Utsmani bukanlah
tauqifi. Oleh karena itu, tidak ada halangan untuk menyalahinya tatkala suatu
generasi sepakat menggunakan cara untuk menuliskan Al-qur’an yang berlainan
dengan Rasm Utsmani (Rosihan, 2006).
Berkaitan dengan ketiga pendapat diatas, Al-Qaththan memilih pendapat
yang kedua karena lebih memungkinkan untuk memelihara Al-Qur’an dari
perubahan dan penggantian hurufnya. Seandainya setiap masa diperbolehkan
menulis Al-Qur’an sesuai dengan trend tulisan pada masanya, perubahan tulisan
Al-Qur’an terbuka lebar pada setiap masa. Padahal, setiap kurun waktu memiliki
trend tulisan yang berbeda-beda.
Dalam beberapa periode berikutnya. Pada masa Abdul Malik bin Marwan,
beliau memerintahkan al-Hajjaj ibn Yusuf al-Saqafi untuk menciptakan tanda-
tanda huruf al-Qur’an . Ia mendelegasikan tugas itu kepada Nashid ibn ‘Ashim
dan Yahya ibn Ma’mur, dua orang murid ad-Dawali. Kedua orang inilah yang
membubuhi titik di sejumlah huruf tertentu yang mempunyai kemiripan antar satu
dengan lainnya.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari uraian-uraian pada dua bab sebelumnya, maka
kami dapat memberi kesimpulan sebagai berikut :
1. Rasm Al-Qur’an adalah bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-
ulang, yang mempunyai bentuk penulisan dengan aturan tertentu.
2. Pembukuan Al-Qur’an dilaksanakan berdasarkan usulan Umar bin
Khattab Ra. dikarenakan banyaknya para penghafal Qur’an yang wafat
pada saat perang Yamamah.
3. Penyeragaman Al-Qur’an disebabkan karena wilayah Islam semakin
luas dan tiap tiap pihak punya dialek tersendiri saat membaca Al-
Qur’an dan celakanya kesemuanya merasa paling benar dalam
membaca Al-Qur’an.
4. Pola penulisan Rasm Utsmani ada enam, yaitu : Al Hadz, Al Ziyadah,
Al Hamzah, Badal, Washan dan Fashal, dan Kata dengan Dua Bunyi.
5. Para Ulama mempunyai beberapa pendapat mengenai Rasm Utsmani,
diantaranya Pertama, Rasm Utsmani adalah taufiqi. Kedua, Rasm
Utsmani bukan taufiqi dan merupakan kesepakatan cara penulisan Al-
Qur’an yang disetujui Utsman Ra., lalu yang Ketiga, Rasm Utsmani
bukanlah taufiqi dan tidak ada halangan apabila tatkala suatu generasi
hendak menggunakan cara menuliskan Al-Qur’an yang berlainan
dengan Utsmani.
6. Karena kondisi mushaf Utsmani pada awalnya hanya naskah yang
ditulis tanpa alat bantu baca, hal ini yang menyebabkan al-‘Ujmah
(kekeliruan dalam menentukan jenis huruf) dan al-Lahn (kesalahan
dalam membaca harakat huruf) menjadi sebuah fenomena yang tak
terhindarkan. Akhirnya Gubernur Bashrah pada saat itu (Ziyad ibn
Samiyyah) memberikan tanda bantu baca berupa harakat, dan
kemudian pada masa Abdul Malik bin Marwan, beliau juga turut
memberikan tanda bantu baca berupa titik pada huruf.
DAFTAR PUSTAKA