PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1
Mazmur Sya’roni, Penulisan Dan Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Dengan Rasm Usmani (Puslitbang Lektur
Agama Badan Litbang Agama Departemen Agams, 1999).
2
Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an ('Ulum Al-Qur’an)_, 3rd ed., 9 (Semarang: PT. PUSTAKA
RIZKI PUTRA, 2018).
3
Ibid. hlm, 150
kaidah imla’ itu sendiri berbeda-beda kecenderungannya pada masa yang sama, dan
bervariasi pula dalam beberapa kata diantara satu negeri dengan negeri lain.4
B. Macam-Macam Rasm
Melihat dari spesifikasi cara penulisan kalimat-kalimat arab, maka Rasm
dibagi menjadi 3 macam :
1. Rasm Qiyasi ()الر سم القيا سى
2. Rasm ‘Arudi ()الر سم العر و ضى
3. Rasm Usmani ()الر سم العثما نى
Berikut ini penjelasan dari masing-masing ungjapan di atas:
Rasm Qiyasi ialah: menuliskan kalimat sesuai dengan ucapannya dengan
memperhatikan waktu memulai dan bershenti padakalimat tersebut. Kecuali nama
huruf hija’iyyah, seperti huruf ( ) قtidak ditulis ( ) قا فtapi dengan ( )قsaja.5
Rasm ‘Arudi ialah: cara menuliskan kalimat-kalimat arab disebabkan dengan
wazan (timbangan) dalam sya’ir-sya’ir arab. Hal itu dilakukan untuk mengetahui
“Bahr” (nama macam sya’ir) dari sya’ir tersebut, contohnya seperti :
و ليل كمو ج البحر ار خى سدو له
Rasm Usmani ialah: cara penulisan kalimat-kalimat Al-Qu’an yang telah
disetujui oleh Sahabat Usman bin ‘Affan pada waktu penulisan Mushaf. Rasm
Usmani ini berbeda dengan Rasm Qiyasi dari beberapa segi. Adanya perbrdaan-
perbedaan ini menjadikan Rasm Usmani menjadi bagian dari salah satu cabang
ilmu pengetahuan yang bernama Ilmu Rasm Usmani. Ilmu ini didefinisikan
sebagai : Ilmu untuk mengetahui segi-segi perbedaan antara Rasm Usmani
dan kaidah-kaidah Rasm Istilahi (rasm biasa yang selalu memperhatikan
kecocokan antara tulisan dan ucapan).6
Contoh perbedaan antara Rasm Usmani dengan Rasm Istilah. Dalam Rasm
Usmani lafaz : ( )ال يستو ونditulis ()ال يستو ن. Lafaz ( )الز كا ة( )الصال ةdan ( )الحيا ةjika
berupa isim ma’rifat atau isim nakirah atau diidafahkan kepada isim zahir, ditulis
demikian ()الصلو ة, ( )الز كو ةdan ( )الحيو ةdan masih banyak lagi contohnya.7
4
Muzakir AS, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Jakarta: PT. Pustaka Litera AntarNusa, 2006). Hlm, 217
5
Sya’roni, Penulisan Dan Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Dengan Rasm Usmani. Hlm. 9
6
Ibid. hlm, 10
7
Ibid.hlm, 10
C. Asal Usul Rasm Usmani
Beberapa peneliti sejarah mengungkapkan bahwa tulisan Arab seperti pada
Rasm Usmani, adalah pengembangan dari tulisan Nabi yang pada gilirannya juga
berawal dari penulisan Arami, yang diperkirakan eksis ada pada abad 9 atau 8
sebelum masehi.
Dikemukakan bahwa tulisan yang terukir pada batu yang diperkirakan berasal
dari abad 9 SM di pegunungan sekitar Irak, termaktub demikian : ( )ا بو هيmaksudnya
()ا بو ها. Kemudian penulisan Nabti tercantum : ( )هر ثتmaksudnya ()ها ر ثت, atau (
)ملكوmaksudnya ()ما لك, ( )سلمmaksudnya ()سال م, ( )بخر نmaksudnya ()بخرا ن, ()ثلثين
maksudnya ()ثال ثين, dan sebagainya.
Dari contoh tulisan Nabti di atas banyak persamaannya dengan rasm yang ada
sekarang ini. Maka sekali lagi tulisan Al-Qur’an dengan Rasm Usmani adalah sebuah
bentuk rekaman sejarah yang mempunyai nilai tinggi, terutama bagi mereka yang
menggadrungi penelitian sejarah budaya bangsa.8
8
Ibid. hlm,12-13
9
Ibid. hlm, 13
3. Kitab Al Munsif karya Abu Hasan Ali bin Muhammad Al Muradi Al
Andalusi Al Balansi ( w. 564 H).
4. Kitab ‘Aqilat Atrab Al Qasa id, karya Syathibi, Abu Muhammad Qasim bin
Firruh bin Abil Qasim bin Ahmad ( w. 590 H ). Kitab ini berupa bait-bait
syi’ir merangkum dari apa yang ada pada kitab Al Muqni’ karya Ad Dany di
atas.
5. Kitab Mawrid Al Zam’an yang berisi bait-bait syi’ir tentang Rasm Usmani
berjumlah 608 bait, dikarang oleh : Al Kharraz, Abu Abdillah Muhammad bin
Ibrahim Al Umawi Asy Syuraisi (w. 718 H). kitab terakhir ini mendapatkan
perhatian dari banyak kalangan. Diantara mereka ada yang memberikan syarah
(ulasan) seperti Al Marghani Attunisi Ibrahim bin Ahmad dengan nama : Dalil
Hayran. Syeikh Ibn ‘Asyir, Abdul Wahid bin Ahmad bin Ali Al Anshari, (w.
1040 H) disamping mempunyai syarah kitab Al Mawrid di atas juga
mempunyai kitab penyempurna dari Al Mawrid dengan nama : Al I’lan Bi
Takmil Mawrid Al Zam’an. Salah satu kitab yang memberikan syarah dari
Al Mawrid di atas adalah kitab Lathaaif Al Bayan karya Syeikh Ahmad
Muhammad Abu Zeithar salah seorang staf pengajar di Ma’had Al Qiraat di
Al Azhar, Kairo.10
10
Ibid. hlm, 14
11
AS, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Hlm, 218
lebih dari empat puluh tahun hingga masa kekhalifahan Abdul Malik. Tetapi masih
juga banyak orang yang membuat kesalahan dan kesalahan itu merajalela di Irak.
Maka para penguasa memikirkan pembuatan tanda baca, titik dan syakal.12
Perbaikan rasm Mushaf itu berjalan secara bertahap. Pada mulanya syakal
berupa titik: fathah berupa satu titik di atas awal huruf, dhammah berupa satu titik di
atas akhir huruf dan kasrah berupa satu titik dibawah awal huruf. Kemudian terjadi
perubahan penentuan harakat yang berasal dari huruf, dan itulah yang dilakukan oleh
al-Khalil. Perubahan itu ialah fathah adalah dengan tanda sempang di atas huruf,
kasrah berupa tanda sempang di bawah huruf, dhammah dengan wawu kecil di atas
huruf dan tanwin dengan tambahan tanda serupa. Alif yang dihilangkan dan diganti,
pada tempatnya dituliskan dengan warna merah. Hamzah yang dihilangkan ditulis
berupa hamzah dengan warna merah tanpa huruf. Pada “nun” dan “tanwin” sebelum
huruf “ba’” diberi tanda iqlab berwarna merah. Sedang nun dan tanwin sebelum huruf
tekek ( halaq) diberi tanda sukun dengan warna merah. Nun dan tanwin tidak diberi
tanda apa-apa ketika idgham dan ikhfa’. Setiap huruf yang harus dibaca sukun (mati)
diberi tanda sukun dan huruf yang di-idgham-kan tidak diberi tanda sukun tetapi huruf
yang sesudahnya diberi tanda syiddah; kecuali huruf “ta’” sebelum “ta’”, maka sukun
tetap dituliskan.
Kemudian pada abad ketiga Hijri terjadi perbaikan dan penyempurnaan rasm
Mushaf. Dan orang pun berlomba-lomba memilih bentuk tulisan yang baik dan
menentukan tanda-tanda yang khas. Mereka memberikan untuk huruf yang disyiddah
sebuah tanda seperti busur. Sedang untuk alif wasal diberi lekuk di atasnya, di
bawahnya atau di tengahnya sesuai dengan harakat sebelumnya: fathah, kasrah atau
dhammah.
Kemudian secara bertahap pula orang-orang mulai meletakkan nama-nama
surah dan bilangan ayat, dan rumus-rumus yang menunjukkan kepala ayat dan tanda-
tanda waqaf. Tanda waqaf lazim adalah ( ) م, waqaf mamnu’ ( ) ال, waqaf ja’iz yang
boleh waqaf atau tidak ( ) ج, waqaf ja’iz tetapi wasalnya lebih utama ( ) صلى, waqaf
ja’iz tetapi waqafnya lebih utama ( ) قلى, waqaf Mu’anaqah yang bila telah waqaf pada
satu tempat tidak dibenarkan waqaf di tempat yang lain di beri tanda “ ؞{ ؞ “,
selanjutnya pembuatan tanda juz, tanda hizb dan penyempurnaan-penyempurnaan
lainnya.
12
Ibid. hlm, 219