Anda di halaman 1dari 12

ILMU RASM AL-QUR’AN

Moh Shoim Maulidi, Muh Anwar Notarisza H


Aura Dini Fakhreza, Liza Elyvia Nur Syayyidah
230203110020, 230203110013
230203110023, 230203110001
shoim.mauludi@gmail.com, nurriza2304@gmail.com
auradinifakhreza18@gmail.com, fiaeliza727@gmail.com

Abstrak
Al-Qur’an merupakan salah satu sumber hukum Islam yang menduduki
peringkat teratas. Sejak awal hingga akhir turunnya, seluruh ayat Al-Qur’an telah
ditulis dan didokumentasikan oleh para tulis wahyu yang ditunjukkan oleh
Rasulullah SAW. Al-Qur’an yang dimiliki umat Islam sekarang mengalami proses
sejarah yang unik penulisan untuk dikumpulkan dalam satu mushaf. Untuk
memfungsikan Al-Qur’an dan memahami isi serta kandungannya maka
diperlukan suatu ilmu yang terkait salah satunya adalah ilmu rasm Al-Qur’an.
Adapun penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui apa itu rasm Al-Qur’an,
macam-macamnya, kaidah-kaidahnya, serta pendapat paa Ulama dan kaitannya
dengan qira’ah al-Qur’an dengan menggunakan metode pengumpulan data dari
berbagai pustaka. Rasm Utsmani menjadi penulisan Al-Qur’an yang tidak dapat
diubah kembali nkarena keakuratan ayat Al-Qur’an yang telah disepakati
kemutawatiran riwayatnya termasuk mencakup semua ayat yang tidak mansukh
al-tilawah. Jumhur Ulama berpendapat bahwa Rasm Utsmani adalah taufiqi,
sebagian Ulama mengatakan bahwa Rasm Utsmani adalah istilahi atau ijitihad
para sahabat.
Kata Kunci : Rasm Al-Qur’an, Rasm Utsmani, Macam-macam Rasm Al-Qur’an
Abstract
The Qur'an is one of the sources of Islamic law that tops the ranking.
From the beginning to the end of its descent, all verses of the Qur'an have been
written and documented by the writers of revelation shown by the Prophet (peace
be upon him). The Qur'an that Muslims have now undergoes a unique historical
process of writing to be collected in one mushaf. To function the Qur'an and
understand its content and content, a related science is needed, one of which is
the science of rasm Al-Qur’an. The writing of this article aims to find out what
the Qur'an rasm is, its types, rules, and opinions of Ulama and their relation to
the qira'ah of the Qur'an using data collection methods from various literature.
The Ottoman Rasm became the writing of the Qur'an that could not be changed
back because of the accuracy of the Qur'anic verses that had been agreed upon by
the history including all verses that did not mansukh al-tilawah. Jumhur Ulama
argues that Rasm Utsmani is taufiqi, Some Ulama say that Ottoman Rasm is the
term or ijtihad of the companions.
Key Word: Rasm Al-Qur'an, Rasm Utsmani, Various Rasm Qur'an

1
Pendahuluan
Proses penulisan Al-Qur’an telah dimulai semenjak zaman Nabi.
Kerinduan Nabi terhadap kedatangan wahyu tidak saja diekspresikan dalam
bentuk hafalan, tetapi juga dalam bentuk tulisan. Nabi sendiri memiliki sekretaris
pribadi yang khusus bertugas mencatat wahyu, yaitu Abu Bakar, Umar bin
Khatthab, Utsman bin Affan, Ali, Abban bin Sa’dan, Sa’id, Khalid bin Walid, dan
Mu’awiyyah bin Abi Sufyan. Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi Saw masih
dilakukan secara sederhana, yaitu di atas lontaran kayu, pelepah korma, tulang,
dan batu. Kegiatan tulis menulis Al-Qur’an pada masa Nabi Saw, di samping
dilakukan para sekretaris Nabi, juga dilakukan para sahabat lainnya. Al- Qur’an
juga sering disebut mushaf utsmani. Pada dasarnya ditetapkannya rasm (bentuk)
Al-Qur’an dikarenakan adanya perbedaan serius di dalam qira’at (cara membaca)
Al-Qur’an yang ada di dalam salinan salinan Al-Qur’an pada masa Utsman bin
Affan.(Badrudin, 2016)
Rasmul Al-Qur’an adalah salah satu bagian dari disiplin ilmu Al-Qur’an
yang mana di dalamnya tentang penulisan mushaf Al-Qur’an yang dilakukan
dengan cara khusus, baik dari segi penulisan lafal-lafalnya ataupun bentuk-bentuk
huruf yang digunakan. Ilmu rasmul Al-Qur’an juga banyak dikenal dengan
sebutan rasm utsmaniTulisan rasm utsmani ini adalah tulisan yang di dasarkan
terhadap sayyidina Umar Ra (khalifah ke 3). Istilah ini muncul setalah setelah
rampungnya penyalinan Al-Qur’an yang dilakukan oleh sekelompok tim yang
dibuat ustman pada tahun 25 H.dan juga oleh kalangan ulama di masa itu, cara
penulisan ini biasanya lebih dikenal dengan sebutan istilah “rasmul utsmani” yang
kemudian dinisbatkan terhadap amirul mukminin utsman Ra.(Mira Shodiqoh,
2019)
Maka dalam penulisan karya kami ini setidaknya terdapat bebrapa point
permasalahan yaitu, pengertian rasm Al-Qur’an, macam-macam rasm Al-Qur’an,
kaidah-kaidah, dan lain sebagainya.
Hasil dan Pembahasan
A. Pengertian
Istilah rasm mulai digunakan secara merata pada abad terakhir sebagai
bentuk pengetahuan tentang penulisan mushaf. Hal tersebut terlihat dalam
kitab-kitab karangan yang memuat pembahasan mengenai disiplin ilmu ini.
Ketika istilah rasm telah menjadi nama disiplin ilmu penulisan mushaf, maka
istilah ini digunakan juga untuk menunjukkan kaidah penulisan yang sudah
ditetapkan para Ulama.(Luluk Asfiatur Rohmah, 2018)
Rasm berasal dari kata rasama, yarsumu, rasma, yang berarti menggambar
atau melukis. Kata rasm ini juga bisa di artikan sebagai sesuatu yang resmi
atau menurut aturan. Jadi rasm berarti tulisan atau penulisan yang mempunyai
metode tertentu.(Usup, 2016)

2
Sedang menurut Zainal Arifin Madzkur yang mengutip dari buku
Pedoman Penulisan dan Pentashihan Alquran dengan Rasm Usmani, rasm
berarti, ‫ اال@@ثر‬yang bermakna bekas, peninggalan. Dalam perbendaharaan
bahasa Arab, memiliki beberapa sinonim, seperti ‫ لزبور‬,‫ اخلطا‬,‫ الرسم‬dan ‫السطر‬
yang semuanya memiliki arti sama yaitu tulisan.(Fathul Amin, 2020)
Istilah Rasm Al-Qur’an terdiri dari dua kata, yaitu Rasm dan Al-Qur’an.
Rasm berarti bentuk tulisan. Dapat juga diartikan atsar dan alamah. Al-Qur’an
adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Melalui
perantaraan malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf-mushaf dan disampaikan
kepada kita secara mutawatir, mempelajarinya merupakan suatu ibadah,
dimulai dengan surat al-fatihah dan ditutup dengan surat an-naas.(Abdullah
Acim, 2020)
Istilah Rasm Al-Qur’an ini diartikan sebagai kaidah-kaidah penulisan
dalam penulisan Al-Qur’an pada masa khalifah Utsman bin Affan dan para
sahabat. Sementara menurut Az-Zarqani, Rasm Al-Qur’an ialah penulisan Al-
Qur’an yang telah disepakati Utsman bin Affan di dalam penulisan kalimat-
kalimat dan huruf-hurufnya. Kemudian pola penulisan ini dijadikan sebagai
tolak ukur penulisan (rekontruksi) Al-Qur’an atau penggandaan dari Mushaf
Utsmani.(Abshor, 2023)
Kegiatan tulis menulis Al-Qur'an pada masa Nabi, di samping dilakukan
para sekretaris Nabi, juga dilakukan para sahabat lainnya. Kegiatannya itu
didasarkan pada hadits Nabi yang telah diriwayatkan oleh Imam Muslim:

‫ وحدثوا عنى والحرج فمن كذب‬.‫ال تكتبوا عنى شيأ غير القرآن ومن كتب عني غير القرآن فليمحه‬
)‫ (رواه مسلم‬.‫علي متعمدا مقعده من النار‬

"Janganlah kamu menulis sesuatu yang berasal dari, kecuali Al-Qur'an.


Barangsiapa telah menulis dariku selain Al-Qur'an, hendaklah ia
menghapusnya. Ceritakan saja apa yang diterima dariku, itu tidak mengapa.
Siapa yang dengan sengaja berdusta atas namaku,niscaya dia akan
menduduki posisinya di neraka. "55 (HR Muslim)
Uraian di atas memperlihatkan bahwa penulisan Al-Qur'an pada masa
Nabi tidak ditulis pada satu tempat, melainkan pada tempat yang terpisah-
pisah. Hal ini bertolak dari dua alasan berikut ini:
1. Proses penurunan Al-Qur'an masih berlanjut sehingga ada kemungkinan
ayat yang turun belakangan "menghapus" redaksi dan ketentuan hukum
ayat yang sudah turun terlebih dulu.
2. Penertiban ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur'an tidak bertolak dari
kronologi turunnya, tetapi bertolak dari keserasian antara satu ayat dengan
ayat lainnya, atau antara ayat atau surat yang turun belakangan ditulis
lebih dahulu daripada ayat atau surat yang turun terlebih dahulu.(Oom,
2013)

3
Dikatakan bahwa Ibn al-Mubarak dengan mengutip dari gurunya, "Abd al-
Aziz al-Dabbagh mengatakan kepadanya bahwa para sahabat dan orang lain
tidak turut campur sedikit pun dalam penulisan Al-Qur'an, karena penulisan
Al-Qur'an adalah teugifi, sesuai instruksi dari Nabi yang memerintahkan
kepada mereka bentuk tulisan seperti yang dikenal sekarang Para sekretaris
Nabi menuliskan istilah dan cara penulisan. Itu atas resta dari Utsmän. Bahkan
"Utsmän memberikan pedoman penulisan, "jika kalian berselisih pendapat
dengan Zaid bin Tsabit mengenai penulisan, maka tulislah memurut dialek
Quraisy, karena Al-Qur'an diturunkan des gan menggunakan dialek, logat
mereka." Pernah terjadi suatu kasus, yaitu me ngenai tulisan ‫ التابوت‬Zaid bin
Tsabit mengatakan ‫ الت@@ابوه‬tetapi beberapa orang Quraisy mengatakan ‫الت@@ابوت‬
ketika masalah tersebut diadukan kepada Utsman, maka Uusmån mengata kan
tulislah ‫ الت@@@@@ابوت‬karena Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Quraisy.
(prof.Dr.H.Amroeni drajat, n.d.)
Sedangkan pendapat lain, yang dikemukakan oleh al Baqillâni dan Ibn
Khaldûn. Menurut al-Baqillâni, Nabi saw. tidak mewajibkan ummat berkaitan
dengan tulisan. Sebab, beliau tidak mengambil rasm tertentu untuk para
penulis al- Qur'an dan pembuat khath mushaf, kemudian mewajibkannya
kepada mereka dan meninggalkan yang lainnya. Sebab, kewajiban tersebut
tidak bisa diketahui kecuali melalui dalil sam'î dan tawgif. Padahal, tidak ada
satupun dalam nas al-Qur'an maupun mathûm-nya yang menyatakan, bahwa
rasm ditetapkan al-Qur'an dalam bentuk khusus.(Masdudi, 2016)
Dalam Syu’abul Iman Baihaqi mengatakan: “barang siapa menulis
mushaf, hendaknya ia memperhatikan ejaan, (kaidah imlak) yang mereka
pakai dalam penulisan mushaf-mushaf dahulu, janganlah menyalahi mereka
dalam hal itu dan jangan pula mengubah apa yang telah mereka tulis
sedikitpun. Ilmu mereka lebih banyak, lebih jujur hati dan lisannya, serta lebih
dapat dipercaya dari pada kita. Maka bagi kita tidak pantas menyangka bahwa
diri kita lebih tahu dari mereka.(Aqsho, 2016)
B. Sejarah Perkembangan Rasm al-Qur’an
Pada zaman Nabi saw., al-Qur'an ditulis pada benda-benda sederhana,
seperti kepingan-kepingan batu, tulang-tulang kulit unta dan pelepah kurma.
Tulisan al-Qur'an ini masih terpencar-pencar dan belum terhimpun dalam
sebuah mushaf dan disimpan di rumah Nabi saw.. Penulisan ini bertujuan
untuk membantu memelihara keutuhan dan kemurnian al-Qur'an.Pada zaman
Abu Bakar, al-Qur'an yang terpencar-pencar itu di salin kedalam shuhuf
(lembaran-lembaran). Penghimpunan al-Qur'an ini dilakukan Abu Bakar
setelah menerima usul dari Umar ibn al-Kattab yang khawatir akan semakin
hilangnya para penghafal al-Qur'an sebagaimana yang terjadi pada perang
yamamah yang menyebabkan gugurnya 70 orang penghafal al-Qur'an. Karena
itu, tujuan pokok dalam penyalinan al-Qur'an di zaman Abu Bakar masih
dalam rangka pemeliharaan agar jangan sampai ada yang terluput dari al-
Qur'an.(akram, 2018) Sepeninggal Abu Bakar, estafet pemerintahan beralih
kepada Umar bin Khattab, pada periode inilah mushať zaman Khalifah Abu
Bakar disalin dalam lembaran. (shahifah). Umar tidak menggandakan lagi

4
shahifah yang ada, karena motif awalnya memang dipergunakan sebagai
naskah asli (original), bukan sebagai naskah hafalan. Setelah semua rangkaian
naskah selesai, naskah tersebut diserahkan kepada Hafshah. istri Rasulullah
untuk disimpan. Pertimbangannya, selain istri Rasulullah, Hafshah juga
dikenal sebagai orang yang pandai membaca dan menulis. Babak baru sejarah
penulisan Al-Qur'an, muncul saat Utsman bin Affan (644- 655 M) terpilih
menjadi Khalifah ketiga menggantikan Umar bin Khattab. Saat itu dunia
Islam telah meluas sampai ke berbagai daerah dan kota. Di setiap daerah telah
tersebar dan populer bacaan Al-Qur'an dari para sahabat yang telah mengajar
kepada mereka. Penduduk Syam membaca Al-Qur'an mengikuti bacaan Ubay
bin Ka'ab, penduduk Kufah mengikuti Bacaan Abdullah bin Mas'ud,
penduduk Bashrah mengikuti bacaan Abu Musa al-Asy'ari, penduduk Hims
mengikuti bacaan Ubadah bin Shamit dan penduduk Damaskus mengikuti
bacaan Abu Darda. Begitu seterusnya, Di antara mereka terdapat perbedaan
bunyi huruf, dan bentuk bacaan. Masalah ini kemudian mulai membawa
mereka kepada pintu perpecahan dan pertikaian antar sesama.(Madzkur,
2011)
Rasm Qur’an mengalami perkembangan yang sangat pesat pada beberapa
periode berikutnya.Informasi lain menyebukan Khalifah Abdul Malik ibn
Marwan (685-705 M.) memerintahkan al-Hajjaj ibn Yusuf al-Saqafi untuk
menciptakan tanda-tanda huruf al-Qur’an (nugth al-qur’an). Ia mendelegasi
tugas itu kepada Nashid ibn Ashim dan Yahya ibn Ma’mur, dua orang murid
Al-Dawali. Kedua orang inilah yang membubuhi titik di sejumlah huruf
tertentu yang mempunyai kemiripan antara satu dengan yang lainnya.
Misalnya,penambahan titik di atas huruf dal yang kemudian menjadi huruf
dzal. Penambahan titik yang bervariasi pada sejumlah huruf dasar ba yang
kemudian menjadi huruf ba, nun, ta dan ha yang kemudian berubah menjadi
kha, ha, dan jim. Huruf ra dibedakan dengan huruf za, huruf sin dibedakan
dengan Syin, huruf shad dibedakan menjadi dengan dhad, huruf tha dibedakan
dengan zha, huruf ‘ain dibedakan dengan ghim, huruf fa dibedakan dengan
qaf. Dari pola penulisan tersebut berkembanglah berbagai pola penulisan
dalam berbagai bentuk seperti pola Kufi, Maghribi, dan Naqsh.(Wildan et al.,
2022)
C. Macam-macam Rasm Al-Qur’an
Jumlah mushaf yang dikirim oleh Sayyidina Usman Bin Affan menurut
riwayat yang mashur ada 4 macam,yaitu mushaf yang dikirimkan ke
penduduk Bashrah, Kuffah, Syam, dan Madinah. Ada yang mengatakan 5
buah ditambah dengan mushaf untuk penduduk makkah. Ada yang
mengatakan 6 buah, dengan menambahkan mushaf untuk penduduk Bahrain.
Ada yang mengatakan 7 buah dan 8 buah, denhgan menambahkan mushaf
untuk penduduk Yaman daqn mushaf yang ditulis untuk sahabat usman
sendiri yang disebut dengan sebutan mushaf Al imam (induk). Berikut adalah

5
macam macam Rasm dilihat dari spesifikasi dan cara penulisan kalimat
kalimat Arab, maka Rasm dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Rasm Qiyasi
Menuliskan kalimat sesuai dengan ucapannya dan memperhatikan waktu
memulai dan berhenti pada bacaan tersebut. Kecuali nama huruf Hijaiyah
seperti huruf ( ‫ ) ق‬tidak ditulis dengan huruf ( ‫ ) قاف‬tapi dengan ( ‫ ) ق‬saja.
Al-Zarqani dengan mengatakan bahwa rasm Imla‟I diperlukan untuk
menghindarkan ummat dari kesalahan membaca Al-Qur‟an,sedangkan
Rasm Utsmani di perlukan untuk memelihara keaslian mushaf Al-Qur‟an.
Tampaknya, pendapat ini lebih moderat dan lebih sesuai dengan kondisi
ummat, disatu pihak mereka ingin melestarikan rasm Utsmani, sementara
dipihak lain mereka menghendaki dilakukannya penulisan Al-Qur‟an
denganrasm Imla‟I untuk memberikan kemudahan bagi kaum muslimin
yang kemungkinan mendapat kesulitan membaca Al-Qur‟an
dengan Rasm Utsmani.(Abshor, 2023)
2. Rasm ‘Arudhi
Cara menuliskan kalimat kalimat arab disesuaikan dengan wazan dalam
syair syair Arab. Hal itu dilakukan agar mengetahui nama macam syair
dari syair tersebut. Rasm ‘Arudi ialah cara menuliskan kalimat-kalimat
arab disesuaikan dengan wazan sya’ir-sya’ir arab. Hal itu dilakukan untuk
mengetahui “bahr” (nama macam sya’ir). Dari sya’ir tersebut contohnya
seperti : ‫ وليل كموج البحر ار خي سدو له‬sepotong sya’ir Imri’il qais tersebut
jika ditulis akan berbentuk: ‫ وليلن كموج البح ر ار خي سدو لهو‬sesuai dengan ‫فعو‬
‫ لن مف@@@@@@@@ا عيلن فع@@@@@@@@ولن مف@@@@@@@@ا عيلن‬sebagai timbangan sya’ir yang
mempunyai “ bahar tawil.”(Singaparna, 2017)
3. Rasm Usmani
Adalah cara penulisan kalimat kalimat Al-Qur’an yang telah disetujui oleh
sahabat Usman Bin Affan pada waktu penulisan Mushaf. Rasm Utsmani
ini berbeda dengan Rasm Qiyasi dari beberapa segi. Adanya perbedaan
perbedaan ini menjadikan Rasm Utsmani menjadi bagian dari salah satu
cabang ilmu pengetahuan yang diberi nama ilmu Rasm. Dalam Rasm
Utsmani lafadz ( ‫ ) اليستوون‬ditulis ( ‫ ) اليستون‬Dari lafadz ( ‫ ) الصلوة‬menjadi (
‫) الصالة‬.(Sya’roni, 1999)
D. Kaidah-kaidah Rasm Al-Qur’an
Rasm Utsmani adalah:

‫الوضع الذي ارتضاه سید تا عثمان رضي هللا عنه ومن كان معه من الصحابه في كتاب@@ة الق@@رآن ورس@@م‬
‫ واألصل في المكت@وب ان يك@ون موافق@ا تم@ام الموافق@ه للمنط@وق من غ@ير زي@ادة وال نقص وال‬,‫حروفه‬
‫تبديل وال تغيير ولكن المصاحف العثمانيه قد أهم@ل فيه@ا ه@د االص@ل فوج@دت به@ا حروف@ه كث@يرة ج@اء‬
‫رسمها مخالفا الداء النطق وذلك الغراض‬
‫الشريفه‬.

Ketentuan atau pola yang digunakan oleh Utsman bin Affan bersama sahabat-
sahabat yang lain dalam menuliskan Al-Qur'an dan bentuk rasm tiap
hurufnya, dimana pada dasarnya dalam penulisan bahasa Arab apa yang

6
tertulis sesuai dengan apa yang diucapkan, tanpa adanya pengurangan dan
penambahan, begitupun pergantian dan perubahan, akan tetapi pola penulisan
Al-Qur'an dalam mushaf Utsmani terdapat beberapa penyimpangan dari pola
penulisan bahasa Arab konvensional, dan itu semua dilakukan Ustman dan
para sahabat yang lain untuk meng-cover tujuan yang mulia.(Madzkur, 2011)
Pertama, kaidah hadf (pengurangan huruf). Dalam pola ini ada beberapa
pengurangan; alif, ya’, wawu dan lam. Pengurangan huruf alif, seperti lafadz:
(‫)سبحن( )الّرحمن‬, penulisan yang baku dalam bahasa Arab seharusnya (‫( )الّرحمان‬
‫)س@@بحان‬. Pengurangan huruf ya’ seperti, (‫) غ@@ير ب@@اغ‬, penulisan secara imla’I
seharusnya (‫) غ@@ير ب@@اغي‬. Pengurangan huruf wawu seperti, (‫)يمح هللا( )ي@@دع‬,
penulisan yang baku dalam bahasa Arab seharusnya: (‫)يمح@@@و هللا( )ي@@@دعو‬
Pengurangan huruf lam, seperti (‫)الذي( )اليل‬, penulisan bahasa Arab yang benar
seharusnya, (‫)اللذي( )الليل‬.
Kedua, pola penambahan huruf, yakni alif, wawu dan ya’. Penambahan
huruf alif, seperti: (‫)مائة‬, penulisan yang benar dalam bahasa Arab seharusnya
(‫)مئة‬.Penambahan huruf ya’ seperti,(‫)بأييد‬, penulisan yang benar dalam bahasa
Arab seharusnya (‫)بأيد‬. Penambahan huruf wawu seperti, (‫)أولو( )أولئك‬,penulisan
yang benar dalam bahasa Arab seharusnya (‫)أولو( )أولئك‬.
Ketiga, pola penulisan hamzah, secara ringkas bahwa hamzah sukun
ditulis sesuai huruf harakat sebelumnya, seperti pada lafadz (‫( )آؤتمن( )البأساء‬
‫)آئ@@ذن‬. Sedangkan hamzah yang berharakat apabila di awal kalimat dan
bersambung dengan huruf tambahan, maka ditulis dengan huruf alif, baik
berharakat fathah maupun berharakat kasrah, seperti (‫)س@@أنزل( )إذا( )أي@@وب‬.
Adapun apabila hamzah berada di tengah-tengah kalimat, maka ia ditulis
sesuai dengan jenis harakatnya, seperti (‫)تقرؤه( )سئل( )سأل‬. Sementara hamzah
yang berada di ujung kalimat, maka ditulis sesuai dengan harakat sebelumnya,
seperti (‫)لؤلؤ( )شاطئ( )سبأ‬.
Keempat, pola pergantian huruf dengan huruf yang lain, seperti pergantian
huruf alif dengan huruf wawu pada kalimat berikut ini (‫)الحيوة( )الزكوة( )الصلوة‬,
penulisan yang baku dalam bahasa Arab seharusnya (‫)الحياة( )الزكاة( )الصالة‬.
Kelima, pola persambungan dan pemisahan huruf dengan huruf yang lain
atau sebaliknya. Pola persambungan seperti (‫ )ألن نجمع عظام@@ه‬yang lazimnya
ditulis (‫)أن لن نجمع عظامه‬. Pola pemisahan seperti (‫ )أّن ما‬yang lazimnya ditulis (
‫)أّنما‬.
Keenam, pola tulisan yang memiliki dua bacaan, yaitu seperti: ( ‫َم ِلِك َي ْو ِم‬
‫)ُيَخ ِد ُع ْو َن ( )الِّدْيِن‬. kedua contoh tersebut dalam mushaf tidak ditulis huruf alif
sebagai tanda panjang namun ada riwayat yang membaca panjang.
Seharusnya, secara penulisan imla’I ditulis sebagai berikut: ( ‫( )َم اِلِك َيْو ِم الِّدْيِن‬
‫)ُيَخ اِد ُع ْو َن‬.(Fathurrozi, 2018)
Demikian penjelasan yang disarikan dari kitab Manahil ‘Irfan fi Ulumil
Qur’an (Kairo: Maktabah Isa Al-Halabi, tt. h. 369).
E. Pendapat Ulama’ Tentang Rasm Al-Qur’an

7
Dalam kitab Manahilul Irfan karya Syekh Abdul Adhim al-Zurqani
dijelaskan bahwa perbedaan ini terbagi dalam tiga pendapat:
Pertama, pendapat mayoritas ulama, yang menyatakan pola penulisan Al-
Qur’an dalam mushaf adalah bersifat tauqifi, yaitu sesuai petunjuk dan
perintah Nabi. Hal ini didasarkan pada dua hal, (1) Penulisan Al-Qur’an
dilakukan oleh kuttab al-wahyi (para penulis Al-Qur’an) di masa Nabi saw.
Apa yang ditulis oleh mereka tentu telah mendapatkan persetujuan dari Nabi.
(2) Tulisan ini tetap ada dan terus berlanjut pada masa Abu Bakar, dan pada
masa Utsman bin Affan hingga sampai masa para tabi’in (generasi yang
menjumpai sahabat) dan tabi’it tabi’in (generasi yang menjumpai tabi’in).
mam Ahmad bin Hanbal menyatakan bahwa haram hukumnya menyalahi
penulisan Rasm Utsmani, baik dalam penulisan huruf, ya’, alif, dan wawu.
Kedua, sebagian ulama, termasuk Imam al-Baqillani dan Ibnu Khaldun,
berpendapat bahwa penulisan Al-Qur’an dalam mushaf itu merupakan hasil
ijtihad para sahabat Nabi. Tidak bersifat tauqifî. Hal ini didasarkan pada dua
fakta: (1) tidak ditemukan nash (dalil) baik berupa ayat Al-Qur’an maupun
sunnah, yang menunjukkan keharusan menulis Al-Qur’an sesuai Rasm
Utsmani; (2) seandainya pola penulisan mushaf itu bersifat tauqifî, sesuai
petunjuk Nabi, kenapa menggunakan istilah “Rasm Ustmani”
bukan “Rasm Nabawi”? Imam al-Baqillani menyatakan bahwa sunnah
menuliskan Al-Qur’an dengan pola yang mudah, sebab Nabi Muhammad
memerintahkan para sahabat menulis Al-Qur’an namun beliau tidak
menunjukkan pola tertentu dan tidak melarang menulis pola tertentu juga.
Ketiga, pendapat ini sepertinya ingin mengakomodasi dua pendapat di atas
dengan melihat kebutuhan dan kondisi sosialnya. Di satu sisi
memperbolehkan bahkan mengharuskan menulis Al-Qur’an dengan
menggunakan pola imla’i, dalam rangka memudahkan masyarakat umum.
Artinya, bagi mereka yang tidak mengerti, tidak boleh menulis Al-Qur’an
dengan Rasm Utsmani agar tidak jatuh pada keserupaan dan perubahan. Di
sisi yang lain dianjurkan menulis dengan pola Rasm Ustsmani untuk menjaga
dan melestarikan sebagai warisan yang berharga bagi generasi selanjutnya.
Pendapat ini merupakan pendapat Imam Nawawi dan Imam al-Zarkasyi.
(Prayoga, 2022)
Dari ketiga pendapat diatas penulis lebih cenderung menyatakan,
bahwa untuk penulisan Al-Qur’an secara utuh sebagai kitab suci umat Islam,
semestinya mengikuti dan berpedoman kepada rasm usmani, hal ini
mengingat pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Agar umat Islam diseluruh dunia memiliki kitab suci yang seragam
dalam pola penulisannya, sesuai dengan pedoman aslinya.
2. Pola penulisan Al-Qur’an dengan rasm Usmani, kalaupun tidak bersifat
taufiqi minimal telah merupakan ijma’ atau kesepakatan para sahabat
Nabi. Ijla sahabat memiliki kekuatan hukum tersebut yang wajib

8
diikuti, termasuk dalam penulisan Al-Qur’an dengan rasm Usmani (bila
dimaksutkan sebagai kitab suci secara utuh).
3. Pola penulisan Al-Qur’an berdasarkan rasm Usmani boleh
dikatakansebagian besar sesuaidengan kaidah-kaidah rasm Imla’i dan
hanya sebagian kecil saja yang menyalahi atau berbeda dengan rasm
Imla’i.(Mira Shodiqoh, 2019)
F. Kaitan Rasm Al-Qur’an Dengan Qiraat Al-Qur’an
Hubungan rasm Al-Qur’an dengan qira’at dan pemahaman Al-Qur’an
sangat erat. Karena semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin
sedikit pula kesulitan untuk mengungkapkan pengertian-pengertian yang
terkandung di dalamnya, untuk mengatasi permasalahan tersebut Abul Aswad
ad-Du’ali berusaha menghilangkan kesulitan-kesulitan yang sering dialami
oleh orang-orang Islam non-Arab dalam membaca Al-Qur’an ia memberikan
tandatanda yang diperlukan untuk menolong mereka dalam membaca ayat-
ayat Al-Qur’an dengan cara memberikan tinta warna yang berbeda-beda.
Selain itu ia juga memberikan tanda fathah dengan satu titik diatas awal
huruf, tanda dhammah dengan satu titik diatas akhir huruf, dan tanda kasrah
dengan satu titik dibawah awal huruf. Dengan adanya tanda-tanda bacaan
tersebut sebagai kelengkapan rasm Al-Qur’an sangat menolong seseorang
dalam membaca dan memahami kandungan ayatayat Al-Qur’an.(Abdullah
Acim, 2020)
Hubungan Rasm Al-Qur’an dapat dilihat dari dua hal. Pertama, bahwa
Rasm mushaf utsmani menjadi salah satu syarat atau tolak ukur diterimanya
suatu qira’ah. Dua syarat lainnya adalah memiliki sanad yang shahih, dan
sesuai dengan kaidah-kaidah dalam bahasa Arab. Kedua, terkait pada praktik
bacaan, termasuk persoalan cara waqaf/berhenti pada suatu kata. Ulama
qira’at menjelaskan bahwa qira’at yang diterima harus sesuai dengan salah
satu Rasm mushaf utsmani. Hal ini dikarenakan mushaf-mushaf yang ditulis
di masa utsmani memiliki perbedaan.(Ilmu Al-Quran Dan Tafsir (S2) UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, n.d.) Contoh soal perbedaan cara bacaan lafal
yang berhubungan denga rasm adalah lafaz (ya abat), di dalam Alquran ditulis
dengan huruf ta, jika disambung maka dibaca dengan ta, tetapi jika berhenti
pada lafaz tersebut maka sebagian qari’ membacanya sesuai rasm dengan
huruf ta (ya abat) dan sebagian membacanya dengan ha (ya abah) seperti
imam Ibn Katsir.(abdul jalil muhammad, 2019)
Kesimpulan
Dari uraian diatas, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain
sebagai berikut:
1. Macam-macam Rasm Al-Quran. Rasm dibagi menjadi 3, yaitu:
- Rasm Qiyasi
Menuliskan kalimat sesuai dengan ucapannya dan memperhatikan
waktu memulai dan berhenti pada bacaan tersebut. Kecuali nama

9
huruf Hijaiyah seperti huruf ( ‫ ) ق‬tidak ditulis dengan huruf ( ‫) قاف‬
tapi dengan ( ‫ ) ق‬saja.
- Rasm ‘Arudhi
Cara menuliskan kalimat kalimat arab disesuaikan dengan wazan
dalam syair syair Arab. Hal itu dilakukan agar mengetahui nama
macam syair dari syair tersebut.
- Rasm Usmani
Adalah cara penulisan kalimat kalimat Al-Qur’an yang telah
disetujui oleh sahabat Usman Bin Affan pada waktu penulisan
Mushaf. Rasm Utsmani ini berbeda dengan Rasm Qiyasi dari
beberapa segi. Adanya perbedaan perbedaan ini menjadikan Rasm
Utsmani menjadi bagian dari salah satu cabang ilmu pengetahuan
yang diberi nama ilmu Rasm.
Dalam Rasm Utsmani lafadz ( ‫ ) اليستوون‬ditulis ( ‫ ) اليستون‬Dari lafadz
( ‫ ) الصلوة‬menjadi ( ‫) الصالة‬.
2. Kaidah-kaidah Rasm Al-Quran
Kaidah ini mempunyai enam kaidah yaitu, Pertama Penghapusan
(al-Hadzf), kedua Penambahan (az-ziyadah), ketiga aturan hamzah,
keempat Ibdal (mengganti), kelima aturan pemisahan (al-fashl) dan
penyambungan (al-washl), keeanam Kalimat yang mengandung 2(dua)
bacaan dan ditulis dengn salah satunya saja.
3. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Muslim di seluruh dunia.
- Penulisan Al-Qur’an dengan pola Rasm Utsmani merupakan sunnah
yang harus dikuti
- Pola penulisan Al-Qur’an sesuai dengan Rasm Utsmani adalah sebuah
keniscayaan, utamanya penyatuan pola penulisan Al-Qur’an bagi
seluruh ummat Muslim dengan Rasm Utsmani, agar seragam sesuai
dengan penulisan awal dan agar terhindar dari fitnah.
- Boleh menulis Al-Qur’an tanpa menggunakan Rasm Utsmani apabila
digunakan untuk kepentingan pembelajaran bagi orang
masyarakat awam.
- Pola penulisan Al-Qur’an dengan Rasm Utsmani memiliki banyak
keistimewaan, salah satunya adalah memiliki petunjuk pada makna
yang tersembunyi.(Prayoga, 2022)
4. Hubungan Rasm Al-Qur’an Dengan Qiraat Al-Qur’an
Hubungan rasm Al-Qur’an dengan qira’at dan pemahaman Al-
Qur’an sangat erat, Karena semakin lengkap petunjuk yang dapat
ditangkap semakin sedikit pula kesulitan untuk mengungkapkan
pengertian-pengertian yang terkandung di dalamnya, untuk mengatasi
permasalahan tersebut Abul Aswad ad-Du’ali berusaha
menghilangkan kesulitan-kesulitan yang sering dialami oleh orang-
orang Islam non-Arab dalam membaca Al-Qur’an ia memberikan

10
tandatanda yang diperlukan untuk menolong mereka dalam membaca
ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara memberikan tinta warna yang
berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA

abdul jalil muhammad, s.th.i., m, S. (2019). Pengantar Ilmu Qiraat (6)_


Hubungan Qiraat dengan Rasm Mushaf Alquran - Pondok Pesantren
Almunawwir. al munawwir.
Abdullah Acim, S. (2020). Kajian Ulumul Qur’an.
Abshor, U. (2023). Kodifikasi Rasm Al-Qur’an. AR ROSYAD Jurnal
Keislaman Dan Sosial Humaniora, 1(2), 91–107.
akram. (2018). rasm al qu’an. Makalah Uin Alauddin, 19.
Aqsho, M. (2016). Pembukuan Alquran, Mushaf Usmani dan Rasm
Alquran. Almufida, 1(1), 85–109.
Badrudin, B. (2016). Rasm al-Qur’an dan Bentuk-Bentuk Penulisannya.
Al-Fath, 10(2), 107–128.
Fathul Amin. (2020). Kaidah Rasm Utsmani Dalam Mushaf Al-Qur’an
Indonesia Sebagai Sumber Belajar Baca Tulis Al-Qur’an. Tadris :
Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan Islam, 14(1), 72–91.
https://doi.org/10.51675/jt.v14i1.73
Fathurrozi, M. (2018). Enam Pola Penulisan Al-Qur’an yang Berbeda dari
Kaidah Arab Konvensional. In 30 Oktober (pp. 1–4).
https://islam.nu.or.id/post/read/98280/enam-pola-penulisan-al-quran-
yang-berbeda-dari-kaidah-arab-konvensional
Ilmu Al-Quran dan Tafsir (S2) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. (n.d.).
https://iatmagister.uin-suka.ac.id/id/kolom/detail/456/at-tafsīr-wa-al-
mufassirūn-karya-muhammad-husein-adz-dzahabī

11
Luluk Asfiatur Rohmah. (2018). Kajian Terhadap Rasm Dalam Naskah
Mushaf Al-Qur`an Madura. AL ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur’an, 4(2),
27–54. https://doi.org/10.47454/itqan.v4i2.683
Madzkur, Z. A. (2011). Urgensi Rasm Utsmani (Potret Sejarah dan Hukum
Penulisan Al-Qur’an dengan Rasm ’Utsmani). Jurnal Khatulistiwa-
Journal Of Islamic Studies, 1(1), 15–24.
Masdudi. (2016). Studi Al-Qur’an Masdudi. 1–156.
Mira Shodiqoh. (2019). Ilmu Rasm Quran. Tadris : Jurnal Penelitian Dan
Pemikiran Pendidikan Islam, 13(1), 91–101.
https://doi.org/10.51675/jt.v13i1.56
Oom, M. (2013). Ulumul Qurˋan.
Prayoga, Y. (2022). Tiga Pendapat Tentang Penulisan Al-Qur’an. In
Lampung.Nu.or.Id. https://lampung.nu.or.id/syiar/tiga-pendapat-
tentang-penulisan-al-qur-an-J1vVO
prof.Dr.H.Amroeni drajat, M. A. (Ed.). (n.d.). Ulumul Qur’an Full.Pdf
(2017th ed.). kencana.
Singaparna. (2017). Ramadhan Series PA Tasikmalaya : Mengenal
Macam-macam Ras. In Mahkamah Agung RI: Pengadilan Agama
Tasikmalaya.
Sya’roni, H. M. (1999). Pedoman Umum Penulisan Dan Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an Dengann Rasm Utsmani (p. 183).
Usup, D. (2016). ILMU RASM Al-QUR’AN. Jurnal Ilmiah Al-Syir’ah, 5(1).
https://doi.org/10.30984/as.v5i1.229
Wildan, S., Muntafiah, I. Z., Septiana, R. E., & Wakhid, N. (2022). Kaidah
Rasm Utsmani dan korelasinya dengan qiroah sab’ah. Jurnal Al Irfani
Ilmu Al Qur an Dan Tafsir, 3(2), 1–15.
https://doi.org/10.51700/irfani.v3i2.385

12

Anda mungkin juga menyukai