A. PENDAHULUAN
Sejak awal hingga akhir turunnya, seluruh ayat Al-Qur’an telah ditulis dan
didokumentasikan oleh para penulis wahyu yang langsung ditunjuk oleh
Rasulullah SAW. Di samping itu seluruh ayat Al-Qur’an dinukilkan atau
diriwayatkan secara mutawattir baik secara hafalan maupun tulisan, ditulis dan
dibukukan dalam satu mushaf.
Al-Qur’an yang dimiliki umat Islam sekarang mengalami proses sejarah
yang unik hingga menjadi satu mushaf. Ilmu yang membahas penulisan Al-
Qur’an ini dikenal dengan ilmu Rasm Al-Qur’an. Sebagian besar menisbatkan
Rasmul Qur’an ini kepada khalifah Utsman bin Affan yang telah memberikan
tugas, sehingga disebut juga Rasm Utsmani.
Para ahli tata bahasa Arab atau dikenal dengan Nuhat, telah menciptakan
berbagai aturan dasar dan kaidah (al-qawa’id al-imla’) tetapi ada perbedaan pada
bentuk tertentu dalam mushaf yang dikodifikasi para sahabat pada zaman
khalifah Utsman ini. Dalam perkembangannya pula, beberapa ulama berbeda
pendapat tentang status Rasm Utsmani ini, apakah bersifat tauqify atau ijtihadi,
mengingat Rasm Utsmani ini disusun oleh manusia.
Untuk mengerucutkan pembahasan ilmiah ini, maka penulis merumuskan
masalah dalam empat pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa pengertian Rasm Qur’an atau Rasm Utsmani?
2. Apa latar belakang munculnya Rasm Utsmani?
3. Apa saja kaidah dalam Rasm Utsmani?
4. Apa pendapat para ulama tentang Rasm Utsmani?
5. Bagaimana modifikasi Rasm Utsmani seiring waktu?
2
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Rasm Al-Qur’an
Secara terminologi rasm berasal dari kata rasama, yarsamu, rasman
yang berarti gambar atau coretan atau bentuk tulisan. Kata rasm juga bisa
diartikan sebagai sesuatu yang resmi atau menurut aturan. Jadi rasm adalah
bentuk penulisan yang mempunyai aturan tertentu.1
Zaid bin Tsabit bersama tiga orang Quraisy telah menempuh suatu
metode khusus dalam penulisan Al-Qur’an yang disetujui oleh khalifah
Utsman bin Affan. Para ulama menamakan metode tersebut dengan ar-
Rasmul ‘Utsmání lil Mushaf (penulisan mushaf Utsmani), dengan dinisbahkan
kepada Utsman.2
Majma’ al-Buhus al-Islamiyat dalam Ichwan mengemukakan bahwa
rasm Al-Qur’an (rasm al-mushaf) adalah ketentuan atau pola yang digunakan
oleh Utsman bin Affan bersama sahabat-sahabatnya dalam penulisan Al-
Qur’an, berkaitan dengan susunan huruf-hurufnya yang terdapat dalam
mushaf yang dikirim ke berbagai daerah dan kota serta mushaf imam yang
berada di tangan Utsman bin Affan sendiri.3Rosihon Anwar juga menjelaskan
bahwa rasm Al-Qur’an ialah tata cara menuliskan Al-Qur’an yang ditetapkan
pada masa Khalifah Utsman bin Affan.4
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Rasm Al-
Qur’an atau Rasm al-Mushaf atau Rasm Utsmani adalah tata cara penulisan
kalimat-kalimat dan huruf-huruf Al-Qur’an yang dilakukan oleh para sahabat
sesuai dengan kaidah yang disetujui oleh Utsman bin Affan. Sedangkan
mushaf yang berhasil dikodifikasi ini disebut mushaf al-Imam.
1
Abdul Ghofur Amin, Rasm Al-Qur’an: Penulisan Al-Qur’an,
2
Syaikh Manna’ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. Mifdhol Abdurrahman (Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 2005), h. 182.
3
Mohammad Nor Ichwan, Belajar Al-Qur’an: Menyingkap Khazanah Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Melalui
Pendekatan Historis-Metodologis (Semarang: Rasai;, 2005), h. 133.
4
Rosihon Anwar, Pengantar Ulumul Quran (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 83.
3
5
Muhammad Ali al-Shobuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an, terj. Muhammad Qodirun Nur (Jakarta:
Pustaka, t.th), h. 69.
6
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Quran (Yogyakarta: FkBA, 2001), h. 151.
7
Zainal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur’an (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 163.
4
8
Munawir Khalil, Al-Qur’an dari Masa ke Masa (Semarang: Ramadhani, 1952), h . 24.
9
Riwayat lain mengatakan bahwa sahabat yang diberi tugas ini oleh khalifah Utsman adalah 12
orang, Sejarah Teks Al-Quran dari Wahyu sampai Kompilasi, terj. Sohirin Solihin (Jakarta: Gema Insani
Press, 2005), 99.
10
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS (Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa, 2011), h. 192-193.
5
Nabi; (b) Untuk menjamin ketujuh huruf turunnya Al-Qur’an, tulisan mushaf
bebas dari titik dan syakal; (c) Lafadz yang tidak dibaca dengan bermacam-
macam bacaan ditulis dengan bentuk unik, sedangkan lafadz yang dibaca
dengan lebih satu qira’at ditulis dengan rasm yang berbeda pada tiap-tiap
mushaf; dan (d) Menggunakan bahasa Quraish karena Al-Qur’an diturunkan
dalam bahasa tersebut. 11
Setelah ‘panitia empat’ menyelesaikan tugasnya, Utsman
mengembalikan mushaf yang asli kepada Hafsah. Kemudian mengirimkan
beberapa mushaf ke berbagai kota. Para ulama menyebut cara penulisan ini
sebagai Rasm al-Mushaf. Karena cara penulisan ini disetujui oleh Utsman,
maka para ulama menyebutnya dengan Rasm al-Utsman atau Rasm Utsmani.
11
Anwar, Ulum al-Quran, 45.
6
Utsmani. Perdebatan para ulama tentang ini adalah seputar hukum Rasm
Utsmani ini apakah dapat dihukumkan tauqifi, yaitu diajarkan langsung oleh
Rasulullah SAW, atau ini adalah hasil ijtihad para sahabat terdahulu.
Perbedaan pendapat para ulama ini dibagi kepada tiga (3) golongan, antara
lain:
Du’ali memberi tanda baca baris atas (fathah) berupa sebuah titik di atas
huruf, sebuah titik di bawah huruf sebagai tanda baris bawah (kasrah), tanda
dhammah berupa wawu kecil di antara dua huruf, dan tanpa tanda apa-apa
untuk huruf konsonan mati.
Pada perkembangan selanjutnya, al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi al –
Azdi membuat kaidah-kaidah tanda baca seperti tanda fathah dengan
membubuhkan tanda sempang di atas huruf, tanda kasrah dengan
membubuhkan tanda sempang di bawah huruf, tanda dhammah dengan
membubuhkan wawu kecil di atas huruf, tanda sukun dengan membubuhkan
tanda kepala huruf ha’ di atas huruf, tanda sajdah dengan membubuhkan
h uruf sin di atas huruf.16
Usaha penyempurnaan penulisan Al-Qur’an ini dilanjutkan pada masa
Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Ia memerintahkan al-Hajjaj bin Yusuf al-
Saqafi untuk menciptakan tanda-tanda huruf Al-Qur’an (nuqth Al-Qur’an). Ia
memberikan tugas itu kepada Nashid bin ‘Ashim dan Yahya bin Ma’mur, dua
orang murid al-Du’ali. Kedua orang inilah yang membubuhi titik di sejumlah
huruf tertentu yang mempunyai kemiripan antara satu dengan lainnya.
Misalnya, penambahan titik di atas huruf dal yang kemudian menjadi huruf
dzal. Penambahan titik yang bervariasi pada sejumlah huruf dasar ba’, yang
kemudian menjadi huruf ba’, nun, dan ta’. Dan huruf dasar ha’ yang
kemudian berubah menjadi kha’, ha’, dan jim. Huruf ra’ dibedakan dengan
huruf za’, huruf sin dibedakan dengan syin, huruf shad dibedakan dengan
dhad, huruf tha’ dibedakan dengan zha’, huruf ‘ain dibedakan dengan gha’in,
serta huruf fa’ dibedakan dengan qaf. Dari pola penulisan tersebut,
berkembanglah berbagai pola penulisan dalam berbagai bentuk seperti pola
Kufi, Maghribi, dan Naqsh.17
Kemudian pada perkembangan selanjutnya para ulama berusaha
16
Ichwan, Belajar Al-Qur’an, 151.
17
Ahmad Izzan, ‘Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas Al-Qur’an
(Bandung: Humaniora, 2009), h. 115.
10
C. PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan
antara lain:
1. Rasm Al-Quran (Rasm al-Mushaf atau Rasm Utsmani) adalah tata cara
penulisan kalimat-kalimat dan huruf-huruf Al-Qur’an yang dilakukan oleh
para sahabat sesuai dengan kaidah yang disetujui oleh Utsman bin Affan.
Disebut Rasm Utsmani karena dinisbatkan kepada khalifah Utsman bin Affan
yang menyetujui pola penulisan al-Quran yang ditempuh oleh panitia empat.
2. Sahabat yang diberi tugas oleh Utsman bin Affan untuk mengumpulkan dan
menulis mushaf yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Al-Ash
dan Abdurrahman bin Hisyam, yang selanjutnya disebut ‘Panitia Empat’.
3. Rasm Usmani mempunyai beberapa kaidah antara lain:
a) Kaidah buang (al-Hadzf)
b) Kaidah panambahan (al-Ziyadah)
18
Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, terj. Tim Pustaka Firdaus (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1999), h. 116-117.
11
DAFTAR PUSTAKA
Al- Qattan, Manna’ Khalil. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Terj. Mifdhol
Abdurrahman. Jakarta: Pustaka al-Kautsar. 2005.
Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Terj. Mudzakir AS. Bogor:
Pustaka Litera Antar Nusa. 2011.
Shihab, M. Quraish, dkk. Sejarah dan Ulum Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus.
2001.
Syuhbah, Muhammad bin Muhammad Abu. Studi Ulumul Quran: Telaah Atas
13