Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ‘ULUMUL QUR’AN

RASM DALAM AL-QUR’AN

DOSEN PENGAMPU: MUHAMMAD HUSEIN, M.A.

DISUSUN OLEH:
AYIN TAMARA (23541003)
DONI ATMAJA NEGARA (23641009)
DZAQI HIDAYATULLAH (236410010)
HESWITA FEBI AULIA RIZKI (23641012)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................I


DAFTAR ISI..........................................................................................................................II
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................2
A. Pengertian Rasm Al-Qur’an.......................................................................................2
B. Sejarah Perkembangan Rasm Al-Quran.....................................................................2
C. Kaidah Penulisan Mushaf Rasm Utsmani..................................................................3
D. Kaitan Rasm Utsmani dengan Qira’at.......................................................................5
E. Manfaat dan Hikmah Rasm Al-Qur’an......................................................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................................7
A. Kesimpulan................................................................................................................7
B. Saran..........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................9

BAB I
II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak awal hingga akhir turunnya, seluruh ayat Al-Qur’an telah ditulis dan
didokumentasikan oleh para juru tulis wahyu yang ditunjuk oleh Rasulullah Saw. Di samping
itu, seluruh ayat-ayat Al-Qur’an dinukilkan atau diriwayatkan secara mutawatir baik secara
hafalan maupun tulisan. Dalam hal itu, Al-Qur’an sebagai kitab yang dimiliki umat Islam
sekarang, ternyata telah mengalami proses sejarah yang cukup unik dalam upaya penulisan
dan pembukuannya. Untuk mengfungsikan al-Qur’an dan memahami isi serta kandungan
maka diperlukan suatu ilmu yang terkait. Salah satunya adalah ilmu rasm al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian rasm Al-Qur’an?
2. Bagaimana sejarah perkembangan rasm Al-Qur’an?
3. Bagaimana kaidah penulisan mushaf rasm Utsmani?
4. Bagaimana kaitan rasm Utsmani dengan Qira’at?
5. Apa manfaat dan hikmah rasm Al-Qur’an?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian rasm Al-Qur’an.
2. Mengetahui sejarrah perkembangan rasmn Al-Qur’an.
3. Mengetahui kaidah penulisan mushaf rasm Utsmani.
4. Mengetahui kaitan rasm Utsmani dengan Qira’at.
5. Mengetahiu manfaat dan hikmah rasm Al-Qur’an.

III
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasm Al-Qur’an

Rasmul Qur’an merupakan salah satu bagian disiplin ilmu Al-Qur’an yang mana di
dalamnya mempelajari tentang penulisan mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara
khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang
digunakan. Rasimul Qur’an dikenal juga dengan nama Rasm Utsmani.

Rasmul Al-Qur’an atau yang lebih dikenal dengan Ar-Rasm Al-Utsmani lil Mushaf
(penulisan mushaf Utsmani) adalah suatu metode khusus dalam penulisan Al-Qur’an
yang di tempuh oleh Zaid bin Tsabit bersama tiga orang Quraisy yang disetujui oleh
Utsman, yaitu Abdullah bin Zubair, Abdurrahman bin Haris buin Hisyam, dan Said bin
Asy’ats. Mereka menulis Al-Qur’an dengan berpedoman pada mushaf yang terdapat pada
Khafsoh serta hafalan para sahabat. Penulisan Al-Qur’an ini sering disebut mushaf
Utsmani atau Rasmul Utsmani.

Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, umat Islam telah tersebar ke berbagai
penjuru dunia sehingga pemeluk agama Islam bukan hanya orang-orang Arab saja. Pada
saat itu muncul perdebatan tentang bacaan Al-Quran yang masing-masing pihak
mempunyai dialek yang berbeda. Sangat disayangkan masing-masing pihak merasa
bahwa bacaan bacaan yang digunakannya adalah yang terbaik 1. Kemudian seorang
sahabat bernama Huzaifah mengajukan usul kepada Khalifah Utsman bin Affan untuk
menulis mushaf yang dapat diterima oleh semua pihak (seluruh umat Islam).

B. Sejarah Perkembangan Rasm Al-Qur’an

Pada mulanya mushaf para sahabat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya
mereka mencatat wahyu Al-Qur’an tanpa pola penulisan standar, karena umumnya
dimaksudkan hanya untuk kebutuhan pribadi, tidak direncanakan akan diwariskan kepada
generasi sesudahnya. Di zaman Nabi SAW. Al-Qur’an ditulis pada benda-benda
sederhana, seprti kepingan-kepingan batu, tulang-tulang kulit unta dan pelepah kurma.
Tulisan Al-Qur’an ini masih terpencar-pencar dan belum terhimpun dalam sebuah mushaf
dan disimpan dirumah Nabi SAW. Penulisan ini bertujuan untuk membantu memelihara
keutuhan dan kemurnian Al-Qur’an.

1
Jalaluddin, Itqan fi Ulumi Quran, Juz 5, darul Ma’arif, Bairut, 1978.

4
Di zaman Abu Bakar, Al-Qur’an yang terpancar-pancar itu disalin ke dalam shuhuf
(lembaran-lembaran). Penghimpunan Al-Qur’an ini dilakukan Abu Bakar setelah
menerima usul dari Umar bin al-Khattab yang khawatir akan semakin hilangnya para
penghafal Al-Qur’an sebagaimana yang terjadi pada perang yamamah yang menyebabkan
gugurnya 70 orang penghafal Al-Qur’an. Karena itu, tujuan pokok dalam penyalinan Al-
Qur’an di zaman Abu Bakar masih dalam rangka pemeliharaan agar jangan sampai ada
yang terluput dari Al-Qur’an.

Di zaman Khalifah Utsman bin Affan, Al-Qur’an disalin lagi ke dalam beberapa
naskah. Untuk melakukan pekerjaan ini, Utsman membentuk tim 4 yang terdiri dari Zaid
bin Tsabit, Abdullah Ibn Az-Zubair, Saad Ibn al-Ash, dan Abd al-Rahman Abd al-Harits.
Dalam kerja penyalinan Al-Qur’an ini mereka mengikuti ketentuan-ketentuan yang
disetujui oleh Khalifah Utsman. Di antara ketentuan-ketentuan itu adalah bahwa mereka
menyalin ayat berdasarkan riwayat mutawatir, mengabaikan ayat-ayat mansukh dan tidak
diyakini dibaca kembali di masa hidup Nabi SAW. Tulisannya secara maksimal maupun
diakomodasi ira’at yang berbeda-beda, dan menghilangkan semua tulisan sahabat yang
tidak termasuk ayat Al-Qur’an.

Para penulis dan para sahabat setuju dengan tulisan yang mereka gunakan ini. Para
ulama menyebut cara penulisannya ini sebagai rasm al-Mushaf. Karena cara penulisan
disetujui oleh Utsman sehingga sering pula dibangsakan oleh Utsman. Sehingga mereka
sebut Rasm Utsman atau Rasm al-Utsmani. Namun demikian, pengertian rasm ini
terbatas pada mushaf oleh tim 4 di zaman Utsman dan tidak mencakup rasm Abu Bakar
pada zaman Nabi SAW. Bahkan Khalifah Utsman membakar salinan-salinan mushaf tim
4 karena khawatir akan beredarnya dan menimbulkan perselisihan di kalangan umat
Islam. Hal ini nanti membuka peluang bagi ulama kemudian untuk berbeda pendapat
tentang kewajiban mengikuti rasm Utsmani.

C. Kaidah Penulisan Mushaf Utsmani

Kaidah penulisan mushaf Utsmani diringkas menjadi beberapa macam. Para ulama
meringkas kaidah-kaidah itu menjadi enam istilah, yaitu Al-Hadzf, Al-Ziyadah, Al-
Hamzah, Al-Badal, Al-Fashl wa Al-Washl, dan kata yang bisa dibaca dua bunyi.

1. Al-Hadzf (Membuang)
Kaidah Al-Hadfz adalah kaidah yang membuang huruf. Ada pun huruf-huruf yang
dibuang ada lima, yaitu alif, ya’, wawu, lam, dan nun.
a. Membuang huruf alif
Contoh: ‫ َص اِدِقيَن‬- ‫َصِدِقيَن‬
b. Membuang huruf ya’

5
Contoh: ‫ ِإاَّل ِلَيْعُبُدوِني‬- ‫ِإاَّل ِلَيْعُبُدوِن‬
c. Membuang huruf wawu
Contoh: ‫ اَّل َيْسَتُووَن‬- ‫اَّل َيْسَتُوَن‬
d. Membuang huruf lam
Contoh: ‫َو اَّلْيِل – َو الَّلْيِل‬
e. Membuang huruf nun
Contoh: ‫ ُننِج ي‬- ‫ُنِج ي‬

2. Al-Ziyadah (Penambahan)
Penambahan (al-ziyadah) di sini berarti penambahan huruf alif atau ya’ atau hamzah
pada kata-kata tertentu.
a. Penambahan huruf alif
Contoh: ‫ َلن َّنْدُع َو ا‬- ‫َلن َّنْدُع َو‬
b. Penambahan huruf ya’
Contoh: ‫ َّنَبِإى‬- ‫َّنَبِإ‬
c. Penambahan huruf wawu
Contoh: ‫ ُأوَٰل ِئَك‬- ‫ُأَٰل ِئَك‬

3. Al-Hamzah
Penulisan hamzah terbagi menjadi empat bentuk, yaitu alif, wawu, ya’, dan tanpa
bentuk.
a. Hamzah berbentuk alif
Contoh: ‫َأْنَعْم َت – َأْنَعْم َت‬
b. Hamzah berbentuk wawu
Contoh: ‫ُشَفَع ُؤ‬
c. Hamzah berbentuk ya’
Contoh: ‫َيْو َم ِئٍذ‬
d. Hamzah tanpa bentuk
Contoh: ‫ َج اَء‬- ‫َج اَء‬

4. Al-Badal (Penggantian)
Badal berarti penggantian huruf. Salah satu contoh penggantian badal adalah
mengganti alif dengan wawu, mengganti nun taukid dengan alif, dan lain-lain.
a. Mengganti alif dengan wawu
Contoh: ‫َص اَل ة – َص َلوة‬
b. Mengganti nun taukid dengan alif
Contoh: ‫ ِإًذ ا‬- ‫ِإَذْن‬

6
5. Al-Fashl wa Al-Washl (Sambung Pisah)
Kaidah washl wa fashl adalah mengenai cara penulisan disambung atau terpisah.
Contoh: ‫ِم ْن َم ا – ِمَّم ا‬
‫َأْم َم ْن – َأَّم ْن‬

‫ِبْئَس َم ا‬

6. Kata yang bisa dibaca dua bunyi


Kaidah terakhir adalah apabila sebuah lafazh memiliki lebih dari satu macam bacaan
maka dipilih yang paling masyur atau dipilih salah satunya.
Contoh: ‫َم ِلِك‬
Kata tersebut terdapat pada surah Al-Fatihah ayat 4 dan memiliki dua model bacaan,
yaitu bisa ‫ َم ِلِك‬dan ‫ َم اِلِك‬maka dipilih salah satunya yaitu ‫ َم ِلِك‬karena secara rasm masih
bisa mewakili keduanya.

D. Kaitan Rasm Utsmani dengan Qira’at

Rasm adalah ketentuan atau pola yang digunakan oleh Utsman bin Affan bersama
sahabat-sahabat lainya dalam penulisan Al-Qur’an, berkaitan dengan susunan huruf-
hurufnya, yang terdapat dalam mushaf-mushaf yang dikirim ke berbagai daerah dan
kota, serta mushaf al-Imam yang berada di tangan Utsman bin Affan sendiri.

Qira’at adalah salah satu aliran dalam mengucapkan Al-Qur’an yang dipakai oleh
salah seorang imam Qura’ yang berbeda dengan lainnya dalam hal ucapan Al-Qur’anul
Karim.

Dapat diketahui bahwasanya rasm itu adalah suatu cara atau pola dalam penulisan
Alqur’an berkaitan dengan susunan huruf-hurufnya, sedangkan qira’at adalah cara
pelafalannya atau cara mengucapkan Al-Qur’an yang dipakai oleh salah seorang imam.
Jadi karena ada rasm (penulisan Al-Qur’an), maka qira’at (membaca Al-Qur’an) bisa
terwujud lebih mudah.

Hubungan rasm Al-Quran dengan Qira’at dapat dilihat dari dua hal. Pertama,
bahwa rasam mushaf Utsmani menjadi salah satu syarat atau tolak ukur diterimanya
suatu qira’ah. Dua, syarat lainnya adalah memiliki sanad yang shahih, dan sesuai dengan
kaidah-kaidah dalam bahasa Arab. Ketiga, terkait pada praktik bacaan, termasuk
persoalan cara waqaf/berhenti pada suatu kata.

Ulama qira’at menjelaskan bahwa qira’at yang diterima harus sesuai dengan salah
satu rasam mushaf utsmani. Hal ini dikarenakan mushaf-mushaf yang ditulis di masa

7
Utsman memiliki perbedaan. Di antara contohnya adalah surah al-Baqarah: 116 di
mushaf Syam ditulis tanpa huruf wawu (‫ )قالوا اتخذ هللا ولدا‬sedangkan mushaf di daerah lain
ditulis dengan wawu (‫)وقالوا اتخذ هللا ولدا‬. Ibnu Mujahid (324 H) menjelaskan bahwa hanya
Ibnu ‘Amir al-Syami yang membaca tanpa wawu, dan Imam-imam lain membaca
dengan wawu. Di surah yang sama ayat 132, Imam Nafi’ dan Ibnu ‘Amir membaca
dengan alif (‫ )وأوص ى به ا‬sesuai mushaf Madinah dan Syam, selain dua imam tersebut
membaca tanpa Alif (‫ )ووصى بها‬sesuai dengan mushaf Bashrah dan Kufah.

E. Manfaat dan Hikmah Rasm Qur’an

Penulisan Al-Qur’an dengan mengikuti atau berpedoman kepada rasm Utsmani


yang dilakukan pada masa Khalifah Utsman sangat berfaedah bagi umat Islam. Faedah
tersebut antara lain sebagai beruikut:
a. Memelihara dan melestarikan penulisan Al-Qur’an sesuai dengan pola penulisan
Al-Qur’an pada awal penulisan dan pembukuannya.
b. Memberi kemungkinan pada lafazh yang sama untuk dibaca dengan versi qira’at
yang berbeda.
c. Kemungkinan dapat menunjukkan makna atau maksud yang tersembunyi, dalam
ayat-ayat tertentu yang penulisannya menyalahi rasm imla’i.
d. Kemungkinan dapat menunjukkan keaslian harakat (syakl) suatu lafazh.

Banyak para ulama yang berusaha menerjamahkan gaya penulisan mushaf Utsmani
yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan Arab yang baku. Banyak alasan-alasan dan
hikmah-hikmah yang mereka kemukakan di balik tulisan mushaf itu. Namun hal ini
hanya sebagai penghibur dan pemanis, karena alasan-alasan dan hikmah itu diciptakan
jauh sesudah para sahabat wafat, di mana mereka meninggalkan rasm yang tidak
diketahui hikmahnya dan tidak diketahui petunjuknya, tanpa memandang alasan-alasan
nahwiyah atau syarfiah yang sudah tercipta.
Di antara hikmah-hikmah itu adalah:
1. Pembuangan alif dalam (bismillah) adalah untuk mempermudah dan meringankan,
karena sering digunakan. Ada yang mengatakan bahwa karena alif dibuang maka
sebagai petunjuk pembuangan alif, awal penulisan ba’ dibuat panjang.
2. Pembuangan waw pada ayat (yamhullahulbaatil) befungsi sebagai petunjuk akan
cepat hilangnya kebatilah.
3. Penambahan ya’ pada (wassama’a banaiha) berfungsi untuk membedakan lafadz
aidiy yang bermakna kekuatan dan bermakna tenaga.
4. Penambahan alif pada (laa azhbahanhu) berfungsi sebagai petunjuk bahwa
penyembelihan tidak terjadi, seolah-olah laa dalam ayat itu adalah nafiyah.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Rasm al-Qur’an adalah tata cara penulisan kalimat-kalimat dan huruf- huruf Al-
Qur’an yang dilakukan oleh para sahabat sesuai dengan kaidah- kaidah yang
disetujui oleh Khalifah Utsman bin Affan.
2. Dalam kerja penyalinan Al-Qur’an mengikuti ketentuan-ketentuan yang disetujui
oleh Khalifah Utsman. Di antara ketentuan-ketentuan itu adalah bahwa mereka
menyalin ayat berdasarkan riwayat mutawatir, mengabaikan ayat-ayat mansukh
dan tidak diyakini dibaca kembali di masa hidup Nabi SAW. Tulisannya secara
maksimal maupun diakomodasi ira’at yang berbeda-beda, dan menghilangkan
semua tulisan sahabat yang tidak termasuk ayat Al-Qur’an.
3. Kaidah penulisan mushaf Utsmani diringkas menjadi beberapa macam. Para
ulama meringkas kaidah-kaidah itu menjadi enam istilah, yaitu Al-Hadzf, Al-
Ziyadah, Al-Hamzah, Al-Badal, Al-Fashl wa Al-Washl, dan kata yang bisa dibaca
dua bunyi.
4. Dapat diketahui bahwasanya rasm itu adalah suatu cara atau pola dalam penulisan
Alqur’an berkaitan dengan susunan huruf-hurufnya, sedangkan qira’at adalah
cara pelafalannya atau cara mengucapkan Al-Qur’an yang dipakai oleh salah
seorang imam. Jadi karena ada rasm (penulisan Al-Qur’an),
maka qira’at (membaca Al-Qur’an) bisa terwujud lebih mudah.
5. Manfaat rasm salah satunya untuk memelihara dan melestarikan penulisan Al-
Qur’an sesuai dengan pola penulisan Al-Qur’an pada awal penulisan dan
pembukuannya dan menjelaskan pengertian dari sudut pandang lain lain suatu
ayat.

9
B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para pembaca
dalam mencari materi tentang rasm dalam Al-Qur’an. Penulis berharap makalah ini
dapat memberikan kontribusi dalam penyusunan dan sistematika pembuatan makalah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, Acep. 2016. ‘Ulumul Qur’an (Ilmu untuk Memahami Wahyu). Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Jalaluddin. Itqan fi Ulumi Quran. Juz 5. Darul Ma’arif, Bairut: 1978.

Syadali, Ahmad. 2000. ‘Ulumul Qur’an II. Bandung: CV PUSTAKA SETIA

Shodiqoh, Mira. 2019. Ilmu Rasm Al-Qur’an,13/No.1/Tahun 2019, halaman 95.

Usup, Djamilah. Ilmu Rasm Al-Qur’an, 5/No.1/Tahun 2007, halaman 11.

https://www.khudzilkitab.com/2019/04/contoh-6-kaidah-rasm-utsmani-singkat.html.

https://iat.uin-suka.ac.id/id/kolom/detail/107/rasam-alquran-dan-qiraat=Hubungan-Rasam-
Alquran-dengan-Qiraat-kaidah-dalam-bahasa-Arab.

11

Anda mungkin juga menyukai