Anda di halaman 1dari 12

ILMU RASM AL – QUR’AN

Dosen Pengampu :
Syafruddin. S. Ag, M.Ag

Disusun Oleh kelompok 8 :


Maisaratul A’yuni ( 230201125 )
Lara Alkiyatul Ulki ( 230201126 )
Mutiara Adelia S ( 230201124 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN PERGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

2022-2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt, karena berkat
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah (makalah) ini dapat diselesaikan. Shalawat
dan salam penulis kirimkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw.. keluarga beliau, para
sahabat, dan taht in yang telah memperjuangkan agama Islam.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini, penulis mengalami berbagai
macam hambatan dan rintangan. Akan tetapi, berkat bantuan dan kerja sama dengan teman-teman,
makalah ini dapat terselesaikan, namun masih jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan
hati, penulis sangat menyadari bahwa makalah masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang budiman sangat penulis harapkan demi
perbaikan dan kesempurnaan karya ilmiah selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan wacana keilmuan kita semua, khususnya bagi penulis sendiri dan mahasiswa
pada umumnya, Amin Ya Rabb al-Alamin....

Banda Aceh, 4 november 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rasmul Al-Qur'an merupakan salah satu bagian disiplin ilmu Al-Qur'an yang mana di
dalamnya mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Qur'an yang dilakukan dengan cara khusus,
baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasmul Al-
Qur'an dikenal juga dengan nama Rasm Utsmani. Tulisan Al-Quran 'Utsmani adalah tulisan yang
dinisbatkan kepada Sayyidina Utsman Ra (Khalifah ke III). Istilah ini muncul setelah rumpungnya
penyalinan Al-Quran yang dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh Ustman pada tahun 25 H., oleh
para ulama. Cara penulisan ini biasanya di istilahkan dengan "Rasmul "Utsmani yang kemudian
dinisbatkan kepada Amirul Mukminin Ustman Ra. Para Ulama berbeda pendapat tentang
penulisan ini, diantara mereka ada yang berpendapat bahwa tulisan tersebut bersifat taufiqi
(ketetapan langsung dari Rasulullah). Mereka berlandaskan riwayat yung menyatakan bahwa
Rasulullah menerangkan kepada salah satu Kuttab (juru tulis wahyu) yaitu Mu'awiyah tentang
tatacara penulisan wahyu.
Diantara ulama yang berpegang teguh pada pendapat ini adalah Ibnul al-Mubarak dalam
kitabnya "al-Ibriz" yang menukil perkataan gurunya, Abdul Aziz al-Dibagh bahwa "tulisan yang
terdapat pada Rasm Utsmani semuanya memiliki rahasia-rahasia dan tidak ada satupun sahabat
yang memiliki andil. Seperti halnya diketahui bahwa Al-Quran adalah mu'jizat begitupula
tulisannya". Namun disisi lain, ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa, Rasmul Ustmani
bukanlah tauqifi, tapi hanyalah tatacara penulisan al-Quran saja.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Rasm Al-qur’an dan Rasm Ustmani.?
2. Apakah urutan Ayat Al Qur’an itu taufiqi atau tauqifi?
3. Apakah urutan Surat Al Qur’an itu taufiqi atau tauqifi?
4. Apasaja kaidah-kaidah Rasmul Utsmani?
5. Apa pengertian Rasm Imla’i dan perbedaannya?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa itu Rasm Al Qur’an atau Rasm Ustmani.
2. Mengetahui kaidah-kaidah Rasmul Ustmani.
3. Mengetahui apa itu Rasm Imla’i dan perbedaan rasm imla’i dengan rasm ustmani.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian
Rasm Al-Qur'an atau adalah ilmu yang mempelajari tentang penulisan Mushaf Al- Qur'an
yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk
huruf yang digunakan. Rasimul Qur'an dikenal juga dengan sebutan Rasm Al- Utsmani. Istilah
rasmul Al-Qur‟an diartikan sebagai pola penulisan Al-Qur‟an yang digunakan Ustman bin Affan
dan sahabat- sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur‟an.
Rasm ada dua macam, yaitu qiyasi dan istilahi. Rasm qiyasi yang biasa disebut juga Rasm
imla'i adalah penggambaran lafal yang huruf hijaiyah, dengan tetap memperhatikan standarisasi
ibtida' dan waqof padanya. Sedang Rasm istilahi yang bisa juga disebut Rasm Usmani adalah ejaan
tulisan Zaid bin Thabit dan kawan-kawan yang dipakai untuk menulis al-Masahif al-Usmaniyah.
Dalam kitab Manahil al-Irfan Fi Ulum Al-Qur'an disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
Rasm Al-Qur'an atau al-Mushaf adalah: "Rasm mushaf yang dimaksud disini adalah kaidah yang
disepakati oleh Utsman RA, dalam penulisan kalimat-kalimat Al-Qur'an dan hurufnya".
II.2 Urutan ayat Al-Qur'an itu tauqifi atau taufiqi

Al-Qur'an terdiri atas surah-surah dan ayat-ayat, baik yang panjang maupun yang pendek.
Ayat adalah sejumlah kalam Allah yang terdapat dalam sebuah surah dari Qur'an.Surah adalah
sejumlah ayat Qur'an yang mempunyai permulaan dan kesudahan.Tertib atau urutan ayat-ayat
dalam Al-Qur'an adalah tauqifi, ketentuan dari Rasulullah. Sebagaian ulama meriwayatkan bahwa
pendapat ini adalah ijma' diantaranya:

1. Az-Zarkasi dalam Al-Burhan dan Abu Ja'far ibuz Zubair dalam Munasabah- nya, di mana
ia mengatakan ; " tertib ayat-ayat di dalam surah-surah itu berdasarkan tauqifi dari
Rasullulah dan atas perintahnya, tanpa diperselihkan kaum muslimin"
2. As-Suyuti telah memastikan hal itu, ia berkata : " Ijma' dan nas-nas yang serupa
menegaskan, tertib ayat-ayat itu adalah taufiqi, tanpa di ragukan lagi."

II.3 Urutan surat Al-Qur'an itu tauqifi atau taufiqi

a. Pengertian Surat

As-Siyutiy memberikan pengertian surat sebagai berikut: “Surat ialah sekelompok (ayat-
ayat al-Qur'an) yang dinamakan dengan nama tertentu secara tauqifi (ketentuan dari Allah dan
Rasul-Nya)". (as-Siyutiy, 1925:53). Jadi yang dimaksudkan dengan surat ialah: bagian dari al-
Qur'an yang terdiri dari beberapa ayat yang mempunyai pembuka dan penutup, dan dinamakan
dengan namanya tertentu secara tauqifi (Petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya). Susunan ayat dan
surat dalam al-Qur'an adalah tauqifi (kententuan dari Allah) melalui Malaikat Jibril yang
menunjukkan kepada Rasullullah tempat dimana ayat-ayat yang diturunkan sebelumnya.
Kemudian Rasullullah memerintahkan pada para penulis wahyu untuk menuliskan di tempat-
tempat sebagaimana vang ditunjukkan Jibril.

Para ulama berbeda pendapat mengenai susunan dan tertib surat-surat dalam mushaf.

1. Sebagian ulama salaf berpendapat, bahwa susunan dan tertib surat-surat al-Qur'an dalam
Mushaf sebagaimana kita saksikan sekarang adalah tauqifi (atas petunjuk Allah dan
RasulNya) dengan alas an sebagai berikut:
a) Surat-surat HAWAMIM (Surat-surat yang diawali dengan HAMIM") tersusun secara
tertib, demikian pula surat-surat "TAWASIN” (surat-surat yang diawali dengan "TA
SIN").
b) Surat-surat "MUSABBIHAT" (surat-surat yang diawali dengan " SABBAHA" tidak
tersusun dengan tertib, bahkan terpisah antara satu surat dengan surat lainnya. Letak
surat "Ta Sin Mim" ( asy-Syu'ara), "Ta sin Mim" (al- Qasas) dan "Ta Sin Mim" (an-
Naml) adalah terpisah, padahal surat “Ta Sin Mim" (al-Qasas) lebih pendek dari surat
"Ta Sin Mim" (an-Naml),Surat Al- Qasas terdiri dari 88 ayat, sedang surat ayat.[4] an-
Naml terdiri dari 93
2. Sebagian ulama lainya berpendapat, bahwa susunan surat-surat al-Qur'an adalah Ijtihadiy
( hasil ijtihad para ulama). Mereka beralasan, karena terdapat perbedaan susunan surat-
surat dalam empat mushaf, yaitu mushaf 'Aliy bin Abi Talib, Mushaf Ubai bin Ka'b,
Mushaf 'Abdullah bin Mas'ud dan Mushaf 'Abdullah bin 'Abbas.
a. 'Aliy bin Abi Talib, menghimpun al-Qur'an setelah Rasullullah saw wafat. ia datang
membawa mushaf al-Qur'an dengan seekor unta dan berkata: Inilah al-Qur'an yang
saya himpun. Ia membagi mushaf al- Qur'an menjadi tujuh juz, yaitu: Juz al-Baqorah,
juz Ali Imran, juz an- Nisa, juz al-Maidah, juz al-An'am, juz al-araf dan juz al-Anfal.
Bagian- bagian itu diberi nama dengan lafat yang disebut pada permulaan tiap- tiap juz.
b. Ubai bin Ka'b Mushafnya masih dipelihara di Basrah, di kampung "Qaryah al-Ansar"
disimpan oleh Muhammad bin Abd al- Malik al-Ansariy, Mushafnya antara lain:
Fatihul- kitab, al- Baqarah, an-Nisa, Ali Imran, an-An'am dst.
c. 'Abdullah bin Mas'ud, Ibnu Nadim menjelaskan bahwa Fadl berkata: saya telah melihat
susunan surat-surat al-Qur'an dalam Mushaf 'Abdullah bin Mas'ud dengan urutan
seperti ini. Selanjutnya ibnu Nadim meriwayatkan bahwa Abu Syazan pernah
menjelaskan bahwa menurut Ibnu Sirin, 'Abdullah bin Mas'ud tidak menulis al-
Mu'awwizatain dalam mushafnya dan tidak menulis fatihatul-Kitab. Mushafnya antara
lain: Al-Baqarah, an-Nisa', Ali Imran, Sad, al- An'am al-Maidah, Yunus, Bara'ah, dts.
d. Mushaf Abdullah bin Abbas (68H) terkenal sebagai Bapak Mufassir, asy-Syihristaniy
Muhammad bin Abdil-Karim (548H). telah mejelaskan susunan surat-suratnya dalam
muqaddimah tafsir" Mafatihul-Asrar wa Masabihul -Abrar" (Ibrahim al-Ibyariy,
1974:71). Mushafnya antara lain : Iqra',Nun, Wa ad-duha, al-muddasir, dts.
II.4 Kaidah – kaidah rasmul ustmani
Rasm bisa diartikan atsar (bekas), khat (tulisan) atau metode penulisan. Rasm Utsmani atau
disebut juga Rasmul Qur’an adalah tata cara penulisan Al-Qur’an yang ditetapkan pada masa
khlalifah Utsman bin Affan. Istilah Rasmul Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an
yang digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-
Qur’an. Yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri dari Mus bin zubair, Said bin
Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu.
Menulis Kaligrafi Al-Qur’an
Kaidah rasm utsmani ada 6:

1. Hadzf (‫ﺤ ْﺬﻑ‬


َ ‫)ﺍ ْﻟ‬
Hadzf artinya membuang. Nah dalam penulisan Al-Qur’an ada beberapa huruf yang
dibuang. Huruf yang dibuang diantaranya alif, wau, ya’, lam dan nun.
Contoh wau yang dibuang:

ُ ‫ﺍ َ ْﻟ َﻐﺎﻭﻥَ ﺍَ ْﻟ َﻐ‬
( َ‫ﺎ)ﻭ ْﻭﻥ‬
Contoh ya’ yang dibuang:

(‫َﻭ ِﻟ َﻲ ِﺩﻳ ِْﻦ ) ِﺩ ْﻳﻨِ ْﻲ‬


Contoh lam yang dibuang:

(‫)ﻭﺍﻟﻠﱠ ْﻴ ِﻞ‬
َ ‫َﻭﺍﻟﱠ ْﻴ ِﻞ‬
Contoh nun yang dibuang:

) ُ‫َﻟ ْﻢﻧَﻚ‬
(‫ﻧَﻜ ُْﻦ‬
ِّ )
2. Ziyadah (‫ﺍﻟﺰ َﻳﺎﺩَﺓ‬
Ziyadah artinya menambah. Maksudnya dalam kaidah imlai huruf-huruf tersebut tidak ada,
namun dalam penulisan di Al-Qur’an dimunculkan walaupun tidak memengaruhi bacaan. Huruf
yang ditambahkan diantaranya alif, wau, ya’ dan Ha’.
Contoh penambahan alif:

(ُ‫)ﻷ َ ْﺫ َﺑ َﺤﻨﱠﻪ‬
َ ُ‫ﺃ َ ْﻭ َﻷَﺍ ْﺫ َﺑ َﺤﻨﱠﻪ‬
Contoh penambahan wau:

(‫ﺳﺄ ُ ِﺭ ْﻳ ُﻜ ْﻢ‬ ِ ُ ‫ﺳﺄ‬


َ ) ‫ﻭﺭ ْﻳ ُﻜ ْﻢ‬ َ
Contoh penambahan ya’:

(ٍ‫ِﺑﺄَﻳْﻴ ٍﺪ ) ِﺑﺄ َ ْﻳﺪ‬


Contoh penambahan Ha:

(‫َﻣﺎ ِﻫ َﻴ ْﻪ ) ِﻫ َﻲ‬

3. Badal (‫)ﺍﻟ َﺒﺪْﻝ‬


Badal artinya mengganti. Adapun dalam rasm utsmani, badal adalah mengganti huruf
dengan huruf yang lain.
 Mengganti alif dengan wau:

ْ ‫ﺸﻜَﻮ ٍﺓ )ﻛ َِﻤ‬
(ٍ‫ﺸﻜَﺎﺓ‬ ‫ﺼ َﻠﻮﺓُ )ﺍﻟ ﱠ‬
ْ ‫ ﻛ َِﻤ‬،(ُ‫ﺼ َﻼﺓ‬ ‫ﺍﻟ ﱠ‬
 Mengganti alif dengan ya’:

َ َ ‫ﺳ َﻔﻰ )ﻳﺄ‬
(‫ﺳ َﻔﺎ‬ َ َ ‫ ﻳﺄ‬،(‫ﻀ َﺤﺎ‬
‫ﻀ َﺤﻰ )ﺍﻟ ﱡ‬
‫ﺍﻟ ﱡ‬
 Mengganti ta’ marbuthah dengan ta’ maftuhah:

ْ ،(َ‫)ﺭﺣْ َﻤﺔ‬
(ُ‫ﺍﻣ َﺮﺍَﺕُ )ﺍ ْﻣ َﺮﺍَﺓ‬ َ َ‫َﺭﺣْ َﻤﺖ‬
 Mengganti nun dengan alif:

ْ ‫ﺴ َﻔﻌًﺎ ) َﻟ َﻨ‬
(‫ﺴ َﻔ َﻌ ْﻦ‬ ْ ‫َﻟ َﻨ‬
4. Hamzah (‫)ﺍ ْﻟ َﻬ ْﻤ َﺰﺓ‬
Hamzah ditulis dalam bentuk alif, ya’, wau, atau seperti kepala ain.
 Hamzah di awal kata ditulis dalam bentuk alif.
Contoh

ٌ‫ ﺍِ ْﺑﻦ‬،‫ﺎﺭ‬
ُ ‫ﻧ َﻬ‬ ْ َ‫ﺃ‬
ْ َ‫ ﺍ َ ْﻻ‬، َ‫ﻧ َﻌ ْﻤﺖ‬

 Hamzah di tengah kata ditulis menyesuaikan dengan harakat pada hamzah dan huruf
sebelumnya. Urutan harakat terkuat antara hamzah dan huruf sebelumnya adalah kasrah,
dhammah, fathah dan sukun. Ditulis dalam bentuk alif apabila mengacu pada harakat
fathah; ditulis dalam bentuk ya’ apabila mengacu pada harakat kasrah; ditulis dalam bentuk
wau apabila mengacu pada harakat dhammah.
Contoh penulisan hamzah di tengah:

‫ﺳﺆَﺍ ٌﻝ‬ ُ ،َ‫ﺳﺄَﻝ‬


ُ ،َ‫ﺳ ِﺌﻞ‬ َ
 Adapula hamzah yang ditulis mufradah atau seperti kepala ‘ain apabila berada diakhir kata
dan sebelumnya adalah huruf sukun.
Contoh:

‫ ﺷ َْﻲ ٌء‬،‫ﺳ ْﻮ ٌء‬


ُ ،‫ َﻣﺎ ٌء‬،‫ِﻣ ْﻞ ٌء‬
Tapi ada penulisan hamzah di Al-Qur’an ada keluar dari ketentuan di atas diantaranya:

Al-Ma’arij: 13

(‫َﻭ َﻓ ِﺼﻴ َﻠﺘِ ِﻪ ﺍﻟﱠ ِﺘﻲ ﺗُﺌْ ِﻮ ْﻳ ِﻪ )ﺗ ُ ْﺆ ِﻭ ْﻳ ِﻪ‬


Al-Isra: 60

.... (‫)ﺍﻟﺮ ْﺅ َﻳﺎ‬ ِ ‫ﺍﻟﺮ ْء َﻳﺎ ﺍﻟﱠ ِﺘﻲ ﺃ َ َﺭ ْﻳ َﻨﺎﻙَ ﺇِﻻﱠ ِﻓﺘْﻨَﺔً ِﻟّﻠﻨﱠ‬
‫ ﱡ‬... ‫ﺎﺱ‬ ‫َﻭ َﻣﺎ َﺟ َﻌ ْﻠ َﻨﺎ ﱡ‬
Seharusnya pada Al-Ma’arij 13 dan Al-Isra 60 hamzahnya ditulis dengan bentuk wau.

5. Fashal dan Washal (‫ﺼ ُﻞ َﻭﺍ ْﻟ َﻮﺻْﻞ‬


ْ ‫)ﺍ ْﻟ َﻔ‬
Yang dimaksud fashal atau washal adalah pemisahan atau penggabungan dalam penulisan.
Istilah lainnya adalah maqthu’ dan maushul namun maksudnya sama. Dalam Al-Qur’an, ada dua
kata yang ditulis bersambung, namun kadang pula ditulis terpisah.
Contoh:

‫ﺃ َ ﱠﻻ –ﺃ َ ْﻥ ﱠﻻ‬ ‫–ﻣ ْﻦ ﱠﻣﺎ‬


ِ ‫ِﻣ ﱠﻤﺎ‬
‫ﺇِﻟﱠ ْﻢ –ﺇِ ْﻥ َﻟ ْﻢ‬ ْ َ ‫ﺃ َ ﱠﻣ ْﻦ –ﺃ‬
‫ﻡ ﱠﻣ ْﻦ‬
‫ﺃَﻟﱠ ْﻦ –ﺃ َ ْﻥ َﻟ ْﻦ‬ ‫ُﻛﻠّ َﻤﺎ – ُﻛ ّﻞ َﻣﺎ‬
‫ﺇِ ﱠﻣﺎ –ﺇِ ْﻥ ﱠﻣﺎ‬ ‫ِﻓ ْﻴ َﻤﺎ – ِﻓ ْﻲ َﻣﺎ‬
‫ﻋ ﱠﻤﺎ –ﻋ َْﻦ ﱠﻣﺎ‬
َ ‫ َﻳ ْﻮ َﻣ ُﻬ ْﻢ‬- ‫ﻡ ُﻫ ْﻢ‬
َ ‫َﻳ ْﻮ‬

6. Kata yang terdapat dua qiraat dan ditulis salah satunya.


Apabila ada kata yang dibaca berbeda oleh para ahli qiraat, maka penulisannya hanya satu
saja diambil dari yang paling banyak menggunakan.
Contoh:

‫ِﻳﻦ‬
ِ ‫ﻡ ﺍﻟ ّﺪ‬
ِ ‫َﻣ ِﻠ ِﻚ َﻳ ْﻮ‬
Kata (‫ ) َﻣ ِﻠ ِﻚ‬pada mimnya tidak terdapat alif walaupun dibaca panjang dalam riwayat Imam
Hafsh karena kebanyak qiraat membacanya dengan pendek.

‫ﺼ َﺮﺍ َﻁ ﺍ ْﻟ ُﻤﺴﺘ َ ِﻘﻴ َﻢ‬


ّ ِ ‫ﻧَﺎ ﺍﻟ‬
‫ﺍﻫ ِﺪ‬
َ ‫ﺼ َﺮﺍ‬
Kata (‫ﻁ‬ ّ ِ ‫ )ﺍﻟ‬ditulis dengan shad walaupun dalam qiraat lain ada yang membacanya
dengan sin.

ُ ‫ﺼ‬
... َ‫ﻂ َﻭﺇِ َﻟ ْﻴ ِﻪ ﺗ ُ ْﺮ َﺟﻌُﻮﻥ‬ ُ ‫•ُ ﻳَ ْﻘ ِﺒ‬
ُ ‫ﺾ َﻭ َﻳ ْﺒ‬ ّ ‫َﻭ‬
Pada Al-Baqarah 235, kata (‫ﻂ‬ ُ ‫ﺼ‬
ُ ‫ ) َﻳ ْﺒ‬ditulis dengan shad walaupun dalam riwayat Imam
Hafsh dibaca dengan sin. Hal ini karena kebanyakan qiraat membacanya dengan shad. Rasm
utsmani adalah jenis tulisan Al-Qur’an yang secara khusus diatur oleh Usman bin Affan pada
masanya berdasarkan pelafalan qira’ah Al-Qur’an yang berbeda. Hingga hari ini, ada banyak
pendapat tentang hukum penulisan Al-Qur’an di Rasm Utsmani. Yang pertama adalah kewajiban,
karena Rasm Utsmani dikategorikan tauqifi, yang kedua tidak wajib berdasarkan pada Khat Rasm
Utsmani, karena itu bukan tauqifi, yang ketiga adalah bahwa itu dapat ditulis berdasarkan
peraturan arabiyyah dan sharfiyah, tetapi harus didasarkan pada Mushaf Al-Qur’an yang ditulis
dalam Khat Rasm Utsmani saat dokumen disimpan.

Berdasarkan pernyataan di atas, penelitian ini dilakukan untuk memeriksa dan


menggambarkan konsep Rasm Utsmani dalam Mushaf al-qur’an. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan adalah studi literatur. Berdasarkan hasil,
penelitian ini membahas tentang sejarah, regulasi dan penulisan Al-Qur’an dalam Rasm Utsmani.
Karena diskusi sering terjadi pendapat yang berbeda di antara para ulama ‘misalnya dalam konteks
kelayakan penulisan di mana konsep penulisan Rasm Utsmani memiliki tiga kategori yaitu
kesesuaian sepenuhnya, kesesuaian pemikiran, dan kesesuaian probabilitas, sehingga tidak
sepenuhnya lengkap. Sama. Prinsip itu diperlukan sebagai sumber pembacaan-penulisan Al-
Qur’an.
Pengertian rams imla’I , perbedaan antara rams ‘utsmani dan rams imla’I dan contoh nya
Rasmul Qiyasi/Imla’I adalah penulisan menurut kelaziman pengucapan / pertuturan. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa Al-Qur’an dengan rasm imla’I dapat dibenarkan, tetapi khusus
bagi orang awam. Rasm Usmani adalah standar tulisan dalam mushaf yang didasarkan atas model
tulisan Mushaf Sahabat Utsman bin Affan ra.Rasm qiyasi/imlai, pola penulisan sesuai dengan cara
pengucapannya. Rasm Imla’I adalah standar tulisan Arab yang didasarkan atas bunyi fonem. Ada
dua pendapat tentang penggunaan Mushaf Usman bin Affan.Rasm Utsmani, pola penulisan sesuai
dengan cara penulisan yang ditetapkan shahabat Usman bin Affan RA
*RAMS Imla’i:*
1) *Republikasi:* Lebih mendekati pengucapan sehari-hari.
2) *Aksara:* Menggunakan aksara yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia.
3) *Makna:* Memperhatikan makna kata dalam pemilihan huruf.
4) *Suara:* Lebih mendekati pengucapan yang sesuai dengan fonetik.
*Contoh RAMS Imla’i:*
 “sakit” dieja “sakid” (mengikuti pengucapan sehari-hari)
 “beli” dieja “bili” (memperhatikan makna dan fonetik)
 “kambing” dieja “kambin” (mengikuti pengucapan yang sesuai dengan fonetik)
*RAMS Usmani:*
1) **Republikasi:** Lebih berfokus pada kesesuaian dengan pengucapan sastrawi.
2) *Aksara:* Menggunakan aksara yang mencerminkan pengucapan sastrawi.
3) *Makna:* Kadang-kadang mengorbankan makna kata demi kesesuaian dengan
pengucapan sastrawi.
4) *Suara:* Lebih berfokus pada pengucapan sastrawi.
*Contoh RAMS Usmani:*
 “sakit” dieja “sakit” (mengikuti pengucapan sastrawi)
 “beli” dieja “beli” (lebih mengutamakan kesesuaian dengan pengucapan sastrawi)
 “kambing” dieja “kambing” (mengikuti pengucapan sastrawi)
Perbedaan ini menggambarkan pendekatan berbeda dalam pemilihan huruf dan
pengucapan dalam kedua sistem ejaan alternatif ini, tergantung pada tujuan dan konteks
penggunaannya.
BAB III
PENUTUP

III.I Kesimpulan
Rasm Al-Qur’an atau adalah ilmu yang mempelajari tentang penulisan Mushaf Al- Qur’an
yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk
huruf yang digunakan.Rasm ada dua macam, yaitu qiyasi dan istilahi. Rasm qiyasi yang biasa
disebut juga Rasm imla’I adalah penggambaran lafal yang huruf hijaiyah, dengan tetap
memperhatikan standarisasi ibtida’ dan waqof padanya. Sedang Rasm istilahi yang bisa juga
disebut Rasm Usmani adalah ejaan tulisan Zaid bin Thabit dan kawan-kawan yang dipakai untuk
menulis al-Masahif al-Usmaniyah.
Rasm Usmani adalah standar tulisan dalam mushaf yang didasarkan atas model tulisan
Mushaf Sahabat Utsman bin Affan ra.Rasm qiyasi/imlai, pola penulisan sesuai dengan cara
pengucapannya. Rasm Imla’I adalah standar tulisan Arab yang didasarkan atas bunyi fonem. Ada
dua pendapat tentang penggunaan Mushaf Usman bin Affan.Rasm Utsmani, pola penulisan sesuai
dengan cara penulisan yang ditetapkan shahabat Usman bin Affan RA
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Wahid, Ramli. Ulum Al-Qur'an Edisi Revisi, Jakarta: P.T. Grafindo Persada, Cet, IV
2002.
AF, Hasanuddin. Anatomi Al-Qur'an perbedaan Qira'at dan pengaruhnya terhadap istinbat
hukum dalam Al-Qur'an Cel Jakarta PT Raja Grafindi Persada. 1995.
Ahmad Warsono. Munawir Kamus al-Munawir, Yogyakarta: ttp. 1954
Al-Zarqazi, Muhammad Ibnu Abdillah, al-Burhan fi Ulum Al-Qur'an. Jilid I. Cairo:Maktabah: Isa
al-Babi al-Haklabi wal syirkah, 1997.
Ash-Siddieqy, Muhammad Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Quran. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, Cet.
III 2009.
Bahri, saiful. Pedoman Ilmu Tajwid. Blitar: Mobarakatan Thoyibah, 2011
Fajrani, Muhammad Rajab. Kaifa Nata'abbad Ma'a al-Mushof.. Cairo: Daar al-I'tisham. T.tp 1978
Khalil, Moenawar. 'Al-Qur'an dari masa ke masa.Cet VI, Solo: CV Ramadani, 1985.
Shihab, M. Qurays.dkk. Sejarah dan ulum Al-Qur'an. Cet III, Jakarta pusat Firdaus 2001

Anda mungkin juga menyukai