Anda di halaman 1dari 15

RASM AL-QUR’AN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Study Qur’an
Prodi Pascasarjana Konsentrasi Pendidikan Agama Islam
UIN Alauddin Makassar

Oleh:
Muhammad Ma’azim Maksum
Nim: 80200223025

Dosen Pengampu:
Dr. Hamka Ilyas, M.Th.I.

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt. yang senantiasa memberikan kita rahmat dan

hidayah-Nya berupa kesehatan, kesempatan, keimanan dan keislaman sehingga makalah

ini dapat diselesaikan dengan baik. Salawat serta salam tercurahkan kepada baginda

Rasulullah Muhammad saw., para sahabatnya, serta kepada orang-orang yang

memperjuangkan Islam.

Makalah ini menjelaskan tentang “Rasm Qur’an”. Dalam makalah ini kami

tuliskan sesuai dengan hasil tinjauan pustaka yang dilakukan berdasarkan referensi yang

relevan dengan judul makalah kami.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
dalam mata kuliah Study Qur’an dan semua pihak yang telah membantu hingga

terselesaikannya makalah ini. Dan kami memahami jika makalah ini tentu memiliki

kekurangan maka kritik dan saran konstruktif sangat kami butuhkan guna memperbaiki

tulisan kami pada karya ilmiah selanjutnya. Semoga bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, 5 Oktober 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Rasmul Qur’an dari Berbagai Sumber ............................................ 5
B. Pendapat Para Ulama Tentang Rasmul Qur’an...................................................7
C. Kaitan Rasmul Qur’an dengan Qira’ah...............................................................8
D. Kehebatan Rasmul Qur’an..................................................................................9
E. Peranan Rasm Qur’an dalam Memahami Al—Qur’an.....................................10
F. Manfaat Mengetahui Rasm Al-Qur’an..............................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 12
B. Implikasi ..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rasmul qur’an merupakan salah satu bagian disiplin ilmu alqur’an yang mana di
dalamnya mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara
khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang
digunakan. Rasmul Qur’an dikenal juga dengan nama Rasm Utsmani.

Tulisan al-Quran ‘Utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada sayyidina


utsman ra. (Khalifah ke III). Istilah ini muncul setelah rampungnya penyalinan al-Quran
yang dilakukan oleh team yang dibentuk oleh Ustman pada tahun 25 H. oleh para Ulama
cara penulisan ini biasanya di istilahkan dengan “Rasmul ‘Utsmani’. Yang kemudian
dinisbatkan kepada Amirul Mukminin Ustman ra.

Para Ulama berbeda pendapat tentang penulisan ini, diantara mereka ada yang
berpendapat bahwa tulisan tersebut bersifat taufiqi (ketetapan langsung dari Rasulullah),
mereka berlandaskan riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah menerangkan kepada
salah satu Kuttab (juru tulis wahyu) yaitu Mu’awiyah tentang tata cara penulisan wahyu.
diantara Ulama yang berpegang teguh pada pendapat ini adalah Ibnul al-Mubarak dalam
kitabnya “al-Ibriz” yang menukil perkataan gurunya “ Abdul ‘Aziz al-Dibagh”, “bahwa
tulisan yang terdapat pada Rasm ‘Utsmani semuanya memiliki rahasia-rahasia dan tidak
ada satupun sahabat yang memiliki andil, sepertihalnya diketahui bahwa al-Quran adalh
mu’jizat begitupula tulisannya”. Namun disisi lain, ada beberapa ulama yang mengatakan
bahwa, Rasmul Ustmani bukanlah tauqifi, tapi hanyalah tatacara penulisan al-Quran saja.

Makalah yang kami buat untuk membahas tentang pengertian Rasm Al-Qur’an,
dan tentang pendapat rasmul qur’an serta kaitannya dengan qiaraah. Untuk lebih jelasnya
pada bab selanjutnya akan dibahas secara terperinci.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah sebagaimana telah disebutkan di


atas, berikut ini dikemukakan rumusan masalah; yaitu:

1. Apa pengertian rasmul qur’an?

2. Apa pendapat para ulama tentang rasmul qur’an?

3. Bagaimana kaitannya rasmul qur’an dengan qiraah?

4. Seperti apa kehebatan rasmul qur’an?

5. Apa peranan rasm qur’an dalam memahami al-Qur’an?

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk agar kita lebih mengerti tentang ilmu al qur’an,
khususnya tentang ilmu rasmul qur’an. Dan kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya bagi diri kami sendiri.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasmul Qur’an dari Berbagai Sumber

Rasm Al-Qur’an atau Ar-Rasm Al-‘Utsmani lil Mushaf (penulisan mushaf


Utsmani) adalah Suatu metode khusus dalam penulisan Al-Qur’an yang di tempuh oleh
Zaid bin Tsabit bersama tiga orang Quraisy yang di setujui oleh Utsman. 1

Hal ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran meluasnya perbedaan pendapat antara


kaum muslim tentang penulisan dan bacaan Al-Qur’an yang benar. Terutama setelah
wilayah khilafah islamiyah semakin meluas ke utara. Umat islam pada masa itu
mengikuti qiraah sahabat yang berbeda-beda. Perbedaan Qiraah menjadi permasalahan
bagi sebagian umat islam yang tidak mengerti dan tahu bahwa Al-Qur’an diturunkan
dalam beberapa versi Qira’ah. Kekhawatiran ‘Utsman dapat terbaca jelas dalam
pidatonya “Anda Semua yng dekat denganku berbeda pendapat, apalagi orang-orang
yang bertempat jauh denganku, mereka pasti lebih jauh berbeda lagi” (Riwayat Daud)

‘Ustman ra. inisiatif dengan membentuk tim penulisan kembali Al-Qur’an


kedalam beberapa Mushaf dengan acuan pada mushaf Abu Bakar. Tim dikepalai oleh
Zaid bin Tsabit, dibantu tiga sahabat Abdullah ibn az-Zubair, Said ibn Al-Ash dan
abdurrahman ibn al Harrits ibn Hisyam. 2 Zaid berasal dari suku Madinah sedangkang tiga
orang lainnya berasal dari suku Quraisy akan di perlukan dalam memenangkankan logat
Quraisy jika terjadi perbedaan antara Zaid dan tiga orang lainnya. ‘Ustman menjelaskan
bahwa “jika terjadi perbedaan pendapat dengan zaid maka tulislah dengan logat quraisy,
karena al quran diturunkan dalam logat quraisy” (HR. Bukhori).

1
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
Cetakan ketujuh, Februari 2012, halaman150.
2
M.Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an / Tafsir. Jakarta: Bulan Bintang,
Cetakan ketiga belas, Tahun 1990, halaman 83-86.

5
Perbedaan Rasm al qur’an (Mushaf Utsman) dengan Mushaf Abu Bakar, yakni
Abu Bakar telah menyusun ayat demi ayat sesuai dengan urutan nya yang tauqifi namun
belum tersusun surat demi surat. Jadi, Mushaf ‘Utsmani menyempurnakannya dengan
mnyusun surat demi surat sesuai urutannya (tartib as-suwar).

Metode khusus dalam Al-Qur’an yang digunakan oleh 4 sahabat yang disetujui
oleh khalifah Utsman. Istilah rasmul Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an
yang digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan
membukukan Al-Qur’an. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu. Para ulama
meringkas kaidah itu menjadi enam istilah, yaitu:

1. Al–Hadzf (membuang, menghilangkan, atau meniadakan huruf). Contohnya,


menghilangkan huruf alif pada ya’ nida’ (‫) َيآ َ يها النا س‬
2. Al – Jiyadah (penambahan), seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau
yang mempunyai hokum jama’ (‫ ) بنوا اسرا ئيل‬dan menambah alif setelah hamzah
marsumah (hamzah yang terletak di atas lukisan wawu ( ‫)تاهلل تفتؤا‬.
3. Al – Hamzah, Salah satu kaidahnya bahwa apabila hamzah ber-harakat sukun,
ditulis dengan huruf ber-harakat yang sebelunya, contoh (‫) ائذن‬.
4. Badal (penggantian), seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada
kata (‫)الصلوة‬.
5. Washal dan fashl (penyambungan dan pemisahan), seperti kata kul yang diiringi
dengan kata ma ditulis dengan disambung ( ‫) كلما‬.
6. Kata yang dapat di baca dua bunyi. Suatu kata yang dapat dibaca dua bunyi,
penulisanya disesuaikan dengan salah salah satu bunyinya. Di dalam mushaf
ustmani, penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif,
contohnya, (‫) ملك يوم الدين‬. Ayt ini boleh dibaca dengan menetapkan alif (yakni
dibaca dua alif), boleh juga dengan hanya menurut bunyi harakat (yakni dibaca
satu alif).

6
B. Pendapat Para Ulama Tentang Rasmul Qur’an
Kedudukan rasm Usmani diperselisihkan para ulama, pola penulisan tersebut
merupakan petunjuk Nabi atau hanya itjtihad kalangan sahabat. Adapun pendapat mereka
sebagai berikut:
Kelompok pertama, sebagian dari mereka berpendapat bahwa rasmul qur’an
bersifat tauqifi. Yang mana mereka merujuk pada sebuah riwayat yang menginformasikan
bahwa nabi pernah berpesan kepada mu’awiyah, salah seorang seketarisnya, “Ambillah
tinta, tulislah huruf” dengan qalam (pena), rentangkan huruf “baa”, bedakan huruf “siin”,
jangan merapatkan lubang huruf “miim”, tulis lafadz “Allah” yang baik, panjangkan
lafadz “Ar-Rahman”, dan tulislah lafadz “Ar-Rahim” yang indah kemudian letakkan
qalam-mu pada telinga kiri, ia akan selalu mengingat Engkau. Merekapun mengutip
pernyataan Ibnu Mubarak: “Tidak seujung rambutpun dari huruf Qur’ani yang ditulis oleh
seorang sahabat Nabi atau lainnya. Rasm Qur’ani adalah tauqif dari Nabi (yakni atas dasar
petunjuk dan tuntunan langsung dari Rasulullah SAW). Beliaulah yang menyuruh mereka
(para sahabat) menulis rasm qur’ani itu dalam bentuk yang kita kenal, termasuk tambahan
huruf alif dan pengurangannya, untuk kepentingan rahasia yang tidak dapat dijangkau
akal fikiran, yaitu rahasia yang dikhususkan Allah bagi kitab-kitab suci lainnya”.3
Kelompok kedua, sebagian besar para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an
bukan tauqifi, tetapi merupakan kesepakatan cara penulisan yang disetujui oleh ustman
dan diterima umat, sehingga wajib diikuti dan di taati siapapun yang menulis al-Qur’an.
Tidak ada yang boleh menyalahinya, banyak ulama terkemuka yang menyatakan perlunya
konsistensi menggunakan rasmul ustmani. Dengan demikian, kewajiban mengikuti pola
penulisan Al Qur’an versi Mushaf ‘Utsmani diperselisihkan para ulama. Ada yang
mengatakan wajib, dengan alasan bahwa pola tersebut merupakan petunjuk Nabi
(tauqifi).4 Pola itu harus dipertahankan walaupun beberapa di antaranya menyalahi kaidah
penulisan yang telah dibakukan. Bahkan Imam Ahmad ibn Hanbal dan Imam Malik

3
M.Quraish Shihab, dkk., Sejarah dan ulum Al-Qur’an, (Cet. III; Jakarta Pustaka Firdaus, 2001),
h. 95
4
Jab Farjani, Kaifa nata Abbad Ma’a ai-Mushaf (t.tp. Daar al I’Tisham.1978), h 166.

7
berpendapat haram hukumnya menulis Al Qur’an menyalahi rasm ‘Utsmani.
Bagaimanpun, pola tersebut sudah merupakan kesepakatan ulama mayoritas (jumhur
ulama). Ulama yang tidak mengakui rasm ‘Utsmani sebagai rasm tauqifi, berpendapat
bahwa tidak ada masalah jika Al Qur’an ditulis dengan pola penulisan standar (rasm
imla’i). Soal pola penulisan diserahkan kepada pembaca. Kalau pembaca lebih mudah
dengan rasm imla’i, ia dapat menulisnya dengan pola tersebut, karena pola penulisan itu
hanya simbol pembacaan, dan tidak mempengaruhi makna Al Qur’an.
C. Kaitan Rasmul Qur’an dengan Qiraah
Secara etimologi Qiraat adalah jamak dari Qira’ah, yang berarti ‘bacaan’, dan ia
adalah masdar (verbal noun) dari Qara’a. Secara terminologi atau istilah ilmiyah Qiraat
adalah salah satu Mazhab (aliran) pengucapan Qur’an yang dipilih oleh seorang imam
qurra’ sebagai suatu mazhab yang berbeda dengan mazhab yang lainya. Qiraat ini
ditetapkan berdasarkan sabad-sanadnya sampai kepada Rasulullah. Periode qurra’ (ahli /
imam qiraat) yang mengajarkan bacaan Qur’an kepada orang-orang menurut cara mereka
masing-masing adlah dengan berpedoman kepada masa para sahabat.diantara para
sahabat yang terkenal yang mengajarkan qiraat ialah Ubai, Ali, Zaid bin Sabit, Ibn
Mas’ud, Abu Musa Al-Asy’ari dan lain-lain. Dari mereka itulah sebagian besar sahabat
dan Tabi’in di berbagai negri belajar qira’at yang semuanya bersandar kepada Rasulullah.
Sahabat-sahabat nabi terdiri dari beberapa golongan. Tiap-tiap golongan itu
mempunya lahjah (bunyi suara / sebutan) yang berlainan satu sama lain. Memaksa mereka
menyebut pembacaan atau membunyikan al-Qur’an dengan lahjah yang tidak mereka
biasakan, suatu hal menyukarkan. Maka untuk mewujudkan kemudahan, Allah Yang
Maha Bijaksana menurunkan al-Qur’an dengan lahjah-lahjah yang biasa dipakai oleh
golongan Quraisy dan oleh golongan-golongan yang lain di tanah Arab. Oleh karna itu
menghasilkan bacaan al-Qur’an dalam berbagai rupa atau macam bunyi lahjah. Dan bunyi
lahjah yang biasa ditanah Arab ada tujuh macam. Di samping itu ada beberapa lahjah lagi.
Sahabt-sahabat nabi menerima al-Qur’an dari nabi menurut lahjah bahasa golonganya.
Dan masing-masing mereka meriwayatkan al-Qur’an menurut lahjah mereka sendiri.
Sesudah itu munculah segolongan ulama yang serius mendalami ilmu qira’at sehingga

8
mereka menjadi pemuka qira’at yang dipegangi dan dipercayai. Oleh karena mereka
semata-mata mendalami qira’at untuk mendakwahkan al-Qur’an pada umatnya sesuai
dengan lahjah tadi. Kemudian muncullah qurra-qurra yang kian hari kian banyak. Maka
ada diantara mereka yang mempunyai keteguhan tilawahnya, lagi masyhu, mempunyai
riwayah dan dirayah dan ada diantara mereka yang hanya mempunyai sesuatu sifat saja
dari sifat-sifat tersebut yang menimbulkan perselisihan yang banyak.
Untuk menghindarkan umat dari kekeliruan para ulama berusaha menerangkan
mana yang hak mana yang batil. Maka segala qira’at yang dapat disesuaikan dengan
bahasa arab dan dapat disesuaikan dengan salah satu mushaf Usmani serta sah pula
sanadnya dipandang qira’at yang bebas masuk kedalam qira’at tujuh, maupun
diterimanya dari imam yang sepuluh ataupun dari yang lain. Meskipun mushaf Utsmani
tetap dianggap sebagai satu-satunya mushaf yang dijadikan pegangan bagi umat Islam
diseluruh dunia dalam pembacaan Al-Qur’an, namun demikian masih terdapat juga
perbedaan dalam pembacaan.
Hal ini disebabkan penulisan Al-Qur’an itu sendiri pada waktu itu belum
mengenal adanya tanda-tanda titik pada huruf-huruf yang hampir sama dan belum ada
baris harakat. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa keberadaan mushaf ‘ustmani
yang tidak berharakat dan bertitik ternyata masih membuka peluang untuk membacanya
dengan berbagai qira’at. Hal itu di buktikan dengan masih terdapatnya keragaman cara
membaca Al-Qur’an. Dengan demikian hubungan rasmul Qur’an dengan Qira’at sangat
erat. Karena semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula
kesulitan untuk mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung didalam Al-Qur’an.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut Abu Aswad Ad-Duali berusaha
menghilangkan kesulitan-kesulitan yang sering dialami oleh orang-orang Islam non Arab
dalam membaca Al-Qur’an dengan memberikan tanda-tanda yang diperlukan untuk
menolong mereka membaca ayat-ayat al-Qur’an dan memahami kandungan ayat-ayat al-
Qur’an tersebut.

9
D. Kehebatan Rasmul Qur’an
Istilah Rasm Utsmani lahir bersama dengan lahirnya mushaf Utsman. Mushaf
yang ditulis oleh “panitia empat” yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair,
Said bin Al-Alsh dan Abd al-Rahman bin al-Harits. Cara-cara penulisan yang ditetapkan
ke berbagai pelosok dunia Islam. Bahkan al-Qur'an yang diterbitkan secara resmi oleh
Republik Islam Iran yang bermadzhab Syi'ah pun menggunakan mushaf ini. Popularitas
mushaf Utsmani sampai pada tingkat melahirkan suatu keyakinan bahwa tata cara
menulis mushaf ini sebagai tauqifiy yang bukan produk budaya manusia, melainkan
sesuatu yang ditetapkan berdasarkan wahyu Allah yang Nabi pun tak punya otoritas untuk
menyayangkannya.
E. Peranan Rasm Al-Qur’an Dalam Memahami Al-Qur’an
Menulis al-Qur'an dengan mengikuti kaidah rasm al-Qur'an (Utsmani) berperan
penting dalam memahami al-Qur'an. Karena rasm al-Qur'an memungkinkan lahirnya
berbagai pemahaman tertentu, yang didasarkan pada dua alasan:

1. Penulisan kata yang tidak seperti biasanya, umumnya terjadi pada kata-kata khusus
yang membahas sesuatu yang khusus pula.dan ini bisa dimungkinkan penambahan huruf
bisa berarti penambahan makna dan penekanannya, pengurangan huruf bisa berarti
penyusutan makna dan penenkanannya, dan demikian juga dengan penggantian huruf,
penggabungan dan perpecahan kata, penulisan hamzah , dan penulisan kata yang dibaca
bisa dengna dua bacaan.

2. Penulisan kata yang tidak seperti biasanya, yang berarti keharusan,mengikuti rasm
karena dalam penulisan tersebut terdapat rahasia qira'at yang berbeda yang tertampung
dalam satu kotak.

Sebagian ulama membedakan kata bismillah dengan billah . Adanya


kata isme dalam bismillah adalah pembeda, bahwa yang dimaksud adalah keinginan
untuk menambah keberkahan dari Allah SWT. Sedangkan kata billah menjadikan kata

1
0
tersebut bisa dipahami doa : sebagai sumpah dan bisa juga sebagai keinginan untuk
mendapatkan keberkahan.
F. Manfaat Mengetahui Rasm Al-Qur’an
1. Memilihara dan melestarikan penulisan al-Qur’an sesuai dengan pola penulisan al-
Qur’an pada penulisan dan pembukuannya.
2. Memberi kemungkinan pada lafaz yang sama untuk dibaca dengan versi qira’at,
seperti dalam firman Allah swt. Dalam Qs.2:7
3. Kemungkinan dapat menunjukan makna atau maksut yang tersembunyi, dalam ayat-
ayat tertentu yang penulisannya menyalahi rasm imla’I seperti dalam firman Allah
SWT Qs.:51:47
4. Kemungkinan dapat menunjukan keaslian harakat (syakal) suatu lafadz

BAB III

1
1
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai akhir dari pembahasan dalam makalah ini, penulis kemukakan

kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

1. Rasmul qur’an atau rasmul ustmani adalah tata cara menuliskan Al-qur’an yang

ditetapkan pada masa khalifah ustman bin affan dengan kaidah-kaidah tertentu.

2. Sebagian para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bersifat tauqifi, tapi

sebagian besar para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bukan tauqifi, tetapi

merupakan kesepakatan cara penulisan yang disetujui ustman dan diterima umatnya,

sehingga wajib wajib diikuti dan di taati siapa pun ketika menulis al-qur’an.

3. Hubungan antara rasmul qur’an dan qira’ah sangat erat sekali Karena semakin
lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula kesulitan untuk

mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung didalam Al-qur’an.

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa keberadaan mushaf ‘ustmani yang tidak

berharakat dan bertitik ternyata masih membuka peluang untuk membacanya dengan

berbagai qira’at. Hal itu di buktikan dengan masih terdapatnya keragaman cara

membaca Al-Qur’an.

4. Rasm Usmani memiliki beberapa faedah sebagai berikut:

a. Memilihara dan melestarikan penulisan al-Qur’an sesuai dengan pola penulisan

al-Qur’an pada penulisan dan pembukuannya.

b. Memberi kemungkinan pada lafaz yang sama untuk dibaca dengan versi qira’at,
seperti dalam firman llah swt. Dalam Qs. 2:7

1
2
c. Kemungkinan dapat menunjukan makna atau maksud yang tersembunyi, dalam
ayat-ayat tertentu yang penulisannya menyalahi rasm imla’I seperti dalam firman

Allah SWT Qs.:51:47

B. Implikasi
Pembahasan dan kesimpulan yang telah dirumuskan sebelumnya diharapkan

dapat berimplikasi positif dan membangun terhadap para pembaca dalam memahami

rasm qur’an. Terkhusus bagi para mahasiswa, penggiat, penuntut ilmu yang sedang

mengkaji tentang Qur’an. Dan lebih khusus lagi bagi para pendidik yang mengajarkan

ulumul qur’an, sehingga bisa mengamalkan al-Quran secara menyeluruh lewat ulumul

qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

1
3
Al-Qaththan, Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
Cetakan ketujuh, Februari 2012.
Fajrani, Muhammad Rajab. Kaifa Nata’abbad Ma’a al-Mushaf. Cairo: Daar al-I’tisham.
T.tp 1978
M.Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an / Tafsir. Jakarta: Bulan
Bintang, Cetakan ketiga belas, Tahun 1990.
Khalil, al-Qattan Manna, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta: PT Pustaka Antar Nusa, Tahun
1994.
Shihab, M. Qurays, dkk. Sejarah dan ulum al-Qur’an. Cet III, Jakarta: Pusat Firdaus,
2001

1
4

Anda mungkin juga menyukai