Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

RASM UTSMANI DAN PEMBAHASANNYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Studi Al-qur’an Dan Hadist

Dosen Pengampu:

Akmam Mutrofin, S.Sy, M.H

Disusun oleh:

1. Irfan Fauzi Makarim 2394074013


2. Abduladhim Febrianto 2394074008
3. Rully Laksono Eko J. 2394074018
4. Dyan Eko W. 2394074016

PRODI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI TAHUN 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Rasm Utsmani dan Pengertiannya” dengan
baik.

Makalah ini telah diselesaikan, penulis sebagai manusia biasa menyadari


sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari
segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Demikian yang bisa penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan.

Jombang, 24 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER..........................................................................................................................

KATA PENGANTAR..................................................................................................I

DAFTAR ISI...............................................................................................................II

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar belakang ............................................................................................1


B. Rumusan masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasm Utsmani..........................................................................3


B. Karakteristik Rasm Utsmani......................................................................4
C. Hukum Menulis Al-qur”an sesuai dengan Rasm Utsmani.........................5
BAB III: PENUTUP

3.1. Kesimpulan............................................................................................10
3.2. Kritik dan Saran.....................................................................................11

DAFTAR PUSAKA...................................................................................................12

ii
BAB 1

PENDHAHULUAN

A. Latar belakang
Rasmul qur’an merupakan salah satu bagian disiplin ilmu alqur’an
yang mana di dalamnya mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an
yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya
maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasimul Qur’an dikenal juga
dengan nama Rasm Utsmani.
Tulisan al-Quran ‘Utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada
sayyidina Utsman ra. (Khalifah ke III). Istilah ini muncul setelah
rampungnya penyalinan al-Quran yang dilakukan oleh team yang dibentuk
oleh Ustman pada tahun 25H. oleh para Ulama cara penulisan ini biasanya
di istilahkan dengan “Rasmul ‘Utsmani’. Yang kemudian dinisbatkan
kepada Amirul Mukminin Ustman ra.
Para Ulama berbeda pendapat tentang penulisan ini, diantara mereka
ada yang berpendapat bahwa tulisan tersebut bersifat tauqifi (ketetapan
langsung dari Rasulullah), mereka berlandaskan riwayat yang menyatakan
bahwa Rasulullah menerangkan kepada salah satu Kuttab (juru tulis wahyu)
yaitu Mu’awiyah tentang tata cara penulisan wahyu. Diantara Ulama yang
berpegang teguh pada pendapat ini adalah Ibnul al-Mubarak dalam kitabnya
“al-Ibriz” yang menukil perkataan gurunya “ Abdul ‘Aziz al-Dibagh”,
“bahwa tulisan yang terdapat pada Rasm ‘Utsmani semuanya memiliki
rahasia-rahasia dan tidak ada satupun sahabat yang memiliki andil, seperti
halnya diketahui bahwa al-Quran adalah mu’jizat begitu pula tulisannya”.
Namun disisi lain, ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa, Rasmul
Ustmani bukanlah tauqifi, tapi hanyalah tatacara penulisan al-Quran saja.
Makalah yang kami buat untuk membahas tentang pengertian Rasm
Usmani, dan tentang pendapat rasmul Qur’an serta kaitannya dengan
qiraah. Untuk lebih jelasnya pada bab selanjutnya akan dibahas secara
terperinci.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah Pengertian Rasm ‘Utsmani?
b. Bagaimanakah Karakteristik Rasm ‘Utsmani?
c. Apakah Hukum menulis Al Qur’an sesuai dengan Rasm ‘Utsmani?.

1
C. Tujuan
a. Untuk memahami arti Rasm ‘Utsmani
b. Agar mengetahui karakteristik Rasm ‘Utsmani
c. Supaya mengetahui hukum menulis Al Qur’an sesuai dengan Rasm
‘Utsmani

2
BAB II

PENBAHASAN

A. Pengertian Rasm Utsmani

Arti rasm menurut bahasa adalah atsar (bekas).Lafal rasm sinonim


(muradif) dengan lafal khat, kitabah,zubur, satr dan raqm. Rasm ada dua
macam, yaitu qiyasi dan istilahi. Rasm qiyasi yang biasa disebut juga Rasm
imla’i adalah penggambaran lafal yang menggunakan huruf hijaiyah, dengan
tetap memperhatikan standarisasi ibtida’ dan waqf padanya. Sedang Rasm
istilahi yang bisa juga disebut Rasm ‘Utsmani adalah ejaan tulisan Zayd bin
Sabit dan kawankawan yang dipakai untuk menulis al-Masahif al-Usmaniyah 1
Rasm ‘Utsmani atau disebut juga Rasmul Qur’an atau Rasm ‘Utsman adalah
tata cara menuliskan Al-Qur’an yang ditetapkan pada masa khlalifah ‘Utsman
bin Affan. Istilah rasmul Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an
yang digunakan ‘Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis
dan membukukan Al-Qur’an. Yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat
yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Al-Ash, dan
Abdurrahman bin Al-Harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu.
Kaidah ini teringkas dalam enam kaidah; 1. Al–Hadzf (membuang,
menghilangkan, atau meniadakan huruf). Contohnya, menghilangkan huruf
alif pada ya’ nida’ ( 2 ‫(َي َآ‬. ‫ا‬DD‫ا يه‬DD‫س الن‬. Al-Ziyadah (penambahan), seperti
menambahkan huruf alif setelah wau atau yang mempunyai hukum jama’ ( ‫ئيل‬
‫( اسرا بنوا‬dan menambah alif setelah hamzah marsumah (hamzah yang terletak
di atas lukisan wau ( 3 .(‫تفتؤا تاهلل‬. Al-Hamzah, Salah satu kaidahnya bahwa
apabila hamzah berharakat sukun, ditulis dengan huruf berharakat yang
sebelumnya, contoh ( 4 .(‫ائذن‬. Badal (penggantian), seperti alif ditulis dengan

1
Ahmad Malik Hammad, Miftah al-Aman fi Rasm al-Qur’an (td.). h. 12.

3
wau sebagai penghormatan pada kata ( 5 .(‫لوة‬DDD‫الص‬. Washal dan fashl
(penyambungan dan pemisahan),seperti kata kul yang diiringi dengan kata ma
ditulis dengan disambung ( 6 .(‫كلما‬. Kata yang dapat di baca dua bunyi. Suatu
kata yang dapat dibaca dua bunyi, penulisanya disesuaikan dengan salah salah
satu bunyinya. Di dalam mushaf ‘Utsmani, penulisan kata semacam itu ditulis
dengan menghilangkan alif, contohnya,( ‫(الدين يوم ملك‬. Ayat ini boleh dibaca
dengan menetapkan alif (yakni dibaca dua alif), boleh juga dengan hanya
menurut bunyi harakat (yakni dibaca satu alif). 2

B. Karakteristik Rasm ‘Utsmani

Karakteristik adalah ciri atau identitas khas yang membedakan identitas


satu dengan yang lain3. Dan Rasm ‘Utsmani mendapatkan kedudukan yang
tinggi, disamping karena khalifah telah menyetujuinya dan menetapkan
pelaksanaannya. Bahkan ada yang menetapkan bahwa Rasm ‘Ustmani adalah
RASM TAUQIFI yang cara penulisannya ditentukan oleh Nabi sendiri. Selain
keindahan tulisan Rasm ‘Utsmani, penulisan Rasm ‘Utsmani ini juga
memenuhi kaidah Sab’atu Ahruf. Dan mereka dapat mengenali dengan baik
huruf-huruf dan kata-kata, baik bentuk, harakat, kondisi-kondisi huruf dengan
memperhatikan indikasi setiap kalimat yang ada sehingga mereka dapat
membacanya dengan baik dan benar4. Sebagaimana pada sebagian bahasa
seperti bahasa Persia yang pada mulanya disertai dengan tanda baca, namun
setelah itu, ditulis dan dibaca tanpa tanda baca. Jenis tulisan disebabkan oleh
masalah-masalah yang disebutkan di atas dan seiring dengan kemajuan Islam
di kalangan kaum-kaum lainnya, memerlukan perbaikan yang pada akhirnya
setelah berlalunya beberapa dekade terjadi perubahan serius pada tulisan-
tulisan berbahasa Arab sehingga kekurangan-kekurangan ini dapat teratasi.

2
Al-Suyuti, op. cit., h. 147-156

3
Sulkhan yasinTim Penyusun. 1991. Kamus Bahasa Indonesia. T.p. h.218

4
Sayid Mahdi Saif, Târikhce Rasm al-Khath Qur’ân wa Sair Tahawwul-e Ân, Majallah Rusyd
Âmuzesy Ma’ârif Islâmi, Bahar 1380, No. 44, hal. 14-15.

4
Dalam sebuah pandangan global, beberapa Karakteristik Rasm ‘Utsmani
dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Tulisan-tulisan pada masa itu, tidak
memiliki titik, baris dan tanda baca. Tipologi tulisan Arab seperti ini pada
masa itu dapat kita saksikan pada manuskrip-manuskrip kuno berbahasa Arab
pada hari ini. 2. Kebanyakan huruf, khususnya huruf-huruf alif belum lagi
ditulis; seperti kata-kata seperti alrahmân(‫(الرحمان‬, al-‘âlamîn (‫(العالمين‬, mâlik (
‫(مالک‬, shirât(‫( صراط‬yang ditulis dalam bentuk “al-rahman (‫(الرحمن‬,al-‘alamîn (
‫(العلمين‬, malik (‫(ملک‬, shirat (3 “.(‫صرط‬. Sebagian huruf ditulis sama dengan
bentuk huruf lainnya; seperti alif pada kata-kata “shalat (‫(صالة‬, zakat (‫(زکاة‬,
hayat (‫(حياة‬, “...ditulis dengan menyertakan huruf wâu; seperti shalat (‫(صلوة‬,
zakat (‫(زکوة‬, hayat (‫( حيوة‬atau alif pada kata-kata seperti idrâk (‫(ادراک‬, dhuhâhâ
(‫(ضحاها‬, yagsyâhâ (‫( يغشاها‬yang ditulis dalam bentuk ya (‫(; ياء‬idrak .(‫يها‬D‫)يغش‬
yagsyâha ,)‫ )ضحيها‬dhuhahâ ,)‫ )ادريک‬4. Sebagian huruf dalam bentuk tambahan
yang ditulis pada pelafalan; seperti pada kata-kata, “tad’u (‫(تدعو‬, yatlu (‫(يتلو‬,
miat (‫ة‬DD‫(مئ‬, ji (‫(جیء‬, lisyai (‫یء‬DD‫لش‬...(. Yang ditulis dalam bentuk huruf alif
tambahan seperti “tad’u (‫(تدعو‬, yatlû (‫(يتلوا‬, miata (‫(مائة‬, jaa (‫(جایء‬, lisyai (‫لشایء‬
( atau wa‫ ع‬pada kalimat ulaika (‫(اولئک‬, awla (‫(اولی‬, ulu (‫وا‬D‫( اول‬yang ditulis
dalam bentuk tambahan pada pelafalan.5

C. Hukum menulis Al qur’an sesuai dengan Rasm ‘Utsmani


Sebagian ulama berpendapat bahwa keharusan kita mengikuti rasm
‘Utsmani adalah untuk memelihara persatuan, supaya tetap berpegang satu
syiar dan satu istilah. Karena pembuat keputusan adalah ‘Utsman dan
pelaksananya Zaid Ibn Tsabit, seorang penulis wahyu dan kepercayaan Rasul.
Ahmad Ibn Hambal berkata : ِّ‫لٍ فْ وَاٍ و َاَ ماَ ن ِّفىَ واْ َ خ ِّطُ مْ صَ حِّ فُ عث َفُةِّ لَ كَ خاَل ِّ ر‬
‫َا‬. ‫“ َت ْ حُ رُ مُ م َذ ْ وَ ْغ يْ وَي اٍ ء َا‬Haram menyalahi tulisan Mus’haf ‘Utsman, baik
pada wau, alif, ya’ atau yang lain” Imam Malik berpendapat mengenai orang
yang menulis al-Qur’an dengan Qaidah Hijaiyyah (Qaidah Imla’) : ُ‫ َت ِّ ك‬. ‫بْ ك‬
‫“ ْن ُي ٰ ِّ لَ كَ ولٰ رى ٰذ اَل أ ىَ ٰ ْ اُلول َب ِّ ة اَ كْت ْ َ عَلى ال‬Saya tidak berpendapat demikian,

5
Sayid Mahdi Saif, Târikhce Rasm al-Khath Qur’ân wa Sair Tahawwul-e Ân, Majallah Rusyd Âmuzesy
Ma’ârif Islâmi, Bahar 1380, No. 44, hal. 14-15.

5
akan tetapi hendaklah ditulis menurut tulisan pertama” Kewajiban mengikuti
pola penulisan Al Qur’an versi Mushaf ‘Utsmani diperselisihkan para ulama.
Ada yang mengatakan wajib, dengan alasan bahwa pola tersebut merupakan
petunjuk Nabi (tauqifi). Pola itu harus dipertahankan walaupun beberapa di
antaranya menyalahi kaidah penulisan yang telah dibakukan. Bahkan Imam
Ahmad ibn Hanbal dan Imam Malik berpendapat haram hukumnya menulis
Al Qur’an menyalahi rasm ‘Utsmani. Bagaimanapun, pola tersebut sudah
merupakan kesepakatan ulama mayoritas (jumhur ulama).6 Ulama yang tidak
mengakui rasm ‘Utsmani sebagai rasm tauqifi berpendapat bahwa tidak ada
masalah jika Al Qur’an ditulis dengan pola penulisan standar (rasm imla’i).
Soal pola penulisan diserahkan kepada pembaca. Kalau pembaca lebih mudah
dengan rasm imla’i, ia dapat menulisnya dengan pola tersebut, karena pola
penulisan itu hanya simbol pembacaan, dan tidak mempengaruhi makna Al
Qur’an. Al-Bukhari meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Abbas, beliau
berkata bahwa Rasulullah bersabda: ‫تزيد‬DD‫ه فلم أزل أس‬DD‫أقرأنى جبريل على حرف فراجعت‬
‫ ويزيدني حتى انتهى إلى سبعة أحرف‬Artinya:"Jibril membacakan kepadaku satu huruf
(bacaan) al-Qur'an lalu saya mengikutinya. Tidak henti-hentinya saya
memintanya mengulangi. Dan dia mengulanginya hingga sampai tujuh
(macam) bacaan". (HR. Bukhari). Hadits ini adalah dalil bahwa Al-Qur'an
memang diturunkan dengan tujuh macam qira'ah. Ketujuh macam qiraah tadi
adalah shahih berdasar pengajaran Jibril kepada Rasulullah dan ketujuh
macam qiraah tadi juga disampaikan semuanya kepada sahabat. Sebagaimana
dijelaskan di atas mengikuti rasm ‘Utsmani adalah wajib. Hukum wajib ini
akan bertentangan dengan status shahih dari qiraah yang lain dan bisa
mengharamkan qiraah sahih dan mutawatir lain yang tidak sesuai dengan
rasm ‘Utsmani. Syeikh Muhammad Ali Ad Dlibagh mengatakan bahwa, rasm
‘Utsmani adalah salah satu rukun dari rukun-rukun ketujuh qira'ah alQur'an,
maka setiap qira'ah sama sekali tidak bertentangan dengan rasm ‘Utsmani.
6
6 Syahbah,op.cit., hlm. 302-307; as-Suyuthi, op. cit., jilid II, HLM 167; Kamaludin Marzuki,ulum
alQuran, Rosdakarya, Bandung, 1992, hlm. 78-82.Muhamad Abd Alazhim Az-Zarqoni, Munahil AL-
Irfan Dar AlFikri, Beirut, t.t., Jilid I, hlm.369 dst.

6
Beliau menambahkan bahwa ketika seseorang menulis al-Qur'an yang di
dalamnya ada qiraah yang berbeda dan harus menggunakan tulisan yang
berbeda pula, maka yang harus dilakukan menulisnya sesuai dengan rasm
‘Utsmani lalu memberinya harakat atau tanda-tanda lain, sehingga ia tidak
dikatakan menyalahi mushaf ‘Utsmani. Sebab yang diharuskan mengikuti
rasm ‘Utsmani ialah hanya bentuk penulisan. D. Penjelasan apakah Rasm
Usmani mencakup seluruh 7 ahruf Apabila ditanya apakah al-Masahif
al-‘Utsmaniyyah yang enam buah itu mencakup keseluruhan bacaan yang
diturunkan oleh Allah swt. kepada Muhammad saw. yang sab’at ahruf?
Terhadap pertanyaan ini ada dua pendapat: pertama, sekelompok kecil ulama
yang dipelopori oleh Ibnu Jarir Al-Tabari berpendapat bahwa al-Masahif
al-‘Utsmaniyyah ditulis hanya dalam satu bentuk tulisan saja dari al-ahruf
alsab’ah, yaitu khusus huruf Quraisy. Berdasarkan pesan Khalifah ‘Utsman ra.
kepada panitia penulisan Alquran: ‫إذا اختلفتم أنتم وزيد بن ثابت فى شىء من القرأن فاكتبوه‬
‫انهم‬D‫زل بلس‬D‫ا ن‬D‫ريش فإنم‬D‫ان ق‬D‫بلس‬7 Artinya:Jikalau kalian berbeda dengan Zaid bin Sabit
tentang sesuatu dalam Qur’an, maka tulislah dengan lisan Quraisy. Sebab
Qur’an itu diturunkan dengan lisan mereka. Kedua, Jumhur ulama
menyatakan bahwa al-Masahif al-Utsmaniyyah yang dikenal mempunyai dan
memakai aturan penulisan yang khusus, yaitu rasm ‘Utsmani, telah mencakup
keseluruhan dari Sab’ah Ahruf serta qira’at Mutawatirah yang dibaca oleh
Rasulullah pada waktu al ‘Ardat alAkhirah. Sebab penulisan al Mashahif al
Usmaniyah waktu itu tanpa ada titik dan harakat. Bukan berarti setiap Mushaf
Utsmani waktu itu mencakup keseluruhan al-Ahruf al-Sab’ah, tetapi rasm dari
keseluruhan al-Masahif al-Utsmaniyyah mencakup al-Ahruf al-Sab’ah.
Pendapat Jumhur di atas mempunyai alasan sebagai berikut: 1. al-Masahif al-
Usmaniyyah disalin dari suhuf yang dikumpulkan oleh Abu Bakar al-Siddiq.
Para ulama sepakat bahwa suhuf ini mencakup bacaan-bacaan Alquran yang
diturunkan dengan al-Ahruf al-Sab’ah yang datangnya mutawatir dari Nabi,
yakni yang ditetapkan pada ‘Ardat Akhirah dan tidak dinasakh tilawahnya.

7
Al-Zarqani, op. cit., h. 168

7
Maka suhuf Abu Bakar al-Siddiq tersebut dianggap asal dan sumber dari al-
Masahif al-‘Utsmaniyyah. 2. Tidak ada riwayat yang sahih maupun yang dhaif
sekalipun, bahwa Khalifah ‘Utsman memerintahkan kepada penulis-penulis
al-Masahif al-Utsmaniyyah untuk hanya menulis dalam satu huruf (satu wajah
bacaan), dan meniadakan 6 huruf yang lainnya. 3. Andaikata benar apa yang
didakwakan pendapat kelompok pertama yakni bahwa Khalifah ‘Utsman
memerintahkan Zayd bin Sabit dan kawan-kawan untuk menulis dengan
lughat Quraisy saja, maka dalam Alquran tidak akan ditemui lughatlughat
selain lughat Quraisy, dan ini jelas tidak benar adanya, sebab kenyataannya
dalam Alquran ditemui lughat-lughat selain Quraisy. Sebagai contoh: ‫ األرائـك‬:
adalah lughat Yaman ‫ال‬D‫الوزر ك‬: adalah juga lughat Yaman ‫أس أفلم‬D‫ يي‬: adalah
lughat Hawazin ‫ اليلتكم‬: adalah lughat Abas, dan sebagainya. 4. Sebagai dalil
yang jelas dan meyakinkan adalah bahwa di antara al- Masahif alUtsmaniyyah
yang 6 buah itu, terdapat perbedaan di banyak tempat, misalnya:  ‫مغفرة إلى‬
‫ارعو‬DD‫ وس‬Q.S. Ali Imran ditulis pada sebagian al-Masahif al-Usmaniyyah
dengan tambahan wau sebelum sin, sedangkan sebagian yang lain tidak ada
wau sebelumnya;  ( ‫( الرحيم العزيز على وتوكل‬dalam Q.S. al-Syu’ara, di sebagian
al-Masahif alUsmaniyyah ditulis: ‫ )الرحيم العزيز على فتوكل‬dengan fa‘);  – ‫الغنى‬
‫و هلال فإن‬DDDD‫ ه‬dalam Q.S. al-Hadid, tertulis pada sebagian al-Masahif
alUtsmaniyyah dengan tanpa ‫هو‬, dan masih banyak contoh yang lain. Maka
andaikata alMasahif al-Utsmaniyyah ditulis hanya dengan satu huruf atau satu
lughat, yaitu huruf Quraisy atau lughat Quraisy, tentu di antara al-Masahif
yang 6 buah itu tidak ada perbedaan penulisannya. Kelompok pertama
beralasan dari qaul (pesan) Utsman kepada Zayd bin Sabit dan kawankawan
tidak dapat diterima, sebab yang dimaksud Khalifah Utsman ikhtilaf (‫االختالف‬
(di sini adalah ikhtilaf dalam segi rasm dan tulisan. Lagi pula Zayd dan
kawan-kawan tidak pernah terjadi ikhtilaf di antara mereka dalam penulisan
Alquran, kecuali rasm dari satu kalimah saja, yaitu: ‫ التابوت‬di dalam firman
Allah: ‫التابوت يأتيكم أن ملكه إية إن‬. mereka minta pertimbangan Khalifah Utsman,
apakah ditulis dengan ha’ atau ta’ (‫التابوة‬/‫(التابوت‬. Lalu Khalifah Usman bin

8
Affan memerintahkan untuk ditulis dengan ta’: ‫التابوت‬, sebab ‫)التابوت‬dengan
ta’) sebagai lughat Quraisy. Adapun pernyataan Khalifah Utsman bin Affan ra.
bahwa Alquran diturunkan dengan lisan Quraisy, juga tidak bisa dijadikan
hujjah, sebab yang dimaksud adalah: ‫ران إن‬DDDD‫زل الق‬DDDD‫ان أوال أن‬DDDD‫ربش بلس‬DDDD‫ق‬.
Sesungguhnya Alquran diturunkan pertama dengan lisan Quraisy. Kemudian
Allah memberi kelapangan dan kemudahan kepada umatnya dengan
menurunkan lughat-lughat yang lain, sebagaimana yang dijelaskan dalam
hadits-hadits sahih.8 Dengan demikian, pendapat Ibnu Jarir Al-Tabari di atas,
sulit diterima, sebab andaikata benar, tentu seluruh umat Islam di dunia
dewasa ini memakai bacaan dan mushaf Alquran yang sama. Pada
kenyataannya, umat Islam di Maroko, Tunisia, Aljazair, dan Afrika Barat,
seperti Sinegal, Nigeria dan lain-lain, bacaan mereka tidak sama dengan
bacaan Alquran di Indonesia. Sebab negara tersebut memakai versi bacaan
yang biasa disebut riwayat Warsy. Demikian juga Alquran umat Islam Libya,
yang berbeda dengan bacaan umat Islam Sudan, Maroko, dan Indonesia,
sebab bacaan mereka biasa disebut dengan versi riwayat Al-Dury.9

BAB III

PENUTUP

8
Al-Qadi, op. cit., h. 62-66

9
Manna’ al-Qahthan, Mabaahits Fi Ulumil Quran, (Mansyuraat Al ‘Ashril hadits, Riyad, 1393 H/1973
M.), hal. 169.

9
A. Kesimpulan

1. Rasm ‘Utsmani disebut juga Rasmul qur’an atau Rasm Utsman adalah tata
cara menuliskan Al- Qur’an yang ditetapkan pada masa khlalifah ‘Utsman
bin Affan. Istilah rasmul Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an
yang digunakan ‘Utsman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis
dan membukukan Al-Qur’an
2 Dalam sebuah pandangan global, beberapa Karakteristik Rasm ‘Utsmani
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tulisan-tulisan pada masa dulu, tidak memiliki titik, baris dan tanda
baca. Tipologi tulisan Arab seperti ini pada masa itu dapat kita saksikan
pada manuskrip-manuskrip kuno berbahasa Arab pada hari ini.
b. Kebanyakan huruf, khususnya huruf-huruf alif belum lagi ditulis;
seperti kata-kata seperti al- rahmân (‫)الرحمان‬, al-‘âlamîn (‫)العالمين‬, mâlik (‫مال‬
‫)ک‬,shirât (‫راط‬D ‫ )ص‬yang ditulis dalam bentuk “al-rahman(‫رحمن‬D D‫)ال‬,
al-‘alamîn (‫)العلمين‬, malik (‫)ملک‬, shirat(‫)صرط‬.”
c. Sebagian huruf ditulis sama dengan bentuk huruf lainnya; seperti alif
pada kata-kata “shalat (‫الة‬DD‫)ص‬, zakat (‫اة‬DD‫)زک‬, hayat (‫اة‬DD‫)حي‬,…” ditulis
dengan menyertakan huruf wâw; seperti shalat (‫لوة‬D‫)ص‬, zakat (‫وة‬D‫)زک‬,
hayat (‫ )حيوة‬atau alif pada kata-kata seperti idrâk (‫)ادراک‬, dhuhâhâ (‫ضحاه‬
‫)ا‬, yagsyâhâ (‫ )يغشاها‬yang ditulis dalam bentuk ya (‫ ;)ياء‬idrak (‫ادري‬
‫)ک‬, dhuhahâ (‫)ضحيها‬, yagsyâha (‫)يغشيها‬.
d. Sebagian huruf dalam bentuk tambahan yang ditulis pada pelafalan;
seperti pada kata-kata, “tad’u (‫)تدعو‬, yatlu (‫)يتلو‬, miat (‫)مئة‬, ji (‫)جیء‬, lisyai
(‫یء‬D‫…)لش‬. Yang ditulis dalam bentuk huruf alif tambahan seperti
“tad’u (‫)تدعو‬, yatlû (‫)يتلوا‬, miata (‫)مائة‬, jaa(‫)جایء‬, lisyai (‫ )لشایء‬atau wau
pada kalimat ulaika(‫ک‬DD‫)اولئ‬, awla (‫)اولی‬, ulu (‫وا‬DD‫)اول‬ yang ditulis
dalam bentuk tambahan pada pelafalan.
3. Hukum menulis AlQur’an dengan Rasm ‘Utsmani adalah wajib karena

10
Kaidah penulisan Rasm ‘Utsmani telah di sepakati para Jumhurul Ulama’

B. Kritik Dan Saran


Dari pemaparan kami di atas tentunya banyak kekeliruan atau
kesalahan dalam penuliasan dan isi, oleh karna itu kami mohon kritik dan
saran yang bersifat membangun agar kami bisa belajar sekaligus
memperbaiki kesalahan kami. Atas kekurangannya kami mohon maaf.

DAFTAR PUSAKA

11
Ahmad Malik Hammad, Miftah al-Aman fi Rasm al-Qur’an (td.).
Al-Suyuti, op. cit.,
Tim Penyusun. 1991. Kamus Bahasa Indonesia. T.p.
Sayid Mahdi Saif, Târikhce Rasm al-Khath Qur’ân wa Sair Tahawwul-e
Ân, Majallah Rusyd Âmuzesy
Ma’ârif Islâmi, Bahar 1380, No. 44,
Syahbah,op.cit.,
as-Suyuthi, op. cit., jilid II, HLM 167; Kamaludin Marzuki,ulum
alQuran, Rosdakarya, Bandung, 1992,
.Muhamad Abd Alazhim Az-Zarqoni, Munahil
AL-Irfan Dar Al-Fikri, Beirut, t.t., Jilid I,
Ahmad Muhammad Abu Zitihar, Lataaif al-Bayan fi Rasm al-Qur’an
Syarh Mawrid al-Zham’an (Kairo:
Maktabat wa Matba’at Muhammad Ali Subaih wa Awladuh, t.th.),
Al-Zarqani, op. cit.,
Al-Qadi, op. cit.,
Manna’ al-Qahthan, Mabaahits Fi Ulumil Quran, (Mansyuraat Al ‘Ashril
hadits, Riyad, 1393 H/1973

12

Anda mungkin juga menyukai