Anda di halaman 1dari 13

ILMU RASM AL-QU’RAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an


Dosen Pengampu Enjen Zaenal Mutaqin, M. Ud.

Disusun Oleh :
1. Zakiyatul Fakhiroh : 214110102031
2. Hafis Dinillah Nim : 214110102144
3. Naufal Nabhan : 214110102103

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Rasm Al-Qur’an” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Dosen Pengampu Bapak Enjen Zaenal Mutaqin, M. Ud. pada mata kuliah Ulumul
Qur’an. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
pengetahuan penulisan Al-Qu’an lebih dalam.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 26 Maret 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

JUDUL........................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................2
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah...................................................................2
BAB II........................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Rasm Al-Qur’an.................................................................3
B. Macam-Macam Rasm Al-Quran...........................................................4
C. Kaidah Rasm Usmani...........................................................................7
D. Pendapat Ulama Tentang Rasm Al-Quran...........................................9
E. Kaitan rasm Al Qur’an dengan Qira ah Al Qur’an...............................9
BAB III.....................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................13
A. Kesimpulan........................................................................................13
B. Saran..................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an sebagai kitab yang dimiliki umat Islam sekarang, ternyata telah
mengalami proses sejarah yang cukup unik dalam upaya penulisan dan
pembukuannya. Pada masa Nabi saw, Al-Qur’an belum ditulis dan dibukukan
dalam satu mushaf. Ia baru ditulis pada kepingan-kepingan tulang’ pelepah-
pelepah kurma, dan batu-batu sesuai dengan kondisi peradaban masyarakat waktu
itu yang belum mengenal adanya alat tulis menulis seperti kertas. Sehingga belum
bisa dibukukan menjadi satu kesatuan mushaf, karena kondisinya masih
berceceran dimana-mana. Kemudian kebanyakan dari masyarakat pada masa nabi
adalah ummy (tidak bisa membaca dan menulis) yang menjadi penyebab mereka
mengandalkan hafalan, faktor lainnya karena penghargaan nabi dan para sahabat
kepada mereka yang mempunyai hapalan banyak. Terkait penulisan, nabi selalu
menyuruh para sahabat untuk menulis Al-Quran ketika Al-Quran diturunkan, dan
kurang lebih 40 orang yang terlibat dalam penulisan wahyu tersebut, agar sahabat
fokus terhadap penulisan Al-Quran, nabi melarang sahabat untuk tidak menulis
selain Untuk mengfungsikan al-Qur’an dan memahami isi serta kandungan maka
diperlukan suatu ilmu yang terkait. Salah satunya adalah ilmu Rasm Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yg dimaksud dengan Rasm Al Qur'an?


2. Apa saja macam-macam rasm Al Qur'an?
3. Bagaimana kaidah Rasm Usmani?
4. Bagaimana pendapat ulama tentang Rasm Alquran?
5. Apa kaitan Rasm Alquran dengan qiraah Alquran

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk mengetahui lebih dalam megenai Rasm Al Qur’an


2. Untuk mengetahui macam-macam rasm Al Quran
3. Untuk mengetahui kaidah-kaidah penulisan Rasm Utsmani
4. Untuk mengetahui pendapat ulama mengenai Rasm Al Quran

1
5. Untuk Memahami kaitan antara Rasm Al Quran dengan Qiraah Al Quran

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasm Al-Qur’an

Rasm berasal dari kata rasama, yarsamu, rasma ( ً ‫)ر َس َم ـ يرسُم ـ رس ما‬
َ yang
berarti menggambar atau melukis. Kata rasm ini juga bisa diartikan sebagai
sesuatu yang resmi atau menurut aturan. Rasm berarti tulisan atau penulisan yang
yang mempunyai metode tertentu. Sedangkan Al-Qur’an merupakan kalam Allah
SWT yang disebarkan luaskan oleh baginda kita Rasulullah SAW.
Adapun yang dimaksud rasm adalah pola penulisan Al-Qur’an yang
digunakan Usman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan
membukukan al-Qur’an, Ilmu rasm Al-Qur’an yaitu ilmu yang mempelajari
tentang penulisan mushat Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik
dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakannya

B. Macam-Macam Rasm Al-Quran


Penulisan kalimat-kalimat arab atau Rasm Al-Qur’an dibagi menjadi tiga
macam Rasm Qiyasi, Rasm ‘Arudi dan Rasm Utsmani
1. Rasm Qiasi / Imla'i (‫)الرسم القياسى‬
Rasmul Imla’i adalah penulisan menurut kelaziman pengucapan atau
pertuturan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Al-Qur’an dengan rasm imla’i
dapat dibenarkan, tetapi khusus bagi orang awam. Bagi para ulama atau yang
memahami rasm Utsmani tetap wajib mempertahankan keaslian rasm Utsmani.
Pendapat diatas diperkuat oleh Al-Zarqani dengan mengatakan bahwa
rasm Imla’I diperlukan untuk menghindarkan ummat dari kesalahan membaca Al-
Qur’an, sedangkan rasm Utsmani di perlukan untuk memelihara keaslian mushaf
Al-Qur’an. Tampaknya, pendapat ini lebih moderat dan lebih sesuai dengan
kondisi ummat, disatu pihak mereka ingin melestarikan rasm Utsmani, sementara
dipihak lain mereka menghendaki dilakukannya penulisan Al-Qur’an denganrasm
Imla’i untuk memberikan kemudahan bagi kaum muslimin yang kemungkinan
mendapat kesulitan membaca Al-Qur’an dengan rasm Utsmani.
2. Rasm ‘Arudi (‫)الرسم العروضي‬
Rasm ‘Arudi ialah cara menuliskan kalimat-kalimat arab disesuaikan
dengan wazan sya’ir-sya’ir arab. Hal itu dilakukan untuk mengetahui “bahr”
(nama macam sya’ir). Dari sya’ir tersebut contohnya seperti :

2
‫ وليل كموج البحر ار خي سدو له‬Sepotong sya’ir Imri’il qais tersebut jika ditulis akan
berbentuk:
‫ وليلن كم__وج البح ر ار خي س__دو لهو‬sesuai dengan ‫ فع__و لن مف__ا عيلن فع__ولن مف__ا عيلن‬sebagai
timbangan sya’ir yang mempunyai “ bahar tawil.”
3. Rasm Utsmani (‫)الرسم العثمان‬
Rasmul Utsmani adalah pola penulisan Al-Qur’an pada masa Utsman dan
disetujui oleh Utsman. Rasm utsmani menjadi salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang bernama Ilmu Rasm Utsmani. Ilmu ini didefinisikan sebagai
ilmu untuk mengetahui segi-segi perbedaan antara Rasm utsmani dan untuk
mengetahui segi perbedaan antara rasm utsmani dan kaidah-kaidah rasm istilahi
(rasm yang biasa selalu memperhatikan kecocokan antara tulisan dan ucapan)
sebagai berikut contoh antara rasm utsmani dengan rasm istilahi.
Dalam rasm utsmani lafaz (‫ )اليستوون‬ditulis (‫)اليستون‬
¨ Lafaz (‫ )الصالة‬ditulis (‫)الصلوة‬
¨ Lafaz (‫ )الزكاة‬ditulis (‫)الزكوة‬
¨ Lafaz (‫ )الحياة‬ditulis (‫)الحيوة‬
Demikian juga tulisan ayat-ayat Al-Qur’an, rasm Utsmani mutlak diharuskan
karena statusnya sudah masuk dalam kategori rujukan dan penulisannya tidak
mempunyai alasan untuk mengabaikannya. Dari sini kita dapat memahami bahwa
menjaga keotentikan Al-Qur’an tetap merujuk kepada penulisan mushaf Utsmani.
Akan tetapi segi pemahaman membaca Al-Qur’an bisa mengunakan penulisan
yang lain berdasarkan tulisan yang dalam proses penulisan Al-Qur’an mulai dari
Zaman Rasulullah, zaman khalifah Abu Bakar sampai khalifah Utsman Bin Affan
yang penulisnya tidak pernah lepas dari Zaid Bin Tsabit yang merupakan
sekretaris Rasulullah SAW. Secara historis ini membuktikan bahwa Allah SWT
tetap menjaga dan memelihara keotentikan Al-Qur’an.
Hukum Mengikuti Rasm Utsmani
Dalam kitab Al-Muhith Al-Burhaniy, kitab fiqh Al-Hanafiyyah terdapat
pernyataan :
‫ إنه ينبغى أن ال يكتب المصحف بغير الرسم العثمانى‬.
“ sesungguhnya tidak diperkenankan menulis mushaf , kecuali dengan rasm
utsmani.”
Tulisan al-qur’an bukan tauqifi (tergantung pada petunjuk nabi atau
allah) .tulisan yang sudah ditetapkan dan disepakati pada masa itu boleh saja tidak
diikuti. Dilihat dari sebuah riwayat dikutip oleh Rajab Farjani : “Sesungguhnya
Rasulullah saw, memerintahkan menulis Al-Qur’an, tetapi tidak memberikan

3
petunjuk teknis penulisannya, dan tidak pula melarang menulisnya dengan pola-
pola tertentu. Sunnah Nabi menunjukkan kepada kebolehan menulis Al-Qur’an
dengan cara yang mudah.

C. Kaidah Rasm Utsmani


Kaidah-kaidah rasm Usmani
Mushaf Usmani ditulis menurut kaidah-kaidah tulisan tertentu yang
berbeda dengan kaidah tulisah imlak. Para ulama merumuskan kaidah-kaidah
tersebut menjadi enam istilah.
1). Kaidah Buang (al-Hadzf).
a. Membuang atau menghilangkan huruf alif:
1. dari ya nida (ya seru)
2. dari ha tanbi (ha menarik perhatian)
3. dari kata na,
4. dari lafal Allah
5. dari dua kata “Arrohman” dan sabbihun
6. sesudah huruf lam
7. Dari semua bentuk musanna (dual)
8. dari semua bentuk jamak shahih, baik muzakkir maupun muannas
9. dari semua bentuk jamak yang setimbang
10. Dari semua kata bilangan
11. Dari basmalah
b. Membuang huruf “ya”
Huruf ya dibuang dari setiap manqushah munawwan, baik berbaris raf maupun
jar
c. Membuang huruf waw
Huruf waw dibuang apabila bergandengan dengan waw juga
d. membuang huruf lam

2). Kaidah Penambahan (al-Ziyadah)


Penambahan (al-ziyadah) disini berarti penambahan huruf alif atau ya atau
hamza pada kata-kata tertentu.
Penambahan huruf alif
1. sesudah waw pada akhir setiap isim jama’ kata benda berbentuk jamak atau
mempunya hokum jamak
2. Penambahan huruf alif sesudah hamza (hamza yang ditulis di atas rumah
waw) Penambahan huruf ya
3). Kaidah Hamzah (al-Hamzah)
Apabilah hamzah berharakat (berbaris) sukun (tanda mati), maka tulis
dengan hurufberharakat yang sebelumnya, kecuali pada beberapa keadaan.
Adapun hamzah yang berharakat, maka jika ia berada diawal kata dan
bersambung dengan hamah tersebut tambahan, mutlak harus ditulis dengan alif
dalam keadaan berharakat fathah atau kasrah. Adapun jika hamzah terletak
ditengah, maka ia ditulis sesuai dengan huruf harakatnya. Kalau fathah dengan
alif, kalau kasrah dengan ya dan kalau Dhammah dengan waw. Tetapi, apabila

4
huruf yangsebelum hamzah itu sukun, maka tidak ada tambahan.Namun , diluar
tersebut ini kata yang di kecualikan.
4). Kaidah Penggantian (al_Badal)
Dalam surah al-Baqarah, al-A’raf, Hud, Maryam, Al’Rum, dan al-Zurhur.
Dan kata ta’nis ditulis dengan kata maftuhah pada kata yang terdapat dalam Surah
Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Maidah, Ibrahim, Al-Nahl, Lukman, Fathir, dan Al-
Thur demikian juga yang terdapat pada surah al-Mujadalah.
5) Kaidah Sambung dan Pisah (washl dan fashl)
Washl berarti menyambung, disini washl dimaksutkan metode
penyambungkan kata yang mengakibatkan hilang atau dibuangnya huruf tertentu
seperti antara lain
a. Bila an dengan harakat fatha pada hamzanya disusun dengan la, maka
penulisannya bersambung dengan menghilangkan huruf nun, tidak ditulis.
b. Min yang disusun dengan man ditulis bersambung dengan
menghilangkan huruf nun sehingga menjadi mimman, bukan min man.
6) Kata yang bisa dibaca dua bunyi
Satu kata yang boleh dibaca dengan dua cara dalam bahasa Arab
penulisannya disesuaikan dengan salah satu bunyinya. Didalam mushaf Usmani
penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif, seperti pada
kalimat maliki yaumiddin yakhdaunallah, ayat-ayat ini boleh dibaca dengan
menetapkan alif (madd) dan boleh dengan suara tanpa alif sehingga bunyinya
pendek.

D. Pendapat Ulama tentang Rasm Al-Qur’an


Mahzab pertama yang mengatakan ke-tauqi’fi rasm, Tauqi’fi diartikan
penulisan Al-Quran ditetapkan oleh Nabi, kelompok ini menganggap rasm
‘Utsmani yang juga mengambil pijakan dari suhuf Abu Bakar hakikatnya adalah
tauqi’fi, sesuai dengan arahan Nabi kepada para juru tulis wahyu. Mereka
mendasarkan argumentasinya pada riwayat Nabi yang pernah memberikan arahan
kepada Mu’awiyah ketika menulis al-Qur’an
Tokoh-tokoh ulama yang banyak dimasukkan dalam deretan pendapat
‘tauqifi’ menurut Salim Muhaisin antara lain adalah: Malik bin Anas
(w.179H/795 M), Yahya al-Naisaburi (w. 226 H/ 840 M), Ahmad bin Hanbal
(w.241H/854 M), Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H/ 1051 M), ‘Ali bin Muhammad al-
Sakhawi (643 H/ 1244 M), Ibrahim bin ‘Umar al-Ja’biri (w. 732 H/1331M) dan
Ahmad bin al-Husain al-Baihaqi (w. 450 H/1065 M).
Jumhur Ulama) berpendapat bahwa pola rasm Usmani bersifat tauqifi
dengan alasan bahwa para penulis wahyu adalah sahat-sahabat yang ditunjuk dan
dipercaya Nabi saw, dan para sahabat tidak mungkin melakukan kesepakatan
(ijma’) dalam hal-hal yang bertentangan dengan kehendak dan restu Nabi.
Bentuk-bentuk inkonsentensi didalam penulisan AL-Qur’an tidak bisa dilihat
hanya berdasarkan standar penulisan baku, tetapi dibalik itu ada rahasia yang
belum dapat terungkapsecra keseluruhan. Pol penulisan tersebut juga
dipertahankan para sahabat dan tabi’in.

5
Mahzab kedua kelompok yang menganggap rasm Utsmani adalah ijtihad.
Rasm Utsmani tidak lebih dari sebuah istilah dari formulasi penulisan al-Qur’an
yang tercetus dari kreasi para sahabat yang dikenal sebagai para penulis wahyu
(kuttab al-wahyi). Beberapa argumentasi yang dikemukakannya antara lain; a.
tidak satupun dari dalil al-Qur’an maupun hadist yang secara eksplisit mengatur
penulisan al-Qur’an dengan metode tertentu, yang ada justeru sebaliknya, al-
Qur’an ‘boleh’ ditulis dengan skrip manapun yang memudahkan. b. kondisi
kebudayaan bangsa Arab awal Islam masih dalam fase-fase peralihan, artinya
budaya tulis-menulis belumlah mencapai puncak kulminasinya. Hal ini terlihat
dari banyaknya para sahabat yang tidak memiliki kecakapan menulis (ummi) dan
hampir mayoritas umat Islam mempelajari al-Qur’an dengan cara menghafalnya
(sima’i). Pandangan Ulama Abdurrahman Ibn Khaldun (w.808 H/1405 M), Abu
Bakar al-Baqillani(w. 403 H/1013 M).
Mahzab ke tiga penulisan Al-Qur’an dengan rasm Imla’I dapat
dibenarkan, tetapi kusus bagi orang awam. Bagi para ulama atau yang memahami
rasm Usmani, tetap wajib mempertahankan keaslian rasm tersebut. Pendapat ini
diperkuat al-Zarqani dengan mengatakan bahwa rasm Imla’I diperlukan untuk
menghindarkan umat dari kesalahan membaca Al-Qur’an, sedang rasm Usmani
diperlukan untuk memelihara keaslihan msuhaf Al-Qur’an. Tampaknya pendapat
yang ketiga ini berupaya mengkompromikan antara dua pendapat terdahulu yang
bertentangan. Di satu pihak mereka ingin melestarikan rasm Usmani, sementara
dipihak yang lain mereka menghendaki dilakukannya penulisan Al-Qur’an dengan
rasm Imla’I untuk memberikan kemudahan bagi kaum muslimin yang
kemungkinan mendapat kesulitan membaca Al-Qur’an dengan rasm Usmani.
Al-Qur’an boleh ditulis dengan skrip tulisan Arab konvensional yang
berkembang, akan tetapi tetap harus ada yang ditulis dalam bentuk rasm Usmani.
Adapun dasar argumentasi kelompok ini bertumpu pada eksistensi rasm Utsmani
yang notabene merupakan warisan khazanah intelektual klasik yang patut untuk
dilestarikan. Pandangan Ulama ‘Izzuddin ibnu ‘Abdissalam (w. 661 H/1266 M)
yang dalam banyak diskursus keilmuan Islam banyak dikenal dengan teorinya
yang lebih mengedepankan kemaslahatan manusia. Pendapat ini kemudian diikuti
oleh ulama sesudahnya, al-Zarkashi (w.794 H/ 1391 M)

E. Kaitan Rasm Al-Qur’an dengan Qiraah Al-Quran


Secara etimologi, kata qirâ`ât (‫ ) القش_اءاث‬adalah bentuk jamak dari kata
qirâ`ah (‫) قشاءة‬. Kata qirâ`ah (‫ ) قشاءة‬sendiri merupakan bentuk masdar dari kata
fi‟il ( ‫ قش__ء يقش__ء قش__اءة قَش__آوا ف قاسئ‬alam bahasa Arab kata ini memiliki arti
mengumpulkan dan menggabungkan (‫ ) الجمع اَلضم‬dan juga berarti qiraat (َ‫) التال ة‬
Adapun al-Dimyati sebagaimana dikutip oleh Dr. Abdul
Hadi al-Fadli, mengemukakan sebagai berikut:
“Qirā’āt adalah: suatu ilmu untuk mengetahui cara pengucapan lafal-lafal
al-Qur’ān baik yang disepakati maupun yang diperdebatkan oleh para ahli qirā’āt,
seperti: hazf (membuang huruf), is|bat (menetapkan huruf), tahrik (memberi
harakat), taskin (memberi tanda sukun), fas}l (memisahkan huruf), was}l

6
(menyambungkan huruf), ibdal (menggantikan huruf atau lafaz tertentu), dan lain-
lain yang diperoleh melalui pendengaran.”
Iman Al Zarkasyii mengemukakan “Qirā’āt adalah : Perbedaan lafal-lafal
al-Qur’ān , baik menyangkut huruf-hurufnya maupun cara pengucapan huruf-
huruf tersebut, seperti takhfif, tasydid dan lain-lain.
Rasm berasal dari kata rasama, yarsamu, rasma, yang berarti menggambar
atau melukis. Kata rasm ini juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang resmi atau
menurut aturan. Rasm berarti tulisan atau penulisan yang yang mempunyai
metode tertentu.
Ilmu rasm Al-Qur’an yaitu ilmu yang mempelajari tentang penulisan
mushat Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan
lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakannya.
Jadi Hubungan antara Qira’at Al Quqran dengan Rasm Al Quran ialah,
ilmu Qira’at merupakan ilmu yang digunakan untuk membantu memahami
pengucapan lafal lafal Al Quran, kemudian Ilmu Rasm lah yang menuliskan
kedalam mushaf sebagai penulisan Al Qur’an yang baik.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu rasm Al-Qur’an yaitu ilmu yang mempelajari tentang penulisan


mushat Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan
lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakannya.
Macam-macam rasm dibagi menjadi tiga :
1) Rasm Qiyasi (‫)الرسم القياسى‬
2) Rasm A’rudi (‫)الرسم العروضي‬
3) Rasm Utsmani (‫)الرسم العثمان‬
Kaidah Rasm Al-Qur’an Utsmani ada enam
1). Kaidah Buang (al-Hadzf).
2). Kaidah Penambahan (al-Ziyadah)
3). Kaidah Hamzah (al-Hamzah)
4). Kaidah Penggantian (al_Badal)
5) Kaidah Sambung dan Pisah (washl dan fashl)
6) Kata yang bisa dibaca dua bunyi
Pendapat ulama mengenai Rasm Utsmani dibagi menjadi tiga kelompok,
kelompok pertama memegang pandangan tauqi’fi, kelompok kedua menganggap
Rasm Utsmani ialah Ijtihad dan kelompok yang ketiga berpandangan bahwa rasm
Imla’I diperlukan untuk menghindarkan kesalahan umat islam dalam membaca Al
Qur’an
Hubungan antara Qira’at Al Quqran dengan Rasm Al Quran ialah, ilmu
Qira’at merupakan ilmu yang digunakan untuk membantu memahami pengucapan
lafal lafal Al Quran, kemudian Ilmu Rasm lah yang menuliskan kedalam mushaf
sebagai penulisan Al Qur’an yang baik

B. Saran
Dengan adanya makalah ini harapan penulis semoga dapat menambah
pengetahuan tentang kajian Rasm Al-Quran. Makalah ini tentunya masih memiliki
banyak kekurangan baik secara kerangka tulisan maupun materi yang
disampaikan, untuk itu kami mohon maaf apabila dalam makalah ini masih
banyak kekurangan referensi. Oleh karena itu kami meminta kritik dan sarn demi
perbaikan makalah ini.

8
9
DAFTAR PUSTAKA

Fitriana, Ali. 2021. Sejarah dan Sumbangsihnya dalam Penulisan Al-Qur’an,


Volume 4, Nomor 1, STKQ Al-Hikam Depok.
Rusandi, Haeruman. 2010. Memaknai kembali Qiraat Al-Quran, STAI Nurul
Hakim, Lombok barat.
Hadi, Sofyan. 2021. PENDAHULUAN MENGGAGAS PROTOTIPE MUSHAF
AL-QUR’AN
http://aljasmine21.blogspot.com/2012/10/ilmu-rasm-quran.html?m=1
STANDAR INDONESIA. Institut PTIQ Jakarta.
Khaeroni, Cahaya. 2017.Uraian Analitis, Kronologis, dan Naratif tentang
Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Metro
Usup, Djamilah. Ilmu Rasm Al-Qur'an.
Al-Quran Rasm Utsmani Bab II
Arifin, Zainal. 2012. Legalisasi Rasm Utsmani dalam penulisan Al-Qur'an.
Journal of Qur’an and Hadith Studies.

10

Anda mungkin juga menyukai