Kontemporer
Muhammad Abduh
Presented by group 11
01 Biografi
Muhammad
Abduh
Muhammad Abduh lahir pada tahun 1849 M atau 1265 H di suatu desa di Mesir Hilir, diperkirakan di
Mahallat Nasr. Ayahnya bernama Abduh Hasan Khairullah yang berasal dari Turki dan ibunya berasal dari
bangsa Arab yang silsilahnya meningkat sampai ke suku bangsa Umar bin Khattab. Pertama kali memperoleh
pendidikan yang diselenggarakan di Masjid. Setelah pandai membaca dan menulis, ayahnya mengirimkannya
pada seorang hafiz untuk belajar Al – Qur’an dan di usia 12 tahun, ia telah mampu menghafal Al – Qur’an
secara keseluruhan. Tahun berikutnya, melanjutkan pendidikan ke Thanta, lembaga pendidikan di Masjid
Manawi, tetapi tidak puas dengan metode pengajarannya, sehingga kembali ke daerah asalnya.
Pada tahun 1866 beliau menikah. Tidak lama menikah ayahnya memaksa beliau untuk kembali ke Thanta .
Namun dalam perjalanan, beliau tidak ke Thanta melainkan ke desa Kani Sahurin tempat tinggal Syekh Darwis
Khadr yang belajar berbagai ilmu di Mesir. Syekh Darwis mendorong Muhammad Abduh untuk selalu
membaca.
Berkat dorongan Syekh Darwis, Muhammad Abduh belajar di Thanta kemudian melanjutkan belajar di Al
– Azhar dan bertemu dengan Jamaludin Al – Afghani pada tahun 1869. Muhammad Abduh bersama gurunya
yaitu Al – Afghani aktif dalam berbagai bidang sosial dan politik yang kemudian menyebabkan ia bertempat
tinggal di Paris dan menguasai bahasa Prancis, menghayati kehidupan masyarakat serta berkomunikasi dengan
pemikir – pemikir Eropa. Muhammad Abduh bersama Jalaludin al – Afghani membentuk organisasi al –
Urwatul al Wutsqo di Paris. Muhammad Abduh diijinkan kembali ke Mesir kemudian diangkat menjadi hakim
pada Pengadilan Tinggi. Selanjutnya beliau diangkat menjadi Mufti Negara hingga wafat pada tahun 1905.
Muhammad Abduh termasuk salah seorang pembaru dan ahli pikir Muslim yang hidup pada pertengahan abad
ke – 19 di Mesir.
02 Karya – Karya
Muhammad Abduh
Karya Muhammad Abduh
Tafsir Juz Amma Tafsir Al - Manar
1 Sebagai pegangan para 2 Tafsir yang bermula pada
guru mengaji di Moroko surah al – Fatihah sampai
pada tahun 1321 H surah An – Nisa ayat 129
Berupa sikap hidup yang dibentuk oleh keluarga dan gurunya, terutama Syekh
Darwisy dan Jamaludin Al – Afghani. Di samping lingkungan sekolah di Thanta dan
Mesir tempat ia menemukan sistem pendidikan pendidikan yang tidak efektif, serta
pandangan keagamaan yang statis dan pikiran – pikiran yang fatalistis
2. Faktor Politik
Ketika menafsiri Q.S Al Baqarah ayat 253, Muhammad Abduh menunjukkan perbedaan
manusia dengan makhluk lainnya yaitu manusia dikaruniai akal. Menurutnya, kekuasaan
Tuhan tidak mulak atau tidak absolut tetapi dibatasi sunnahnya yang mengikuti hikmah
disyariatkannya agama yang semuanya tergantung pada kehendak dan perbuatan manusia
Ketika Muhammad Abduh menafsirkan Q.S. Al –An’am ayat 111, beliau berpendapat bahwa
kehendak dan kekuasaan Allah tidak absolut walaupun tidak menutup kemungkinan terjadinya
sesuatu diluar sunnah, syariat, dan akal manusia atau istilah khariq al – ‘adah, semua terjadi
sesuai kehendaknya
2. Perbuatan Tuhan
Muhammad Abduh berpandangan bahwa semua yang terjadi di alam semesta apakah
baik atau buruk itu berasal dari Allah. Allahlah yang menciptakan hukum alam sebab
musabbab terjadinya segala sesuatu yang ada di alam semesta. Sesungguhnya seluruh perkara
baik dan buruknya disandarkan kepada Allah dan dikatakan semua perkara tersebut dari
sisinya, dengan makna Allah adalah dzat yang menciptakan bahan – bahan dan meletakkan
hukum alam sebab dan disandarkan pada manusia dari sesuatu tersebut setiap perkara terdapat
padanya usaha dan amal ikhtiar manusia mau itu baik atau buruk.
3. Keadilan Tuhan
Keadilan Tuhan menurut Muhammad Abduh berkaitan dengan jaza atau balasan amal
baik/buruk
1. Amal yang mendapatkan balasan adalah amal yang mampu mempengaruhi jiwa yang
tidak bisa dipisahkan oleh maut. Amal tersebut bukan hanya amal perbuatan nyata tetapi
amal jiwa seperti meninggalkan sesuatu karena Allah
2. Konsep nafy al – zulm, berlaku umum kepada orang mukmin dan kafir. Amalannya tidak
akan dikurangi walaupun hanya sebiji dzarrah. Orang kafir yang baik mendapakan
balasan yang berbeda dengan orang kafir yang jelek
3. Dasar dari konsep keadilan Tuhan ini adalah sifat rahman (kasih sayang) Allah
4. Akal dan Wahyu
Muhammad Abduh menjelaskan pentingnya posisi akal dalam mencari petunjuk tentang
adanya Tuhan, kekuasaan dan kebesarannya. Beliau juga menjelaskan bahwa akal tidak akan
mampu sampai pada petunjuk agama dengan sendirinya tanpa petunjuk wahyu dan diutusnya
seorang Rasul. Akal saja tidak akan mampu mendapatkan petunjuk agama tanpa adanya
wahyu dari Tuhan.
5. Free Will, Free Act and Predistination (Kebebasan Kehendak)