Anda di halaman 1dari 19

Teologi Muhammad

Abduh dan Rasyid


Ridha

Kelompok 4:

NURIYATUL ISMA MUFIDAH(200602110052)


DEBY PUTRI ADITIYA (200602110053)
RIFATUL FAUZIAH (200602110054)
MULTAZIMATUL KARIMAH (200602110055)
01
Sejarah Singkat
Muhammad Abduh
dan Rasyid Ridha
Muhammad Abduh
Muhammad Abduh lahir dari seorang ayah Turki bernama Abduh Hassan Hajrullah dan ibu dari
suku Arab, di sebuah desa. Muhammad Abduh mampu menghafal Al-Qur’an pada usia dua belas tahun, ia
memperoleh pendidikan di masjid. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Thanta kepada Syekh Mujahid,
saudara dari ibunya. Kemudian dilanjutkan belajar di Al-Azhar. Selama disana, Muhammad Abduh belajar banyak
hal mulai dari agama sampai hal-hal yang tidak diajarkan seperti filsafat, matematika, teologi bersama Al-
Afghani. Setelah mendapat gelar sarjana, Muhammad Abduh mengajar di Darul Ulum dan di rumahnya sendiri.
Pertemuan dengan Al-Afghani membuat Muhammad Abduh terlibat dalam kegiatan politik, seperti
terlibat dalam pemberontakan Urabi Paha yang menyebabkan ia diasingkan selama tiga tahun. Kemudian pergi ke
Paris untuk menerbitkan majalah Al Urwah Al Wusqa. Al-Afghani dan Muhammad Abduh berpisah karena
perbedaan visi dan strategi perjuangan, Abduh lebih memilih Pendidikan sedangkan Al-Afghani memilih politik.
Akhirnya Abduh ke Beirut dan bertemu dengan Rasyid Ridha. Kembalinya Muhammad Abdu ke Mesir untuk
diangkat menjadi hakim pada pengadilan tinggi dan sebelum meninggal Muhammad Abduh menjadi Mufti
Negara.
Rasyid Ridha
Muhammad Rasyid Ridla ibn Ali Ridla ibn Muhammad Syams al Din al Qalamuny, lahir
27 Jumadil Ula 1282 H. di desa Qalamun, Suriah. Dari keluarga yang berakhir nasabnya pada
Husein ibn Ali, cucu Nabi Muhammad. Pendidikan Rasyid Ridla saat masih kecil belajar tentang
baca Al-Qur’an, menulis dan dasar berhitung di Madrasah tradisional di kampungnya. Kemudian
melanjutkan Pendidikan di sekolah al-Rasyidiyah Tripoli sebuah sekolah calon pegawai, namun
karena tidak betah akhirnya pindah ke al-Madrasah al-Wathaniyah al-Islamiyah dibawah asuhan
Syekh Husein al Jisr. Selama disana, Rasyid ridla belajar bahasa arab, turki dan perancis, tidak
hanya itu tapi Rasyd Ridla belajar ilmu agama dan ilmu modern.
Rasyid Ridla tertarik dengan pemikiran dari Abduh dan al-Afghani melalui majalah al-
Urwah al-Wusqa, yang membuatnya ingin berdiskusi dengan al-Jisr untuk mengadakan pembaruan.
Pada 1898, rasyid Ridha bertemu dengan Abduh untuk membahas pembaruan tersebut hingga
akhirnya terbit majalah mingguan al-Manar, yang tujuannya sama dengan al-Urwah al-Wusqa
namun didalamnya terdapat pembaruannya dalam bidang agama, sosial, ekonomi, dan
memberantas tahayyul, bid’ah yang masuk dalam dunia islam.
Kebersamaan Ridla dengan Abduh membawa hasil yang besar. Rasyid Ridla dapat
mencatat kuliah tafsir yang diberikan Abduh di Al-Azhar yang kemudian disusun dalam bentuk
karangan sistematis dan diterbitkan di majalah al-Manar. Tafsir tersebut saat ini dikenal dengan
Tafsir al-Manar. Rasyid Ridla juga melanjutkan penafsiran Al-Qur’an oleh Abduh setelah wafat
sesuai dengan jiwa dan ide Abduh.
02

Sistem Teologi
Muhammad Abduh
Gagasan teologi Muhammad Abduh ini dapat ditelusuri melalui
pemikirannya tentang falsafah wujud. Falsafah wujud Muhammad Abduh
menerangkan posisi akal dalam pemikiran seseorang sedangkan akal
dalam teologi memiliki posisi yang penting. Wujud ini bagi ke dalam tiga
kategori: pertama, wujud yang pada esensinya mesti ada (ada dengan
sendirinya karena Dialah yang mengadakan), kedua, wujud yang pada
esensinya tidak mesti ada (dengan sendirinya tidak ada), ketiga, wujud
yang pada esensinya mungkin ada (tidak dengan sendirinya ada dan juga
tidak dengan sendirinya tidak ada, karenanya dibutuhkan sebab). Dari
falsafah wujud Muhammad Abduh ini dapat dipahami bahwa wujud
tersusun dari Khaliq dan Makhluk ( ada pencipta dan yang dicipta ).
Kerangka Dasar Falsafah Wujud Muhammad Abduh

• Kekuatan Akal
Dalam sistem teologi Abduh, akal mempunyai peranan yang sangat penting karena untuk
mendapat iman yang bagus dibutuhkan pemikiran yang rasional. Bahkan Muhammad Abduh lebih keras
menyuarakan pentingnya akal. Baginya, perbedaan diantara manusia tidak lagi ditekankan pada ketinggian
taqwa, tetapi pada kekuatan akal. Menurut Muh. Abduh dengan akal dapat mengetahui dua dasar pokok
agama, yaitu kewajiban mengetahui Tuhan dan kewajiban melakukan kebajikan dan menjauhi perbuatan
jahat. Kedua dasar pokok ini menjadi dasar kewajiban manusia

• Wahyu
Menurut Muhammad Abduh wahyu mempunyai dua fungsi pokok yaitu : dengan adanya wahyu
timbul keyakinan bahwa jiwa manusia akan terus ada dan kekal sesudah mati dan manusia memiliki
rasionalitas sifat dasar sebagai makhluk sosial.
Pemikiran Pembaharuan Islam Muhammad Abduh
1. Pembaharuan Bidang Keagamaan
Muhammad Abduh mengatakan untuk memulai pembaharuan, kita perlu kembali kepada
ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya, seperti pada zaman Nabi Muhammad saw dan para sahabat-Nya.
Pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh dalam bidang keagamaan tentang kemunduran umat islam
yang disebabkan oleh umat islam tersendiri yang tidak melaksanakan ajaran islam secara benar. Selain
itu masuknya faham-fahan yang tidak sesuai dengan syariat, seperti bid’ah, khurafat, takhayul, dan
taklid. Dengan demikian, Muhammad Abduh menyerukan agar kembali kepada sumber sejati Islam
yaitu Alquran dan hadis, yang disepakati semua umat Islam.

2. Pembaharuan Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan


Muhammad Abduh ingin memperbaiki metode pendidikan di Mesir, sebab semasa kecilnya Muhammad
Abduh kurang puas dengan cara belajar yang diterapkan oleh gurunya yaitu metode menghafal luar
kepala dan tidak memberi penjelasan sehingga banyak murid yang tidak faham. Namun pada masa
Muhammad Abduh ini ilmu pengetahuan modern sudah mulai berkembang terutama di sekolah-sekolah
pemerintah dan secara garis besarnya perubahan sistem pendidikan dimulai dari sekolah dasar yang
selama ini kurang mendapat perhatian. Muhammad Abduh menginginkan dibukanya sekolah-sekolah
modern, di mana ilmu-ilmu pengetahuan modern diajarkan di samping pengetahuan agama.
3. Pembaharuan Bidang Politik dan Sosial Kemasyarakatan

Muhammad Abduh berpendirian bahwa pemerintahan itu tidak berdasarkan agama, akan
tetapi pemerintahan harus memiliki tugas keagamaan untuk memelihara nilai-nilai dan prinsip-prinsip
Islam pada umumnya. Dalam memilih pemimpin kepemerintahan negara yang memiliki hak atas itu
adalah rakyat. Rakyat adalah pemilik kekuasaan yang sesungguhnya dan rakyat berhak mengangkat
dan menurunkan kepala negara dari tahta.

Muhammad Abduh menegaskan bahwa dalam Islam ada persamaan gender. Laki-laki dan
wanita punya hak dan kewajiban yang sama. Dalam kehidupan sosial, antara laki-laki dan wanita
memiliki peran yang sama. Perbedaannya hanyalah dalam peran kodrati seperti menyusui, melahirkan
dan menstruasi bagi wanita dan membuahi bagi laki-laki. Akan tetapi, di beberapa kehidupan sosial,
laki-laki dan wanita kerap kali menjalankan tugas yang berbeda. Perbedaan tersebut terkait dengan
hal-hal yang bersifat fisik seperti bekerja.
03

Sistem Teologi
Rasyid Ridha
Ada empat konsep pemikiran menurut Rasyid Ridha di
antaranya yaitu:

1. Akal dan Wahyu


2. Sifat Tuhan
3. Perbuatan Manusia
4. Konsep Iman
1. Akal dan Wahyu
Menurut Rasyid Ridha urusan ketuhanan dan keyakinan mengikuti petunjuk dari wahyu. Meski demikian, akal
juga berperan untuk memberikan penjelasan dan argumentasi kepada mereka yang masih ragu-ragu.

2. Sifat Tuhan
Dalam menilai sifat Tuhan terjadi perbedaan yang signifikan di antara para ahli teologi, terutama aliran
mu’tazilah dan asy’ariyah. Namun di sini Rasyid Ridha berpandangan sebagaimana pandangan kaum Salaf,
yaitu menerima adanya sifat Tuhan seperti dalam nash, tanpa memberikan tafsiran maupun takwil.
3. Perbuatan Manusia
Pembahasan mengenai perbuatan manusia dalam teologi bertolak pada dua pertanyaan, yaitu apakah manusia
bebas untuk melakukan sesuatu (freewill) ataukah perbuatan manusia hanya diciptakan oleh Tuhan
(Predistination). Rasyid Ridha berpandangan bahwa perbuatan manusia sudah terpola oleh suatu hukum yang
diciptakan oleh Tuhan dan tidak mengalami perubahan.
Konsep Iman
Rasyid Ridha berpandangan bahwa kemunduran umat Islam disebabkan oleh keyakinan dan amal perbuatan
yang telah menyimpang dari ajaran Islam. Menurut beliau terkait keimanan harus didasarkan pada pembenaran
hati (tasdiq) bukan pembenaran rasional.

4. Konsep Iman
Rasyid Ridha berpandangan bahwa kemunduran umat Islam disebabkan oleh keyakinan dan amal perbuatan
yang telah menyimpang dari ajaran Islam. Menurut beliau terkait keimanan harus didasarkan pada pembenaran
hati (tasdiq) bukan pembenaran rasional.
Muhammad Rasyid Ridha merupakan tokoh yang sangat menghargai akal
manusia. Menurutnya akal memiliki kedudukan yang tinggi. Namun perlu
digarisbawahi bahwasannya akal menurutnya dapat dipergunakan terhadap kehidupan
kemasyarakatan bukan terhadap peribadatan. Beliau mengungkapkan tidak perlu
adanya ijtihad terhadap ibadat, demikian juga untuk ayat Al-Qur’an dan hadits yang
sudah tegas artinya. Sedangkan untuk ayat-ayat dan hadits dengan arti yang tidak
tegas, akal baru dapat dipergunakan
.
Meskipun Rasyid Ridha menghargai kekuatan akal manusia, namun
beliau juga mengakui akan kelemahan dan keterbatasannya. Hal ini tampak dalam
persoalan wahyu, Rasyid Ridha membatasi bahwasannya manusia tidak diberi
kebebasan untuk mentakwilkan atau menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Beliau juga
tidak sependapat apabila ada kebebasan berijtihad melalui penggunaan qiyas seperti
yang dilakukan oleh imam Maliki. Menurut beliau yang dapat diijtihadi adalah sesuatu
yang tidak ada nashnya dan ijma ulama.
Pemikiran Pembaharuan Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

Di bidang keagamaan
Rasyid Ridha menganjurkan agar toleransi bermadzab untuk dihidupkan. Dalam hal-hal
dasar perlu dipertahankan kesamaan faham bagi umat Islam, sedangkan untuk perinciannya diberikan
kemerdekaan bagi tiap individu masing-masing. Kemajuan Islam bergantung pada umat Islam itu
sendiri. Maka dari itu umat Islam harus aktif, dinamika dan aktif ini terkandung dalam makna jihad
untuk mencapai tujuan.
Di bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan
• Muhammad Rasyid Ridha menganjurkan untuk menerima peradaban dari barat yang sudah maju.
• Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak berlawanan dengan Islam, justru umat Islam diharuskan
untuk memperlajari ilmu pengetahuan dan teknologi jika ingin maju.
• Rasyid Ridha berhasil mendirikan madrasah di Kairo dengan nama Al Dakwah wa Al Irsyad. Para
alumni madrasah ini akan disebarkan ke seluruh dunia untuk mengembalikan ajaran Al-Qur’an
dan Hadits.
• Rasyid Ridha juga memasukkan ilmu-ilmu umum ke dalam lembaga pendidikan milik umat
Islam.

Di bidang politik dan sosial kemasyarakatan

Muhammad Rasyid Ridha menganjurkan untuk mengambil bentuk negara kekhalifahan. Menurut beliau
bentuk pemerintahan seperti ini dapat mengantarkan menuju persatuan umat.
04
Perbandingan
Pemikiran
Muhammad Abduh
dengan
Muhammad Rasyid
Ridha
Pemikiran Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha hampir tidak ada perbedaan. Kedua tokoh
ternama tersebut memiliki hubungan yang sangat erat, baik dalam hal keilmuan maupun
lingkungannya. Muhammad Abduh sebagai guru dan Rasyid Ridha sebagai muridnya.
Perbedaan pemikiran antara Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha ditemukan hanya sedikit,
seperti Muhammad Abduh tidak percaya adanya mazhab melihat beliau sebagai seorang
mujaddid yang lebih liberal. Sedangkan Rasyid Ridha menganut mazhab Imam Ahmad bin
Hambali, beliau menganjurkan adanya toleransi dalam bermazhab.

Rasyid Ridha sebagai murid Abduh sangat menghargai adanya akal manusia.
Penghargaanyya terhadap akal manusia lebih tinggi dibandingkan dengan Abduh.
Penghargaan ini membuat ijtihad mengenai ibadah tidak dibutuhkan lagi, misalnya adanya
ayat-ayat al-Qur’an dan hadits yang mengandung arti tidak jelas. Disinilah akal dapat
digunakan. Penggunaan akal juga terbatas untuk masalah social kemasyarakatan atau
mu’amalah saja, tidak untuk ibadah. Rasyid Ridha juga menyetujui konsep ukhwah islamiyah
yang dipadukan dengan konsep khilafah. Rasyid Ridha berpendapat bahwa perlu adanya
mitra lain yang dapat direkrut dari para ulama dan tokoh masyarakat untuk mengawasi
terjadinya penyelewengan khalifah.
Muhammad Abduh lebih tertarik mengembangkan dunia pendidikan,
sedangkan Rasyid Ridha lebih tertarik di bidang politik. Bahkan setelah Abduh wafat,
Rasyid Ridha masih cenderung ke politik dibadingkan pendidikan. Selain itu, dalam
faham teologi, pemikiran Abduh lebih liberal dibandingkan dengan pemikiran Rasyid
Ridha. Seperti halnya tuhan memiliki wajah, tangan, kursi, dan lain-lain. Menurut
Abduh yang dimaksud dengan kursi ialah tuhan memiliki pengetahuan dan
kekuasaannya. Sedangkan menurut Rasyid Ridha kursi tuhan memiliki arti tahta,
dan tahta tuhan tidak sama dengan tahta manusia. Dengan demikian, dapat dilihan
penafsiran Abduh secara filosofis sedangkan penafsiran Rasyid Ridha secara fisik.

Perbedaan lainnya dapat dilihat dari pengalaman. Muhammad Abduh


lebih memiliki banyak pengalaman dibandingkan dengan Rasyid Ridha.. Muhammad
Abduh pernah tinggal di Paris dan pandai berbahasa Eropa. Abduh lebih banyak
belajar mengenai peradaban barat karena menggunakan kontak langsung dan
banyak memperoleh pengetahuan yang didapatkan dari membaca buku-buku barat.
Sedangkan Rasyid Ridha hanya mengunjungi Jenewa dan tidak menggunakan
kontak langsung dengan peradaban barat. Rasyid Ridha ingin memadukan konsep
pendidikan dengan konsep politik karena pengalamannya sewaktu muda yang
didapat dari membaca pembaruan Jamaludin al-Afghani guru Muhammad Abduh,
seperti konsep ukhwah islamiyah dan konsep khilafah.

Anda mungkin juga menyukai