Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Telp (0271)717417, 719483 Fax.
(0271)715448 Surakarta 57102
1. Makna tajdid serta penjelasan Tajdid , Yujaddidu atau Tajdîd berasal dari kata
jaddada dan jadîd (baru). Makna Tajdîd memberikan gambaran tentang suatu siklus,
yaitu keberadaan sesuatu, kemudian hancur atau hilang, kemudian dihidupkan
kembali. Sehingga Tajdid adalah suatu upaya atau gerakan pembaruan yang
memperjuangkan kembalinya ajaran Islam yang murni.Keberadaan Mujaddid dalam
setiap abad bisa saja lebih dari satu orang. Hal ini diterangkan dalam kitab Aunul
Ma’buud, Syarah Sunan Abu Dawud. Di antara contoh para Mujaddid adalah Umar
bin Abdul Aziz, Imam asy-Syafi’i, dst.
Dalam rangka pemurnian akidah dan ibadah, para Mujaddid akan mengajak
umat untuk kembali merujuk sumber utama ilmu dalam Islam, yaitu Qur’an dan
Hadits. Setiap pendapat ulama harus diuji kembali dengan dua sumber utama ilmu
tersebut.Karena itulah Gerakan Tajdid (pembaharu) kerap menyerukan untuk
menjauhi taqlid buta (sekadar ikut-ikutan), kecuali jika dalam keadaan mendesak,
yaitu tatkala seorang tidak mampu mengetahui dan mengenal dalil dengan
pasti.Semangat menjauhi taqlid buta ini membuat kalangan pembaharu cenderung
melakukan praktik fikih lintas mazhab, seperti contohnya Salafi, Ikhwanul Muslimin,
Hizbut Tahrir, dan Muhammadiyah.
Tajdid tidak dilakukan untuk kegenitan intelektual, akrobat pemikiran atau sensasi
pemberitaan. Tetapi untuk panduan, pencerahan, dan jalan keluar berbagai persoalan
nyata yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, tajdid Muhammadiyah harus dilihat
sebagai keseluruhan proses yang terkait dengan bidang pemikiran, keagamaan dan
muamalah duniawiyah. Tajdid dapat berupa kontekstualisasi pemikiran dalam bidang
yang baru, bukan selalu pemikiran yang sama sekali baru. Etos pembaruan meliputi
lima prinsip. Pertama, prinsip tauhid yang murni. Prinsip ini melahirkan sikap terbuka
dan jiwa merdeka. Tauhid menumbuhkan egalitarianisme kemanusiaan yang
membangkitkan spirit level. Setiap manusia bisa meraih level tertinggi dengan
kualitas ilmu dan iman.
Kedua, prinsip bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah tuntunan yang lengkap,
sempurna dan relevan di setiap waktu dan tempat.
Ketiga, prinsip tanggung jawab. Bahwa sebagai hamba Allah, manusia bertanggung
jawab untuk menyebarluaskan ajaran Islam dan menciptakan kemakmuran di muka
bumi. Tajdid adalah usaha kreatif manusia dalam memecahkan masalah dengan
menggunakan kekuatan ilmu dan akalnya berdasarkan wahyu.
Keempat, prinsip relativitas. Metode dan hasil ijtihad merupakan buah pemikiran
manusia yang kebenarannya bersifat relatif dan subyektif karena kualitas ilmu,
perbedaan konteks dan kecenderungan personal para mujtahid. Peradaban akan
berkembang manakala manusia tidak mensakralkan dan memutlakkan kebenaran
pendapatnya.
Karena semua pembaruan yang diajarkan Kyai Dahlan ini agak menyimpang dari
tradisi yang ada saat itu, maka segala gerak dan langkah yang dilakukannya
dipandang aneh. Segala tindak perbuatan, langkah dan usaha yang ditempuh Kiai ini
dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Islam itu adalah Agama kemajuan. Dapat
mengangkat derajat umat dan bangsa ke taraf yang lebih tinggi. Usahanya ini ternyata
membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Banyak golongan intelektual dan pemuda yang tertarik dengan metoda yang
dipraktekkan Kiai Dahlan ini sehingga mereka banyak yang menjadi anggota
Muhammadiyah.
Dalam perkembangannya, Muhammadiyah kemudian menjadi salah satu organisasi
massa Islam terbesar di Indonesia.
4. Sejarah Berdirinya Muhammadiyah
Pada tahun 1911 Ahmad Dahlan mendirikan sekolah rakyat, yang diberi nama “
Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah “ yang menggabungkan dua sistem
pendidikan yaitu sistem pesantrendan sistem pendidikan barat. Jumlah murid pertama
di Madrasah Diniyah Ibtidaiyah Islamiyah hanya 9 orang, itupun dari keluarga
sendiri. Dalam tempo setengah tahun jumlah murid menjadi 20 orang, memasuki
bulan ke7 sekolah tersebut memperoleh bantuan guru bernama Kalil dari Budi Utomo.
Sebelum Muhammadiyah resmi dideklarasikan ada 5 langkah yang telah diambil oleh
Ahmad Dahlan sebagai proses awal untuk mendirikan Muhammadiyah : Berdiskusi
dengan guru-guru Kwekschool Berdiskusi dengan orang-orang dekat untuk mencari
nama yang tepat bagi organisasi yang akan didirikan Mengajukan permohonan kepada
Hoofdbestuur Budi Oetomo agar mengusulkan kepada pemerintah Hindia Belanda
untuk berdirinya Muhammadiyah. Mengadakan rapat-rapat persiapan peresmian
berdirinya Muhammadiyah. Memproklamirkan berdirinya Muhammadiyah
Maksud dan tujuan rumusan yang kedua ini direvisi untuk menyesuaikan dengan
kondisi riil Muhammadiyah : Memajukan dan menggembirakan pengajaran agama
Islam di Hindia Belanda Memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan
agama Islam kepada sekutu-sekutunya
Pada tahun 1985 Muhammadiyah harus merubah maksud dan tujuan serta asasnya
karena kehadiran UU NO 8 Tahun rumusan tersebut adalah menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama , adil dan
makmur yang di Ridhai Allah SWT. Hasil rumusanke tujuh yaitu “ Muhammadiyah
adalah gerakan Islam, dakwah amal makruf nahi munkar berasaskan Islam yang
bersumber pada Al- Quran dan As-Sunnah “
5. Kepribadian Muhammadiyah