Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM GEOHIDROLOGI

ACARA III
GEOLISTRIK

Dosen Pengampu:
Drs. Yuli Priyana, M.Si

Asisten :
Aditya Saifuddin
Ambar Wati
Fitria Hermawati
Khusna Furoida
Muhamad Abdul Latif
Ulfa Della Nova Tilova
Vania Ayurina S P
Viki Febrianto
Yesi Pratiwi
Disusun oleh :
Mella Rosana
E100180270/C
Kamis /8.40-10.20

LABORATORIUM SUMBERDAYA AIR


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
ACARA III
GEOLISTRIK

I. TUJUAN
1. Mengetahui batuan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan yang berada di
bawah permukaan tanah.
2. Memperkirakan keberadaan akuifer

II. ALAT DAN BAHAN


1. Seperangkat Resistivity meter terdiri dari:
a. Unit pemancar dan penerima ( Main Unit)
b. Kabel elektroda arus
c. Elektroda arus
d. Accu
2. Roll Meter
3. Palu Geologi
4. Tabel Pengukuran Schumbleger
5. Software IP2WIN

III. LANDASAN TEORI


Pengertian Metoda Geolistrik

Metoda geolistrik adalah salat satu metoda yang


mempelajari sifat-sifat aliran listrik di dalam bumi dan
bagaimana cara mendeteksinya dari permukaan bumi. Besaran
fisis yang dicari adalah tahanan jenis batuan akibat adanya
medan potensial dan arus yang diinjeksikan ke bawah
permukaan bumi. Pada dasarnya metode ini didekati
menggunakan konsep perambatan arus listrik di dalam medium
yang homogen isotropis, dimana arus listrik bergerak ke segala
arah dengan nilai sama besar. Sehingga jika terjadi
penyimpangan dari kondisi ideal (homogen isotropis), maka
penyimpangan ini (anomali) yang justru yang diamati. Nilai
tahanan jenis batuan berhubungan dengan sifat fisisnya antara
lain derajat saturasi air, porositas, permeabilitas dan formasi
batuan.
Prinsip kerja dari Metoda Geolistrik ini adalah arus listrik
diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektoda arus.
Beda potensial yang terjadi diukur melalui dua buah elektroda
potensial, dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk
setiap jarak elektroda tertentu, dapat ditentukan variasi harga
tahanan jenis masing-masing lapisan di bawah titik ukur.
Umumnya, metode ini hanya baik untuk ekplorasi dangkal
dengan kedalaman maksimuk sekitar 200 meter. Jika kedalaman
lapisan lebih dari harga tersebut, maka informasi yang diperoleh
kurang akurat, hal ini disebabkan dengan bentangan yang besar
dengan maksud mendapatkan penetrasi kedalaman di atas
200 m, maka arus yang mengalir akan semakin lemah dan tidak
stabil akibat perubahan bentangan yang semakin besar. Karena itu,
metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi dalam, sebagai
contoh untuk eksplorasi minyak. Metode Geolistrik ini banyak
digunakan di dalam pencarian air tanah, memonitor pencemaran air
dan tanah, eksplorasi geotermal, aplikasi geoteknik, pencarian
bahan tambang, dan untuk penyelidikan dibidang arkeologi, jadi
prinsipnya untuk eksplorasi yang tidak terlalu dalam.

Perumusan Dasar Metoda Geolistrik


Dalam menginterpretasikan pengukuran pada metoda geolistrik
bumi dianggap homogen isotropis, yaitu setiap lapisan memiliki
resistivitas yang sama. Prinsip dasarnya dari metoda geolistrik
adalah mengukur respon berupa potensial pada suatu elektroda
potensial akibat arus listrik yang diinjeksikan ke dalam bumi
melalui elektroda arus, oleh karena itu perumusan teoritis metoda
geolistrik didasarkan pada prinsip perhitungan potensial listrik
pada suatu medium tertentu akibat suatu sumber arus listrik di
permukaan bumi. Jika arus (I) diinjeksikan ke dalam bumi yang
homogen dan isotropis melalui sebuah elektroda tunggal, maka
arus listrik tersebut akan menyebar ke segala arah dalam
permukaan-permukaan ekuipotensial pada bumi berupa
permukaan setengah bola seperti yang diilustrasikan dalam
Gambar 1 (Telford, 1990).

Arus listrik

a. Tampak atas

b. Tampak penampang
Harga resistivitas listrik suatu formasi bawah permukaan dapat ditentukan
menurut persamaan (Mudiarto, dkk., 2013):
V(r)=Iρ/(4πr)

Karena permukaan yang dialiri arus adalah permukaan setengah bola yang
mempunyai luas

, maka

atau

Apabila dipasang empat buah elektroda seperti gambar 2, dan


jarak antara dua elektroda arus tidak terlalu besar, potensial
disetiap titik dekat permukaan akan dipengaruhi oleh kedua
elektroda arus tersebut, sehingga equipotensial yang dihasilkan
dari kedua titik sumber ini bersifat lebih kompleks dibandingkan
sumber arus tunggal, akan tetapi pada daerah dekat sumber arus
mendekati bola. bila dibuat penampang melalui sumber A dan B,
maka terlihat pola distribusi bidang equipotensial seperti pada
gambar 3

Gambar 2. Skema Elekektroda Arus dan Elektroda


Potensial (Telford dkk., 1990, Reynolds, 1997)
Bila digambarkan garis-garis ekuipotensialnya akan didapatkan
tampak atas seperti gambar 3. Apabila digambarkan dalam bentuk
penampang akan didapatkan seperti gambar 4. Perubahan potensial
sangat drastis pada daerah dekat sumber arus, sedangkan pada
daerah antara A dan B gradien potensial kecil dan mendekati linier.
Dari alasan ini, pengukuran potensial paling baik dilakukan pada
daerah diantara A dan B yang mempunyai gradien potensial linier.
Untuk menentukan perbedaan potensial antara dua titik yang
ditimbulkan oleh sumber arus listrik A dan B, maka dua elektroda
potensial misalnya M dan N ditempatkan di dekat sumber seperti
pada gambar 3.
Gambar 3. Garis-Garis Equipotensial Dilihat dari Atas (Telford
dkk., 1990)

Dengan prinsip bidang ekuipotensial, akan didapatkan


bahwa pengukuran potensial di permukaan tanah akan
menghasilkan nilai yang sama dengan beda potensial di dalam
tanah pada radius yang sama untuk pengukuran beda potensial
antara titik M dan N dari sumber arus A dan B di permukaan
seperti gambar 4. (Telford, 1990, Mudiarto, dkk., 2013) akan
didapatkan:

Gambar 4. Elektroda Arus dan Elektroda


Potensial, Serta Garis-Garis
Ekuipotensial

Maka selisih beda potensial antara titik M dan N adalah :


Maka didapat persamaan untuk menentukan resistivitas yaitu :

Gambar 5. Elektroda Arus dan Elektroda Potensial pada


Konfigurasi Wenner

Jadi dengan melakukan pengukuran beda potensial, kuat arus


dan jarak antar elektroda akan didapatkan resistivitas
(resistivitas semu) pada titik pengukuran tersebut.
IV. METODE DAN LANGKAH KERJA
a. Metode Sclumberger

Pengukuran ini dilakukan dengan cara yang sama dengan Wenner, namun
jarak elektroda arus dapat diubah tidak sama dengan jarak elektroda
potensial. Nilai eksentrisitas dari konfigurasi ini dapat berkisar antara 1/3
atau 1/5. Apabila elektroda arus yang dipindah sudah melewati batas
eksentrisitas, perlu dilakukan shifting pada elektroda potensial agar nilai
yang didapatkan masih bisa terbaca.

konfigurasi schlumberger biasanya digunakan untuk sounding, yaitu


pengambilan data yang difokuskan secara vertikal. Kelebihan dari
konfigurasi ini adalah dapat mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan
batuan pada permukaan dengan cara membandingkan nilai resistivitas
semu ketika shifting. Sedangkan kelemahannya adalah pembacaan pada
elektroda MN kecil ketika AB berada sangat jauh, hampir melewati batas
eksentrisitasnya.

Dirumuskan sebagai berikut


𝐴𝐵² − 𝑀𝑁²
𝐾=
4𝑀𝑁

Di Lapangan
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyesuaikan panjang kabel potensial dan arus yang dikaitkan dengan
tembaga sesuai dengan jarak.
3. Menghubungkan kabel potensial dan kabel arus pada alat
4. Menghubungkan pada tabel daya (Accu) untuk menghasilkan daya listrik
5. Menekan tombol power, sampai jarum bergerak ke warna merah yang
menandakan bahwa alat sudah bisa digunakan
6. Mengatur tombol Coarse dan Fine untuk mengukur Antorange (V) yang
harus dimulai dari angka nol, untuk mengetahui pergerakan aliran listrik
yang ditandai dengan kenaikan angka
7. Tekan Start sampai stabil kemudian menekan tombol hold

Olah Data Pada Aplikasi IP2WIN


1. Membuka aplikasi IP2WIN

2. Klik kanan file pada Toolbar > pilih New VES Point

3. Muncul Kolom tabel untuk memasukkan Schlumber Data Sheet dari hasil
perhitungan dan pengukuran di lapangan mengunakan Seperangkat
Resistivity meter.
4. Memasukkan data kedalam tabel,lalu akan muncul titik titik pada samping
kanan tabel. Setelah selesai klik tombol Ok

5. Setelah selesai lalu simpan tabel dalam format TXT > klik save TXT pada
bawah tabel > Ok
6. jika sudah tersimpan klik Exit pada Toolbar

7. Membuka kembali IP2WIN lalu Add File dengan klik kanan pada Toolbar
File > klik Add File

8. Memilih file yang akan digunakan untuk mengetahui grafik


9. Grafik akan muncul pada layar beserta tabel Error

10. Jika presentase error di atas 10 %, menunjukkan tingkat kesalahan data


dan perlu dikoreksi. Dengan Toolbar Point > Inversion
11. Grafik akan berubah pada bagian garis biru intuk menkoreksi kesalahan
dan memperkecil presentase kesalahan.

12. Tabel Error akan berubah nilainya seiring dengan kecilnya presentase
kesalahan.
13. Akan muncul grafik Resistivity
V. HASIL PRAKTIKUM

1. Tabel Schlumberger Data Sheet


SCHLUMBERGER DATA SHEET
CLIENT Kamis 3-4 DATE Minggu, 7-11-2019
PROVINCE Jawa Tengah INSTRUMENT
LOCATION Ds.karangturi X Y
Kec. COORDINATE 486005 9169749
gondangrejo
Karanganyar Altitude 106
Operator Ganang
LINE NO

AB/2 MN/2 K I V Rho.App


2 0.5 24,74 321 271,3 20,925
5 0.5 156,69 174 11,2 10,086
5 1 77,754 204 22,9 8,7283
10 1 313,37 251 7,6 9,4886
15 1 706,07 290 4,3 10,469
20 1 1256 315 3,1 12,359
20 2.5 500,69 323 8 12,401
25 2.5 783,43 358 7 15,319
30 2.5 1129 363 4,6 14,307
30 5 561,56 362 9,5 14,737
35 5 765,76 404 8,3 15,732
40 5 1001 336 5,7 16,988
2. Grafik

3. Tabel Error

4. Nilai distribusi Nilai Resistivitas


5. Tabel Resistivitas Spesifik Batuan (Suyono, 1978)

Material Resistivitas (Ωm)

Air Pemasukan 80 – 200


Airtanah 30 – 100
Silt – Lempung 10 – 200
Pasir 100 – 600
Pasir dan kerikil 100 – 1000
Batu Lumpur 20 – 200
Batu pasir 50 – 500
Konglomerat 100 – 500
Tufa 20 – 200
Kelompok Andesit 100 – 2000
Kelompok Granit 1000 – 10000
Kelompok Chert, Slate 200 – 2000
VI. ANALISIS

Praktikum geohidrologi acara 3 membahas tentang geolistrik


menggunakan metode Schlumberger Data Sheet menggunakan alat berupa
Seperangkat Resistivity meter terdiri dari: Unit pemancar dan penerima (
Main Unit) ,Kabel elektroda arus,Elektroda arus,Accu. Setelah dilakukan
pengukuran menggunakan alat tersebut, didapatkan hasil yang kemudian
dimasukkan ke dalam tabel Schlumberger agar dapat denggan mudah diinput
ke dalam aplikasi IP2WIN.
Hasil dari input aplikasi IP2WIN didapatkan grafik yang didalamnya
terdapat 3 garis garis berwarna hitam, merah dan biru. Grafik warna hitam
dan merah memberikan informasi tentang hubungan nilai AB/2 dan apparent
resistivity, grafik warna biru memberikan informasi tentang variasi dari nilai
resistivitas yang ada (banyaknya lapisan yang memiliki nilai resistivitas
berbeda). Jika garis merah dan hitam tidak tidak sama, maka akan muncul
error pada bagian atas tabel. Besar kecilnya presentasi error terlihat dari
gambar grafik yang melenceng. Semakin kecil presentasi error, semakin baik
karena tingkat keerrorannya semakin sedikit. Presentase Error yang ideal
kurang lebih di bawah 10 %. Hasil presentase yang diperoleh sebesar 5,08%
artinya tingkat error sudah berkurang.
Dapat dilihat bahwa adanya perpotongan antar warna yang
mengindikasikan bahwa pada kedalaman tersebut terdapat perubahan lapisan .
kemungkinan pada lapisan yang paling atas yaitu yang terletak pada H=1,38
dan 4,09m dapat di indikasikan bahwa terdapat singkapan batuan lempung
yang telah terkontaminasi oleh air sehingga memiliki nilai resitivitas yang
cukup rendah. Sedangkan pada lapisan selanjutnya yang berwarna merah.
dapat di indikasikan bahwa terdapat singkapan batuan yang cukup kompak
dan memiliki porositas yang cukup kecil sehingga tidak dapat meloloskan
fluida. Sedangkan untuk nilai errornya dapat diatur yaitu dapat ditarik garis
merah dan dibiru. Semakin berdekatnya garis hitam dan biru maka error yang
dihasilkan semakin kecil.
VII. KESIMPULAN
1. Praktikum geohidrologi acara 3 membahas tentang geolistrik
menggunakan metode Schlumberger .Dengan menggunakan Aplikasi
IP2WIN.
2. Hasil dari input aplikasi IP2WIN didapatkan grafik, Tabel Error dan
grafik distribusi Nilai Resistivitas. Hasil presentase yang diperoleh
sebesar 5,08% artinya tingkat error sudah berkurang.
3. Pada lapisan yang paling atas dapat di indikasikan bahwa terdapat
singkapan batuan lempung yang telah terkontaminasi oleh air sehingga
memiliki nilai resitivitas yang cukup rendah. Sedangkan pada lapisan
selanjutnya yang berwarna merah. dapat di indikasikan bahwa terdapat
singkapan batuan yang cukup kompak dan memiliki porositas yang
cukup kecil sehingga tidak dapat meloloskan fluida.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim(2018). Fungsi Geolistrik dalam menentukan sumber air tanah. https://


www.kompasiana.com/try2bereal/5b810060bde575403844b1a2/fungsi-
geolistrik-dalam-menetukan-sumber-air-tanah. Diakses pada tanggal 22
november 2019 pukul 0.17

Pujomiarto,Dwi Wahyu ( 2016). aplikasi metode geolistrik resistivitas konfigurasi


schlumbergeruntuk mengidentifikasilapisan akuifer. http://jurnal- online.
um.ac.id/data/artikel/artikel8ED9A9DCC987885AB18BCA700996053E.
Pdf. Diakses pada tanggal 22 november 2019 pukul 0.27 wib

Anda mungkin juga menyukai