MAKALAH
PEMIKIRAN-PEMIKIRAN
DI DUNIA ISLAM
DI SUSUN OLEH :
.
.
KEMENAG KAMPAR
MAN 1 KAMPAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pembaharuan dalam bahasa Indonesia seringkali disebut dengan
"Modernisasi atau modernism". Pembaharuan sendiri bermakna menyesuaikan
dan mengubah aliran, pikiran, gerakan paham, adat istiadat, institusi lama dan lain
sebagainya dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.
Kontak dengan dunia barat selanjutnya membawa ide ide baru kedunia
islam seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi, dan sebagainya.
Semua ini menimbulkan persoalan persoalan baru, dan pemimpin pemimpin
islam mulai memikirkan cara mengatasi persolan persoalan baru tersebut.
Sebagai hal di barat, di dunia islam juga timbul pikiran dan gerakan untuk
menyesuaikan faham faham keagamaan islam dengan perkembangan baru yang
ditimbulkan kemajuan ilmu-pengetahuan dan teknologi modern. Dengan jalan
demikian pemimpin-pemimpin islam modern mengharap akan dapat melepaskan
umat islam dari suasana kemunduran untuk selanjutnya dibawa kepada kemajuan.
1
Nasution, H. 1991. Pembaharuan dalam islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta : Bulan
Bintang.
Secara garis besarnya sejarah Islam dapat di bagi kedalam tiga periode besar
yaitu periode klasik, periode pertengahan dan modern. Pemikiran dan usaha
pembaharuan Islam sebelum periode modern terjadi pada periode pertengahan.
B. Pembahasan Masalah.
1. Muhammad bin Abdul Wahab.
2. Jamaluddin Al Afghani.
BAB II
PEMBAHASAN
Saat menginjak usia 10 tahun, Muhammad bin Abdul Wahhab telah mampu
menghafal Alquran, selain itu beliau juga mempelajari ilmu fiqih sampai
mendalam kepada ayah dan paman beliau sampai beliau menjadi sangat matang
dan menguasainya. Kedua orang tua beliau sangat mengagumi kekuatan
hafalannya. Beliau adalah salah seorang yang gemar menuntut ilmu.
Membaca kitab-kitab tafsir, hadis dan ushul adalah salah satu kebiasaan
yang beliau lakukan baik disiang maupun malam hari. Tidak berhenti sampai
2
Asmuni, MY. 1996. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. h : 58.
3
Ruray. Salafi Antara Tuduhan dan Kenyataan,. h : 29.
disitu, beliau juga mampu menghafal berbagai macam matan (semacam rumusan)
ilmiah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu matan yang beliau hafal dalam
bahasa Arab adalah Matan Alfiyyah Ibni Malik. Saat belajar dengan ayah dan
pamannya, beliau telah membaca kitab-kitab besar dalam mazhab Hambali seperti
Asy-Syarhul Kabir, Al-Mughni dan Al-Inshof. Pada masa itu pula beliau banyak
membaca kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya al-Allahmah
Ibnu Qoyyim rahimahumallah.4
4
Ibid., 30.
5
Muhammad bin Jamil Zainu. 2014. Jalan Golongan yang Selamat (terj. Ainul Haris Umar
Arifin). Jakarta : Darul Haq. h : 63.
sudah banyak tercampuri dengan paham ajaran-ajaran tarekat yang mulai tersebar
di dunia Islam sejak abad ke-13.
6
Al-Utsaimin, Ulasan Tuntas tentang 3 Prinsip Pokok, 13.
Ketiga, as-Sunnah (menghidupkan sunnah dan memberantas bid‟ah). Selain
gencar dalam memerangi kemusyrikan, Muhammad bin Abdul Wahhab juga giat
dalam memberantas amalan-amalan bid‟ah. Karena menurut pandangan beliau,
bid‟ah dapat mengantarkan pelakunya pada kekufuran, misalnya seperti
mengibadahi kuburan, meminta pertolongan (istighatsah) kepada arwah orang
soleh, jin, malaikat, percaya kepada ramalan-ramalan, dukun dan tukang sihir.
Sedangkan dalam amalan sunnah terlihat dari sikap Muhammad bin Abdul
Wahhab seperti memakai gamis putih, memakai penutup kepala, memakai celana
yang panjangnya di atas mata kaki, memanjangkan jenggot, dan lain sebagainya.
B. Jamaluddin Al Afghani.
1. Biografi Jamaluddin Al Afghani.
7
Lewis, Bernard. 1965. The Encyclopaedie of Islam, Vol. III, Nev Edition. E.J Brill London.
8
Ibid.
Masa kecil Jamaluddin Al-Afghani tinggal di Kabul. Dia mempelajari ilmu
aqli dan naqli, juga mahir dalam bidang matematika. Al-Afghani sudah diajarkan
mengkaji Al-Quran oleh ayahnya sendiri, kemudian beranjak dewasa diajarkan
Bahasa Arab dan Sejarah. Kemudian ayahnya mendatangkan seorang guru Tafsir,
Ilmu Hadist dan Ilmu Fiqih yang dilengkapi pula dengan Ilmu Tasawuf dan Ilmu
Ketuhanan. Kemudian, pada usia 18 tahun, Al-Afghani tidak hanya menguasai
cabang Ilmu Keagamaan saja, akan tetapi dia juga mendalami Ilmu Falsafah,
Hukum, Sejarah, Fisika, Kedokteran, Sains, Astronomi, dan Astrologi. Beberapa
orang guru Al-Afghan adalah Aqashid Sadiq dan Murtadha Al Anshori.10
10
Nasution, H. 1975. Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan
Bintang.
sebagai abad modernisme, suatu abad dimana umat diperhadapkan dengan
kenyataan bahwa Barat jauh mengungguli mereka. Keadaan ini membuat berbagai
respon bermunculan, berbagai kalangan Islam merespon dengan cara yang
berbeda berdasarkan pada corak keislaman mereka. Kalangan ini menyakini
Islamlah yang terbaik dan umat harus kembali pada dasar-dasar wahyu, kalangan
ini kerap disebut dengan kaum revivalis.
Berbicara abad pembaharuan dalam Islam, maka tak lepas dari seorang
tokoh yang merupakan sosok penting dalam pembaharuan Islam, Jamaluddin Al-
Afghani, seorang pembaharu yang memiliki keunikan, kekhasan, dan misterinya
sendiri. Berangkat dari pembagian corak keIslaman di atas, Afghani menempati
posisi yang unik dalam menanggapi dominasi Barat terhadap Islam. Di satu sisi,
Afghani sangat moderat dengan mengakomodasi ide-ide yang datang dari Barat,
ini dilakukannya demi memperbaiki kemerosotan umat. Namun di lain sisi,
Afghani tampil begitu keras ketika itu berkenaan dengan masalah kebangsaan atau
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keIslaman. Alhasil, Afghani memijakkan
kedua kakinya di dua sisi berbeda, ia seorang modernis tapi juga fundamentalis.
Afghani adalah puncak dari kalangan modernis dan fondasi bagi kalangan
fundamentalis.12
Berkenaan dengan keadaan yang kedua, hal ini dapat kita lihat dari berbagai
aktivitas yang ia lakukan, baik melalui tulisan-tulisannya atau pun melalui
dakwah-dakwah yang ia sampaikan di berbagai belahan negara. Pada setiap
negara yang ia pernah tinggal di sana, ia selalu menyerukan nasionalisme (terlepas
dari agama yang dianut oleh suatu Negara). Di India misalnya yang kala itu
sedang mengalami kondisi kritis (yakni berada di bawah kolonialisme Inggris), ia
lebih mendukung nasionalisme urdu ketimbang Islam, karena tidak ada
kebahagiaan selain dalam kebangsaan, dan tidak ada kebangsaan selain dalam
bahasa. Dengan demikian yang menjadi inti dari seruannya adalah perlawanan
terhadap imperialism barat.
13
Ibid.
Walaupun demikian di Afghanistan dan Mesir yang juga berada di bawah
Imperialisme Barat, yakni Inggris. Usahanya dalam menghapus intervensi asing
akhirnya harus kandas, karena kedua penguasa di dua negara Islam tersebut
berada di bawah bayang-bayang mereka yang akhirnya membuatnya tersingkir
serta terusir. Kendati demikian, ia tidak patah semangat, melalui gerakan
intelektual yang ia adakan di rumahnya sewaktu ia berada di Mesir, ia berdakwah
serta berdiskusi dengan para cendekiawan, mahasiswa, serta tokoh-tokoh gerakan.
Begitu juga dengan yang ia lakukan di Paris (Prancis) dengan mendirikan suatu
organisasi, al-Urwatul Wutsqa. Organisasi ini menerbitkan jurnal yang berisi
seruan kepada umat muslim agar bersatu serta meninggalkan jubah fanatisme
kelompok dan menolak penjajahan, menepis berbagai propaganda Barat terhadap
dunia Islam yang menghasut kaum muslim agar meninggalkan Islam karena
selama seseorang masih berpegang teguh pada suatu agama niscaya ia tidak akan
bangkit dari keterpurukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Berdasarkan penjelasan yang telah dibahas diatas maka dapat disimpulkan
bahwa Pemikiran yang dikemukakan Muhammad bin Abdul Wahhab adalah
upaya memperbaiki kedudukan umat Islam terhadap paham tauhid yang terdapat
dikalangan umat Islam saat itu. Karena pada saat itu paham tauhid masyarakat
sudah banyak tercampuri dengan paham ajaran-ajaran tarekat yang mulai tersebar
di dunia Islam sejak abad ke-13.
B. Saran.
Berdasarkan pembahasan di atas penulis menyarankan agar masyarakat
muslim pada masa sekarang tidak meninggalkan ajaran yang telah diajarkan oleh
Islam selama ini, dan sebaiknya kita melndaskan diri kepada ayat-ayat Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Asmuni, MY. 1996. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam
Dunia Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. h : 58.
Lewis, Bernard. 1965. The Encyclopaedie of Islam, Vol. III, Nev Edition. E.J
Brill London.
Muhammad bin Jamil Zainu. 2014. Jalan Golongan yang Selamat (terj. Ainul
Haris Umar Arifin). Jakarta : Darul Haq. h : 63.