Tahun ……
A. LATAR BELAKANG
Menurut WHO 2010, sekurang-kurangnya 50% dari jumlah bayi di bawah usia 6 bulan
diberi ASI ekslusif, sedangkan saat ini persentase global ASI ekslusif adalah 37%. Pemberian
ASI yang tidak optimal memberi dampak terhadap terjadinya kematian akibat infeksi
neonatal 45%, kematian akibat diare 30%, dan akibat infeksi saluran pernafasan pada balita
18% (RISKESDAS, 2010).
Data Susenas 2010 menunjukkan bahwa 61,5% bayi di Indonesia mendapatkan ASI
eksklusif. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pencapaian di negara lain di Asia Tenggara.
Sebagai perbandingan cakupan ASI eksklusif di India mencapai 46%, Phillippines 34,5%,
Vietnam 27%, dan Myanmar 24%. Di Indonesia, menurut hasil Survei Demografi kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 dilaporkan bahwa bayi di Indonesia rata-rata hanya
mendapatkan asi eksklusif sampai 1,6 bulan. Sedangkan yang diberikan asi eksklusif sampai
umur 4-5 bulan hanya 27%. Kondisi ini masih sangat jauh dari yang direkomendasikan
dalam indikator Indonesia 2010 yaitu 80%. (Depkes RI, 2004).
Berdasarkan hasil data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, cakupan
pemberian ASI di Indonesia hanya 42%, sedangkan target nasional cakupan pemberian ASI
ekslusif sebesar 80%. Di Provinsi Riau cakupan untuk bayi yang diberi ASI eksklusif tahun
2011 sebesar 45,9% menurun jika dibandingkan dengan tahun 2010 (52%) sedangkan target
pencapaian Renstra 2011 adalah 60% (Profil Kesehatan Provinsi Riau, 2011).
Persentase untuk bayi yang diberi ASI ekslusif pada tahun 2010 di Kabupaten Kampar
adalah 7.059 bayi dari 14.098 bayi (50%), dan tahun 2011 berjumlah 3.439 bayi (23,1%)
sedangkan yang tidak mendapatkan ASI ekslusif berjumlah 11.449 bayi (76,9%) dari 14.888
jumlah bayi keseluruhan. Persentase ini masih jauh dari target IS (International Standar)
yang akan dicapai tahun 2012 sebesar 100% (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar,
2011).
Dari 20 kecamatan di Kabupaten Kampar, pada tahun 2010 kecamatan Tapung
merupakan jumlah bayi terbanyak yaitu 1077 bayi, tetapi yang mendapat asi ekslusif hanya
50%, menurun di 2011 menjadi 9,2%, meningkat lagi di 2012 yaitu 40,9% dan 2013
sebanyak 64,8%. Tetapi persentase ini masih jauh dari target nasional yaitu 80%. Dan untuk
jumlah bayi terbanyak di Kecamatan Tapung adalah Desa Petapahan yakni 118 bayi hanya
2 bayi (1,7%) yang menyusui secara ekslusif (Puskesmas Tapung, 2013).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Cakupan ASI eksklusif Tahun 2013 di Desa Petapahan wilayah kerja Puskesmas Tapung
hanya 1,7%, pencapaian tersebut masih dibawah target yang direkomendasikan dalam
indikator Indonesia 2010 yaitu 80%.
2. Faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif perlu dianalisa
kembali untuk dijadikan strategi perencanaan dalam upaya peningkatan program ASI
eksklusif di Desa Petapahan wilayah kerja Puskesmas Tapung.
3. Belum adanya analisa yang mendeskripsikan tentang kelemahan, kekuatan, ancaman dan
strategi yang dimiliki oleh program ASI eksklusif untuk diketahuinya perencanaan
program yang baik terhadap penyelesaian masalah belum tercapainya target cakupan ASI
eksklusif di Desa Petapahan wilayah kerja Puskesmas Tapung.
C. TUJUAN
Tujuan Umum :
Menganalisa data cakupan ASI eksklusif tahun 2010-2013 dan faktor-faktor yang diketahui
menjadi penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif untuk mendeskripsikan
kelemahan dan kekuatan program ASI eksklusif sebagai dasar strategi perencanaan
peningkatan program ASI eksklusif di Desa Petapahan wilayah kerja Puskesmas Tapung.
Tujuan Khusus
1. Diketahuinya strategi peningkatan program ASI eksklusif berdasarkan jumlah bayi yang
diberi ASI eksklusif Desa Petapahan wilayah kerja Puskesmas Tapung tahun 2010- 2013
2. Diketahuinya strategi peningkatan program ASI eksklusif berdasarkan distribusi wilayah
cakupan ASI eksklusif yang meliputi wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tapung Tahun
2010-2013.
3. Diketahuinya strategi peningkatan program ASI eksklusif berdasarkan analisa masalah
faktor-faktor peyebab ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif.
4. Diketahuinya strategi peningkatan program ASI eksklusif berdasarkan analisa
kelemahan, kekuatan, ancaman dan strategi dari masalah belum tercapainya cakupan ASI
eksklusif di Desa Petapahan wilayah kerja Puskesmas Tapung.
D. MANFAAT
Bagi Puskesmas
1. Mendapatkan informasi tentang analisa data cakupan ASI eksklusif yang menjadi dasar
perencanaan peningkatan program ASI eksklusif di Desa Petapahan wilayah kerja
Puskesmas Tapung.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif sebagai
dasar masalah tidak tercapainya target cakupan ASI eksklusif di Desa Petapahan wilayah
kerja Puskesmas Tapung.
3. Mendapatkan alternatif pemecahan masalah dari faktor-faktor penyebab
ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif untuk dijadikan pedoman program dalam
upaya peningkatan asi ekslusif.
I. Masalah :
Masih rendahnya cakupan ASI Eksklusif bayi 0-6 bulan di Desa Petapahan Wilayah Kerja
Puskesmas Tapung.
1) Pengembangan legislasi
Bertujuan untuk mengembangkan dan menerapkan peraturan perundang-undangan yang
mendukung PP-ASI.
2) Advokasi dan sosialisasi penerapan legislasi
Bertujuan untuk mengembangkan upaya peningkatan, perlindungan dan dukungan
kepada ibu-ibu agar dapat menyusui secara optimal.
3) Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu
(PP-ASI).
Bertujuan sebagai pedoman bagi Pemerintah Pusat dalam melaksanakan PP-ASI dan
pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun SPM PP-ASI di daerahnya.
4) Pelayanan Kesehatan
Bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan peranan petugas dan sarana pelayanan
kesehatan dalam PP-ASI.
5) Pendidikan dan Pelatihan
Bertujuan untuk memantapkan dan menerapkan kemampuan petugas kesehatan,
masyarakat dan keluarga dalam pelaksanaan PP-ASI.
6) Kampanye PP-ASI
Bertujuan untuk meningkatkan kepedulian pihak terkait dan untuk memasyarakatkan
penggunaan ASI yang baik dan benar
7) Membentuk forum koordinasi PP-ASI
Bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan PP-ASI di masing-masing sektor
dan LSM.
8) Menyediakan Fasilitas Menyusui
Bertujuan mendukung pelaksanaan PP-ASI bagi ibu menyusui yang sedang dalam
perjalanan, di tempat-tempat umum seperti pertokoan, terminal angkutan (darat, laut,
udara), dan lain-lain.
9) Peningkatan kepedulian dan perhatian para pengusaha memberikan dukungan dan
perlindungan bagi perempuan pekerja dalam pelaksanaan PP-ASI.
10) Pemberdayaan Masyarakat dan keluarga
Bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan masyarakat dan
keluarga dalam melaksanakan PP-ASI.
11) Pembinaan, Monitoring dan evaluasi
Bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan PP-ASI dan menilai tingkat
keberhasilan.
12) Penelitian dan pengembangan
Bertujuan untuk mengembangkan, melaksanakan riset terapan dan klinis untuk
mendukung terlaksananya PP-ASI.