Anda di halaman 1dari 2

KISAH INSPIRATIF INFAQ

Orang Buta yang Sembuh Berkat Jubah Rasulullah

Infaq & Shadoqoh sejatinya tidak akan pernah sia-sia dan sedikitpun mengurangi harta
kita, justru sebaliknya dia bisa menjadi manfaat bagi orang banyak, dan kembali kepada kita
pada akhirnya.
Kemuliaan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam tidak pernah habis untuk
diceritakan. Banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisahnya. Foto/Istimewa
KISAH ini adalah satu dari sekian banyak kisah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang
perlu kita ketahui. Selain menarik, kisah ini mengandung hikmah yang besar.
Diriwayatkan dalam kitab “Adabul-Mufrad Lil-Imam Al-Bukhari” dan juga Imam Suyuthi,
Imam Abu Bakar al-Baqilani yang dinukil oleh ulama kharismatik asal Yaman, Habib Umar bin
Hafidz dalam salah satu ceramahnya. Kisah ini diterjemahkan oleh Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi.
Diceritakan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pernah diberi hadiah
oleh salah seorang dengan sebuah jubah. Kemudian, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menyuruh istri beliau Sayyidatuna Aisyah untuk menyimpannya. Jubah itu diberikan kepada
Aisyah, lalu disimpan ke dalam suatu tempat). Ketika Aisyah menyimpan jubah tersebut,
datanglah seseorang mengetuk pintu rumah Rasulullah. Rupanya orang yang mengetuk-ngetuk
pintu itu adalah seorang peminta-minta atau pengemis.
Pengemis itu meminta sedekah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika itu,
Rasulullah bertanya kepada Sayyidatuna Aisyah, “Ya Aisyah adakah yang bisa disedekahkan?
Gandum ada tidak?” Lalu Aisyah pun berkata, “Ya Rasulullah, walau dzarrah ma wajadda li-
dzaalik (Ya Rasulullah, meski sebiji pun, tak ada gandum di rumah). Hari itu rumah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam tak punya apa pun yang bisa untuk dimakan. Kemudian, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan lagi kepada Sayyidatuna Aisyah, “Coba Aisyah
perlihatkan jubah yang baru dihadiahkan tadi.”
Maka Aisyah menghaturkan jubah Rasulullah tersebut. Dan Rasulullah pun melipatnya,
dimasukkan ke dalam tempatnya yang semula tadi, lalu jubah itu diberikan kepada pengemis
tersebut.
Kemudian, pengemis itu pun merasa bangga sekali. Bahagianya bukan main, si pengemis
bersegera menuju ke pasar, lalu ia mengatakan (sambil berteriak-teriak), “Man-yasytari
‘abaa‘atan Rasulillah (wahai, penduduk pasar) siapa yang ingin membeli jubahnya Rasulullah?”
Maka seketika itu orang-orang di pasar pun berkumpul menemui pengemis itu dan
menanyakan, “Berapa harga? Ini berapa harganya? Jubahnya Rasulullah ini berapa harganya?”
Kemudian, jubah itu pun ditawar-tawar oleh penduduk pasar. Bahkan para Sahabat Nabi pun
berkeinginan memiliki jubah manusia paling mulia tersebut.
Hingga pada suatu saat, ada seorang yang buta matanya (A‘ma) mendengar orang akan
menjual jubahnya Rasulullah. Lalu orang buta itu mengatakan kepada pelayannya (ghulam atau
budak laki-lakinya), “Idzhab wa-hdhur al-‘abaa’ah mahmaa ghalaa tsamanuha (pergilah engkau
ke orang itu dan engkau hadirkan jubah itu di hadapanku, dan belilah meski hargnya semahal
apa pun)”.
Kata orang buta tadi, “Engkau harus beli pokoknya, harta ruhmu yang engkau tebus tetap
harus kau beli, sebab ini jubahnya Rasulullah. Dan orang yang buta tadi mengatakan lagi kepada
pelayannya tersebut, “Wahai budakku, kalau engkau mampu membelinya maka engkau pun
akan aku merdekakan di jalan Allah.”
Singkat cerita, budak orang buta itu pun berangkat menemui penjual jubahnya Rasulullah,
lalu budak itu mengatakan kepada si penjual tersebut : “Ini aku punya majikan mau beli jubahya
Rasulullah, berapa pun harganya pasti aku akan beli.”
Setelah ditawar dan akhirnya jubah itu dibeli oleh budaknya orang buta tersebut. Setelah
itu, jubah tersebut dihadirkan kepada majikannya yang buta. Kemudian majikannya yang buta
itu memegang jubah Rasulullah seraya berkata, “Ya Rabb, bi haqqi Rasulillah shalallahu alaihi
wa sallam wa barakati ‘abaa’atihi-thaahirah baina yadayya a‘id ilayya bashari (Ya Allah,
kembalikanlah pandanganku ini dengan kemuliaan jubahnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam)". “A‘id ilayya bashari (kembalikanlah pandanganku ini).” , ucapnya berdoa sambil
mengusap-usap jubahnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ke matanya yang buta itu.
Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Tidak lama setelah ia mengusapkan jubah itu ke
matanya yang buta, orang buta itu pun bisa melihat kembali seperti semula. Subhanallah,
bahkan matanya lebih terang daripada sebelumnya.
Kemudian orang buta itu, sambil membawa jubahnya pergi ke rumah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam dengan penuh rasa bangga, bahagia. Sebab, matanya ini bisa
melihat lagi setelah sekian tahun lamanya buta. Ia pun berkata kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam : “Ya Rasulullah, qad ‘aada bashari wa ilaikal-‘aba’ah hadiyah minni (wahai
Rasulullah, mataku sudah kembali lagi seperti semula dan engkau kukasih jubah ini lagi) ” .
Jubahnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dikembalikannya lagi. Lalu, ia
mengisahkan bagaimana kronologisnya dan kenapa jubah itu pun bisa kembali lagi ke
tangannya Rasulullah. Ketika dikisahkan kenapa jubah itu bisa kembali lagi ke tangannya
Rasulullah, Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pun tersenyum hingga gigi geraham Beliau
terlihat.
Setelah itu Rasulullah mengatakan kepada Sayyidatuna Aisyah, “Perhatikanlah wahai
Aisyah jubah yang aku punya ini. Ia bisa mengkayakan orang yang miskin (faqir), ia bisa
menyembuhkan orang yang sakit (buta), ia pun bisa memerdekakan budak dan kemudian
kembali lagi kepada kita.” Subhanallah, ini semua tidak lain melainkan berkahnya Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam , kekasih Allah Subhanallah Wa Ta'ala.

Anda mungkin juga menyukai