Anda di halaman 1dari 3

Prasasti Ciaruteun,

Prasasti Ciaruteun terletak di desa Ciaruteun Hilir, kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor tepatnya pada koordinat 072,76 BB (dari Jakarta) dan 63809. Tempat ditemukannya prasasti ini merupakan bukit (bahasa Sunda: pasir) yang diapit oleh tiga sungai: sungai Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat ini masih dilaporkan sebagai Pasir Muara, yang termasuk dalam tanah swasta Ciampa (sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang). Salinan gambar prasasti Ciaruteun dari buku The Sunda Kingdom of West Java From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor Menurut Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara parwa 2, sarga 3, halaman 161 disebutkan bahwa Tarumanagara mempunya rajamandala (bawahan) yang dinamai Pasir Muhara. Prasasti Ciaruteun dilaporkan oleh pemimpin Bataaviasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (sekarang Museum Nasional) pada tahun 1863. Akibat banjir besar pada tahun 1893 batu prasasti ini terhanyutkan beberapa meter ke hilir dan bagian batu yang bertulisan menjadi terbalik posisinya ke bawah. Kemudian pada tahun 1903 prasasti ini dipindahkan ke tempat semula. Pada tahun 1981 Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengangkat dan memindahkan prasasti batu ini agar tidak terulang terseret banjir. Prasasti Ciaruteun dibuat dari batu alam. Prasasti Ciaruteun bergoreskan aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sansekerta dengan metrum Anustubh yang teridiri dari tiga baris dan pada bagian bawah tulisan terdapat pahatan gambar umbi dan sulur-suluran (pilin), sepasang telapak kaki dan laba-laba.

Teks: vikkrantasyavanipat eh srimatah purnnavarmmanah tarumanagarendrasya visnoriva padadvayam Terjemahan: inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki dewa Visnu (pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnnawamman, raja di negri Taruma, raja yang gagah berani di dunia. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut). Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat.

Prasasti Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi atau Prasasti Ciampea adalah salah satu prasasti peninggalan kerajaan Tarumanagara Lokasi Prasasti Pasir Awi terletak di lereng selatan bukit Pasir Awi ( 559m dpl) di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, desa Sukamakmur, kecamatan Jonggol, kabupaten Bogor tepatnya pada koordinat 01037,29 BB (dari Jakarta) dan 63227,57 Bahan Prasasti Pasir Awi telah diketahui sejak tahun 1867 dan dilaporkan sebagai prasasti Ciampea. Peninggalan sejarah ini dipahat pada batu alam. Isi Prasasti Pasir Awi berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan (bukan aksara) juga berpahatkan gambar sepasang telapak kaki. Penemuan Prasasti ini pertamakali ditemukan oleh N.W. Hoepermans pada tahun 1864.

Prasasti Kebon Kopi,


Prasasti yang pertama kali (854 S = 942 M) menyebut nama (kerajaan) Sunda, dan merupakan satu sumber tertua tentang Kota Jakarta. Ditemukan tidak jauh dari Prasasti Aruteun di Ciampea dekat Bogor. Prasasti yang pertama kali memunculkan nama (kerajaan) Sunda ini menggunakan campuran bahasa Jawa kuno dan Melayu kuno (yang disangkal oleh Bosch), menunjukkan adanya hubungan dengan Sriwijaya. Naskah aslinya : / /Ini sabda kalanda rakryan juru panga mbat i kawihaji panca pasagi maesa ndeca barpulihkan haji sunda/ / Terjemahan: Ini batu peringatan yang dimaksudkan untuk memperingati perintah Rakryan, Juru Pangambat pada tahun Saka 854 untuk mengembalikan kekuasaan kepada raja Sunda. Rakryan, didalam prasasti disebut sebagai 'juru pangambat' adalah seorang pejabat kerajaan yang mengawasi atau mengurusi perburuan. Prasasti Kebon Kopi II juga menyebutkan bahwa nama Sunda sebagai sebutan untuk suatu negeri di Jawa Barat mulai dipakai sejak abad ke-10.

Anda mungkin juga menyukai