Anda di halaman 1dari 2

Keselarasan Iman dan Ketaqwaan dalam Proses Menuntut Ilmu

Manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari selalu berinteraksi dengan manusia lain atau dengan
kata lain manusia yang satu membutuhkan manusia yang lainnya (Homo Socius). Dalam proses interaksi sosial
manusia wajib memiiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi tidak mengalami hambatan atau masalah
dengan orang yang lainnya. Proses pembentukan akhlak sangat berperan dengan masalah keimanan dan
ketaqwaan seseorang. Keimanan dan ketaqwaan seseorang berbanding lurus dengan akhlak seseorang dengan kata
lain semakin baik keimanan dan ketaqwaan seseorang semakin baik pula akhlak orang tesebut karena keimanan
dan ketaqwaan merupakan fondasi awal pembentukan kepribadian seseorang.
Akhir-akhir ini keimanan dan ketaqwaan telah dianggap hal yang biasa oleh masyarakat umum bahkan ada
yang tidak mengetahui sama sekali arti dari keimanan dan ketaqwaan itu sendiri, hal ini dikarenakan manusia
selalu menganggap remeh tentang arti iman dan taqwa tanpa mencari makna yang sebenarnya dari arti bahasa itu
dan membiarkan begitu saja. Mencari maknanya saja tidak pernah apalagi mengamalkannya, itulah yang sedang
dialamai oleh manusia zaman sekarang. Padahal iman dan taqwa selain sebagai fondasi dasar untuk membentuk
kepribadian seseorang/akhlakul karimah seseorang, iman dan taqwa merupakan hal yang paling utama yang harus
dimiliki seseorang dalam proses menuntut ilmu.

Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis.” maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.”
maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” 
Dalam kutipan QS al-Mujadilah ayat 11 menerangkan tentang etika (sopan santun) bila berada dalam suatu
majlis dan kedudukan orang yang beriman, serta orang yang berilmu pengetahuan. Dalam suatu majlis tentu ada
orang yang datang terlebih dahulu sehingga tempat duduk bersama itu sudah terisi dan kelihatan sempit, karena
sempitnya orang yang datang kemudian tidak lagi mendapat tempat, lalu dianjurkan oleh Rasulullah agar yang
duduk terlebih dahulu melapangkan tempat bagi yang datang kemudian. Sebenarnya yang sempit itu bukanlah
tempatnya, melainkan hatinya. Tabiat manusia yang mementingkan diri sendiri membuatnya enggan memberikan
tempat kepada orang yang baru datang. Jadi, dalam hal ini “hati” sangat berperan. Contoh: Ketika kita sedang
berada di sebuah kendaraan umum dan mendapat tempat duduk; setelah itu banyak orang lain yang naik, mereka
tidak dapat tempat duduk. Di antara mereka ada laki, wanita, tua, muda, hati kita iba melihat nenek tua berdiri
bergelantungan di kendaraan. Untuk itu kita persilakan nenek tersebut duduk di tempat kita sementara kita ikhlas
dan bersenang hati untuk berdiri. Atau di antara penumpang yang berdiri itu adalah kawan dekat kita maka dengan
tulus kita ajak dia duduk bersama-sama. Karena hati lapang maka tempat duduk yang sempit itu pun terasa lapang,
bahkan kita bangga dapat menolongnya. Lebih-lebih, jika yang kita lihat itu orang yang kita hormati dan segani.
Jadi, jelaslah apabila hati sudah terbuka maka tidak ada lagi alasan sempit dan kita mengalah demi orang yang kita
hormati dan segani.
Selanjutnya dalam QS Al mujadalah ayat 11 Allah menegaskan, “niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” Artinya ada
orang yang akan diangkat derajatnya oleh Allah, yaitu orang yang beriman dan orang yang berilmu pengetahuan
dengan beberapa derajat. Orang yang beriman dan orang yang berilmu pengetahuan akan nampak arif bijaksana,
jiwa dan matanya akan memancarkan cahaya. Iman dan ilmu akan membuat orang mantap dan agung. Orang yang
beriman dan berilmu (tidak terbatas kepada ilmu yang berkaitan dengan ubudiyah tapi juga yang dapat memberi
manfaat untuk kemaslahatan umat) akan memperoleh derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat. Kita bisa
saksikan, orang-orang yang menguasai dunia ini adalah orang-orang yang berilmu. Mereka dengan mudah
mengumpulkan harta benda, mempunyai kedudukan, dan dihormati orang. Ini satu petanda Allah meninggikan
derajatnya.
Antara taqwa dan ilmu memiliki ikatan yang sangat kuat, hal tersebut dibingkai pada hubungan antara ilmu
dan iman. Sedangkan hubungan antara ilmu dan iman dalam prespektif islam adalah hubungan yang saling
menyempurnakan, iman dan ilmu adalah dua komponen penting dalam kehidupan yang harus dimiliki oleh
manusia agar mendapatkan ridho dan kasih-sayangNya. Antara keduanya adalah cahaya dan ma’rifah, kebenaran
dan petunjuk menuju jalan kebenaran, Ilmu, menunjukkan hamba pada keimanan. Iman mengukuhkan ilmu dan
menyucikannya supaya menjadi ilmu yang bermanfaat dimana ilmu tersebut mampu membuat orang tersebut takut
kepada Allah, selalu mengharap ridho-Nya, dan merasa nyaman dalam menjalankan segala syariat-Nya. Akan
terasa percuma jika seseorang tersebut memiliki ilmu yang tinggi tetapi tidak memiliki iman dan taqwa sehingga
ilmu yang ia peroleh tidak bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Demikian juga jika seseorang hanya memiliki iman
dan taqwa saja tanpa memiliki ilmu akan terasa hidup di dunia ini hanya sia-sia, karena Rasulullah bersabda
“Menuntut ilmu diwajibkan atas orang islam laki-laki dan perempuan”. Tidak ada perbedaan gender menuntut
ilmu dalam islam karena semua umat islam baik laki-laki maupun perempuan wajib hukumnya untuk menuntut
ilmu.
Jadi antara iman,ilmu,dan taqwa harus selaras dan seimbang sehingga jika menjadi ulama, ia menjadi ulama
yang berpengetahuan luas. Jika ia menjadi dokter maka akan menjadi dokter yang beriman. Jika ia menjadi
insinyur maka akan menjadi insinyur yang beriman dan sebagainya. Kemudian di akhir ayat dikatakan: “dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Allah mengetahui segala perbuatan manusia, tidak ada yang samar
bagi-Nya. Siapa yang taat dan siapa yang durhaka, Dia akan membalas semua amal perbuatan manusia. Orang
yang berbuat baik dibalas dengan akibat kebaikannya dan yang durhaka akan dibalas sesuai dengan
kedurhakaannya.
Sumber refrensi :
1. https://www.facebook.com/PersatuanPemuda/posts/214474315377166
2. http://www.abimuda.com/2014/11/ayat-dan-hadits-populer-tentang-anjuran.html
3. http://alankupal.blogspot.co.id/2011/12/taqwa-dan-ilmu.html

Anda mungkin juga menyukai