Anda di halaman 1dari 2

Bajakan di Kota Pendidikan

Buku adalah salah satu media terpenting dalam proses kegitan belajar mengajar baik itu formal maupun non
formal, hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena buku dapat menjadi sumber refrensi pengetahuan. Di era modern
ini buku dapat di akses dengan mudah, baik melalui internet maupun dari toku buku. Selain dari kedua fasilitas
tersebut juga terdapat perpustakaan yang menyediakan berbagai buku bacaan.
Kemudahaan dalam mengakses buku sebagai sumber refrensi juga dapat menuai permasalahan, salah satu
permasalahan yang cukup serius adalah beredarnya buku bajakan di toko buku tertentu. Di daerah Yogyakarta
beredarnya buku bajakan didukung dengan toko toko yang menjual buku bajakan seperti taman pintar book store,
hal tersebut dapat menarik berbagai pihak pelajar untuk membeli buku bajakan di toko buku tersebut.
Undang undang juga telah mengatur mengenai produksi buku bajakan, peraturan tersebut tertuang pada pasal
72 UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang hak cipta, dalam buku undang undang hak cipta yang diterbitkan oleh
Fokusmedia (2008) mencantumkan undang undang tersebut yang berisi mengenai:
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (I)
dan ayat (2) dipidana dengan penjara masing masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau penjara paling lama 7 (tahun) dan/atau denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
2. Barang siapa sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran hak cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Undang undang tersebut juga terdapat di beberapa halaman awal buku cetakan baik itu bajakan maupun tidak
bajakan. Berdasarkan undang undang tersebut sangat jelas bahwa tindakan memproduksi buku bajakan adalah
tindakan kriminal.
Peraturan yang telah dibuat oleh negara nampaknya kurang efektif dalam penegakanya, karena masih banyak
penjual buku bajakan yang beredar di kota kota besar termasuk di Yogyakarta. Salah satu penyebab maraknya
penjualan buku bajakan di Kota Yogyakarta adalah terdapatnya konsumen yang masih membeli buku bajakan
tersebut. Ironisnya konsumen tersebut adalah mahasiswa yang mengetahui bahwa pembelian buku bajakan adalah
salah satu sikap yang tidak menghargai hak cipta.
Pembelian buku bajakan yang dilakukan oleh kalangan mahasiswa mempunyai alasan tertentu, salah satu
alasan tersebut adalah murahnya harga buku bajakan dan isi yang terdapat di dalam buku bajakan sama dengan
buku yang tidak bajakan. Kondisi tersebut juga didukung dengan status mahasiswa yang manjadi anak kos dan
dituntut untuk menghemat pengeluarannya.
Padahal banyak mahasiswa yang membeli kebutuhan sekunder seperti gadget, laptop, alat elektronik lainnya
dengan barang yang original karena mereka merasa gengsi ketika membawa alat-alat tersebut bajakan, terdapat
perbedaan kualitas yang mencolok antara barang original dan bajakan seperti baterai yang awet, kualitas grafik
yang lebih baik, dan spesifikasi lainnya yang tentu lebih baik. Buku bajakan merupakan barang terlarang yang
sukar dilarang oleh masyarakat
Dari uraian diatas ada beberapa solusi untuk mengurangi penjualan buku bajakan yang ada di kota Yogyakarta
seperti dari pihak pemerintah dengan membuka akses gratis perpustakaan online yang menyediakan buku dan
jurnal secara gratis agar masyarakat menengah ke bawah bisa menikmatinya. Dari pihak swasta toko buku pun juga
harus berperan dengan menurunkan sedikit harga agar buku yang harganya mahal dapat dijangkau oleh masyarakat
menengah ke bawah ataupun mahasiswa yang ingin mengonsumsinya sehingga penjualan buku original pun dapat
dibeli oleh semua golongan masyarakat, ataupun bekerja sama dengan pihak polisi dan pemerintah untuk bersama-
sama memberantas beredarnya buku bajakan, namun semua itu pun kembali ke pribadi masing-masing kesadaran
masyarakat sangat diperlukan karena buku bajakan sendiri pun banyak dampak negatif seperti berkurangnya
inovasi bagi para penulis-penulis muda yang merasa kurang dihargai dan profit yang diperoleh tidak sesuai target
yang diinginkan akibat dari para pembaca yang melakukan tindakan bajakan. Penulis bukan satu-satunya pihak
yang dirugikan akibat peredaran buku bajakan, pihak penerbit adalah pihak yang paling dirugikan dengan adanya
penjulan buku secara bajakan. Untuk itu kita sebagai mahasiswa yang bijak sebaiknya kita tidak menggunakan
buku bajakan karena sangat merugikann banyak pihak bukan hanya pihak penulis tapi pihak penerbit ataupun
bahkan para penjual buku original.

Sumber refrensi :
1. http://www.wipo.int/wipolex/en/text.jsp?file_id=226829
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Buku

Anda mungkin juga menyukai