Anda di halaman 1dari 23

1

A. Judul Penelitian : Tinjauan Kriminologi Terhadap Maraknya Peredaran


Kaset Bajakan Di Kota Bengkulu.
B. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna
dibanding dengan makhluk hidup lainnya, yang mempunyai akal dan pikiran
dengan sedemikian baik. Manusia adalah makhluk yang memiliki kelebihan lebih
dari yang dimiliki makhluk-makhluk lainnya. Salah satu kelebihan yang tidak
dimiliki makhluk lainnya, yaitu manusia memiliki potensi berkreativitas untuk
terus berkarya. Manusia dalam berkreativitas untuk berkarya didukung dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, sehingga dapat membantu
dan memudahkan para pekarya untuk selalu berkreativitas. Kenyataannya dalam
berkreativitas untuk berkarya, para pekarya dapat menjadi acuan dalam
pembangunan ekonomi.
Indonesia adalah negara yang sangat memperhatikan hak kekayaan
intelektual, tentu dengan alasannya karena hak kekayaan intelektual adalah salah
satu alternatif dalam pembangunan ekonomi bangsa. Hak kekayaan intelektual
dapat diartikan sebagai hak atas kepemilikan terhadap karya-karya yang timbul
atau lahir karena adanya kemampuan intelektualitas manusia dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.1 Hak cipta salah satunya yang merupakan bagian dari
Hak Kekayaan Intelektual yang telah diatur di Indonesia pada Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
1
Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, Penerbit: P.T Alumni,
Bandung, 2003, hlm. 2.

Dengan adanya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ini
tentu diharapkan adanya perlindungan hukum bagi pemegang hak cipta benarbenar ditegakkan. Perlindungan terhadap kekayaan intelektual khususnya hak
cipta

merupakan

suatu

keharusan

bagi

tiap

negara

untuk

menjamin

keberlangsungan penciptaan kreasi-kreasi baru dan untuk memotifasi warga


masyarakat dalam mengembangkan ide dan kreatifitas yang belum terwujud.
Perlindungan terhadap hak cipta ini sangat penting, selain hak cipta ini dapat
menghasilkan keuntungan bagi para pemilik hak cipta juga merupakan kekayaan
yang tak ternilai harganya baik dilihat dari perspektif sosial, budaya, ekonomi,
politik, maupun perspektif keberlanjutan sebuah karya yang mendapat
perlindungan hukum.
Pada zaman modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan
manusia seakan tidak mengenal batas waktu dan tempat karena didukung oleh
informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi yang
sangat pesat akan membawa pengaruh langsung terhadap perubahan cara
pandangan hidup manusia. Perubahan-perubahan inilah akan timbulnya
kepentingan-kepentingan baru untuk kelangsungan hidup manusia, yang
memerlukan perlindungan terhadap gangguan-gangguan yang mungkin datang
dari sesama manusia. Jumlah dan jenis kejahatan semakin meningkat dengan
modus yang lebih bervariasi.
Dalam masyarakat global seperti saat ini, kejahatan dapat dilakukan di
mana saja dan kapanpun. Salah satunya adalah jenis kejahatan hak cipta.

Kejahatan hak cipta adalah salah satu jenis kejahatan yang tidak menghargai hasil
karya cipta orang lain dan memanfaatkan hasil ciptaan yang telah dilindungi oleh
undang-undang hak cipta untuk memperoleh keuntungan sendiri.
Salah satu bentuk kejahatan hak cipta yang marak saat ini adalah penjual
kaset bajakan yang merupakan hasil penggandaan suatu hasil karya cipta berupa
lagu ataupun film tanpa seizin pemegang hak cipta. Penulis membatasi maksud
dari kaset bajakan berupa kaset bajakan Video Compact Disc (VCD), dan Digital
Video Disc (DVD). Larangan penjual kaset bajakan diatur dalam pasal 114
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Menurut Pasal 114 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta yang berbunyi:
Setiap orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya
yang dengan sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau
penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau hak terkait
ditempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam
pasal 10, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
Maraknya penjual kaset bajakan di Indonesia baik di pasar tradisional
maupun pusat perbelanjaan modern, pelakunya secara terang-terangan menjual
barang hasil pelanggaran hak cipta untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Lemahnya daya beli menjadikan masyarakat bersikap permisif terhadap
perdagangan barang-barang ilegal yang harganya jauh lebih murah dibandingkan
dengan barang asli, ini menjadikan seolah-olah masyarakat kurang mempedulikan
hak ekonomi dan hak moral yang dimiliki oleh pemegang hak cipta. Sementara
pengaruh dari Video Compact Disc (VCD) dan Digital Video Disc (DVD) bajakan

terhadap masyarakat juga berdampak buruk, seperti rusaknya moral masyarakat


sebagai akibat dari tidak adanya sensor bagi Video Compact Disc (VCD) dan
Digital Video Disc (DVD) bajakan itu serta menurunnya kreativitas dari para
pekarya di bidang musik dan film nasional.
Aparat penegak hukum sebenarnya telah berupaya menindak penjual kaset
bajakan, contoh kasus di Jakarta barat polisi telah melakukan razia pabrik terbesar
di DKI Jakarta sekaligus penjual kaset bajakan di Glodok. Polisi menyita ribuan
keping kaset bajakan.2
Fokus penelitian penulis di Kota Bengkulu, berdasarkan prapenelitian
penulis secara mandiri ditemukan banyaknya penjual kaset bajakan di Kota
bengkulu yang ditemukan di berbagai tempat misalnya di daerah Simpang Kandis,
di daerah terminal Panorama, di daerah Jalan Soeprapto, di daerah Pasar Minggu,
di daerah Rawa Makmur, di daerah Pagar Dewa dan di daerah Pasar Kaget.
Penjual kaset bajakan merupakan kejahahatan dilarang tetapi pada
kenyataannya penjual kaset bajakan tetap saja marak di lakukan di Kota
Bengkulu, sehingga sangat diharapkan peranan aparat penegak hukum serta
instansi terkait untuk dalam upaya penanggulangan kejahatan hak cipta yaitu
penjual kaset bajakan. Berdasarkan prapenelitian penulis pada Kepolisian Unit
Tindak Pidana Tertentu Polres Kota Bengkulu, didapatkan data bahwa pada tahun
2011 pernah menindak salah satu penjual kaset bajakan di Kota Bengkulu.
2
Tempo/Yosep Arkian, Pabrik VCD Bajakan di Glodok Digerebek, diunduh tanggal 29
Oktober 2015 dari http://metro.tempo.co/read/news/2015/05/18/064667218/pabrik-vcd-bajakandi-glodok-digerebek.

Untuk mengetahui latar belakang kejahatan penjual kaset bajakan tersebut


maka diperlukan suatu penelitian dan kajian terhadap pelaku kejahatan hak cipta
yaitu penjual kaset bajakan, untuk mengkaji permasalahan tersebut dapat
menggunakan ilmu kriminologi. Kriminologi merupakan ilmu/pengetahuan
tentang kejahatan yang bertujuan untuk mempelajari kejahatan dari berbagai
aspek, sehingga diharapkan dapat memperoleh pemahaman mengenai fenomena
kejahatan dengan baik.3 Melalui ilmu kriminologi, Sehingga mengetahui faktorfaktor penyebab penjual kaset bajakan di Kota Bengkulu dalam melakukan
kejahatan hak cipta.
Selain untuk mengetahui faktor-faktor penjual kaset bajakan di Kota
Bengkulu dalam melakukan kejahatan hak cipta, penelitian ini bermaksud
mengetahui bagaimana upaya aparat penegak hukum dan instansi terkait dalam
menanggulangi penjual kaset bajakan di Kota Bengkulu.
Dari uraian latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk
mengangkat masalah tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul Tinjauan
Kriminologi Terhadap Maraknya Peredaran Kaset Bajakan Di Kota
Bengkulu.

3
I.S.Susanto, Kriminologi, fakultas hukum universitas diponegoro, semarang,1995.
Hlm.1.

C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka, identifikasi
masalah yang diangkat adalah sebagai berikut :
1. Apa yang menjadi faktor penyebab pelaku kejahatan hak cipta menjual kaset
bajakan di Kota Bengkulu ?
2. Bagaimana upaya aparat penegak hukum dan instansi terkait dalam
menanggulangi pelaku tindak pidana hak cipta penjual kaset bajakan di Kota
Bengkulu.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
a. Untuk mendeskripsikan faktor apa yang menyebabkan pelaku kejahatan
hak cipta menjual kaset bajakan di Kota Bengkulu?
b. Untuk mendeskripsikan bagaimana aparat penegak hukum dan instansi
terkait dalam menanggulangi penjual kaset bajakan di Kota Bengkulu.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan di
bidang hukum pidana, khususnya berkaitan dengan tindak pidana hak
cipta.
b. Secara Praktis
1) Aparat Penegak Hukum dan Instansi terkait
Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi instrument
evaluasi peranan aparat penegak hukum dan instansi terkait dalam
menanggulangi penjualan kaset bajakan.
2) Masyarakat
Penulis mengharapkan agar nantinya penelitian ini dapat
dijadikan pengetahuan bagi masyarakat atas pelanggaran hak cipta

sehingga adanya kesadaran masyarakat mengenai tindak pidana hak


cipta khususnya penjualan kaset bajakan.
E. Kerangka Pemikiran
Adapun beberapa konsep atau pokok-pokok pemikiran yang bisa di
gunakan untuk membahas Tinjauan Kriminologi Terhadap Maraknya Peredaran
Kaset Bajakan di Kota Bengkulu ini sebagai berikut :
1. Pelanggaran Hak Cipta
Hak cipta adalah salah satu objek yang dilindungi oleh hak
kekayaan intelektual, berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta pasal 1 angka 1, hak cipta adalah hak eksklusif pencipta
yang timbul secara otomatis berdasarkan perinsip deklaratif setelah suatu
ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelanggaran hak cipta adalah penggunaan karya berhak cipta yang
melanggar hak eksklusif pemegang hak cipta, seperti hak untuk
mereproduksi, mendistribusikan, menampilkan atau memamerkan karya
berhak cipta, atau membuat karya turunan, tanpa izin dari pemegang hak
cipta, yang biasanya penerbit atau usaha lain yang mewakili atau
ditugaskan oleh pencipta karya tersebut.4
Pelanggaran hak cipta jika dilihat Undang-undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yakni :
a. Mengutip sebagian hak cipta orang lain dan dimasukkan ke dalam
ciptaan sendiri seolah-olah ciptaan sendiri atau mengakui ciptaan
orang lain seolah-olah ciptaan sendiri. Perbuatan ini disebut plagiat
atau penjiplak yang dapat terjadi antara lain karya cipta berupa
buku, lagu, notasi lagu dan

4
Wikepedia pelanggaran hak cipta dimuat di dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Pelanggaran_hak_cipta diakses 25 November 2015.

b. Mengambil ciptaan orang lain untuk diperbanyak atau diumumkan


sebagaimana yang aslinya tanpa mengubah bentuk isi, pencipta,
dan penerbit/perekam. Perbuatan ini disebut juga pembajakan.
2. Kriminologi
Menurut kamus Hukum, Kriminologi adalah suatu ilmu yang
membahas dan mempelajari tentang kejahatan.5
Secara etimologis kriminologi berasal dari kata crimen yang berarti
kejahatan, dan logos yang berarti pengetahuan, sehingga kriminologi
adalah ilmu/pengetahuan tentang kejahatan.6
Menurut E.H. Sutherland, kriminologi

adalah

seperangkat

pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai fenomena sosial,


termasuk di dalam proses pembuatan undang-undang, pelanggaran
undang-undang, dan reaksi terhadap pelanggaran undang-undang.7
Bonger berpendapat kriminologi adlah ilmu pengetahuan yang
mempelajari , menyelidiki sebab-sebab kejahatan dan gejala seluasluasnya. Yang dimkasud mempelajari seluas-luasnya adalah termasuk
mempelajari penyakit sosial (pelacuran, kemiskinan, gelandangan dan
alkoholisme).8
3. Teori Anomie (Strain Theory)
Secara harfiah anomie berarti tanpa norma, dalam sub kultur
kejahatan berarti terdapat berbagai norma tingkah laku yang cukup kuat
akan tetapi berbeda dengan kultur dominan yang lebih luas. Sepertinya
halnya Durkheim, Merton mendasarkan analisanya pada bahaya-bahaya
5
Marwan dan Jimmy, Kamus Hukum, Penerbit : Reality Publisher, Surabaya, 2009,
hlm.390.
6

I.S.Susanto, op.cit, hlm.1.

Ibid, hlm. 1.

Romli Atmasasmita,op,cit, hlm.19.

yang melekat dalam setiap bentuk ketidaksesuaian antara kebutuhan


manusia dengan cara-cara yang dapat digunakan untuk memenuhinya.
Dalam teori ini Merton melihat bahwa tahap-tahap tertentu dari struktur
sosial meningkatkan keadaan di mana pelanggaran terhadap aturan-aturan
masyarakat akan menghasilkan tanggapan yang normal.9
Strain Theory menurut Merton beranggapan bahwa manusia pada
dasarnya makhluk yang selalu memperkosa hukum atau melanggar hukum
setelah terputusnya antara tujuan dan cara mencapainya menjadi demikian
besar, sehingga bagi satu-satunya cara untuk mencapai tujuan ini adalah
melalui saluran yang tidak legal. Akibatnya starain Theory ini memandang
manusia dengan sinar atau cahaya yang optimis. Dengan perkataan lain,
manusia itu pada dasarnya baik, karena kondisi sosialah yang menciptakan
tekanan/ketegangan dan akhirnya kejahatan. Merton mengingatkan adanya
kenyataaan bahwa kesempatan legitimasi tidak tersebar merata dalam
masyarakat, teori ini mengusulkan adanya suatu mata rantai kuat antara
kejahatan dan kelas sosial.10

4. Teori Faktor Ekonomi


W.A Bonger dapat disebut sebagai kriminolog yang menyokong
pandangan bahwa faktor ekonomi mempunyai pengaruh yang besar dalam
timbulnya kejahatan dengan menambahkan apa yang disebutnya
Subyektive

Nahrungschwerung

pengangguran

sebagai

hal

yang

menentukan.11
Pandangan bahwa faktor ekonomi sangat berpengaruh terhadap
kejahatan tidak dapat dipungkiri lagi, rasa ingin mengubah keadaan dan
mendapat kehidupan lebih layaklah yang menjadi penyebabanya.

Ibid,hlm.62.

10
Abintoro Prakoso, Kriminologi dan Hukum Pidana, Penerbit:Laksbang Grafika,
Yogyakarta, 2013, hlm.111-112.
11

I.S.Susanto, op.cit, hlm.57.

10

Kemiskinan maupun kemakmuran dapat membawa pada perbuatan


kejahatan karena keduanya merupakan kondisi yang relatif bagi orangorang yang merasa tidak puas dan membutuhkan sesuatu yang lebih baik,
kejahatan seringkali dipandang sebagai bisnis yang lebih efisien.12
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba untuk
menggunakan kedua teori ini dalam melakukan penelitian dalam masalah
kejahatan hak cipta dengan menjual kaset bajakan di Kota Bengkulu,
untuk mengetahui apakah para penjual kaset bajakan menggunakan kedua
teori diatas dalam melakukan kejahatan tersebut. Sehingga mereka
mengembangkan kedua teori tersebut dalam proses melakukan tindakantindakan yang mereka lakukan.

5. Kaset Bajakan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kaset adalah wadah tertutup
untuk menyimpan film atau bahan yang peka cahaya. 13 Sedangkan, bajakan
adalah penggandaan hasil cipta orang lain tanpa sepengetahuan dan seizinnya.14
Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan kaset bajakan itu
adalah suatu wadah atau tempat untuk menyimpan film ataupun lagu yang

12

Ibid, hlm. 60.

13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Penerbit: Balai Pustaka, Jakarta. 1997, hlm. 450.
14

Ibid, hlm. 79.

11

dihasilkan dari penggandaan hasil cipta orang lain tanpa sepengetahuan dan
seizin pemilik hak cipta yang dimana barang tersebut merupakan tiruan.
Ciri-ciri kaset DVD dan VCD asli :
a. Pastinya ada logo hollogram asli di cover-nya, dan ada logo lunas
pajak.
b. Tercantum harga di depan cover kaset.
c. Ada pita pajak dari pemerintah.
d. Harga terbilang agak mahal berkisar lima puluh ribu rupiah
(Rp.50.000,00) ke atas.
e. Gambar lebih jernih dan bagus.
f. Ada subtitle Bahasa Indonesia.
g. Biasanya 1(satu) DVD/VCD hanya untuk satu film saja.
h. Ada juga DVD yang asli harganya terjangkau sekitar lima belas ribu
rupiah sampai tiga puluh ribu rupiah (Rp.15.000,00 Rp.30.000,00)
tapi tidak ditaruh di dalam box-set, melainkan ditaruhnya di plastik
(cirinya sama seperti yang disebutkan di atas).
Ciri-ciri kaset DVD dan VCD bajakan :
a. Harganya super murah berkisar lima ribu rupiah sampai sepuluh ribu
rupiah (Rp.5.000,00-Rp.10.000,00).
b. Satu DVD bisa berisi banyak film antara 6(enam) hingga
9(sembilan) film atau bahkan lebih.
c. Tidak ada hollogram-nya.
d. Kalau film-film baru biasanya kualitasnya kurang jernih atau
memuaskan karena mereka merekam di bioskop secara sembunyisembunyi.
e. Tidak ada pita pajak dari Pemerintah.
f. Subtittle untuk bahasa Indonesia terkadang tersedia kadang tidak ada,
kebanyakaan subtitle bahasa Inggris.15
F. Keaslian Penelitian
Penelitian penulis yang berjudul Tinjauan Kriminologi Terhadap
Maraknya Peredaran Kaset Bajakan Di Kota Bengkulu belum pernah
diangkat atau diteliti sebelumnya oleh peneliti lain. Berdasarkan hasil pencarian

15
Intan Kartika, Membedakan VCD dan DVD yang original dan bajakan,
diunduh tanggal 29 Mei 2015 dari
https;//intankartika03.wordpress.com/2013/02/19/membedakan-dvdvcd-yang-originaldengan-yang-bajakan/.

12

penulis yang merujuk pada skripsi, karya ilmiah, jurnal di perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Bengkulu maupun merujuk pada sumber di internet penulis
hanya menemukan beberapa judul yang berkaitan dengan judul penulis. Adapun
penelitian terdahulu yang mendekati kajian yang dibahas penulis adalah sebagai
berikut:
No.
1.

2.

Nama

Judul

Rumusan Masalah

Anggun Prima
L. Tobing
(B1A008054)
Fakultas Hukum
Universitas
Bengkulu
(2013)

Peranan Unit Tindak 1.Bagaimana peranan Unit


Pidana Tertentu
Tindak Pidana tertentu
Polres
Bengkulu
Polres Bengkulu dalam
Dalam
menanggulangi tindak
Menanggulangi
pidana hak cipta di Kota
Tindak Pidana Hak
Bengkulu?
Cipta di
2.Apakah hambatan
Kota Bengkulu
Unit Tindak Pidana Tertentu
Polres Bengkulu
dalam menanggulangi tindak
pidana hak Cipta di Kota
Bengkulu?
Suwandi
Penanganan
1.Bagaimana pelanggaran hak
(5107502846)
Pelanggaran
cipta diatur dalam hukum
Fakultas Hukum Hak Cipta (Study
positip Indonesia?
Universitas
Kasus Penjualan
2.Bagaimana
penanganan
Panca
Kaset VCD Bajakan
pelanggaran hak cipta dalam
Sakti Tegal
Di Pasar
hal penjualan kaset VCD
(2010)
Pagi Pemalang)
bajakan di Pasar Pagi
Pemalang?

1. Anggun Prima L. Tobing (B1A008054), Fakultas Hukum Universitas


Bengkulu, tahun kelulusan 2013.
Dalam penelitian ini, Anggun Prima L. Tobing mengkaji peranan unit tindak
pidana tertentu Polres Bengkulu dalam menanggulangi tindak pidana hak cipta
di Kota Bengkulu sedangkan penulis mengkaji tinjauan kriminologi terhadap
penjual kaset bajakan di Kota Bengkulu, yang dimana penulis membahas

13

faktor penyebab penjual kaset bajakan melakukan kejahatan hak cipta dan
upaya penanggulangannya. Penulis menggunakan bahan hukum termuktahir
yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sedangkan
Anggun menggunakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta, kedua Undang-undang tersebut memiliki perbedaaan yang sangat
substansial.
2. Suwandi (5107502846), Fakultas Hukum Universitas Panca Sakti Tegal, tahun
kelulusan 2010.
Dalam penelitian ini, Suwandi mengkaji bagaimana hukum positip Indonesia
dalam mengatur pelanggaran hak cipta dan bagaimana penangan penjualan
kaset VCD bajakan di Pasar Pagi Pemalang yang merupakan pelanggaran hak
cipta diwilayah hukum tersebut, suwandi lebih mengedepankan bagaimana
penegakan hukum terhadap penjual kaset VCD bajakan di Pasar Pagi
Pemalang. Sedangkan Penulis mengkaji tinjauan kriminologi terhadap penjual
kaset bajakan di Kota Bengkulu, yang dimana penulis membahas faktor
penyebab penjual kaset bajakan melakukan kejahatan hak cipta dan upaya
penanggulangannya. Selain itu bahan hukum yang digunakan berbeda, penulis
menggunakan bahan hukum termuktahir yaitu Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta sedangkan Suwandi menggunakan UndangUndang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, kedua Undang-undang
tersebut memiliki perbedaaan yang sangat substansial. Sehingga dapat
disimpulkan kajian Penulis dan Suwandi sangat berbeda.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
penelitian yang penulis lakukan memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian
yang pernah ada atau dengan kata lain penelitian tentang Tinjauan Kriminologi

14

Terhadap Maraknya Peredaran Kaset Bajakan Di Kota Bengkulu. belum


pernah diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Dengan demikian penulis
nyatakan bahwa penelitian ini merupakan penelitian penulis sendiri.
G.Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti penulis, jenis penelitian yang
dilakukan adalah jenis penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah suatu penelitian untuk memberikan data seteliti mungkin tentang
manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah umtuk
mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di dalam memperkuat
teori-teori lama atau di dalam kerangka menyusun teori baru.16
Dalam hal ini penulis akan mendeskripsikan kejahatan hak cipta yang
dilakukan oleh penjual kaset bajakan.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum empiris, yaitu suatu
penelitian hukum yang mempelajari dan meneliti hubungan timbal balik antara
hukum dengan lembaga-lembaga sosial yang lain atau merupakan studi ilmu
sosial yang non doktrinal dan bersifat empiris.17 Penelitian ini menyangkut
hubungan timbal balik antara hukum dan lembaga-lembaga sosial lainnya
dalam masyarakat.
16
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit : UI-Press, Jakarta,
2014, hlm.10.
17
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Penerbit:
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hlm.34.

15

Dalam hal ini adapun masalah yang diteliti penulis adalah tentang kejahatan
hak cipta yaitu penjual kaset bajakan di Kota Bengkulu.
3. Populasi dan Sampel
a) Populasi
Populasi adalah keseluruhan atau himpunan obyek dengan ciri yang
sama.18 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh penyidik
Kepolisian Polres Kota Bengkulu, seluruh pegawai negeri sipil Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Bengkulu, dan seluruh penjual kaset
bajakan di Kota Bengkulu.
b) Sampel
Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi.19 Guna
mendapatkan data untuk memecahkan permasalahan penelitian, digunakan
teknik purposive sampling. Maksudnya adalah penarikan sampel yang
bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subyek yang didasarkan pada
tujuan tertentu, teknik ini biasanya dipilih karena alasan keterbatasan waktu,
tenaga, dan biaya sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar
jumlahnya dan jauh letaknya.20
Adapun yang menjadi sampel penulis adalah sebagai berikut :
1) 3 (tiga) Penyidik Polres Kota Bengkulu Unit Tindak Pidana Tertentu;
2) 1 (satu) Penyidik Pegawai Negeri Sipil Haki Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Ham Bengkulu;

18
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Penerbit: PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2012, hlm.118.
19

Ibid, hlm. 119.

20

Ronny Hanitijo Soemitro, op.cit, hlm. 51.

16

3) Kepala pelayanan hukum Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham


Bengkulu;
4) 10 (sepuluh) Penjual kaset bajakan.
4. Data dan Sumber Data
Secara umum, data di dalam penelitian biasanya dibedakan antara data
yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan bahan dari bahan pustaka.
Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) jenis data yang digunakan yaitu data
primer, dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang bersumber dari penelitian lapangan
yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama di lapangan
baik dari responden maupun informan.21 Data primer di dalam penelitian ini
adalah hasil dari wawancara. Dalam penelitian ini penulis akan melakukan
wawancara dengan responden.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah jenis data yang bersumber dari penelitian
kepustakaan, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber
pertamanya,

melainkan

bersumber

dari

data-data

yang

sudah

terdokumentasikan dalam bentuk bahan-bahan hukum maupun bahan-bahan


non hukum.22 Data sekunder yang akan digunakan penulis adalah sebagai
berikut:

21
M.Abdi, (et al), Panduan Penulisan Tugas Akhir Untuk Sarjana Hukum (S1),
2014, hlm. 43.
22

M.Abdi (et al), loc.cit.

17

a) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 jo. Undang-Undang Nomor 28


Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana.
c) Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Latihan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil.
d) Jurnal, majalah.
e) Situs internet.
f) Kamus hukum.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dihimpun secara langsung dari
sumbernya.23
Dalam penelitian ini, penulis menghimpun informasi langsung kepada
sumbernya yaitu responden. Penulis telah menyiapkan pertanyaanpertanyaan yang akan diajukan kepada responden sebagai pedoman
wawancara untuk memperoleh keterangan yang benar dan dapat menjawab
permasalahan yang ada.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara (dihasilkan pihak lain).24

23
138 .

Rosady Ruslan, Metode Penelitian, Penerbit : Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hlm.

24

Ibid, hlm. 138.

18

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan media perantara yaitu


sumber

kepustakaan.

Penulis

telah

menyiapkan

beberapa

sumber

kepustakaan yang berkaitan dengan judul penelitian yang akan diteliti.

6. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses penelitian setelah data yang
diperlukan telah terkumpul. Pengolahan data pada umumnya dilakukan dengan
cara pemeriksaan, penandaan, rekonstruksi, dan sistematis data.25 Pengolahan
yang dimaksud adalah setelah data diperoleh baik data primer maupun data
sekunder kemudian data-data tersebut diolah sesuai dengan kebutuhan apa
yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian, yang kemudian data-data
tersebut diklasifikasikan sesuai dengan kegunaan dalam penulisan seperti
pengelompokan hasil wawancara atau jawaban. Tahapan pengolahan data yang
akan dilakukan penulis adalah dengan melakukan pemeriksaan terhadap data
yang telah dikumpulkan melalui studi dokumentasi maupun wawancara untuk
menjamin apakah sudah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
kenyataan di lapangan.
7. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif yaitu analisis data dengan mendeskripsikan ke dalam bentuk
pernyataan-pernyataan dengan cara berpikir induktif-deduktif atau sebaliknya.
Cara berpikir induktif adalah logica yang mengedepan untuk menemukan asas25
Abdulkadir Muhamad, Hukum dan Penelitian Hukum, Penerbit: PT. Citra
Bhakti, Bandung, 2004, hlm. 172.

19

asas umum (empirical uniform mities), berkaitan dengan penelitian data yang
didapatkan dari data primer disajikan melalui mengeneralisasikan data
selanjutnya digunakan cara berpikir deduktif yaitu suatu kegiatan untuk
menarik kesimpulan dari hasil kegiatan cara berpikir induktif sebelumnya.26
Berdasarkan paparan analisis tersebut selanjutnya disusun dan diuraikan
secara sistematis sehingga pada akhirnya diperoleh jawaban permasalahan
yang dibuat dalam bentuk skripsi. Selanjutnya data tersebut ditarik kesimpulan
melalui data yang bersifat khusus ke dalam data yang bersifat umum, serta
sebaliknya.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan merupakan uraian singkat tentang bagian-bagian
dari rencana penyusunan hasil penelitian yang terdiri dari bagian awal, isi, dan
akhir. Melalui proses penelitian tersebut diadakan analisa dan kontruksi terhadap
data yang telah dikumpulkan dan diolah. Adapun sistematika penulisan hukum ini
terdiri dari 5 bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Judul Penelitian
Latar Belakang
Identifikasi Masalah
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
Keaslian Penelitian
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Pendekatan Penelitian
3. Populasi dan Sampel
26
Burhan Ashosfa, Metode Penelitian Hukum, Penerbit: Rineka Cipta, Jakarta,
2007, hlm . 48.

20

4.
5.
6.
7.
8.

Data dan Sumber Data


Teknik Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Sistematika Penulisan Skripsi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

BAB III

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PELAKU MELAKUKAN


KEJAHATAN HAK CIPTA DENGAN MENJUAL KASET
BAJAKAN

BAB IV

UPAYA APARAT PENEGAK HUKUM DAN INSTANSI


TERKAIT

DALAM

MENANGGULANGI

TERHADAP

PENJUALAN KASET BAJAKAN DI KOTA BENGKULU


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

21

DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdulkadir Muhamad, Hukum dan Penelitian Hukum, Penerbit: PT. Citra Bhakti,
Bandung, 2004.
Abintoro Prakoso, Kriminologi dan Hukum Pidana, Penerbit:Laksbang Grafika,
Yogyakarta, 2013.
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Penerbit: PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2012.
Burhan Ashosfa, Metode Penelitian Hukum, Penerbit: Rineka Cipta, Jakarta,
2007.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Penerbit: Balai Pustaka, Jakarta. 1997.
I.S.Susanto, Kriminologi, fakultas hukum universitas diponegoro, semarang,1995.

M.Abdi, (et. all), Panduan Penulisan Tugas Akhir Untuk Sarjana Hukum (S1),
2014.
Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, Penerbit: P.T Alumni
Bandung, 2003.
Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Penerbit : PT.Refika
Aditama, Bandung, 2007.
Ronny Hanitijio Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Penerbit:
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990.
Rosady Ruslan, Metode Penelitian, Penerbit : Rajawali Pers, Jakarta, 2010.

22

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit : UI-Press, Jakarta,


2014

Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2011
tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Latihan Penyidik Pegawai
Negeri Sipil.
Internet :
Intan Kartika, Membedakan VCD dan DVD yang original dan bajakan,
diunduh
tanggal
29
Mei
2015
dari
https;//intankartika03.wordpress.com/2013/02/19/membedakan-dvdvcd-yangoriginal-dengan-yang-bajakan/.
Tempo/Yosep Arkian, Pabrik VCD Bajakan di Glodok Digerebek, diunduh
tanggal
29
Oktober
2015
dari
http://metro.tempo.co/read/news/2015/05/18/064667218/pabrik-vcd-bajakan-diglodok-digerebek
Wikepedia

pelanggaran

hak

cipta

https://id.wikipedia.org/wiki/Pelanggaran_hak_cipta.

dimuat

di

dalam

23

Anda mungkin juga menyukai