berkualitas.
hiburan yang disukai semua kalangan, baik dari usia remaja hingga
usia dewasa. Akan tetapi, ada beberapa tayangan film yang tidak
Apa yang dilihat dan didengar akan mudah diingat oleh otak. Oleh
1
2
perubahan masyarakat.
film tidak bebas nilai karena memiliki seuntai gagasan vital dan pesan
1
Penjelasan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman.
2
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: Raja Gravindo Persada,
2004, hlm. 519.
3
makin besar tuntutannya akan hak untuk mengetahui dan hak untuk
mendapatkan informasi.5
hukum Hak Cipta yang dinilai lemah aspirasi dan kurang tepat waktu.
3
Suhono Harso Supangkat, “Teknologi Informasi dan Ekonomi Digital : Persiapan Regulasi di
Indonesia”, dalam: Danrivanto Budhijanto, Hukum Telekomunikasi Penyiaran dan Teknologi
Informasi Regulasi dan Konvergensi, Bandung: Refika Aditama, 2010, hlm. 1.
4
Ibid.
5
Ibid., hlm. 72.
6
Henry Soelistyo, Plagiarisme pelanggaran hak cipta dan etika, Yogyakarta: PT Kanisius,
2011, hlm.49.
7
Ibid.
4
images).8
sehingga tidak akan ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak
tersebut tanpa izin pencipta. Hak eksklusif bagi pemegang hak cipta
8
Elyta Ras Ginting, Hukum hak cipta Indonesia: analisis teori dan praktik, PT cipta Aditya
bakti, bandung, 2012, hlm 161.
9
Ibid., hlm 65.
5
cipta sangat dilindungi oleh hukum dan juga memiliki hak penuh untuk
memberikan izin atau melarang orang lain untuk menirukan film yang
sama tanpa izin. Pihak produser film lain pun tidak bisa begitu saja
menirukan film yang sama tanpa seizin pencipta atau pemegang hak
cipta. Setiap konten atau isi dari sesuatu yang ditampilkan media salah
layar lebar oleh pihak ketiga tanpa izin. Film layar lebar tersebut
asli film benyamin biang kerok (1972), menuding dua rumah produksi
dan dua produser film benyamin biang kerok versi baru (2018) yaitu
falcon pictures dan mac pictures telah melanggar hak cipta, dan
pictures. Syamsul juga menuntut ganti rugi materill sebesar Rp. 1 miliar
untuk harga penjualan hak cipta film benyamin biang kerok yang
akan hak moralnya sebagai pencipta atau pemegang hak cipta cerita
B. Identifikasi Masalah
cipta?
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
E. Kerangka Pemikiran
Pasal 28A, 28B, 28C, 28D, 28E, 28F, 28G, 28H, 28I dan 28J.
pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu
10
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 1.
11
Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
11
dan Negara.12
12
Scott Davidson, Hak Asasi Manusia, Sejarah, Teori dan Praktek dalam Pergaulan
Internasional, Jakarta: Grafiti, 1994, hlm. 2.
12
maksimal.
Kreasi tesebut dapat juga termasuk karya sinematografi atau film yang
suatu karya cipta yang berguna bagi banyak orang. Hak untuk
13
yang isinya:13
menarik manfaatnya;
pada kata ”Property Rights” (Hak Kekayaan) akan sangat sulit kita
Intelektual.
13
Dokumen Declaration of Human Rights, Materi Pokok Hak Asasi Manusia, Departemen
Kehakiman, 2000.
14
yang berlaku.16
bersumber dari hasil kerja otak, dan hasil kerja rasio. Hasil dari
14
Muhammad Amirulloh dan Helitha Novianty Muchtar, buku ajar Hukum Kekayaan
Intelektual, cetakan 1, Bandung: unpad press, 2016, hlm. 2.
15
Ibid.
16
Ibid., hlm. 3.
15
benda immaterial atau benda tidak berwujud. Hasil kerja otak itu
atau logis.17
(nalar, rasio, intelektual) secara maksimal. Oleh karena itu tidak semua
17
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intektual (Edisi revisi, cetakan 8),
Jakarta: Rajawali Persada, 2013, hlm. 10.
18
Pasal 570 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan dalam Pasal 20 Undang-undang
Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960.
16
bahagia.19
19
Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta Dan Lembaga Manajemen
Kolektif, Bandung: PT. Alumni, 2011, hlm. 8.
17
atau eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta yang timbul
20
Ibid., hlm. 9.
21
Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
18
peraturan perundang-undangan.”
19
bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dapat dilindungi oleh
skenario, dan film kartun), media yang digunakan (pita seluloid, pita
serta pihak pembuat film itu sendiri (perusahaan pembuat film, stasiun
cipta sangat dilindungi oleh hukum dan juga memiliki hak penuh untuk
22
Ahmad M. Ramli dan Fathurahman, Independen Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta dan
Hukum Perfilman Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005, hlm. 15-16
21
tanpa otorisasi dari pemegang hak cipta tersebut, hal ini didasarkan
yaitu:
23
Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, Bandung: Alumni,
2005, hlm. 66.
22
Intelektual khususnya dalam hal ini, hak cipta pada intinya melindungi
hak eksklusif yang terdiri dari hak ekonomi dan hak moral. Dengan
cara apapun tanpa mendapat izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.
F. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
24
Soemitro dan Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta:
23
2. Metode Pendekatan
baik atau tidak, dan benar atau tidak menurut norma yang
berlaku.
terdiri dari:
tanpa izin.
4. Tahapan Penelitian
terhadap:
lain:
28
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke-11,
Jakarta: PL Raja Gravindo Persada, 2009, hlm. 13-14.
25
tentang Perfilman
terdiri dari:
dengan perfilman.
dan lain-lain.
29
Ibid.
26
6. Lokasi Penelitian
35, Bandung.
G. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
30
Dharminto, Metode Penelitian dan Penelitian Sampel, eprints.undip.ac.id diunduh pada
tanggal 3 September 2017 pukul 19.15 WIB.
27
TERHADAP FILM
kerok”.
PRODUSER
BAB V : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
B. PERUNDANG-UNDANGAN
C. SUMBER LAIN