ABSTRAK
Pesatnya pertumbuhan teknologi informasi memberikan suatu perubahan drastis pada era
globalisasi. Termasuk adalah kemajuan internet yang didalam nya termasuk penggunaan sosial
media. Indonesia sebagai salah satu pengguna sosial media terbesar di dunia. Dimana salah satu
media sosial yang populer digunakan oleh masyarakat adalah aplikasi sosial media telegram.
Dengan hadirnya berbagai fitur yang terdapat dalam aplikasi tersebut, menjadikan peluang bagi
pihak yang tidak bertanggungjawab untuk melakukan pembajakan terhadap karya sinematografi
berupa film. Saat ini masih banyak kasus pembajakan film dengan memanfaatkan aplikasi pengirim
pesan untuk penyediaan film bajakan tersebut. Dengan adanya berbagai kasus pembajakan film
yang terjadi di Indonesia mengakibatkan industri perfilman Indonesia mengalami kerugian yang
sangat besar. Untuk itu dibutuhkan suatu perlindungan hukum bagi pemegang ataupun pemilik hak
cipta terhadap karya sinematografi yang telah diciptakan.
Pendekatan masalah yang akan digunakan untuk membahas permasalahan dalam penulisan
hukum ini adalah pendekatan yuridis normatif. Pendekatan tersebut dilakukan berdasarkan bahan
hukum utama menelaan teori, asas-asas hukum, serta peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian dari penulisan ini menunjukan bahwa: perlindungan hak cipta menjadi
suatu isu yang penting dalam era perkembangan global yang begitu pesat. Negara Indonesia
sebagai negara yang menjunjung tinggi lahirnya sebuah karya cipta memiliki kewajiban untuk
melindungi warga negaranya dari usaha pembajakan ilegal terkait hasil karya sinematografi
berupa film. Pihak yang melakukan pembajakan tersebut telah melanggar hukum dan melanggar
hak-hak dari pemilik hak cipta yaitu terkait dengan hak ekonomi dan hak moral. Pihak tersebut
diharapkan mendapatkan sanksi yang tegas terhadap perbuatan yang telah dilakukan, dan
pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo) dapat
melakukan upaya pemblokiran situs group penyebarluasan atau pembajakan film yang dilakukan
melalui aplikasi telegram setiap harinya.
Kata Kunci : Pembajakan Karya Sinematografi, Aplikasi Telegram, Perlindungan Hukum.
1
Prosiding
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property Rights (IPRs)
merupakan suatu hak ekonomis yang diberikan oleh hukum kepada seorang
pencipta atau penemu atas suatu hasil karya dari kemampuan intelektual manusia.
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah suatu bentuk hak milik yang berda pada
lingkup kajian ilmu pengetahahuan, teknologi, seni dan sastra (Isnaini, 2009).
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dijadikan sebagai hak yang berasal dari kegiatan
kreatif suatu kemampuan daya pikir dari manusia yang diekspresikan kepada
khalayak umum dalam berbagai bentuknya yang tentunya memiliki manfaat serta
kegunaan dalam menunjang kehidupan manusia serta memiliki manfaat nilai
ekonomi di dalam nya(Darwance et al., 2020).
Hasil karya cipta dari ekspresi seni, sastra dan ilmu pengetahuan dimulai
dari buku, musik, serta program komputer sangat berperan besar dalam membentuk
dan memperkaya peradaban manusia dari jaman ke jaman. Di era sekarang ini
dalam menyebarkan informasi menjadi semakin mudah, dan peran Hak Cipta dalam
2
Prosiding
3
Prosiding
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, maka penulis merumuskan
beberapa permasalahan:
4
Prosiding
5
Prosiding
6
Prosiding
7
Prosiding
8
Prosiding
9
Prosiding
B. Upaya penyelesaian hukum yang dapat ditempuh oleh pemilik hak cipta
sinematografi berupa film yang karya nya dibajak melalui Aplikasi Telegram
Terdapat dua upaya yang dapat dilakukan oleh pemegang hak cipta terhadap
pembajakan karya sinematografi yang dilakukan pada aplikasi group chat telegram,
dimana upaya tersebut dapat digolongkan menjadi upaya melalui jalur litigasi dan
upaya melalui jalur non litigasi. Upaya litigasi merupakan suatu istilah hukum
terkait penyelesaian sengketa yang dilakukan melalui jalur pengadilan. Dimana
proses ini melibatkan pembeberan informasi serta bukti terkait atas sengketa yang
dipersidangkan. Penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi sering disebut dengan
istilah ultimum remidium. Atau yang dalam artian bahwa litigasi menjadi sarana
yang terakhir dalam penyelesaian sengketa. Sementara penyelesaian sengketa
melalui jalur non litigasi merupakan sebuah penyelesaian sengketa yang dilakukan
diluar pengadilan. Dimana para pihak yang bersengketa berdasarkan itikad baik
untuk menyelesaikan sengketa diluar pengadilan dan sesuai dengan kesepakatan
bersama serta tertulis didalam sebuah perjanjian sebagai upaya perdamaian.
Lebih lanjut, terkait dengan penyelesaian hukum terhadap hak cipta terhadap
karya sinematografi dapat dilakukan melalui jalur litigasi, berikut adalah
mekanisme penyelesaian jalur litigasi bagi pencipta karya sinematografi dalam
mempertahankan haknya :
a) Gugatan Perdata
10
Prosiding
11
Prosiding
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Kemajuan teknologi menimbulkan banyak perubahan global dalam kehidupan
manusia yang dapat membawa dampak positif maupun dampak negatif. Dampak
negatif dari adanya kemajuan teknologi adalah pembajakan karya sinematografi
berupa film yang marak dilakukan melalui aplikasi group chat telegram. Saat ini
perlindungan hukum terhadap pemilik hak cipta karya sinematografi yang diberikan
oleh pemerintah adalah sebuah perlindungan yang tertuang di dalam berbagai
peraturan perundang – undangan yang berlaku. Perlindungan hukum bagi pemegang
hak cipta tertuang di dalam Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta, dan beberapa pasal yang terdapat dalam Undang Nomor 19 Tahun 2016
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Selain daripada perlindungan melalui penyusunan perundang
– undangan pemerintah juga melakukan sebuah perlindungan hukum represif
sebagai upaya terakhir dalam penanggulangan pembajakan karya sinematografi
yakni dengan melakukan sanksi tegas terhadap pelaku pembajakan.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pemegang hak cipta yang karya sinematografi
nya telah dilakukan pembajakan melalui aplikasi group telegram dapat dilakukan
penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi dan jalur non litigasi. Dalam jalur
12
Prosiding
13
Prosiding
Daftar Pustaka
Darwance, D., Yokotani, Y., & Anggita, W. (2020). Dasar-Dasar Pemikiran Perlindungan
Isnaini, Y. (2009). Hak cipta dan tantangannya di era cyber space. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Jonaedi Efendi, S. H. I., Johnny Ibrahim, S. H., & SE, M. M. (2018). Metode Penelitian
Review).
Soekanto, S., & Mamudji, S. (2001). Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
14